MENGEMBANGKAN STRATEGI PEMASARAN PRODUK LOKAL DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN DI KANCAH INTERNASIONAL (studi kasus industri clothing dan kuliner kota Bandung) MARTHA TRI LESTARI TELKOM BUSINESS SCHOOL-TELKOM UNIVERSITY
[email protected]
Abstrak
Indonesia merupakan salah satu Negara di Asia yang cukup memiliki potensi dalam usaha pengembangan produk lokalnya. Tak terbatas dari sumber daya alamnya, kuliner, fashion dan juga produk-produk lokal unggulan lainnya. Dalam menghadapi kesempatan dan tantangan The Asean Economic Community pada tahun 2015, Indonesia diharapkan dapat lebih memperkuat dalam hal memasarkan produk lokalnya agar le bih dikenal dikancah regional, nasional dan khususnya di kancah internasional bagian Asia. Bagaimana cara agar produk lokal dapat diterima di negara Asia dan dapat menjadi produk yang dapat diterima oleh potensial konsumen adalah dimana strategi manajemen pemasaran yang digunakan oleh owner /pelaku /pelaku bisnis harus benar dan tepat dan intinya harus dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan daripada potensial konsumen tersebut. Berlandaskan model pemasaran Kotler dan Armstrong, para pelaku bisnis dapat menerapkan aplikasi kegiatan pemasarannya dengan mengikuti langkah-langkah model pemasaran sederhana tersebut. Dari mulai memahami pasar dan kebutuhan serta keinginan pelanggan, merancang strategi pemasarannya seperti apa, membangun program pemasaran terintegrasi yang memberikan nilai yang unggul ( integrated marketing), membangun hubungan yang menguntungkan dengan potensial konsumen, menciptakan kepuasan bagi konsumen tersebut sampai proses menangkap nilai dari konsumen ( feedback kepuasan nilai produk) untuk dapat meciptakan keuntungan dan ekuitas dari p elanggan elanggan (konsumen). Kata Kunci : Produk Lokal, The Asean Economic Community 2015, Strategi Pemasaran
PENDAHULUAN Latar Belakang
Kesuksesan penjualanan suatu produk erat kaitannya dengan cara pemasaran produk tersebut. Pada sebuah survei tentang 10 tantangan terbesar yang dihadapi oleh Chief Executive Officer (CEO) (CEO) diseluruh dunia pada tahun 2006 mengungkap bahwa peringkat 5 b esar ada “pertumbuhan pendapatan yang stabil d an berkelanjutan” dan “loyalitas pelanggan”. Pencapaian kedua hal tersebut sangat bergantung pada pemasaran. Para CEO juga tahu bahwa pentingnya pemasaran adalah untuk membangun merek ( brand ) dan basis pelanggan yang loyal, yang merupakan aset tak berwujud yang membentuk presentase nilai yang besar dari sebuah perusahaan. (Kottler dan Keller, 2009:4). Dalam arti kata lain adalah bahwa dalam memasarkan sebuah produk, perusahaan harus memiliki cara memasarkan produk tersebut yang dapat dinilai efektif atau berhasil jika positioning dari merek produk tersebut dapat dikenal, diingat oleh konsumen sehingga akan menimbulkan keinginan dari konsumen tersebut untuk mengkonsumsi produk yang dipasarkan bahkan menjadikan konsumen tersebut sebagai konsumen yang loyal pada produk tersebut. Apakah arti pemasaran itu sendiri? Pemasaran adalah mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Definisi singkat lainnya adalah : memenuhi kebutuhan dengan cara yang menguntungkan. Selain itu menurut American Marketing Association (AMA) menyebutkan bahwa pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptkana, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingannya. (Kottler dan Keller, 2009:5). Dapat disimpulkan b ahwa pengertian p emasaran itu sangatlah luas, jika dilihat dari segi sosial maka pemasaran itu memanglah sebuah proses pemenuhan kebutuhan bagi individu atau kelompok sesuai dengan apa yang mereka inginkan dan butuhkan. Namun jika dilihat dari segi lain, misalnya saja dari segi seorang sudut pandang seorang pemasar ( marketer ) maka pemasaran adalah “seni menjual produk”. Mengapa sebuah perusahaan membutuhkan yang namanya pemasaran? Karena, pada perkembangan perkembangan zaman yang semakin hari semakin berkembang, baik dari segi teknologi, kreatifitas dan dari segi lainnya, maka sebagai pelaku bisnis atau pelaku pemasaran tidak dapat menutup mata bahwa didepan terdapat banyak sekali persaingan dimana persaingan datang baik dari sesama
produk lokal itu sendiri maupun produk pendatang/produk luar. Oleh karena hal tersebut, para pelaku bisnis atau pelaku pemasaran harus selalu siap siaga menghadapi segala resiko apapun didepan dengan berbekal memiliki strategi pemasaran yang baik dan mampu b ersaing dengan segala resiko apapun yang akan dihadapi di depan. Pada tahun 2015 mendatang Indonesia akan tergabung dalam Asean Economic Community (AEC), yang bertujuan agar meningkatkan daya saing kawasan keseluruhan dipasar dunia, dan mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan standar hidup penduduk Negara anggota Asean. (Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Buku Menujun Asean Economic Community 2015, Kata Pengantar). Dikarenakan hal tersebut, para pelaku bisnis ataupun pelaku pemasaran di negara Indonesia, harus sudah memulai dari sekarang untuk untu k memikirkan, menyusun, merancang strategi pemasaran untuk d iaplikasikan pada saat tahun 2015 yang akan datang, guna menghadapi persaingan yang sekaligus menjadi kesempatan untuk memasarkan produk-produk lokal Indonesia di kancah Internasional (As ia). Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah agar para pelaku bisnis dan pelaku pemasaran di Indonesia dapat membuat atau mengembangkan strategi pemasaran produk lokal Indonesia guna menghadapi kesempatan dan Community (AEC) di tahun 2015 yang akan datang. persaingan pada Asean Economic Community Landasan Teori
Dalam melakukan pemasaran, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para pelaku bisnis atau pelaku pemasaran yaitu konsep konsep inti dalam pemasaran. Konsep Konsep inti dalam pemasaran adalah : Kebutuhan, Keinginan dan Permintaan Kebutuhan adalah syarat dasar hidup manusia. Orang membutuhkan udara, makanan, air, pakaian dan tempat
tinggal untuk dapat bertahan hidup. Orang juga memiliki kebutuhan yang kuat akan rekreasi, pendidikan dan hiburan. Kebutuhan-kebutuhan ini menjadi keinginan jetika diarahkan ke objek tertentu yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut. (Kottler dan Kel ler, 2009:12).
