I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama, sama di sini maksudnya adalah sama makna. Proses komunikasi pada prinsipnya meliputi pengiriman dan penerimaan pesan-pesan di antara dua orang, kelompok kecil masyarakat, atau dalam satu lingkungan atau lebih dengan tujuan untuk mempengaruhi perilaku dalam suatu masyarakat. Dengan bahasa yang lebih sederhana, proses komunikasi dapat diartikan sebagai “transfer informasi” atau pesan-pesan (messages) dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada penerima pesan sebagai komunikan, dalam proses komunikasi tersebut bertujuan (feedback)
untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding)
antara kedua belah pihak. Sedangkan berinteraksi dengan orang lain belum tentu mudah saling mengerti. Maka dilakukannya pendekatan yang memungkinkan untuk menduga perilaku partisipan komunikasi. pendugaan ini dilakukan dengan mengadakan pendugaan sistem sosial dalam konteks budaya masyarakat setempat. untuk memperole gambaran terebut, unsur0unsur sistem sosial perlu dikaji dengan melihatnya sebagaidua kompoenen yang terpisah yaitu struktur sosial dan norma sistem. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai interaksi antara individu dengan masyarakat bahkan individu itu sendiri serta bagaimana matriks komunikasi dalam sistem sosial dan pengaruh terhadap perilaku kominukasi
1.2.
Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu : 1. mengetahui bagaimana komunikasi masyarakat dalam lingkungannya 2. mengetahui bagaimana dalam suatu matriks komunikasi unsure-unsur dalam sistem sosial saling mempengaruhi 3. mengetahui bagai mana pengaruh unsure-unsur sistem sosial terhadap perilaku komunikasi
1.3.
Identifikasi Masalah
komunikasi dalam masyarakat merupakan suatu kebutuhan, dalam makalah ini penulis merumuskan masalah yaitu : 1. mengetahui apa itu sistem sosial 2. mengetahui bagaimana komunikasi masyarakat dalam lingkungannya 3. mengetahu apa saja unsur-unsur dalam sistem sosial 4. mengetahui masalah-masalah dalam pendugaan perilaku
II TINJAUAN PUSTAKA
Sistem sosial merupakan pola-pola yang mengatur hubungan timbal balik
antara
individu
dalam
masyarakat,
antara
individu
dengan
masyarakat, dan tingkah laku individu itu sendiri (linton, 1956). Didalam sistem sosial terdapat komponen-komponen yang satu sama lain saling berinteraksi dalam rangka mencapai satu tujuan tertentu (rogers,E.M, 1983). Norma sistem ialah peraturan tentang perilaku individu (tertulis atau tidak) dalam hubungan dengan sesama (Tubbs 1983).
Dalam setiap kelompok selalu ada pola-pola perilaku yang telah mapan dan unik, yang merupakan identitas kelompok dan menjadi unsur pembeda kelompok tadi dengan kelompok lain. (Havelock, 1971).
Fungsi norma menurut Rogers (1983) ialah : 1. Membatasi perilaku anggota sistem sosial 2. Mengarahkan perilaku anggota sistem sosial 3. Menjadi pedoman perilaku anggota sistem sosial 4. Merupakan ukuran dasar perilaku anggota sistem sosial
Dalam setiap kedudukan (status) senantiasa terdapat atura-aturan, kumpulan hak dan kewajiban. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban atau berperilaku sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Dengan demikian berarti peranan merupakan sekumpulan norma atau perilaku yang dijalankan oleh orang yang mempunyai suatu kedudukan tertentu dalam sistem sosialnya (Tubbs 1983).
Dalam setiap system sosial, penempatan posisi senantiasa dihubungkan dengan konsep wewenang. Wewenang dapat didefinisikan sebagai sejumlah hak yang diberikan pada pemegang suatu posisi (Berlo, 1960).
Struktur sosial, sebagaimana telah disebutkan, terbentuk karena tersusunya posisi, status dan peranan anggota-anggota sistem sosial.
Posisi seseorang dalam masyarakat menunjukan tempat individu tadi dalam struktur sosialnya. Sedangkan status merupakan kedudukan atau tempat seseorang dalam suatu pola atau sistem sosial tertentu (Soekanto, 1977).
