Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya asma: •
Pemicu: Alergen dalam ruangan seperti tungau, debu rumah, binatang berbulu (anjing,
•
kucing, tikus), alergen kecoak, jamur, kapang, ragi, serta pajanan asap rokok. Pemacu: hino!irus, o"on, pemakaian β2 pemakaian β2 agonist. agonist. Pencetus: #nfeksi !iral saluran napas, aeroalergen seperti bulu binatang, alergen dalam
•
rumah (debu rumat, kecoa, jamur), seasonal aeroalergen seperti serbuk sari, asap rokok, polusi udara, pe$angi udara, alergen di tempat kerja, udara dingin dan kering, olahraga, menangis, terta$a, hiper!entilasi, dan kondisi komorbid (rinitis, sinusitis, dan gastroesofageal refluks). %ecara skematis mekanisme terjadinya asma digambarkan sebagai berikut :
Hiperaktivitas bronkus
obstruksi
Faktor Genetik Sensitisasi
infamasi
Gejala Asma
Faktor Lingkungan &en kandidat yang diduga berhubungan dengan penyakit asma, serta penyakit yang (inducer) Pencetus (trigger) terka terkait it deng dengan an peny pePemicu nyak akit it asma asm a sanga sangatt Pemacu bany banyak. ak. (enhancer) &en &en ' ' manu ma nusia sia yang ya ng terle terleta tak k pada pada
kromo kromosom som *p, khususny khususnyaa +A telah telah dipelaj dipelajari ari secara luas
dan sampai sampai saat ini masih
merupakan kandidat gen yang banyak dipelajari dalam kaitannya dengan asma. +A- merupakan ' (major ( major histocompatibility complex) complex ) klas ##, suatu reseptor permukaan sel yang disandikan oleh kompleks antigen leukosit manusia (+A Human Leukocyte Antigen) Antigen) yang terletak pada kromosom * daerah *p/.0/. Patogenesis Asma merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang re!ersibel dan ditandai oleh serangan batuk, mengi dan dispnea pada indi!idu dengan jalan nafas hiperreaktif. 1idak semua asma memiliki dasar alergi, dan tidak semua orang dengan penyakit atopik mengidap asma. Asma mungkin bermula pada semua usia tetapi paling sering muncul pertama kali dalam 2 tahun pertama kehidupan. 'ereka yang asmanya muncul dalam dekade pertama kehidu kehidupan pan lebih lebih besar besar kemung kemungkin kinann annya ya mengid mengidap ap asma asma yang yang diperan diperantar tarai ai oleh oleh #g3 dan memiliki penyakit atopi terkait lainnya, terutama rinitis alergika dan dermatitis atopik. +angkah pertama terbentuknya respon imun adalah akti!asi limfosit 1 oleh antigen yang yang diprese dipresentas ntasika ikan n oleh oleh sel-sel sel-sel aksesor aksesori, i, yaitu yaitu suatu suatu proses proses yang yang melibat melibatkan kan moleku molekull Major Histocompability Complex atau Complex atau ' (' kelas ## pada sel 1 4 5 dan ' kelas
# pada sel 1 6 5). %el dendritik merupakan Antigen Precenting Cells (AP) utama pada saluran respiratori. %el dendritik terbentuk dari prekursornya di dalam sumsum tulang, lalu membentuk jaringan yang luas dan sel-selnya saling berhubungan di dalam epitel saluran respiratori. 7emudian, sel-sel tersebut bermigrasi menuju kumpulan sel-sel limfoid di ba$ah pengaruh &'-%F, yaitu sitokin yang terbentuk oleh akti!asi sel epitel, fibroblas, sel 1, makrofag, dan sel mast. %etelah antigen ditangkap, sel dendritik pindah menuju daerah yang banyak mengandung limfosit. i tempat ini, dengan pengaruh sitokin-sitokin lainnya, sel dendritik menjadi matang sebagai AP yang efektif. eaksi fase cepat pada asma dihasilkan oleh akti!asi sel-sel yang sensitif terhadap alergen #g-3 spesifik, terutama sel mast dan makrofag. Pada pasien dengan komponen alergi yang kuat terhadap timbulnya asma, basofil juga ikut berperan. eaksi fase lambat pada asma timbul beberapa jam lebih lambat dibanding fase a$al. 