Berdasarkan intensitas kegunaannya, kebutuhan dibagi menjadi tiga macam, yaitu kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan tersier. 1) Kebutuhan Primer atau Kebutuhan Pokok
Kebutuhan primer adalah kebutuhan utama yang harus dipenuhi agar manusia dap at mempertahankan hidupnya. Dengan kata lain, kebutuhan primer adalah kebutuhan yang harus dipenuhi agar manusia tetap hidup. Kebutuhan tersebut muncul secara alami. Kebutuhan primer disebut juga ‘kebutuhan alamiah’. Contoh yang termasuk ke dalam kebutuhan primer adalah kebutuhan untuk makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal. 2) Kebutuhan Sekunder
Setelah manusia dapat memenuhi m emenuhi kebutuhan primer atau kebutuhan pokok, manusia m asih memerlukan kebutuhan lain yang bersifat p elengkap. Kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan sekunder, yaitu kebutuhan yang harus dipenuhi setelah kebutuhan primer terpenuhi. Contoh yang termasuk kebutuhan sekunder d i antaranya kebutuhan terhadap terhadap televisi, kulkas, meja, kursi, buku, dan alat tulis. 3) Kebutuhan Tersier
Kebutuhan tersier adalah kebutuhan yang harus dipenuhi setelah kebutuhan primer dan sekunder terpenuhi. Pada dasarnya, kebutuhan tersier adalah kebutuhan manusia terhadap barangbarang dan jasa yang tergolong mewah (luks), seperti mobil mewah, kapal pesiar, p esawat terbang pribadi, dan wisata ke luar negeri negeri.. Berdasarkan sifatnya, kebutuhan manusia dibagi menjadi dua kebutuhan, yaitu kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. 1) Kebutuhan Jasmani
Kebutuhan jasmani adalah kebutuhan yang berhubungan dengan dengan keadaan jasmani atau fisik fi sik seseorang terhadap barang dan jasa. jasa. Contoh yang termasuk ke ke dalam kebutuhan jasmani dalam dalam bentuk barang antara lain lain pakaian, makanan, minuman, minuman, obat-obatan, obat -obatan, dan vitamin. Adapun yang yang termasuk ke dalam kebutuhan jasmani dalam bentuk jasa antara lain kebutuhan kebutuhan rekreasi, mendengarkan mendengarkan musik, dan menonton televisi televisi dan bioskop. 2) Kebutuhan Rohani atau Kebutuhan Spiritual
Selain kebutuhan jasmani, jenis kebutuhan lain yang juga penting adalah kebutuhan rohani atau kebutuhan yang bersifat kejiwaan. Contoh kebutuhan kebutuhan rohani antara antara lain beribadah, mendengarkan mendengarkan ceramah agama, dan mendengarkan mendengark an wejangan atau nasihat tentang budi pekerti yang luhur.
Berdasarkan waktu pemenuhannya, kebutuhan dibedakan menjadi kebutuhan sekarang dan kebutuhan yang akan datang. 1) Kebutuhan Sekarang
Kebutuhan sekarang adalah kebutuhan yang pemenuhannya pemenuhannya tidak dapat d apat ditunda-tunda lagi atau harus dipenuhi pada saat ini juga. juga. Contoh yang termasuk ke dalam dalam kebutuhan sekarang sekarang antara lain kebutuhan seseorang seseorang terhadap makanan saat ia lapar, kebutuhan seseorang terhadap minuman saat ia haus, kebutuhan seseorang terhadap obat-obatan, atau pergi ke rumah sakit saat ia sakit, dan kebutuhan seseorang akan istirahat saat ia lelah. 2) Kebutuhan yang Akan Datang
Kebutuhan yang akan datang adalah kebutuhan yang pemenuhan-nya dapat ditunda atau p emenuhanny emenuhannyaa dilakukan di kemudian hari. Kebutuhan Kebu tuhan ini berhubungan dengan persediaan atau persiapan untuk kebutuhan yang akan datang. Contoh kebutuhan yang akan datang, yaitu kebutuhan perlengkapan bayi untuk ibu yang sedang mengandung, tabungan untuk persiapan melanjutkan pendidikan, asuransi kesehatan dan dana pensiun untuk jaminan hari tua. Berdasarkan subjeknya, kebutuhan manusia d ibedakan menjadi kebutuhan perorangan dan kebutuhan kelompok. 1) Kebutuhan Perorangan
Kebutuhan perorangan adalah kebutuhan yang mencakup halhal yang diperuntukkan bagi perorangan. Kebutuhan perorangan akan berbeda untuk setiap o rang atau sangat bergantung b ergantung kepada profesi orang yang bersangkutan. Misalnya, Misalnya, seorang siswa membutuhkan buku dan alat tulis, makanan, makanan, pakaian, dan olah raga. 2) Kebutuhan Kelompok
Kebutuhan kelompok adalah kebutuhan yang dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat atau publik secara bersama-sama, misalnya, jembatan, jembatan, jalan raga, rumah sakit, sakit, tempat rekreasi dan sekolah. (http://umamjurbalcity http://umamjurbalcity.blogspot.com/2012/11/jenis-jenis-kebutuhan .blogspot.com/2012/11/jenis-jenis-kebutuhan-manusia.html -manusia.html,, diakses pada p ada tanggal tanggal 12 september 2013 pukul 04.29 wib) Berdasarkan teori tentang kebutuhan yang telah dijabarkan diatas dapat dikatakan bahwa dari segala aspek mengenai pemenuhan kebutuhan manusia tidak akan lepas kaitannya dengan strategi pemasaran suatu produk
baik barang ataupun jasa jasa karena setiap manusia yang hidup hidup yang ingin memenuhi memenuhi kebutuhan hidupnya hidupnya dari berbagai macam segi pemenuhan pemenuhan kebutuhan dan pasti membutuhkan dengan dengan apa yang namanya produk produk barang ataupun jasa. Segmenting, Targeting, Positionin Po sitioning g Segmenting, Targeting dan Positioning merupakan 3 (tiga) elemen pemasaran yang tidak bisa terpisahkan.