III PEMBAHASAN
A. Manusia dengan Lingkungannya
Dalam kehidupan sehari-hari ada kecenderungan bahwa orang lebih senang berinteraksi dengan orang lain yang mempunyai kesamaan dalam beberapa atribut. Misalnya saja dalam hal kesamaan dalam hal tingkatan pengetahuan, status, sikap dan sisi nilai. Kenapa orang menyukai hal demeikian,karena respon komunikan sesuai dengan harapan
komunikator,
ketepatan
komunikasi
lebih
terjamin,
tidak
diperlukan usaha yang berat untuk saling mengerti, dan tujuan komunikasi dapat tercapai dengan baik. Interaksi yang terjadi pada situasi di atas biasanya hanya melibatkan partisipan komunikasi dalam jumlah terbatas. Dimana mereka sebelumnya
telah
saling
mengenal
dan
mempunyai
pengalaman
berkomunikasi dengan lawan bicaranya. Pada keadaan ini mereka tidak mengalami kesulitan dalam melakukan pendugaan-pendugaan terhadap perilaku lawan bicara. Dengan kata lain mereka dapat saling berempati dengan baik sehingga tercapai efektifitas dalam komunikasi. Akan tetapi situasi komunikasi tidak selalu demikian terjadinya. Dalam keadaan tertentu dapat dijumpai bahwa komunikator menghadapi komunikan dalam jumlah yang relatif banyak dan dengan kondisi yang sangat beragam. Di samping itu, antara komunikator dan komunikan belum saling mengenal dan tidak mempunyai pengalaman berkomunikasi satu sama lain. Dalam situasi komunikasi yang demikian, akan sulit dilakukan empati terhadap perilaku individual. Empati yang dilakukan pada situasi tesebut akan memakan waktu dan energi yang sangat banyak. Oleh karena itu dilakukan pendekatan lain yang lebih memungkinkan untuk menduga perilaku partisipan, komunikasi. Pendugaan ini dilakukan dengan mengadakan pendugaan sistem sosial dalam konteks budaya masyarakat setempat. Masalah yang akan disoroti bab ini ialah bagaimana dalam suatu matriks
komunikasi
unsur-unsur
dalam
sistem
sosial
saling
mempengaruhi, dan bagaimana pengaruh unsur-unsur sistem sosial terhadap perilaku komunikasi. B. Sistem sosial Sistem sosial merupakan pola-pola yang mengatur hubungan timbal balik
antara
individu
dalam
masyarakat,
antara
individu
dengan
masyarakat, dan tingkah laku individu itu sendiri (linton, 1956). Didalam sistem sosial terdapat komponen-komponen yang satu sama lain saling berinteraksi dalam rangka mencapai satu tujuan tertentu (rogers,E.M, 1983). Dalam konteks kebudayaan, sistem sosial ini merupakan salah satu wujud dari kebudayaan rasa untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam berhubungan dengan sesamanya (soemardjan, s. 1964). Sedangkan matriks komunikasi dapat diartikan sebagai suatu gambara hubungan antara unsur-unsur dalam sistem sosial dan pengaruhnya terhadap perilaku komunikasi anggota-anggota sistem sosial. Untuk memperoleh gambaran tersebut, unsur-unsur sistem sosial perlu dikaji dengan melihatnya sebagai dua komponen yang terpisah yaitu struktur sosial dan norma sistem. Pemisah kedua komponen sisitem sosial itu semata-mata
hanya
untuk
keperluan
analisi
saja,
karena
pada
kenyataannya kedua komponen tadi sebenarnya tidak dapat dipisahpisahkan, Norma sistem adalah jiwa atau isi dari sistem sosial, sedangkan struktur sosial merupakan kerangka atau bangunan dari sistem sosial itu sendiri.
