EP. 107 TINDAKAN PEMASANGAN ETT (ENDO TRACHEAL TUBE)/ INTUBASI PENGERTIAN Pemasangan Endotracheal Tube (ETT) atau Intubasi adalah memasukkan pipa jalan nafas buatan kedalam trachea melalui mulut. Tindakan Intubasi baru dapat di lakukan bila : cara lain untuk membebaskan jalan nafas (airway) gagal, perlu memberikan nafas buatan dalam jangka panjang, ada resiko besar terjadi aspirasi ke paru. B. TUJUAN 1. Membebaskan jalan nafas 2. Untuk pemberian pernafasan mekanis (dengan ventilator). C. PERSIAPAN ALAT YANG DI GUNAKAN 1. Laryngoscope 2. Endotracheal tube (ETT) sesuai ukuran (Pria : no. 7,7.5, 8 ) (Wanita no. 6.5, 7) 3. Mandrin 4. Xylocain jelly 5. Sarung tangan steril 6. Xylocain spray 7. Spuit 10 cc 8. Orofaringeal tube (guedel) 9. Stetoskop 10.Bag Valve Mask (ambubag) 11. Suction kateter 12. Plester 13. Gunting 14.Masker D. PERSIAPAN TINDAKAN 1. Posisi pasien terlentang dengan kepala ekstensi (bila dimungkinkan pasien di tidurkan dengan obat pelumpuh otot yang sesuai )
2. Petugas mencuci tangan 3. Petugas memakai masker dan sarung tangan 4. Melakukan suction 5. Melakukan intubasi dan menyiapkan mesin pernafasan (Ventilator) • buka blade pegang tangkai laryngoskop dengan tenang • buka mulut pasien • masukan blade pelan-pelan menyusuri dasar lidahujung blade sudah sampai di pangkal lidah- geser lidah pelan-pelan ke arah kiri • angkat tangkai laryngoskop ke depan sehingga menyangkut ke seluruh lidah ke depan sehingga rona glotis terlihat • ambil pipa ETT sesuai ukuran yang sudah di tentukan sebelumnya • masukkan dari sudut mulut kanan arahkan ujung ETT menyusur ke rima glotis masuk ke celah pita suara • dorong pelan sehingga seluruh balon ETT di bawah pita suara • cabut stylet • tiup balon ETT sesuai volumenya • cek adakah suara keluar dari pipa ETT dengan Menghentak dada pasien dengan ambu bag • cek ulang dengan stetoskop dan dengarkan aliran udara yang masuk leawt ETT apakah sama antara paru kanan dan kiri o fiksasi ETT dengan Plester o hubungkan ETT dengan konektor sumber oksigen 6. Pernafasan yang adekuat dapat di monitor melalui cek BGA (Blood Gas Analysis) ± ½ – 1jam setelah intubasi selesai 7. Mencuci tangan sesudah melakukan intubasi 8. catat respon pernafasan pasien pada mesin ventilator
Jl. Danau Sunter Utara, Sunter Paradise I, Jakarta 14350 T. (021) 6400261 F. (021) 6400778 email :
[email protected] www.royalprogress.com
– Sarung tangan steril – Bengkok – Cairan NaCl 0,9% (25 ml) – Plester
EP. 108 PEMASANGAN CENTRAL VENOUS CATHETER (CVC) Pengertian CVP adalah memasukkan kateter poli ethylene dari vena tepi sehingga ujungnya berada di dalam atrium kanan atau di muara vena cava. CVP disebut juga kateterisasi vena sentralis (KVS) Tekanan vena sentral secara langsung merefleksikan tekanan pada atrium kanan. Secara tidak langsung menggambarkan beban awal jantung kanan atau tekanan ventrikel kanan pada akhir diastole. Menurut Gardner dan Woods nilai normal tekanan vena sentral adalah 3-8 cmH2O atau 2-6 mmHg. Sementara menurut Sutanto (2004) nilai normal CVP adalah 4 – 10 mmHg. Beberapa hal yang harus diperhatikan perihal : 1. Mengadakan persiapan alat – alat 2. Pemasangan manometer pada standard infus 3. Menentukan titik nol 4. Memasang cairan infus 5. Fiksasi 6. Fisioterapi dan mobilisasi Tujuan 1. Mengetahui tekanan vena sentralis (TVS) 2. Untuk memberikan total parenteral nutrition (TPN) ; makanan kalori tinggi secara intravena 3. Untuk mengambil darah vena 4. Untuk memberikan obat – obatan secara intra vena 5. Memberikan cairan dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat 6. Dilakukan pada penderita gawat yang membutuhkan erawatan yang cukup lama CVP bukan merupakan suatu parameter klinis yang berdiri sendiri, harus dinilai dengan parameter yang lainnya seperti : • Denyut nadi • Tekanan darah • Volume darah • CVP mencerminkan jumlah volume darah yang beredar dalam tubuh penderita, yang ditentukan oleh kekuatan kontraksi otot jantung. Misal : syock hipovolemik –> CVP rendah Persiapan untuk pemasangan a. Persiapan pasien Memberikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang: – tujuan pemasangan, – daerah pemasangan, & – prosedur yang akan dikerjakan b. Persiapan alat– Kateter CVP – Set CVP – Spuit 2,5 cc – Antiseptik – Obat anaestesi lokal
Cara Kerja a. Daerah yang Dipasang : • Vena femoralis • Vena cephalika • Vena basalika • Vena subclavia • Vena jugularis eksterna • Vena jugularis interna b. Cara Pemasangan : • Penderita tidur terlentang (trendelenberg) • Bahu kiri diberi bantal • Pakai sarung tangan • Desinfeksi daearah CVP • Pasang doek lobang • Tentukan tempat tusukan • Beri anestesi lokal • Ukur berapa jauh kateter dimasukkan • Ujung kateter sambungkan dengan spuit 20 cc yang diisi NaCl 0,9% 2-5 cc • Jarum ditusukkan kira – kira 1 jari kedepan medial, ke arah telinga sisi yang berlawanan • Darah dihisap dengan spuit tadi • Kateter terus dimasukkan ke dalam jarum, terus didorong sampai dengan vena cava superior atau atrium kanan • Mandrin dicabut kemudian disambung infus -> manometer dengan three way stopcock • Kateter fiksasi pada kulit • Beri betadhin 10% • Tutup kasa steril dan diplester Keuntungan Pemasangan di Daerah Vena Subclavia 1. Mudah dilaksanakan (diameter 1,5 cm – 2,5 cm) 2. Fiksasi mudah 3. Menyenangkan penderita 4. Tidak mengganggu perawatan rutin dapat dipertahankan sampai 1 minggu Cara Menilai CVP dan Pemasangan Manometer Cara Menentukan Titik Nol CVP Manometer • Penderita tidur terlentang mendatar • Dengan menggunakan slang air tang berisi air ± setengahnya -> membentuk lingkaran dengan batas air yang terpisah • Titik nol penderita dihubungkan dengan batas air pada sisi slang yang satu. Sisi yang lain ditempatkan pada manometer. • Titik nol manometer dapat ditentukan • Titik nol manometer adalah titik yang sama tingginya dengan titik aliran V.cava superior, atrium kanan dan V.cava inferior bertemu menjadi satu. Penilaian CVP • Kateter, infus, manometer dihubungkan dengan stopcock -> amati infus lancar atau tidak • Penderita terlentang • Cairan infus kita naikkan ke dalam manometer sampai dengan angka tertinggi -> jaga jangan sampai cairan keluar • Cairan infus kita tutup, dengan memutar stopcock hubungkan manometer akan masuk ke tubuh penderita • Permukaan cairan di manometer akan turun dan terjadi undulasi sesuai irama nafas, turun (inspirasi), naik (ekspirasi) • Undulasi berhenti -> disitu batas terahir -> nilai CVP • Nilai pada angka 7 -> nilai CVP 7 cmH2O