Mengapa dikatakan demikian? Karena langkah awal dalam memasarkan suatu produk baik barang ataupun jasa adalah mengidentifikasi segmen pasar guna untuk memilih dan memutuskan segmen mana yang memberikan peluang terbesar, lalu segmen tersebutlah ter sebutlah yang a kan dijadikan target sasaran pemasaran su atu produk tersebut. Pada setiap segmen, biasanya setiap perusahaan mengembangkan suatu penawaran pasar yang diposisikannya didalam benak pembeli sasaran sebagai keuntungan utama. Contohnya adalah : Mercedes Benz merupakan merek dagang yang diposisikan sebagai merek mobil berkelas tinggi, bergengsi, aman dan nyaman dan para produsen produk tersebut tersebut hanya kalangan-kalangan kalangan-kalangan tertentu saja ( segmented ). ). Penawaran dan Merek
Perusahaan memenuhi kebutuhan dengan mengajukan sebuah proposisi nilai ( value proposition), yaitu serangkaian keuntungan yang mereka tawarkan kepada pelanggan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Proposisi nilai yang sifatnya tidak berwujud tersebut dibuat menjadi berwujud dengan suatu penawaran. Penawaran dapat berupa suatu kombinasi produk, jasa, informasi, dan pengalaman. (Kottler dan Keller, 2009:14). Merek (brand ) adalah suatu penawaran dari sumber yang diketahui. Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol/lambang, desain, warna, gerak, atau kombinasi atribut-atribut produk lainnya yang diharapkan dapat memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk pesaing. Merek sendiri digunakan untuk beberapa tujuan (Tjiptono, 2008: 104) yaitu : 1. Sebagai identitas, yang bermanfaat dalam diferensiasi diferensiasi atau membedakan produk suatu perusahaan dengan dengan produk pesaingnya. pesaingnya. Ini akan memudahkan memudahkan konsumen untuk mengenalinya mengenalinya saat berbelanja dan saat melakukan melakukan pembelian ulang. ulang. 2. Alat promosi, yai yaitu tu sebagai daya d aya tarik produk 3. Untuk membina citra, yaitu dengan memberikan keyakinan, jaminan, kualitas serta prestise tertentu kepada konsumen.
4. Untuk mengendalikan pasar. Merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan keistimewaan, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek dapat memiliki enam level level pengertian (Kotler, 2000: 460) yaitu yaitu sebagai berikut : 1. Atribut: merek mengingatkan pada atribut tertentu. Mercedes memberi kesan sebagai mobil yang mahal, dibuat dengan baik, dirancang dengan baik, tahan lama, dan bergengsi tinggi. 2. Manfaat: bagi konsumen, kadang sebuah merek tidak sekadar menyatakan atribut, tetapi manfaat. Mereka membeli produk tidak membeli atribut, tetapi membeli manfaat. Atribut yang dimiliki oleh suatu produk dapat diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan atau emosional. Sebagai contoh : atribut “tahan lama” diterjemahkan menjadi manfaat fungsional “tidak perlu cepat beli lagi, atribut “mahal“ diterjemahkan menjadi manfaat emosional “bergengsi”, dan lain-lain. 3. Nilai: merek juga menyatakan sesuatu t entang nilai produsen. Jadi, Mercedes berarti kinerja tinggi, keamanan, gengsi, dan lain-lain. 4. Budaya: merek juga mewakili budaya tertentu. Mercedes mewakili budaya Jerman, terorganisasi, efisien, bermutu tinggi. 5. Kepribadian: merek mencerminkan kepribadian tertentu. Mer cedes mencerminkan pimpinan yang masuk akal (orang), singa yang memerintah (binatang), atau istana yang agung (objek). 6. Pemakai: merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut. Mercedes menunjukkan pemakainya seorang diplomat atau eksekutif. Pada intinya merek adalah penggunaan nama, logo, trade mark , serta slogan untuk membedakan perusahaan perusahaan dan individu-individu individu-individu satu sama lain dalam dalam hal apa yang mereka tawarkan. Dengan Dengan demikian, suatu merek dapat mengandung tiga hal (Kotler, 2000: 461), yaitu sebagai berikut: 1. Menjelaskan apa yang dijual perusahaan. 2. Menjelaskan apa yang dijalankan oleh perusahaan. 3. Menjelaskan profil perusahaan itu sendiri. Menelaah dari teori-teori mengenai merek tersebut diatas dapat dikatakan bahwa sebuah perusahaan (pemasar dan pelaku bisnis) harus dapat memasukkan nilai-nilai tersebut dalam memilih sebuah merek, karena
pemilihan suatu merek pun merupakan merupakan bagian bagian kunci kesuksesan dari sebuah perusahaan/pemasaran perusahaan/pemasaran produk perusahaan itu sendiri. Nilai dan Kepuasan