C. Unsur-unsur Sistem Sosial
Norma sistem ialah peraturan tentang perilaku individu (tertulis atau tidak) dalam hubungan dengan sesama (Tubbs 1983). Dalam setiap
kelompok selalu ada pola-pola perilaku yang telah mapan dan unik, yang merupakan identitas kelompok dan menjadi unsur pembeda kelompok tadi dengan kelompok lain. (Havelock, 1971). Fungsi norma menurut Rogers (1983) ialah : 5. Membatasi perilaku anggota sistem sosial 6. Mengarahkan perilaku anggota sistem sosial 7. Menjadi pedoman perilaku anggota sistem sosial 8. Merupakan ukuran dasar perilaku anggota sistem sosial Norma sistem kadang berlaku dan mengikat untuk semua anggota sistem. Kadang-kadang hanya berlaku untuk segolongan orang saja. Perbedaan penerapan aturan perilaku ini akan melahirkan konsep peranan, posisi, dan status yang merupakan unsur-unsur pembentuk struktur sosial. Untuk
menjamin
keberadaan
norma,
biasanya
kelompok
melancarkan tekanan pada individu untuk senantiasa menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku. Bentuk tekanan kelompok itu antara lain berupa penghukuman kepada individu yang berperilaku menyimpang dari norma. Misalnya saja individu tersebut dikucilkan dari kegiatan kelompok. Struktur sosial, sebagaimana telah disebutkan, terbentuk karena tersusunya posisi, status dan peranan anggota-anggota sistem sosial. Posisi seseorang dalam masyarakat menunjukan tempat individu tadi dalam struktur sosialnya. Sedangkan status merupakan kedudukan atau tempat seseorang dalam suatu pola atau sistem sosial tertentu (Soekanto, 1977). Dengan demikian mungkin saja seseorang sekaligus mempunyai beberapa status yang berbeda tergantung dari nama status tadi diperoleh. Misalnya saja seseorang dalam kehidupan masyarakatnya mempunyai status sebaga lurah. Akan tetapi mungkin juga dia mempunyai status
sebagai guru. Selain itu, dalam keluarga dia adalah seorang ayah dan seorang suami. Dalam setiap kedudukan (status) senantiasa terdapat atura-aturan, kumpulan hak dan kewajiban. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban atau berperilaku sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Dengan demikian berarti peranan merupakan sekumpulan norma atau perilaku yang dijalankan oleh orang yang mempunyai suatu kedudukan tertentu dalam sistem sosialnya (Tubbs 1983). Berlo (1960) menjelaskan asal mula peranan tersebut sebagai berikut : 1. Perilaku individual, sebagai respon terhadap stimulasi yang diberikan, dikelompokan
menjadi
perilaku-peranan
(roel-behaviour)
yaitu
sekumpulan perilaku yang telah diseleksi dan dihubungkan dengan orang yang menduduki posisi tertentu dalam sistem sosial. 2. Perilaku-peranan kemudian dihubungkan dengan perilaku-peranan yang lain, disusun dan dietmpatkan pada posisi tertentu dalam struktur sosial dan dinamakan sebagai posisi-peranan (role-position) 3. Kombinasi antara perilaku peranan dan posisi peranan inilah yang dinamakan dengan peranan. Jadi istilah peranan selalu menunjukan kepada nama dari kumpulan perilaku yang diharapkan dilakukan oleh orang yang menduduki suatu tempat atau posisi dalam sistem sosial. Orang yang mempunyai kedudukan sebagai lurah artinya mempunyai pola perilaku tertentu yang menunjukan dirinya sebagai lurah. Demikian juga bila orang mempunyai status
sebagai
mahasiswa,
maka
diharapkan
dia
berperan
dan
menjalankan perilaku tertentu, hak dan kewajibannya yang harus dipenuhi sebagai mahasiswa. Dalam struktur sosial, ada suatu posisi yang mempunyai nilai tertentu bagi orang yang menduduki posisi tadi. Nilai yang terdapat pada
posisi atau kedudukan inilah yang dinamakan dengan prestise (prestige). Posisi pimpinan dalam organisasi dianggap mempunyai nilai prestise yang tinggi. Demikian juga misalnya dengan kedudukan kepala kepala desa di masyarakat pedesaan. Karena kedudukan kepala desa mempunyai nilai prestise yang tinggi, maka banyak penduduk desa yang berusaha meraih kedudukan tersebut. Dalam kehidupan kelompok juga dikenal adanya istilah “esteem”. Istilah ini dapat diartikan sebagai nilai atau penghargaan yang melekat pada individu tanpa memandang kepada posisinya dalam sistem sosial. Penghargaan yang diberikan pada individu tadi semata-mata karena memang dia memiliki kapasitas yang patut dihargai
D. Wewenang dan Kekuasaan Dalam setiap system sosial, penempatan posisi senantiasa dihubungkan dengan konsep wewenang. Wewenang dapat didefinisikan sebagai sejumlah hak yang diberikan pada pemegang suatu posisi (Berlo, 1960). Dengan wewenangnya, seseorang mempunyai kekuasaan (power) untuk mempengaruhi pihak lain bertindak sesuai dengan kehendaknya. Kekuasaan itu sendiri tidak selalu diperoleh dari wewenang resmi, tapi bisa juga karena seseorang memang mempunyai kemampuan pribadi untuk menguasai orang lain. Kekuasaan itu senantiasa ada dalam setiap masyarakat. Akan tetapi kekuasaan itu sendiri tidak dapat dibagi rata kepada semua anggota masyarakat. Bagaimana masyarakat membagi kekuasaan, menyusun dan mengatur
posisi,
merupakan
pertanyaan
yang
menarik.