• Infus dijalankan lagi setelah diketahui nilai CVP Nilai CVP • Nilai rendah : < 4 cmH2O • Nilai normal : 4 – 10 cmH2O • Nilai sedang : 10 – 15 cmH2O • Nilai tinggi : > 15 cmH2O Penilaian CVP dan Arti Klinisnya CVP sangat berarti pada penderita yang mengalami shock dan penilaiannya adalah sebagai berikut : 1. CVP rendah (< 4 cmH2O) • Beri darah atau cairan dengan tetesan cepat. • Bila CVP normal, tanda shock hilang -> shock hipovolemik • Bila CVP normal, tanda – tanda shock bertambah -> shock septik 2. CVP normal (4 – 14 cmH2O) • Bila darah atau cairan dengan hati – hati dan dipantau pengaruhnya dalam sirkulasi. • Bila CVP normal, tanda – tanda shock negatif -> shock hipovolemik • Bila CVP bertambah naik, tanda shock positif -> septik shock, cardiogenik shock 3. CVP tinggi (> 15 cmH2O) • Menunjukkan adanya gangguan kerja jantung (insufisiensi kardiak) • Terapi : obat kardiotonika (dopamin). Faktor -faktor yang Mempengaruhi CVP 1. Volume darah : • Volume darah total • Volume darah yang terdapat di dalam vena • Kecepatan pemberian tranfusi/ cairan 2. Kegagalan jantung dan insufisiensi jantung 3. Konstriksi pembuluh darah vena yang disebabkan oleh faktor neurologi 4. Penggunaan obat – obatan vasopresor 5. Peningkatan tekanan intraperitoneal dan tekanan intrathoracal, misal : • Post operasi illeus • Hematothoraks • Pneumothoraks • Penggunaan ventilator mekanik • Emphysema mediastinum 6. Emboli paru – paru 7. Hipertensi arteri pulmonal 8. Vena cava superior sindrom 9. Penyakit paru – paru obstruksi menahun 10. Pericarditis constrictiva 11. Artevac ; tersumbatnya kateter, ujung kateter berada di dalam v.jugularis inferior
Jl. Danau Sunter Utara, Sunter Paradise I, Jakarta 14350 T. (021) 6400261 F. (021) 6400778 email :
[email protected] www.royalprogress.com
EP. 109 PARASENTESIS KANDUNG KEMIH Indikasi Retensio urin akut dengan keadaan umum berat, tidak ada fasilitas lain, dan dalam keadaan gawat darurat, dengan syarat dalam 1-2 jam berikutnya dilakukan tindakan selanjutnya. Bila tidak dilakukan tindakan berikutnya kandung kemih akan penuh kembali dan merembes melalui bekas pungsi hingga terjadi infiltrat urin yang dapat menjadi urosepsis yang berakibat fatal bagi penderita.
2. Lakukan anestesi pada dinding perut di atas simfisis pubis. Kemudian tusukkan jarum ke kandung kemih dengan hati-hati hingga urin keluar 3. Tampung urin. Saat melakukan tindakan ini kandung kemih harus penuh. Bila tidak dapat terjadi perlukaan pada organ intraperitoneum. Komplikasi Perdarahan dan ekstravasasi urin.
Peralatan Jarum pungsi lumbal, jarum panjang biasa, atau abbocath berukuran besar (G 18), spuit anestesi dan zat anestesi, duk steril, wadah penampung urin steril. Teknik 1. Penderita dalam posisi telentang dengan pantat diganjal bantal tipis agar simfisis pubis menonjol.
Jl. Danau Sunter Utara, Sunter Paradise I, Jakarta 14350 T. (021) 6400261 F. (021) 6400778 email :
[email protected] www.royalprogress.com
EP. 110 PERAWATAN KATETER DOUBLE-LUMEN HEMODIALISIS Definisi Kateter double lumen adalah sebuah alat yang terbuat dari bahan plastic PVC mempunyai 2 cabang, selang merah (arteri) untuk keluarnya darah dari tubuh ke mesin dan selang biru (vena) untuk masuknya darah dari mesin ke tubuh Kateter double-lumen hemodialisis merupakan alat akses vaskular hemodialisis akut. Kateternya terbuat dari polyurethane, polyethylene atau polytetrafluoethylene. Lokasi penusukan kateter hemodialisis dapat dilakukan di beberapa tempat,yaitu : 1. Vena femoralis 2. Vena subclavicula 3. Vena jugularis internal Komplikasi 1.Perdarahan 2.Infeksi sekitar catheter 3.Sumbatan pada pembuluh vena sentral 4.Rasa sakit pada daerah sekitar leher Cara / teknik perawatan kateter double lumen 1. Tujuan Perawatan Kateter Double Lumen Adalah mencegah terjadinya infeksi, mencegah adanya bekuan darah di selang kateter double lumen, kateter dapat digunakan dalam waktu tertentu dan aliran darah menjadi lancar. 2. Hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan kateter double lumen
Adalah kebersihan kateter, kondisi kateter yang tidak tertekuk, rembesan darah dari sambungan tutup kateter, kateter lepas atau berubah posisi, tanda – tanda peradangan dan keluhan pasien. 3. Prosedur perawatan kateter double lumen Perencanaan : 1) Persiapan alat • Set steril (sarung tangan steril, kasa, pinset anatomis, 3 kom,doek berlubang, tuffer) • Bethadine • Alcohol 70% • NaCl 0,9% • Sarung tangan disposable • Spuit 5 cc • Kain perlak (alas) • Plester • Piala ginjal • Plastik • Fiksomol / tegaderm • Salep 2) Persiapan klien • Menjaga privacy klien • Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan 3) Pelaksanaan a. Perawat mencuci tangan b. Memakai sarung tangan disposable c. Dekatkan alat yang digunakan d. Letakkan alas (perlak) di bawah kateter double lumen e. Lepaskan balutan kotor dari badan pasien dan masukkan balutan tersebut ke dalam plastik kotor. f. Lepaskan sarung tangan disposible g. Buka set steril h. Pakai sarung tangan steril i. Isilah masing – masing kom dengan betadin solution, alcohol 70 %. Jika di unit hemodialisa menggunakan bromderm spray (alkohol dan bethadine) j. Lakukan desinfektan pada area kulit di
k. l.