Penawaran akan berhasil jika memberikan nilai dan kepuasan kepada pembeli sasaran. Nilai mencerminkan sebuah manfaat, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, dan biaya yang dipersepsikan oleh pelanggan. Nilai adalah kombinasi kualitas, pelayan pela yanan, an, dan harga yang disebut juga “tiga elemen pelanggan”. Nilai meningkat seiring dengan meningkatnya kualitas dan pelayanan, p elayanan, dan sebaliknya menurun seiring dengan d engan menurunnya harga, walaupun faktor-faktor lain juga dapat memainkan peran penting dalam persepsi kita akan nilai (Kottler dan Keller, 2009 : 14). Nilai adalah konsep yang sentral perannya dalam pemasaran. Kita dapat memandang pemasaran sebagai kegiatan mengidentifikasi, menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan, dan memantau nilai pelanggan. Kepuasan mencerminkan penilaian seseorang tentang kinerja p roduk anggapannya anggapannya (atau hasil) dalam kaitannya dengan ekspektasi. Jika kinerja produk tersebut tidak memenuhi ekspektasi, pelanggan tersebut tidak puas dan kecewa. Jika kinerja produk sesuai dengan ekspektasi, pelanggan tersebut puas. Jika kinerja produk melebihi ekspektasi, pelanggan tersebut tenang (Kottler dan Keller, 2009 : 1 4). Mengacu pada teori tentang nilai dan kepuasan tersebut diatas maka, seorang pelaku bisnis atau pelaku pemasaran harus dapat menyam menyampaikan, paikan, mengkomunikasik mengkomunikasikan an nilai dari barang yang akan dipasarkan tersebut kepada pelaku pasar (konsumen), sehingga konsumen dapat terpuaskan kebutuhannya akan suatu barang/ jasa sesuai dengan nilai dari suatu barang/jasa tersebut yang akan menimbulkan rasa puas dari konsumen, bahkan melebihi ekspektasi dari konsumen tersebut. Jika nilai suatu barang/jasa tersebut dapat menimbulkan kepuasan pelanggan, ketenangan kepada pelanggan dapat dikatakan bahwa strategi pemasaran dari sebuah perusahaan/para pelaku bisnis sudah benar b enar dan sesuai dengan teori yang ada, tetapi jika konsumen mengalami ketidakpuasan maka strategi yang diberlakukan dapat dikatakan kurang atau belum efektif. Saluran Pemasaran
Untuk mencapai pasar sasaran, pemasar menggunakan 3 (tiga) jenis saluran pemasaran. Saluran komunikasi menyampaikan dan menerima pesan dari pembeli sasaran. Saluran ini mencakup surat kabar, majalah, radio, televisi, surat, telepon, papan iklan, poster, flier, CD, kaset rekaman, dan Internet. Selain itu menyampaikan pesan dengan ekspresi wajah dan pakaian, perusahaan berkomunikasi melalui tampilan toko eceran mereka,
tampilan situs internet mereka dan banyak media lainnya. Pemasar semakin banyak menggunakan saluran dua arah seperti email, blog, dan nomor layanan bebas pulsa, dibandingkan saluran satu arah seperti iklan. (Kottler dan Keller, 2009 : 14). Saat ini saluran s aluran pemasaran semakin hari semakin berkembang seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih dan mengalami perkembangan yang cukup pesat dari tahun ke tahunnya. Menurut jurnal Penelitian Komunikasi Departemen Komunikasi dan Informatika RI Badan Penelitian dan Pe ngembang ngembangan an SDM Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Bandung
mengatakan bahwa
“Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi saat ini begitu pesat dan telah merambah di segala bidang kehidupan masyarakat” . Jurnal lain yaitu Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi, Volume 1 nomor 1, Desember 2012, menyebutkan bahwa : “Sebuah masyarakat informasi terbentuk oleh semakin baiknya dunia pendidikan dalam menciptakan tenaga-tenaga profesional. Perubahan ini juga didorong oleh kemajuan teknologi yang ditandai dengan munculnya beragam produk teknologi komunikasi seperti televisi, komputer, telepon genggam, bahkan teknologi internet yang melahirkan metode-metode komunikasi baru seperti e-mail, mailing list, serta komunitas maya”. Dalam arti kata lain semakin banyak macam saluran pemasaran semakin banyak pula kesempatan untuk para pelaku bisnis/pelaku pemasaran memasarkan produk/jasa nya melalui media-media med ia-media yang ada saat ini. Macam saluran sa luran pemasaran yang disebutkan pada teori diatas merupakan media saluran pemasaran yang mungkin lebih umum didengar dan diketahui oleh m asyarakat pada umumnya. Berkaitan dengan saluran pemasaran yang disebut dengan internet, saat ini terdapat banyak media yang disebut media sosial yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat yang dapat mengakses internet. Media sosial adalah media untuk interaksi sosial, dengan menggunakan teknik penerbitan sangat sangat diakses dan scalable. Media sosial menggunakan teknologi berbasis web untuk mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif. Andrea Kaplan ( Doctor in Business Administration; Professor Marketing; Director of Brand and Communication Europe) dan Michael Haenlein (Professor of Marketing at the business school ESCP Europe
mendefinisikan media sosial sebagai “kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun in Paris, France) juga mendefinisikan diatas fondasi ideologi dan teknologi Web 2.0, yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran konten yang dibuat pengguna” (http://en.wikipedia.org/wiki/Social_media ( http://en.wikipedia.org/wiki/Social_media). ).