Berlo
merumuskan pendapatnya bahwa posisi dan kedudukan seseorang dapat ditentukan dengan melihat : 1. Derajat kepentingan peranan. 2. Derajat kesulitan untuk mendapatkan suatu peranan.
3. Derajat ketergantungan suatu peran dengan peran yang lain. 4. Nilai yang terkandung dalam peranan yang bersangkutan. Hubungan antara wewenang atau kekuasaan dengan posisi biasanya bersifat
positif.
Semakin
tinggi
posisi
seseorang
semakin
besar
wewenang/kekuasaan orang tersebut.
E. Tujuan Kelompok Tujuan dalam kelompok selain mempengaruhi aktivitas dan suksesnya kelompok, juga mempengaruhi perilaku anggota kelompok. Tujuan kelompok menurut Berlo terdiri dari tiga dimensi. Dimensi pertama
dari
tujuan
kelompok
adalah
produktivitas.
Peningkatan
produktivitas dalam kelompok bertujuan menghasilkan produk kelompok secara lebih efektif dan efesien. Tujuan dalam dimensi pertama merupakan tujuan perseorangan dan juga sekaligus tujuan kelompok. Dimensi kedua dari tujuan kelompok ialah pemeliharaan kelompok (group maintenance). Dimensi kedua ini tidak berhubungan dengan tujuan perseorangan, tapi hanya merupakan tujuan kelompok. Kelompok perlu menetapkan tujuan tersebut agar keberadaan kelompok dapat terus berlanjut. Antara dimensi pertama dengan dimensi kedua tadi terdapat hubungan yang erat. Misalnya, jika tidak ada pemeliharaan kelompok mungkin seorang anggota kelompok merasa tidak puas, sehingga dia keluar dari keanggotaan kelompok. Jika hal itu terjadi berarti keutuhan kelompok jadi terpecah. Inilah yang dapat mengakibatkan produktivitas kelompok tidak tercapai. Dimensi ketiga dari tujuan kelompok ialah bentuk ketergantungan anggota dalam mencapai tujuan kelompok. Secara ekstrim ada dua jenis ketergantungan “promotive” terjadi bila tujuan kelompok hanya mungkin
tercapai apabila ada kerjasama diantara anggota kelompok. Sedangkan ketergantungan dan “contrient” terjadi bila dalam mencapai suatu tujuan masing-masing anggota saling berkompetisi. Antara
ketergantungan
promotive-contrient
dan
tujuan
produktivitas-pemeliharaan kelompok, juga terdapat hubungan. Biasanya ketergantungan promotive menghasilkan kepuasan anggota yang lebih tinggi dibandingkan dengan ketergantungan “contrient”. Sedangkan ketergantungan “contrient” biasanya menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan ketergantungan “promotive”.