m.
n. o. p. q.
sekitar lokasi penusukan (exit site) dengan menggunakan alkohol 70% dan diulangi sampai kulit bebas dari kotoran. Kemudian berikan desinfektan dengan bethadine solution secara sirkuler dari arah dalam keluar. Sekitar exit site, betroban salep lalu ditutup dengan kasa steril. Berikan heparin pekat sesuai dengan anjuran yang tertera dalam selang pada kateter double lumen (unit hemodialisa). Kencangkan kateter double lumen dan tutup kateter double lumen dan klem dalam posisi terkunci (unit hemodialisa). Fiksasi kateter double lumen + elastic verban (femoral) Tutuplah seluruh kateter dengan kasa steril dan transparan dressing Bersihkan alat-alat yang sudah terpakai Cek kembali keadaan exit site dan kelancaran kateter
Anjuran Untuk Pasien • Anjurkan klien untuk meminimalkan aktivitas seperti berjalan (femoralis) • Meminimalkan jongkok terlalu lama (khusus femoralis) • Balutan dipertahankan tetap kering dan bersih
Jl. Danau Sunter Utara, Sunter Paradise I, Jakarta 14350 T. (021) 6400261 F. (021) 6400778 email :
[email protected] www.royalprogress.com
EP. 111 KATETERISASI SALURAN KEMIH Persiapan • Persiapan pasien: rambut pubis dicukur, lakukan tindakan asepsis/antisepsis daerah kelamin serta pasang duk steril. • Alat-alat: kateter (karet atau logam), tabung suntik uretra untuk memasukkan anestesi lokal, antiseptik, kasa steril, jeli steril, anestesi lokal. • Persyaratan kateterisasi adalah: ada indikasi, sterilitas harus dijaga, tersedia pelumas (jeli) untuk mengurangi trauma, dan anestesi untuk mengurangi spasme uratra. Teknik Kateterisasi 1. Penolong berada di sebelah kanan penderita menghadap ke arah kepala penderita. 2. Orifisium uretra eksterna dicuci dengan antiseptik. 3. Dengan tabung suntik uretra, masukkan anestesi lokal berbentuk jeli ke dalam uretra. Untuk itu dapat digunakan lidokain jeli 1-2% sebanyak 20 ml. Tunggu beberapa menit hingga anestesi bekerja. 4. Ujung kateter yang akan dimasukkan
dibubuhi jeli anestetik. Penis dipegang dengan tangan kanan penolong tepat pada glans penis (sulkus koronarius glands) dan ditarik ke atas di antara kedua paha. Dengan pinset, kateter dimasukkan ke orifisium uretra eksterna, kemudian kateter didorong perlahan-lahan masuk ke dalam uretra hingga pangkal kateter. Pemasukan tidak boleh dipaksa.
Jl. Danau Sunter Utara, Sunter Paradise I, Jakarta 14350 T. (021) 6400261 F. (021) 6400778 email :
[email protected] www.royalprogress.com
EP. 112 TRAKEOSTOMI (TRACHEOSTOMY) Definisi Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/ anterior trakea untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas. Indikasi trakeostomi Indikasi trakeostomi termasuk sumbatan mekanis pada jalan nafas dan gangguan non obstruksi yang mengubah ventilasi. Gejala-gejala yang mengindikasikan adanya obstruksi pada jalan nafas: 1. timbulnya dispneu dan stridor eskpirasi yang khas pada obstruksi setinggi atau di bawah rima glotis terjadinya retraksi pada insisura suprasternal dan supraklavikular. 2. Pasien tampak pucat atau sianotik 3. disfagia 4. pada anak-anak akan tampak gelisah Gangguan yang mengindikasikan perlunya trakeostomi : 1. terjadinya obstruksi jalan nafas atas 2. sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis, misalnya pada pasien dalam keadaan koma. 3. untuk memasang alat bantu pernafasan (respirator). 4. apabila terdapat benda asing di subglotis. 5. penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas ( misal angina ludwig), epiglotitis dan lesi vaskuler, neoplastik atau traumatik yang timbul melalui mekanisme serupa 6. mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran nafas atas seperti rongga mulut, sekitar lidah dan faring. Hal ini sangat berguna pada pasien dengan kerusakan paru, yang kapasitas vitalnya berkurang. Indikasi lain yaitu: 1. Cedera parah pada wajah dan leher 2. Setelah pembedahan wajah dan leher 3. Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan sehingga mengakibatkan resiko tinggi terjadinya aspirasi Pembagian Trakeostomi Menurut lama penggunaannya, trakeosomi dibagi menjadi penggunaan permanen dan dan penggunaan sementara, sedangkan menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan letak yang tinggi dan letak yang rendah dan batas letak ini adalah cincin trakea ke tiga. Jika dibagi menurut waktu dilakukannya tindakan, maka trakeostomi dibagi dalam trakeostomi darurat dan segera dengan persiapan sarana sangat kurang dan trakeostomi berencana (persiapan sarana cukup) dan dapat dilakukan secara baik. Jenis Tindakan Trakeostomi