Macam-macam media sosial yang yang dapat digunakan para pelaku pelaku bisnis/pelaku bisnis/pelaku pemasaran sangat beragam beragam diantaranya adalah Facebook, Twitter, Path, Instagram, dan lainnya. Gambar 1. Macam-macam Media Sosial
Para pelaku bisnis/pemasaran dapat memasarkan produk-produk suatu perusahaan dengan mudah didukung dengan berbagai macam media sosial yang ada. Untuk pelaku bisnis pemula dapat memasarkannya melalui akun media sosial pribadi, dan untuk perusahaan yang sedang berkembang, unit marketing dari perusahaan terkait dapat membuat akun media sosial tersendiri sesuai dengan nama perusahaan mereka masing-masing. Cara memasarkan produk-produk tersebut kembali lagi pada strategi pemasaran masing-masing para pelaku bisnis atau perusahaan terkait, terkait, media sosial hanya sebagai media pemasarannya pemasarannya saja. Rantai Pasokan
Rantai pasokan ( supply chain) adalah saluran yang lebih panjang yang membentang dari bahan mentah hingga komponen sampai produk akhir yang dihantarkan ke pembeli akhir. Setiap perusahaan hanya meraih persentase tertentu dari total nilai yang dihasilkan oleh sistem penghantaran nilai rantai pasokan p asokan . Ketika suatu perusahaan mendapatkan pesaing atau memperluas bisnisnya ke hulu atau ke hilir, tujuannya adalah demi meraih persentase yang lebih tinggi dari nilai rantai pasokan (Kottler dan Keller, 2009:15). Dalam melakukan strategi bisnis para pelaku bisnis/pelaku pemasaran harus dapat menyesuaikan rantai pasokan sebuah perusahaan agar dapat mendapatkan persentase keuntungan yang signifikan/sebanding dengan biaya untuk rantai pasokan yang akan/telah dijalani.
Persaingan
Persaingan mencakup semua penawaran dan produk substitusi yang ditawarkan oleh pesaing, baik yang aktual maupun yang potensial, yang mungkin dipertimbangkan oleh seorang pembeli (Kottler dan Keller, 2009:15). Oleh karena hal tersebut, para pelaku bisnis/pelaku pemasaran harus selalu siap siaga dalam menghadapi para pesaing yang tidak menutup kemungkinan dapat menciptakan produk substitusi yang dapat mencuri hati para konsumen yang telah kita dapatkan sebelumnya. Lingkungan Pemasaran
Lingkup pemasaran terdiri dari lingkungan tugas dan lingkungan luas. Lingkungan tugas mencakup para pelaku yang terlibat dalam produksi, distribusi, dan promosi penawaran. Sedangkan lingkungan lingkungan luas terdiri atas enam komponen, yaitu : lingkungan demografis, lingkungan ekonomi, lingkungan fisik, lingkungan teknologi, lingkungan politik-hukum, dan lingkungan sosial-budaya. Para p elaku bisnis harus b enar-benar memperhatikan tren dan perkembangan dalam lingkungan-lingkungan tersebut dan melakukan penyesuaian yang tepat waktu pada stragetgi pemasaran mereka (Kottler dan Keller, 2009 : 15). KAJIAN EMPIRIS 1. Jurnal Internasional Marketing Strategy Strategy
Title : Antecedents and Consequences of an Eco-Friendly Export Marketing Strategy: The Moderating Role of Foreign Public Public Concern and Competitive Competitive Intensity Authors : Leonidas C. Leonidou is Professor of Marketing, Thomas A. Fotiadis is Visiting Lecturer in Marketing School of Economics and Management, University of Cyprus, Constantine S. Katsikeas is Associate Dean for Faculty and the Arnold Ziff Research Chair in Marketing and International Management, Leeds University Business School, University of Leeds and Paul Christodoulides Christodoulides is Senior Lecturer in Applied Mathematics, Department of Electrical Engineering and Information Technology, Cyprus University of Technology. Despite growing concerns about environmenta en vironmentall issues i ssues worldwide, research on the subject in the context of international marketing is virtually absent. The current study sheds light on the green aspects of exporting, using data collected from 216 exporting manufacturers. Drawing on the resource-based view and industrial organization theories, the authors show that certain organizational resources (i.e., financial, physical, and experiential) and capabilities (i.e., shared vision, crossfunctional coordination, and technology sensing/response) are conducive to the deployment of an eco-friendly export marketing strategy (comprising product, price, distribution, and promotional elements). Such a strategy is more evident for exporters of industrial (vs. consumer) goods as well as for firms that sell to developed (vs. developing) countries. The results also suggest that the adoption of a green export marketing strategy has a positive effect on the firm's export performance. In addition, the authors find that the strength of the link between eco-friendly export marketing strategy and export performance is positively moderated by foreign market environmental public concern and competitive intensity. Published Online: August 6, 2013
Pada jurnal tersebut dapat dikatakan bahwa strategi pemasaran yang yang cukup berhasil bagi perusah perusahaan aan yang berencana untuk melakukan melakukan ekspor produk, salah satu strategi pemasarannya adalah dengan eco-friendly export marketing strategy. 2. Jurnal Internasional Marketing Strategy Strategy
Title : Implementing Marketing Marketing Strategy Author(s) : Ronald Ronald McTravish (Concordia University, University, Montreal, Canada) Canada) Marketing strategy, in order to be succesful, must be thought of in a total organis o rganisation, ation, systematic way. It must involve all levels of operating management and be fully into overall strategic management, thus avoiding costly misalignments. Marketing and operational practices are linked and case examples used to draw out the lessons. Guidelines are provided on how to avoid making mistakes and preparing the organisation for implementation.