F. Aplikasi Pendugaan Sistem Sosial
Bagaimana unsur-unsur dalam sistem sosial saling berpengaruh telah diurakan pada bagian sebelumnya. Berikut ini akan dibahas bagaimana hubungan antara unsur-unsur dalam sistem sosial tadi dengan perilaku komunikasi, apa pengaruhnya dan bagaimana aplikasinya dalam kegiatan komunikasi yang direncanakan, misalnya untuk kegiatan penyuluhan pertanian. Telah disebutkan bahwa sistem sosial lahir karena manusia membutuhkan aturan dalam berhubungan dengan sesamanya. Sistem sosial itu dihasilkan karena manusia berinteraksi dengan sesamanya, karena manusia saling berkomunikasi. Alokasi posisi, penentuan status, spesifikasi perilaku peranan, pembentukan norma, semuanya dicapai melalui kegiatan komunikasi. Dengan kata lain, unsur-unsur dalam kegiatan sosial semuanya dihasilkan melalui kegiatan komunikasi. Pada perkembangan selanjutnya, unsur-unsur sistem sosial tadi akan mempengaruhi proses komunikasi yang terjadi. Unsur-unsur sistem
sosial mempengaruhi bagaimana, mengapa, dengan siapa dan dariman komunikasi terjadi. Sistem sosial membatasi cakupan dengan siapa orang berkomunikasi. Misalnya, seseorang menempati posisi tertentu dalam sistem sosialnya. Maka dia mempunyai peluang yang lebih besar untuk berinteraksi
dengan
orang
lain
yang
sederajat.
Sebaliknya,
dia
mempunyai peluang lebih kecil untuk berkomunikasi dengan orang lain yang mempunyai posisi lebih tinggi atau lebih rendah. Sistem sosial juga menentukan frekuensi interaksi seseorang. Beberapa macam peranan dapat meningkatkan frekuensi interaksi seseorang dengan orang lain, misalnya peranan penyuluh, salesman, resepsionis, dan guru. Sebaliknya ada peranan yang membatasi interaksi seseorang dengan orang lain. Peranan ini biasanya menyangkut pada tugas seseorang untuk menyimpan suatu rahasia, misalnya peranan akuntan, pimpinan perusahaan, agen polisi dan sebagainya. Sistem memperlakukan
sosial
juga
pesan.
mempengaruhi Seorang
macam,
pemimpin
isi,
dan
perusahaan
cara dalam
membicarakan sesuatu hal kepada koleganya akan menggunakan komunikasi langsung tatap muka, akan tetapi untuk menyampaikan sesuatau kepada bawahannya barangkali cukup dengan memberikan memo dengan isi pesan biasanya bersifat petunjuk atau pengarahan. Dengan mengetahui ada hubungan antara unsur-unsur sistem sosial
dengan
perilaku
komunikasi,
maka
kita
dapat
melakukan
pendugaan perilaku individual. Pendugaan perilaku dapat dilakukan antara lain dengan mengamati peranan yang dimiliki oleh seseorang. Karena dalam setiap peranan selalu ada pola-pola perilaku yang harus dijalani oleh siapa saja yang memegang peranan tersebut ( the must behaviour). Dalam peranan itu juga ada perilaku-perilaku yang tidak boleh dilakukan oleh orang yang bersangkutan (can’t behaviour). Ambil contoh misalnya peranan seorang penyuluh pertanian. Seorang penyuluh mempunyai kewajiban menyampaikan pesan kepada petani yang membutuhkan. Dia tidak boleh menyimpannpesan tersebut untuk
keuntungan pribadinya, dan dia tidak boleh berlaku tidak adil dengan menyampaikan pesan hanya kepada golongan petani tertentu saja. Jadi dengan mengetahui pola perilaku yang ada dalam suatu peranan kita dapat menduga perilaku orang yang memainkan peranan tersebut. Sistem sosial juga akan mempengaruhi beberapa atribut individu seperti sikap, pengetahuan, dan sistem kepercayaan. Orang yang hidup dalam lingkungan sistem sosial tertentu, katakanlah suatu masyarakat yang komunis, dalam dirinya akan terbentuk nilai-nilau yang dianut oleh sistem sosial tadi. Oleh karena itu dengan mengetahui corak atau sistem, kita dapat mengetahui beberapa atribut kepribadian seperti yang telah disebutkan dimuka. Pendugaan juga biasa dilakukan dengan melihat pada norma, tujuan dan ketergantungan kelompok. Norma kelompok merupakan identitas kelompok. Oleh karena itu, dengan mengetahui bahwa seseorang adalah anggota dari sistem sosial tertentu, maka dapat diduga perilakunya. Tujuan kelompok juga menentukan perilaku anggota kelompok. Tujuan kelompok yang mengutamakan produktivitas, tentunya menghasilkan perilaku anggota yang berbeda jika dibandingkan dengan tujuan
kelompok
yang
mengutamakan
pemeliharaan
kelompok.