1. Surgical trakeostomy Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang operasi. Insisi dibuat diantara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm. 2. Percutaneous Tracheostomy Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat. Dilakukan pembuatan lubang diantara cincing trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil. 3. Mini tracheostomy Dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan trakeostomi mini ini dimasukan menggunakan kawat dan dilator. Jenis Pipa Trakeostomi 1. Cuffed Tubes Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga memperkecil risiko timbulnya aspirasi 2. Uncuffed Tubes Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang tidak mempunyai risiko aspirasi 3. Trakeostomi dua cabang (dengan kanul dalam) Dua bagian trakeostomi ini dapat dikembangkan dan dikempiskan sehingga kanul dalam dapat dibersihkan dan diganti untuk mencegah terjadi obstruksi. 4. Silver Negus Tubes Terdiri dua bagian pipa yang digunakan untuk trakeostomi jangka panjang. Tidak perlu terlalu sering dibersihkan dan penderita dapat merawat sendiri. 5. Fenestrated Tubes Trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di sebelah posteriornya, sehingga penderita masih tetap merasa bernafas melewati hidungnya. Selain itu, bagian terbuka ini memungkinkan penderita untuk dapat berbicara. Alat-Alat Trakeostomi Alat yang diperlukan untuk melakukan trakeostomi adalah semprit yang berisi obat analgesia, pisau, pinset anatomi, gunting panjang tumpul, sepasang pengait tumpul, klem arteri, gunting kecil yang tajam serta kanul trakea dengan ukuran sesuai. Teknik Trakeostomi 1. Pasien tidur terlentang, bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga memudahkan kepala untuk diekstensikan pada persendian atalantooksipital. Dengan posisi seperti ini leher akan lurus dan trakea akan terletak di garis median dekat permukaan leher. 2. Kulit leher dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik dan ditutup dengan kain steril. 3. Obat anestetikum disuntikkan di pertengahan krikoid dengan fossa suprasternal secara infiltrasi. 4. Sayatan kulit dapat vertikal di garis tengah leher mulai dari bawah krikoid sampai fosa suprasternal atau jika membuat sayatan horizontal dilakukan pada pertengahan jarak antara kartilago krikoid dengan fosa suprasternal atau kira-kira dua jari dari bawah krikoid orang dewasa. Sayatan jangan terlalu sempit, dibuat kira-kira lima sentimeter. 5. Dengan gunting panjang yang tumpul kulit serta jaringan di bawahnya dipisahkan lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul sampai tampak trakea yang berupa pipa dengan susunan cincin tulang
rawan yang berwarna putih. Bila lapisan ini dan jaringan di bawahnya dibuka tepat di tengah maka trakea ini mudah ditemukan. Pembuluh darah yang tampak ditarik lateral. Ismuth tiroid yang ditemukan ditarik ke atas supaya cincin trakea jelas terlihat. Jika tidak mungkin, ismuth tiroid diklem pada dua tempat dan dipotong ditengahnya. Sebelum klem ini dilepaskan ismuth tiroid diikat keda tepinya dan disisihkan ke lateral. Perdarahan dihentikan dan jika perlu diikat. Lakukan aspirasi dengan cara menusukkan jarum pada membran antara cincin trakea dan akan terasa ringan waktu ditarik. Buat stoma dengan memotong cincin trakea ke tiga dengan gunting yang tajam. Kemudian pasang kanul trakea dengan ukuran yang sesuai. Kanul difiksasi dengan tali pada leher pasien dan luka operasi ditutup dengan kasa.1 Untuk menghindari terjadinya komplikasi perlu diperhatikan insisi kulit jangan terlalu pendek agar tidak sukar mencari trakea dan mencegah terjadinya emfisema kulit. Perawatan Pasca Trakeostomi Secera setelah trakeostomi dilakukan: 1. Rontgen dada untuk menilai posisi tuba dan melihat timbul atau tidaknya komplikasi 2. Antibiotik untuk menurunkan risiko timbulnya infeksi 3. Mengajari pihak keluarga dan penderita sendiri cara merawat pipa trakeostomi Perawatan pasca trakeostomi sangat penting karena sekret dapat menyumbat dan menimbulkan asfiksia. Oleh karena itu, sekret di trakea dan kanul harus sering diisap ke luar dan kanul dalam dicuci sekurangkurangnya dua kali sehari lalu segera dimasukkan lagi ke dalam kanul luar. Bila kanul harus dipasang dalam jangka waktu lama, maka kanul harus dibersihkan dua minggu sekali. Kain basah di bawah kanul harus diganti untuk menghindari timbulnya dermatitis. Gunakan kompres hangat untuk mengurangi rasa nyeri pada daerah insisi. Komplikasi Komplikasi dini yang sering terjadi: 1. perdarahan 2. pneumothoraks terutama pada anak-anak 3. Aspirasi 4. Henti jantung sebagai rangsangan hipoksia terhadap respirasi 5. paralisis saraf rekuren Komplikasi lanjut 1. Perdarahan lanjutan pada arteri inominata 2. Infeksi 3. fistula trakeoesofagus 4. stenosis trakea
Jl. Danau Sunter Utara, Sunter Paradise I, Jakarta 14350 T. (021) 6400261 F. (021) 6400778 email :
[email protected] www.royalprogress.com
EP. 113 PERAWATAN PASCA MELAHIRKAN Perawatan pasca melahirkan memang patut dilakukan agar tubuh bisa kembali normal dan sehat seperti sedia kala. Jadi setelah melahirkan, seorang bayi juga harus memperoleh asupan gizi yang seimbang untuk membantu tumbuh kembangnya agar lebih optimal, sementara bagi seorang ibu tentunya juga harus mendapatkan perawatan secara tepat. Berikut ini tips perawatan pasca melahirkan; 1. Merawat penampilan tubuh a. Rahim masih membesar dan berkontraksi untuk beberapa waktu, kemudian mengecil dalam 2 minggu kemudian. Kontraksi rahim tidak terus menerus terjadi, namun seringkali terasa sakit. Kontraksi rahim semakin diperkuat dengan menyusui, karena menyusui dapat merangsang pembentukan produksi hormon yang merangsang aliran susu dan kontraksi rahim. Setelah 2 minggu pasca melahirkan, rahim kembali ke ukuran normal. Meskipun begitu, perut ibu tidak lagi manjadi rata seperti sebelum hamil untuk beberapa bulan, bahkan jika ia berolahraga. Tanda kerut dapat menghilang dalam waktu setahun.Gunakanlah “gurita” atau yang biasa disebut dengan stagen,ini terbukti efektif untuk mengecilkan perut, rahim dan juga untuk menahan otot di area perut. b. Lakukan luluran pasca melahirkan secara teratur. Hal ini dikarenakan setelah melahirkan kulit ibu akan cenderung gelap dan kusam. c. Jagalah pola makan dengan mengonsumsi menu yang seimbang serta mengandung tinggi protein