'eliputi pengerakan dan akti!asi dari sel-sel eosinofil, sel 1, basofil, netrofil, dan makrofag. 8uga terdapat retensi selektif sel 1 pada saluran respiratori, ekspresi molekul adhesi, dan pelepasan newly generated mediator . %el 1 pada saluran respiratori yang terakti!asi oleh antigen, akan mengalami polarisasi ke arah 1h, selanjutnya dalam sampai 4 jam pertama fase lambat terjadi transkripsi dan transaksi gen, serta produksi mediator pro inflamasi, seperti #+, #+2, dan &'-%F untuk pengerahan dan akti!asi sel-sel inflamasi. al ini terus menerus terjadi, sehingga reaksi fase lambat semakin lama semakin kuat. Pada remodeling saluran respiratori, terjadi serangkaian proses yang menyebabkan deposisi jaringan penyambung dan mengubah struktur saluran respiratori melalui proses dediferensiasi, migrasi, diferensiasi, dan maturasi struktur sel. 7ombinsai antara kerusakan sel epitel, perbaikan epitel yang berlanjut, ketidakseimbangan 'atriks Metalloproteinase (''P) dan 1issue nhibitor o! Metalloproteinase (1#'P), produksi berlebih faktor pertumbuhan profibrotik atau "rans!orming #rowth $actors (1&F-9), dan proliferasi serta diferensiasi fibroblas menjadi miofibroblas diyakini merupakan proses yang penting dalam remodelling. 'iofibroblas yang terakti!asi akan memproduksi faktor-faktor pertumbuhan, kemokin, dan sitokin yang menyebabkan proliferasi sel-sel otot polos saluran respiratori dan meningkatkan permeabilitas mikro!askular, menambah !askularisasi, neo!askularisasi, dan jaringan saraf. Peningkatan deposisi matriks molekul termasuk kompleks proteoglikan pada dinding saluran respiratori dapat diamati pada pasien yang meninggal akibat asma. al tersebut secara langsung berhubungan dengan lamanya penyakit.
&ambar /. Patogenesis Asma ipertrofi dan hiperplasia otot polos saluran respiratori serta sel goblet dan kelenjar submukosa terjadi pada bronkus pasien asma, terutama yang kronik dan berat. %ecara keseluruhan, saluran respiratori pasien asma, memperlihatkan perubahan struktur saluran respiratori yang ber!ariasi dan dapat menyebabkan penebalan dinding saluran respiratori. %emodeling juga merupakan hal penting pada patogenesis hiperakti!itas saluran respiratori yang non spesifik, terutama pada pasien yang sembuh dalam $aktu lama (lebih dari /- tahun) atau yang tidak sembuh sempurna setelah terapi inhalasi kortikosteroid. &ejala asma, yaitu batuk sesak dengan mengi merupakan akibat dari obstruksi bronkus yang didasari oleh inflamsai kronik dan hiperakti!itas bronkus.
Faktor isiko
Faktor isiko #nfamasi
Hiperaktivitas !ronkus
"bstruksi !ronkus
#nhalasi alergen akan mengaktifkan sel mast intr alumen, makrofag al!eolar, ner!us
Faktor isiko
Gejala
!agus dan mungkin juga epitel saluran nafas. Peregangan !agal menyebabkan refleks bronkus, sedangkan mediator inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast dan makrofag akan membuat epitel jalan nafas lebih permeabel dan memudahkan alergen masuk ke dalam submukosa sehingga memperbesar reaksi yang terjadi.
&ambar . Proses imunologis spesifik dan non-spesifik 'ediator inflamasi secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan serangan asma, melalui sel efektor sekunder seperti eusinofil, netrofil, trombosit dan limfosit. %el-sel inflamasi ni juga mengeluarkan mediator yang kuat seperti leukotrien, tromboksan, Platelet Acti&ating $actors (PAF) dan protein sititoksis memperkuat reaksi asma. 7eadaan ini menyebabkan inflamasi yang akhirnya menimbulkan hiperakti!itas bronkus.
; ??* %upriyatno <, @ahyudin <. Patogenesis dan Patofisiologi Asma Anak. dalam: ahajoe , %upriyatno <, %etyanto <, penyunting. ??6.