Ketergantungan anggota dalam mencapai tujuan kelompok juga akan mempengaruhi perilaku. Secara ekstrim perilaku anggota akan berbeda apabila ketergantungan berada dalam dua kutub yaitu ketergantungan “promotive” dan ketergantungan “contrient”. Adanya kecenderungan orang lebih senang berinteraksi dengan orang lain yang sederajat, dalam keadaan tertentu dapat menghambat tersebarnya inovasi ke dalam anggota sistem sosial. Hal ini terutama terjadi di masyarakat pedesaan. Suatu inovasi sering kali hanya menyebar horizontal pada golongan petani tertentu saja. Tentunya hal ini akan memperlambat proses diskusi inovasi tersebut.
Oleh karena itu, dengan mengetahui bahwa dalam sistem sosial selalu tedapat kecenderungan perilaku komunikasi yang demikian, seorang penyuluh harus bekerjasama dengan tokoh-tokoh masyarakat dari berbagai lapisan petani. Dengan cara itu diharapkan inovasi dapat lebih cepat menyebar di masyarakat pedesaan.
G. Masalah-Masalah Dalam Pendugaan Perilaku Dalam menduga perilaku individu dengan menggunakan dasar pengetahuan
sistem
sosial,
seringkali
timbul
permasalahan.
Permasalahan tadi muncul karena bekenya unsure-unsur daam sistem sosial sangat kompleks, dan aspek-aspek yang ada di dalamnya sangat beragam. Hal ini misalnya dapat terlihat dari adanya aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam pendugaan perilaku peranan, aspek wewenang dan kekuasaan dalam posisi, beragamnya peranan seseorang, dan adanya konflik peranan dan norma. di bawah ini akan diuraikan satu persatu permasalahan diatas.
a. Beberapa Aspek Perilaku dalam Peranan Dalam perilaku peranan (role-behaviour) ada beberapa istilah yang digunakan yaitu : 1. Role-Prescription : pernyataan yang eksplisit tentang perilaku yang harus dilakukan oleh orang yang mempunyai suatu peranan tertentu. 2. Role Description : rincian perilaku yang dijalankan oleh si pemegang peranan 3. Role Expectation : harapan yang ada pada seseorang tentang perilaku yang harus dijalankan oleh pemegang suatu peranan.
Ketiga hal di atas saling berhubungan. Apabila ketiganya berjalan bersamaan, pendugaan perilaku yang kita lakukan akan tepat. Akan tetapi jika mereka berbeda, maka akan terjadi kegagalan dalam pendugaan. Ilustrasinya adalah tugas seorang kontak tani adalah membantu penyulus menyampaikan pesan kepada petani (role prescription). Pada suatu saat, seorang penyuluh menyampaikan pesan penyuluhan kepada kontak tani dengan harapan dia mau meneruskan pesan itu kepada petani lainnya (role expectation). Akan tetapi karena alasan tertentu sang kontak petani tidak menyampaikan kepada petani yang lain (role Description). Maka gagalah maksud dari sang penyuluh.
b. Aspek Wewenang dan Kekuasaan dalam Posisi Dalam setiap posisi terkandung pola-pola perilaku tertentu. Sehingga masalah yang sama seperti pendugaan perilaku dalam peranan akan muncul jika perilaku pemegang suatu posisi menyimpang dari apa yang seharusnya dia lakukan. Ambil contoh misalnya posisi kepala keamanan di suatu desa. Kekuasaannya seharusnya hanyalah menjaga keamanan desa. Dia tidak berhak misalnya mengatur tugas seorang penyuluh di desa tersebut. Bila itu dilakukan berarti dia telah melewati batas wewenang, dan ini dapat menimbulkan permasalahan.
c. Sistem Sosial yang Beragam 1. Kelompok Rujukan Diantara kelompok sosial yang dimasuki, seseorang biasanya mempunyai kelompok rujukan. Kelompok rujukan itu merupakan kelompok yang menjadi tempat rujukan seseorang dalam mengidentifikasikan diri,
merupakan kelompok yang norma-norma dan perilakunya menjadi panutan bagi orang yang bersangkutan. Dalam menduga perilaku orang, perlu diketahui kelompok mana yang menjadi rujukannya, kelompok mana yang paling berperan dalam pembentukan perilaku orang tersebut.