untuk memulihkan luka dengan cepat. d. Lakukan olahraga ringan seperti lari pagi, senam maupun berenang. Selain itu minumlah cukup air putih untuk membersihkan tubuh dari dalam. e. Kesembuhan penuh setelah kehamilan memerlukan waktu sekitar 1 sampai 2 tahun. Sehingga dokter biasanya menyarankan ibu untuk menunggu sebelum hamil kembali. Pada saat pemeriksaan ke dokter pertama kali setelah melahirkan, seorang ibu bisa membicarakan pilihan kontrasepsi yang sesuai dengan kondisinya. 2. Merawat Area Tertentu pasca melahirkan a. Jadi selain merawat tubuh, seorang ibu juga harus mengetahui bagaimana cara untuk merawat area tertentu pasca proses persalinan. Di sini terdapat beberapa cara yang bisa anda lakukan untuk merawat area tertentu seperti : b. Untuk mengurangi luka akibat jahitan, maka anda bisa mengompres di bagian luka jahitan. Lakukan dengan menggunakan es serta kain yang bersih kemudian di tempelkan pada luka c. Selalu bersihkan luka jahitan dengan sabun dan waslap d. Selalu bersihkan area tertentu menggunakan air dingin apabila selesai buang air kecil e. Hindari melakukan aktivitas berat setelah melahirkan. Jadi sebaiknya lebih sering berbaring ataupun duduk. f. Lakukanlah senam kegel untuk mengencangkan bagian panggul g. Oleskan salep anti biotik di bagian luka akibat jahitan h. Ibu pasca melahirkan bisa mandi dan daerah di sekitar vagina bisa dibasuh dengan air hangat 2 atau 3 kali sehari. Mandi air hangat sambil duduk bisa meringankan rasa sakit yang diakibatkan oleh episiotomi atau wasir. Mandi duduk adalah mengambil posisi duduk dengan air hanya sampai ke pinggang dan pantat. i. Ibu yang menyusui perlu belajar bagaimana
meletakkan bayi selama menyusui. Jika letak bayi tidak baik, puting ibu bisa menjadi luka. Kadangkala bayi menarik puting dengan bibir bagian bawah dan menghisapnya, sehingga dapat melukai puting. Setelah menyusui, air susu pada puting dapat dikeringan secara alami, dibandingkan menyeka atau mencucinya. j. Masalah yang terjadi saat kehamilan biasanya akan menghilang setelah melahirkan, seperti misalnya tekanan darah yang tinggi atau rasa panas di dada. Tetapi ada juga gejala yang tetap berlanjut hingga setelah melahirkan, seperti misalnya wasir. Untuk wasir & konstipasi yang ringan bisa dilakukan penanganan sendiri di rumah atau menurut petunjuk dokter. k. Ibu yang tidak menyusui biasanya mulai berovulasi kembali sekitar 4 minggu setelah melahirkan. Tetapi, bisa juga terjadi lebih awal. Ibu yang menyusui cenderung mulai berovulasi 10-12 minggu setelah melahirkan. Kadangkala, seorang ibu yang menyusui juga bisa mengalami ovulasi, menstruasi dan menjadi hamil secepat ibu yang tidak menyusui.
Jl. Danau Sunter Utara, Sunter Paradise I, Jakarta 14350 T. (021) 6400261 F. (021) 6400778 email :
[email protected] www.royalprogress.com
EP. 114 PENILAIAN NYERI SECARA NONVERBAL PADA PASIEN Pasien yang tidak bisa melaporkan nyeri sangat bergantung pada perawat untuk menilai nyeri secara akurat dan untuk memberikan intervensi yang tepat. Perawat memiliki beberapa alat penilaian perilaku nyeri yang tersedia. Namun, beberapa studi telah menyelidiki alat-alat penilaian nyeri tersebut benar-benar berguna dalam pengkajian nyeri dan manajemen nyeri secara bed side. Menilai tingkat nyeri secara akurat pada semua pasien sakit kritis adalah langkah pertama dalam mengevaluasi delirium yang mungkin terjadi pada pasien. the behavioral pain scale dan the Critical-Care Pain Observation Tool adalah alat penilaian nyeri yang valid dan handal yang dapat digunakan untuk menilai nyeri nonverbal pasien dengan fungsi motorik utuh. Ketika dikombinasikan dengan alat untuk mengevaluasi sedasi, seperti RichmondAgitation Sedation Scale atau Sedation Agitation Scale, dan alat untuk menilai adanya delirium, seperti Confusion Assessment Method-ICU atau Intensive Care Delirium ScreeningChecklist, maka pasien akan mendapat intervensi yang tepat. Berikut adalah Apa yang Dapat Anda Lakukan 1. Evaluasi alat penilaian nyeri yang digunakan dalam unit Anda untuk pasien tidak dapat
berkomunikasi. Pastikan yang digunakan alat valid dan reliabel. 2. Mengevaluasi skala sedasi digunakan di unit Anda untuk memastikan alat yang digunakan valid dan reliabel. 3. Meninjau dan mengevaluasi pendekatan unit Anda untuk mencegah delirium pada orang dewasa yang sakit kritis. 4. Bekerja dengan dokter, apoteker, dan anggota tim interprofessional lain untuk mengembangkan atau meninjau nyeri dan protokol manajemen sedasi. 5. Meningkatkan kesadaran dengan rekan-rekan Anda dengan berbagi praktik evidence-base untuk mengelola rasa sakit, obat penenang, dan mencegah delirium pada orang dewasa yang sakit kritis.