Pada jurnal tersebut dikatakan bahwa pemasaran dan operasional pada sebuah perusahaan saling berkaitan satu sama lain. Oleh karena itu, strategi pemasaran suatu perusahaan pun harus dapat saling memenuhi satu sama lain dikarenakan elemen-elemen dalam strategi pemasaran itu sendiri yang saling berhubungan.
3. Jurnal Internasional Marketing Strategy
Title : Integrated Amrketing Communication Communication : from tactics to strategy Author (s) : Olof Olof Holm (Stockholm University University School of Business, Business, Stockholm, Sweden) Citation : Olof holm (2006) “Integrated Marketing Communication : from tactics to strategy”, Corporate Communications : An Internati International onal Journal, Vol. 11 1 1 Iss:1, pp.23-33 Purpose – The emergence of integrated int egrated marketing communications (IMC) (IMC) has become a significant example of development in the marketing discipline. It has influenced thinking and acting among all types of companies and organizations facing the realities of competition in an open economy. From the beginning of the 1990s IMC became a real hot topic in the field of marketing. Four F our stages o f IMC have h ave been identified, starting from tactical coordination to financial and strategic integration. However, the majority of firms are anchored in the first stages and very few have moved to a strategic level. One conclusion is that there are barriers to developing IMC from tactics to strategy. The main purpose of this paper is to identify obstacles to further developing IMC. Design/methodology/approach Design/methodology/appr oach – A review of relevant literature during the 1990s and a study of four large Swedish companies. Findings – Results show that decisions concerning IMC are rooted on the ad vertising agency level and have failed to appear on management level, whose communicative ability has remained insufficient, insuff icient, mainly main ly due to obsolete tradition. Originality/value – Indicates a need for international research and a reconsideration of educational programs regarding regarding management, marketing marketing and marketing communications. communications.
Pada jurnal diatas, disebutkan bahwa dalam membuat strategi pemasaran suatu perusahaan, elemen dari Komunikasi Pemasaran Terpadu/ Integrated Integrated Marketing Communication (IMC) pun harus masuk didalam
strategi pemasaran yang akan dibuat oleh perusahaan, tujuannya agar dapat bersaing di dunia perekonomian yang semakin hari semakin berkembang.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan Library Research (Telaah Pustaka), dimana hasil dari penelitian ini merupakan hasil olah teoriteori yang ada (telaah pustaka) dibandingkan dengan kenyataan dan fakta yang terjadi di lapangan pada kondisi saat ini. Hal ini sejalan dengan pendapat Bogdan dan Taylor Taylor (1975) dalam Moleong (2002: 3) yang menyatakan ”metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan kata lain, penelitian ini disebut penelitian kualitatif karena merupakan penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. Penelitian kualitatif harus mempertimbangkan metodologi kualitatif itu sendiri. Metodologi kualitatif merupakan prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis atau lisan di masyarakat bahasa (Djajasudarma, 2006: 11). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Sedangkan penelitian ini lebih memfokuskan pada studi kasus yang merupakan penelitian yang rinci mengenai suatu obyek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh. Studi kasus adalah salah satu metode penelitian dalam ilmu sosial. Dalam riset yang menggunakan metode ini, dilakukan pemeriksaan longitudinal yang mendalam terhadap suatu keadaan atau kejadian yang disebut sebagai
kasus
dengan
menggunakan
cara-cara
yang
sistematis
dalam
melakukan
pengamatan,
pengumpulan data, analisis informasi, dan pelaporan hasilnya. Sebagai hasilnya, akan diperoleh pemahaman yang mendalam tentang mengapa sesuatu terjadi dan dapat menjadi dasar bagi riset selanjutnya. Studi kasus dapat digunakan untuk menghasilkan dan menguji hipotesis (Robert K. Yin, 2002). Pendapat lain menyatakan ba hwa studi kasus adalah suatu strategi riset, penelaahan empiris yang menyelidiki suatu gejala dalam latar kehidupan nyata. Strategi ini dapat menyertakan bukti kualtitatif yang bersandar pada berbagai sumber dan perkembangan perkembangan sebelumnya dari proposisi proposisi teoretis.
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan pada penelitian ini merupakan para pelaku bisnis/pelaku pemasaran yang terjun pada industri clothing yang terdapat di kota Bandung dan juga para pelaku bisnis kuliner kota kota Bandung. Peneliti melakukan
wawancara
langsung
melalui
forum
Focus
Group
Discussion
dengan
para
pelaku
bisnis/pemasaran,baik owner langsung langsung ataupun perwakilan bagian marketing dari industri clothing dan industri kuliner tersebut. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 40 orang sumber yang terbagi sebanyak 17 orang perwakilan dari industri clothing clothing dan sisanya perwakilan dari industri kuliner yaitu sebanyak 23 orang. Sumber dan Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini jenis dan d an sumber data yang digunakan adalah: 1. Data Primer merupakan data yang didapat dari sumber informan pertama yaitu individu atau perseorangan seperti hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Data primer yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang langsung didapat dari sumber nya yaitu hasil FGD ( Focus Group Discussion) yang telah dilakukan sebelumnya. Data primer ini berupa antara lain: catatan hasil wawancara (FGD) dan data-data mengenai informan. 2. Data Sekunder merupakan data primer yang sudah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain misalnya misal nya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. Data ini digunakan untuk mendukung infomasi primer yang diperoleh dari 40 observasi langsung ke lapangan (Umar, 1999:99-100). Observasi langsung ke lapangan yang peneliti lakukan yaitu dengan melakukan FGD ( Focus Group Discussion). Skala Pengukuran
Dalam penelitian ini data yang diteliti adalah data lisan dan tulisan. Untuk mendapatkan data dibutuhkan dibutuhkan alat bantu berupa daftar pertanyaan, video kamera, dan tape recorder. Daftar pertanyaan berisi pertanyaan pertanyaan yang digunakan d igunakan dalam metod e cakap. Video kamera dan Tape recorder digunakan untuk merekam penjabaran mengenai mengenai strategi pemasaran yang sudah dilakukan dilakukan oleh beberapa industri terkait maupun yang yang baru saja akan memualai strategi pemasaran tersebut. Hasil rekaman kemudian ditranskripsikan melalui pencatatan sehingga memudahkan untuk peneliti dalam menganalisa dengan teori-teori terkait yang dijadikan sebagai data sekunder.