2. Konflik Peranan dan Norma Seseorang mungkin menempati posisi yang berbeda dalam berbagai sitem sosial yang dimasukinya. Peranan dan norma-normanya juga mungkinberbeda bahkan bisa juga bertentangan satu sama lain. Jika peranan dan norma ini mengalami konflik atau pertentangan, maka hal ini dapat mengakibatkan ketepatan pendugaan perilaku akan menurun karenasulit
menentukan
perilaku
mana
yang
dominan
bagi
seseorang.contoh dari adanya konflik peranan misalnya demikian. Pak Hasan adalah seorang Camat. Sedangkan pak Amir adalah seorang juru ketik yang bekerja di kantor kecamatan tempat pah Hasan bertugas. Berarti pak Hasan adalah atasan pak Amir di kantor Kecamatan tersebut. Akan tetapi pada sistuasi sistem sosial yang lain yaitu keluarga, pak Amir itu kebetulan adalah mertua dari pak Hasan. Dalam situasi yang demikianlah masalah konflik peranan dapat terjadi. Sedangkan ilustrasi dari kemungkinan timbulnya konflik norma adalah demikian. Seseorang bekerja di dua tempat yang berbeda katakanlah di suatu lembag penelitian dan di suatu perusahaan obatobatan pemberantas hama tanaman. Sebagai seoran peneliti hama, orang tadi harus bebas dari interes pribadi dalam menghasilkan penelitian untuk menemukan jenis obat-obatan yang dapat dianjurkan kepada konsumen. Artinya dia harus netral dalam memberikan rekomendasi pengobatan atau pemberantasan hama tanaman. Hal ini tentunya bertentangan dengan norma dia sebagai seorang salesman di perusahaan obat-obatan itu. Norma salesmen adalah mempengaruhi konsumen untuk membeli produk
yang dihasilkan perusahaannya. Menghadapi keadaan ini tentunya dalam diri orang tersebut terjadi konflik norma.
3. perbedaan-perbedaan dalam Berbagai Sistem Sosial Pendugaan perilaku berdasarkan pengetahuan dari satu sistem sosial barangkali tidak sama hasilnya apabila diterapkan untuk menduga sistem sosial yang lain. Hal ini disebabkan karen setiap sistem sosial mempunyai aturan tersendiri dalam menyusun perilaku peranannya, dalam mengalokasikan wewenang dan kekuasaan, dalam menentukan tujuan dan ketergantungan kelompok, dan dalam menjalankan normanormanya. Dengan kata lain, komposisi dan bekerjanya suatu sistem sosial mungkin berbeda dengan sistem sosial yang lain.
KESIMPULAN
o Manusia harus berkomunikasi dengan orang lain dalam masyarakat, dengan suatu sistem sosial dimana mereka berada yang akan mempengaruhinya untuk mencari keperluannya. o Factor-faktor dalam sistem sosial adalah : tingkah laku (perilaku), posisi, prestise dan kebanggaan. o Fungsi-fungsi dan norma-norma dalam sistem sosial akan berpengaruh terhadap
komunikasi.
Demikian
juga
dimensi
tujuan
grup
akan
mempengaruhi komunikasi. o Komunikasi dan sistem sosial :
Sistem sosial dihasilkan melalui komunikasi.
Sekali sistem sosial telah berkembang, itu akan menentukan komunikasi anggota-anggotanya.
Komunikasi mempengaruhi sistem sosial, sistem sosial mempengaruhi komunikasi.
o Komunikasi tidak berfungsi, karena kesulitan prediksi dari : fungsi tingkah laku dan fungsi kedudukan. o Fungsi ganda : dalam hal ini menunjukkan golongan adalah sistem sosial yang menjadi titik petunjuk bagi individu dimana grup mempunyai norma-
norma, fungsi tingkah laku adalah sangat penting kepada tingkah lakunya dan kepercayaannya. o Konflik antara fungsi dan norma mungkin terdapat dalam sistem yang satu dengan sistem yang lain. Komunikasi melewati sistem yang berbeda akan terdapat peningkatan hambatan-hambatan yang dihadapi.
DAFTAR PUSTAKA