Jl. Danau Sunter Utara, Sunter Paradise I, Jakarta 14350 T. (021) 6400261 F. (021) 6400778 email :
[email protected] www.royalprogress.com
EP. 115 EDUKASI MANAJEMEN NYERI Definisi suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata atau yang berpotensi untuk menimbulkan kerusakan jaringan. Fisiologis Nyeri Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer. Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda. Tipe Nyeri Ada 3 tipe nyeri yang dapat terjadi : • Nyeri akut merupakan hasil dari injuri akut,
penyakit atau pembedahan. • Nyeri kronik non keganasan dihubungkan dengan kerusakan jaringan yang dalam masa penyembuhan atau tidak progresif. • Nyeri kronik keganasan adalah nyeri yang dihubungkan dengan kanker atau proses penyakit lain yang progresif.
compress, pernapasan dalam, dll. 2. Manajemen farmakologik; dengan obatobatan analgetik/anti nyeri, gol.narkotik maupun kombinasi keduanya. 3. Manajemen okupasi, fisioterapi, psikologis seperti; metode pengalihan, imajinasi,dll
Penilaian intensitas nyeri Dimana evaluasi penilaian disimpulkan dalam suatu angka sebagai berikut : 0 : Tidak nyeri 1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik. 4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik. 7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi 10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul. Karakteristik paling subyektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeri tersebut Penatalaksanaan Nyeri Dapat dilakukan dalam beberapa pilihan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri disesuaikan dengan kompetensi petugas yang memberikan asuhan dan manajemen nyeri. 1. Manajemen non farmakologik; heat/cold
Jl. Danau Sunter Utara, Sunter Paradise I, Jakarta 14350 T. (021) 6400261 F. (021) 6400778 email :
[email protected] www.royalprogress.com
EP. 116 PENCEGAHAN PASIEN JATUH Dalam buku “Preventing Falls in Hospitals: A Toolkit for Improving Quality of Care” disebutkan upaya upaya untuk mengurangi terjadinya kejadian pasien terjatuh di rumah sakit, yaitu: • Membiasakan pasien dengan lingkungan sekitarnya. • Menunjukkan pada pasien alat bantu panggilan darurat. • Posisikan alat bantu panggil darurat dalam jangkauan. • Posisikan barang-barang pribadi dalam jangkauan pasien. • Menyediakan pegangan tangan yang kokoh di kamar mandi, kamar dan lorong. • Posisikan sandaran tempat tidur rumah sakit di posisi rendah ketika pasien sedang beristirahat, dan posisikan sandaran tempat tidur yang nyaman ketika pasien tidak tidur. • Posisikan rem tempat tidur terkunci pada saat berada di bangsal rumah sakit. • Menjaga roda kursi roda di posisi terkunci ketika stasioner. • Gunakan alas kaki yang nyaman, baik, dan tepat pada pasien. • Gunakan lampu malam hari atau pencahayaan tambahan. • Kondisikan permukaan lantai bersih dan kering. Bersihkan semua tumpahan. • Kondisikan daerah perawatan pasien rapi. • Ikuti praktek yang aman ketika membantu pasien pada saat akan ke tempat tidur dan meninggalkan tempat tidur. Pernyataan yang paling ringkas, akan tetapi memiliki makna yang dalam seperti yang disarankan oleh Standart Akreditasi JCI adalah “The program is implemented”. Dengan implementasi beberapa saran dalam tulisan ini diharapkan dapat meminimalkan kejadian pasien terjatuh di rumah sakit. Sehingga salah satu indikator patient safety dapat dilakukan. Intervensi Jatuh Standar: 1. Tingkatkan observasi bantuan yang sesuai saat ambulasi. 2. Keselamatan lingkungan: hindari ruangan yang kacau balau; dekatkan bel dan telepon; gunakan penerangan yang cukup malam hari; posisi tempat tidur rendah; terpasang penghalang tempat tidur; serta roda tempat tidur harus selalu terkunci. 3.Monitor kebutuhan pasien. Keluarga menemani pasien yang berisiko jatuh. Bila tidak ada keluarga, pasien diminta untuk menekan bel bila membutuhkan bantuan 4. Edukasi perilaku untuk mencegah jatuh kepada pasien dan keluarga dengan menempatkan standing akrilik edukasi jatuh di meja samping tempat tidur pasien. 5. Gunakan alat bantu jalan (walker, handrail). 6. Anjurkan pasien menggunakan kaus kaki atau sepatu yang tidak licin. 7. Lakukan penilaian ulang risiko jatuh bila ada perubahan kondisi atau pengobatan.
Intervensi Jatuh Risiko Tinggi: 1. Pakaikan gelang risiko jatuh berwarna kuning. Pasang tanda peringatan risiko jatuh warna kuning pada bed pasien 2. Lakukan Intervensi jatuh standar. 3. Strategi mencegah jatuh dengan penilaian jatuh yang lebih detil seperti analisa cara berjalan sehingga dapat ditentukan intervensi spesifik seperti menggunakan terapi fisik atau alat bantu jalan jenis terbaru untuk membantu mobilisasi. 4. Pasien ditempatkan dekat nurse station. 5. Handrail kokoh dan mudah dijangkau pasien. 6. Siapkan komod dan alat bantu jalan. 7. Lantai kamar mandi dengan karpet anti slip/ tidak licin, serta anjuran menggunakan tempat duduk di kamar mandi saat pasien mandi. 8. Dampingi pasien bila ke kamar mandi, jangan tinggalkan sendiri di toilet, informasikan cara mengunakan bel di toilet untuk memanggil perawat, pintu kamar mandi jangan dikunci. 9. Lakukan penilaian ulang risiko jatuh tiap shif. How to reduce injuries from fall Although there is no evidence-based bundle of practices to prevent injuryinducing falls, the Institute for Healthcare Improvement has identified six promising changes to reduce them. 1. Screen risk for falling on admission. 2. Screen fall-related injury risk factors and history upon admission. 3. Assess risk of anticipated physiological falling and risk for serious injury from a fall. 4. Communicate and educate staff and patients about patients’ fall and injury risks. 5. Standardize interventions for patients at risk for falling. 6. Customize interventions for patients at highest risk of fall-related injury. Four catagories of falls Falls expert Pat Quigley, from the James A. Haley Veterans’ Hospital in Tampa, Fla., encourages hospital executives to categorize patient falls into four types. The first two types of falls are generally preventable; the second two are not. •Accidental: These falls occur when low-risk patients trip over an IV pole, fall out of bed when they reach to get something or encounter another environmental hazard. •Anticipated physiological: The most common type of patient falls, these occur in patients who have risk factors that can be identified in advance, including abnormal gait, high-risk medication, urinary frequency or dementia. •Unanticipated physiological: These falls occur in patients who have a low risk of falls in general but suffer an event — a seizure, stroke or fainting episode — that results in a fall that could not have been predicted. •Behavioral or intentional falls: These occur when a patient acts out. a. Latihan fisik Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan meningkatkan kekuatan tungkai dan tangan, memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan meningkatkan reaksi terhadap bahaya lingkungan, latihan fisik juga bisa mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif. Latihan fisik yang dianjurkan yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan semampunya, salah satunya adalah berjalan kaki. b. Modifikasi lingkungan 1) Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin untuk menghindari pusing akibat suhu.
2) Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada dalam jangkauan tanpa harus berjalan dulu. 3) Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas. 4) Pasang pegangan tangan pada tangga, kamar mandi. 5) Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang biasa untuk melintas. 6) Gunakan lantai yang tidak licin. 7) Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah, menghindari tersandung. 8) Hindari furnitur yang beroda. c. Memperbaiki kebiasaan pasien lansia 1) Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat. 2) Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus. 3) Mengambil barang dengan cara yang benar dari lantai. 4) Hindari olahraga berlebihan. d. Alas kaki 1) Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar. 2) Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk menjaga keseimbangan. 3) Pakai sepatu yang antislip atau sandal berbahan karet tidak licin. e. Alat bantu jalan Pada penggunaannya, alat bantu jalan memang membantu meingkatkan keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan langkah yang terputus dan kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih jika alat bantu tidak menggunakan roda., karena itu penggunaan alat bantu ini haruslah direkomendasikan secara individual. Alat bantu jalan seperti cane (tongkat), crutch (tongkat ketiak) dan walker. (Jika hanya 1 ekstremitas atas yang digunakan, pasien dianjurkan pakai cane. Pemilihan cane type apa yang digunakan, ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan. Jika ke-2 ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan tidak perlu menunjang berat badan, alat yang paling cocok adalah four-wheeled walker. Jika kedua ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan menunjang berat badan, maka pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang diperlukan dalam menunjang berat badan. f. Memelihara kekuatan tulang 1) Suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin D terbukti meningkatkan densitas tulang dan mengurangi resiko fraktur akibat terjatuh pada orang tua. 2) Berhenti merokok 3) Hindari konsumsi alcohol 4) Latihan fisik
Jl. Danau Sunter Utara, Sunter Paradise I, Jakarta 14350 T. (021) 6400261 F. (021) 6400778 email :
[email protected] www.royalprogress.com
akibat peningkatan kerja nafas dan konsumsi oksigen) dapat mengakibatkan jantung kolaps. Pemberian ventilasi mekanik untuk mengurangi beban kerja sistem pernafasan sehingga beban kerja jantung juga berkurang.
EP. 117 VENTILATOR Ventilasi Mekanik Ventilator adalah merupakan suatu alat bantu mekanik yang berfungsi bermanfaat dan bertujuan untuk memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan dan juga merupakan mesin bantu nafas yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi. Tujuan Indikasi Pemasangan Ventilator Ada beberapa hal yang menjadikan tujuan dan manfaat penggunaan ventilasi mekanik ini dan juga beberapa kriteria pasien yang perlu untuk segera dipasang ventilator. Tujuan Ventilator antara lain adalah sebagai berikut : • Mengurangi kerja pernapasan. • Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien. • Pemberian MV yang akurat. • Mengatasi ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi. • Menjamin hantaran O2 ke jaringan adekuat. Kriteria indikasi pemasangan ventilasi mekanik 1. Pasien Dengan Gagal Nafas. Pasien dengan distres pernafasan gagal nafas, henti nafas (apnu) maupun hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen merupakan indikasi ventilasi mekanik. Idealnya pasien telah mendapat intubasi dan pemasangan ventilasi mekanik sebelum terjadi gagal nafas yang sebenarnya. Distres pernafasan disebabkan ketidakadekuatan ventilasi dan atau oksigenasi. Prosesnya dapat berupa kerusakan paru (seperti pada pneumonia) maupun karena kelemahan otot pernafasan dada (kegagalan memompa udara karena distrofi otot). 2. Insufisiensi jantung. Tidak semua pasien dengan ventilasi mekanik memiliki kelainan pernafasan primer. Pada pasien dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan aliran darah pada sistem pernafasan (sebagai
3. Disfungsi neurologis. Pasien dengan GCS 8 atau kurang yang beresiko mengalami apnoe berulang juga mendapatkan ventilasi mekanik. Selain itu ventilasi mekanik juga berfungsi untuk menjaga jalan nafas pasien serta memungkinkan pemberian hiperventilasi pada klien dengan peningkatan tekanan intra cranial. 4. Tindakan operasi. Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan sedative sangat terbantu dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal napas selama operasi akibat pengaruh obat sedative sudah bisa tertangani dengan keberadaan ventilasi mekanik. Kriteria Pemasangan Ventilasi Mekanik Seseorang perlu mendapat bantuan ventilasi mekanik (ventilator) bila : • Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit. • Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg. • PaCO2 lebih dari 60 mmHg • AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg. • Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB. Komplikasi Pneumonia terkait ventilator Gagal napas
Jl. Danau Sunter Utara, Sunter Paradise I, Jakarta 14350 T. (021) 6400261 F. (021) 6400778 email :
[email protected] www.royalprogress.com
pada IV line dan pembuluh darah pada pasien. Kondisi Alaram terjadi pada saat sensor Occlusion mendeteksi tekanan, nilai tekanan pada kondisi ini berkisar 60-80 Kpa, 350-500 mmHg.