Metode Analisis Data
Data dikumpulkan dengan metode simak atau penyimakan, yaitu menyimak ungkapan lisan atau tertulisa dari para pelaku bisnis/pemasar clothing dan kuliner yang dijadikan sampel mengenai strategi pemasaran yang telah mereka lakukan, kembangkan atau akan susun guna menghadapi persaingan dan kesempatan berkembang pada Asean Economic Community Community tahun 2015 yang akan datang. Metode simak dapat disejajarkan dengan metode pengamatan atau observasi dalam ilmu sosial, khususnya Antropologi. Di samping itu, juga digunakan metode wawancara. Wawancara menurut Moleong (2004) : Wawancara adalah percakapan yang dilakukan dengan maksud tertentu oleh pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Data lisan dikumpulkan dengan metode simak, teknik simak libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat. Teknik simak libat cakap dilakukan dengan menyimak sekaligus berpartisipasi dalam pembicaraan. Peneliti terlibat langsung dalam dialog baik secara aktif maupun reseptif. Aktif, artinya peneliti ikut berbicara dalam dialog sedangkan reseptif artinya hanya mendengarkan pembicaraan informan. Saat penerapan teknik simak libat cakap juga disertai teknik rekam, yaitu merekam dialog atau pembicaraan 40 informan. Rekaman ini selanjutnya ditranskripsikan dengan teknik catat (Sudaryanto, 1993: 133). Data tulis dikumpulkan dengan metode simak yang dibantu dengan teknik lanjutan berupa teknik catat. HASIL PENELITIAN
Hasil yang didapat pada penelitian ini adalah dari hasil wawancara dalam FGD hanya sekitar 80% dari sampel (para pelaku bisnis industri clothing dan kuliner di kota Bandung) yang telah membuat strategi pemasaran perusahaan. Hasil FGD tersebut akan peneliti deskripsikan sebagai hasil hipotesis untuk pembahasan pada penelitian penelitian ini.
PEMBAHASAN
Strategi pemasaran merupakan hal penting bagi setiap industri yang akan mengembangkan sayapnya di dunia bisnis. Persaingan yang semakin meningkat seharusnya bisa menjadi tolak ukur para pelaku bisnis dalam menghadapi Asean economic Community pada tahun 2015 yang akan datang. Peneliti telah melakukan penelitian kepada beberapa para pelaku bisnis di industri clothing dan kuliner di kota Bandung, dan peneliti melakukan Focus Group Discussion guna mendapatkan data yang valid dan sesuai dengan fakta yang benar
terjadi saat ini dilapangan. Sebagian besar dari informan yang peneliti dapatkan, mereka telah menerapkan strategi pemasaran pada industri mereka masing-masing, tetapi strategi tersebut merupakan strategi yang belum dikembangkan dalam menghadapi Asean Economic Community tahun 2015 yang akan datang. Adapula para pelaku bisnis/pemasar yang industri nya memang belum membuat secara gamblang mengenai strategi perusahaan mereka, mereka melakukan pemasaran secara a lamiah saja menggunakan strategi pemas aran klasik yaitu Word Of Mouth marketing . Dari hasil FGD dengan para informan tersebut peneliti mendapatkan fakta dilapangan yang dapat dikatakan bahwa untuk strategi pemasaran awal yang telah dilakukan industri yang baru memulai dengan melakukan WOM ( Word of Mouth ), dapat dikatakan bahwa pemasaran tersebut cukup efektif, karena dengan melakukan pemasaran melalui WOM tanpa melibatkan media lain dalam strategi pemasarannya, untuk 6 bulan berjalan industri tersebut stabil bahkan mendapatkan omset yang cukup baik. Tetapi menurut telaah peneliti bahwa industri tersebut baru berjalan hanya sekitar 6 bulan saja, dan dilakukan hanya dalam segmen regional saja, sedangkan sekitar 2 tahun yang akan datang perkeonomian Indonesia dihadapi dengan apa yang dinamakan Asian Economic Community dimana persaingan bebas internasional akan mulai terbuka. Hal ini seharusnya dapat menjadi acuan bagi seluruh pelaku bisnis/pemasar di Indonesia agar bersiap-siap menyusun meny usun atau mengembangk mengembangkan an strategi pemasaran p emasaran untuk industri yang sedang mereka jajaki, khususnya untuk para pelaku bisnis yang memiliki mindset hanya hanya dengan melakukan WOM mereka merasa sudah menerapkan strategi pemasaran yang maksimal. Strategi pemasaran yang telah dilakukan oleh para pelaku bisnis/pemasar ini sangat beragam jika dilihat dari segi media pemasaran yang mereka gunakan. Hampir sebagian besar bahkan semua dari peserta FGD ini melakukan pemasaran melalui media sosial seperti Twitter, Instagram, Facebook, bahkan hanya sebagian kecil saja yang melakukan pemasaran melalui media cetak seperti surat kabar dan majalah nasional. Adapula yang melakukan strategi pemasarannya melalui endorsement kepada para artis ibukota yang sedang naik daun pada saat ini juga menjadi sponsor-sponsor berbagai event baik t ingkat regional maupun nasional. Jadi, dapat dikatakan bahwa para pelaku industri clothing/kuliner kota Bandung ini, mereka melakukan strategi pemasarannya lebih mengarah kepada penggunaan media pemasarannya, karena menurut hasil diskusi antara peneliti dan para informan, dengan pemilihan media pemasaran yang baik, benar dan “pas”akan menjadi tolak ukur keefektifan suatu strategi pemasaran itu sendiri. Mereka berpendapat, bahwa untuk menghadapi persaingan dan sekaligus kesempatan dalam menghadapi Asean Economic Community tahun 2015 yang akan
datang, mereka masih dalam tahap membayangkan strategi pemasaran melalui media pemasaran yang akan mereka terapkan bagi industri nya, belum dalam tahap penyusunan strategi tersebut. Dari hasil FGD tersebut, peneliti mendapatkan salah satu informan pelaku industri clothing, dimana industri yang telah dijalankan, telah melakukan ekspansi ke negara Singapura, dengan cara membuka toko clothing yang sama di Singapura. Pada awalnya owner dari sebuah clothing terseb ut melakukan strategi pemasarannya dengan melakukan endorsement kepada beberapa band lokal Bandung saja, lalu dikembangkan dengan melakukan endorsement untuk band band nasional, dan saat ini beliau mengembangkan sayap bisnisnya dengan cara membuka toko nya di negara Singapura. Tetapi, meskipun pengembangan yang telah dilakukan sudah cukup signifikan dengan omset yang didapatkan, tetap tidak menutup kemungkinan bagi para pelaku bisnis tersebut mendapatkan pesaing yang semakin hari dunia industri clothing dan kuliner semakin menjamur dan semakin berkembang, produk substitusi pun telah banyak bergentayangan dan mengantri guna bersaing dalam kancah imternasional pada tahun 2015 yang akan datang. Oleh sebab itu, bagaimana cara mensiasatinya, yaitu para pelaku bisnis/pemasaran harus mulai dari sekarang merencanakan/menyusun dan mengembangkan strate gi pemasaran industri nya yang dapat mengacu pada teori-teori strategi pemasaran yang telah peneliti jabarkan di bab sebelumnya. PENUTUP Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah dimana para pelaku bisnis/pemasaran khususnya dibidang industri clothing dan kuliner kota Bandung, hampir sebagian besar telah memiliki strategi pemasaran pada industri mereka masing-masing, yang belum bisa dikatakan efektif karena belum semua industri tersebut medapatkan omset atau target sesuai dengan ekspektasi mereka. Selain hal tersebut, strategi pemasaran yang telah mereka miliki belum mengacu untuk menghadapi dunia persaingan yang sekaligus kesempatan untuk pengembangan industri industri pada Asean Economic Economic Community 2015 yang akan datang. Saran
Saran yang peneliti berikan bagi para pelaku bisnis/pemasaran adalah jangan merasa puas atas apa yang telah didapatkan saat ini, karena dalam dunia bisnis, p ersaing ersaingan an tidak akan a kan pernah berhenti, oleh karena itu para pelaku bisnis/pemasaran harus membuka mata lebar-lebar karena karena selangkah didepan itu adalah persaingan yang tak terlihat. Semakin berkembangnya perekonomian dunia, semakin berkembang pula produk-produk yang
tidak menutup kemungkinan menjadi produk substitusi dari produk yang memiliki lini yang sama dengan industri yang sedang kita jalani. Strategi pemasaran pun harus selalu dikembangkan dan diterapkan mengikuti perkembangan perkembang an zaman yang ada khususnya khususnya untuk menghadapi Asean Economic Community Community 2015 mendatang. mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Djajasudarma. 2006. Metode Linguistik, Rancangan Metode Penelitian Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran. Edisi M ilenium. Jakarta: Prenhallindo Robert K. Yin. 2002. Case Study Research. Design and Methods. Edisi ketiga. Applied social research method series Volume 5. Sage Publications. California Moleong, Lexy J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Moleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Pemasaran. Edisi Ketiga. Yogyakarta : ANDI Jurnal
Jurnal Penelitian Komunikasi Departemen Komunikasi dan Informatika RI Badan Penelitian dan Pengembangan SDM Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Bandung (http://kuliahfreddy.files.wordpress.com/2012/06/jurnal-penelitian-komunikasi.pdf ) (diakses 16 September, 13.38) Jurnal
Teknologi
Informasi
dan
Komunikasi,
Volume
1
nomor
1,
Desember
http://balitbang.kominfo.go.id/balitbang/bbppki-m http://balitbang.komin fo.go.id/balitbang/bbppki-medan/files/2013/01/Jurnal edan/files/2013/01/Jurnal-Teknologi-Informasi-dan-Teknologi-Informasi-danKomunikasi-Vol.-1-Tahun-012.pdf , (diakses 16 September 2013, 13.47) Website
(http://en.wikipedia.org/wiki/Social_media http://en.wikipedia.org/wiki/Social_media), ), (diakses 16 September 2013, 14:07) http://www.escpeurope.eu/nc/faculty-research/the-escp-europe-faculty http://www.escpeurope.eu/nc/fac ulty-research/the-escp-europe-faculty/professor/name/kaplan/ /professor/name/kaplan/,, (diakses 16 September 2013, 14:07) http://www.michaelhaenlein.eu/CV/CV.htm,, (diakses 16 September 2013, 14:07) http://www.michaelhaenlein.eu/CV/CV.htm
2012,