EP. 118 SYRINGE PUMP Deskripsi Alat syringe pump merupakan suatu alat yang di gunakan untuk memberikan cairan atau obat kepada kedealam tubuh pasien dalam jangka waktu tertentu secara teratur . Secara khusus alat ini mentitikberatkan atau memfokuskan pada jumlah cairan yang diamasukan kedalam tubuh pasien, dengan satuan mililiter per jam (ml/h). Alat ini menggunakan motor dc sebagai tenaga pendorong syringe yang berisi cairan atau obat yang akan dimasukan kedalam tubuh pasien. Alat ini menggunakan sistem elektronik mikroprosesor yang berfungsi dalam pengontrolan dalam pemberian jumlah cairan ke tubuh pasien, sensor dan alarm. Dalam sistem Mekanik yaitu dengan gerakan motor sebagai tenaga pendorong. Pada dasarnya pada syringe pump terdiri dari beberapa rangkaian yaitu rangkaian pengatur laju motor (pendeteksi rpm), rangkaian komparator, dan rangkaian sinyal referensi. Motor akan berputar untuk menggerakkan spuit merespon sinyal yang diberikan oleh rangkaian pengendali motor, tetapi putaran motor itu sendiri tidak stabil sehingga perubahanperubahan itu akan dideteksi oleh rangkaian pendeteksi rpm. Sinyal yang didapat dari pendeteksi rpm akan dibandingkan dengan sinyal referensi, dimana hasil dari perbandingan tersebut akan meredakan ketidakstabilan motor. Motor akan mengurangi lajunya jika perputarannya terlalu cepat dan sebaliknya akan menambah kecepatan jika perputarannya terlalu pelan sehingga didapatkan putaran motor yang stabil. Syringe pump didesain agar mempunyai ketepatan yang tinggi dan mudah untuk digunakan. Syringe pump dikendalikan dengan mikro computer / mikro kontrolir dan dilengkapi dengan system alarm yang menyeluruh. Sistem Alarm dan Keamanan Untuk menjaga keamanan ke pasien (patient safety), maka alat ini dilengkapi dengan sistem Alaram, diantaranya adalah sebagai berikut 1. Alaram Occlusion / Kemampatan > berfungsi untuk memberikan tanda bunyi alaram dan memberhentikan sistem pompa pada saat terjadi sumbatan
2. Alaram Delivery Limit > Untuk memberikan batasan jumlah cairan yang akan diberikan pada pasien. Jika jumlah cairan yang diberikan sudah tercapai, maka alaram akan berbunyi dan alat akan berhenti memompa. 3. Alaram Nearly empty > Berfungsi untuk memberikan isyarat suara alaram pada saat cairan yang diberikan pada pasien akan segera habis. Fungsi alat Memasukan cairan atau obat ke tubuh pasien dengan tingkat akurasi yang tinggi. Untuk mencegah periode kadar obat atau cairan yang dimasukan,dimana Tingkat obat di dalam darah terlalu tinggi atau terlalu rendah. Menghindari penggunaan tablet yang dikarenakan pasien yang mengalami kesulitan dalam meminum tablet. Bagian Bagian Syringe Pump Panel Pengoperasian (operation panel) Pada panel pengoperasian atau operation panel terdapat beberapa bagian, antara lain: 1) Power Display; terdiri dari : a. [AC/DC] indicator; lampu akan menyala jika syringe pump menggunakan sumber AC ataupun DC b. [BATTERY] indicator 2) Power Switch; berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan syringe pump. 3) Syringe size Indicator; menunjukkan ukuran dari syringe. Adapun syringe pump type TE-311 ini mampu mendeteksi ukuran syringe (suntikan) dengan berbagai ukuran diantaranya adalah (10, 20, 30, 40, 50 ml). 4) Start Switch; merupakan tombol untuk memulai proses pemasukan cairan kedalam tubuh pasien. 5) Alarm Indicator; terdapat beberapa alarm diantranya: a. Occlusion Alarm; artinya alarm akan berbunyi jika terjadi kemacetan pada proses pemasukan cairan kedalam tubuh pasien. b. Nearly Empty; artinya alarm akan berbunyi jika cairan yang terdapat dalam syringe (suntikan) akan habis atau mendekati habis. c. Low Battery; alarm akan berbunyi jika tegangan dalam baterai lemah sehingga perlu dilakukan pengisian kembali (recharge). d. (Flow Rate/Delivery Limit/Volume Delivered) Display; berfungsi menampilkan aliran rata-rata / flow rate dalam dalam satuan ml/h.
Blok Diagram Fungsi Blok Diagram: 1. Block power supply • Block power supply berfungsi mendistribusikan tegangan dari PLN, langsung pada alat. • Selain itu, pada alat syring pump dapat juga menggunakan Battery sebagai cadangan Supply. 2. Block Microcontroller / mikrokomputer / .CPU • Mikrokontroller sebagai pengontrol dan pengendali dari Syringe pump. • Output berupa perintah untuk mengendalikan motor, baik untuk memberhentikan motor atau pun mempercepat kerja motor. • Selain itu mengolah pendeteksian sensor yang berfungsi sebagai Pengaman dan selanjutnya menyalakan Buzzer sebagai tanda alarm. 3. Block Sensor • Sebagai pendeteksi cairan yang ada pada syringe. Dapat menggunakan sistem optocopler • Menggunakan optocoupler sebagai sensor. Dengan sebuah fototransistor sebagai penerima dari LED yang memancarakan cahaya, yang akan mempengaruhi resistansi fototransistor. 4. Block Motor Driver • Sebagai tenaga utama pendorong syringe yang berisi cairan. Berupa motor DC. • Bekerja dengan kecepatan delivery rate sesuai dengan penyetingan awal yang dilakukan dan dapat dipercepat dengan menekan push button pada setting alat. 5. Block Alarm dan Display • Alarm sebagai keamanan. Akan berbunyi apabila cairan pada syring akan habis. • Display pada syringe sebagai indicator penyettingan dari kecepatan motor dalam mendorong cairan pada syringe yang diatur terlebih dahulu. • Terdapat pula lampu indikator.
Jl. Danau Sunter Utara, Sunter Paradise I, Jakarta 14350 T. (021) 6400261 F. (021) 6400778 email :
[email protected] www.royalprogress.com
4. Spuit 5 atau 10 cc. 5. Mouth piece bila perlu 6. Tisu 7. Lingkungan harus Bersih dan tenang
EP. 119 NEBULIZER Definisi Nebulizer adalah alat untuk membantu kelancaran pernafasan bagi pasien. Karena gangguan pernafasan, bila dibiarkan, bisa menurunkan kondisi pasien yang bersangkutan. Indikasi Nebulizer itu gunanya untuk yang punya masalah dengan saluran pernafasan, seperti batuk, pilek, atau asma, yang juga berfungsi untuk membantu menngluarkan dahak. Dia lebih bagus dibanding obat oral karena tidak mengendap dalam darah, karena bentuknya uap, jadi efek samping obat sangat kecil. Fungsi Nebulizer Mengenai nebulizer dan penguapan merupakan suatu cara pemberian obat melalui inhalasi/pernafasan,Fungsinya sama seperti dengan pemberian obat lainnya namun mempunyai daya efektifitas lebih tinggi dibandingkan melalui mulut. pengobatan lewat nebulizer ini lebih efektif dari obat-obatan minum, karena langsung dihirup masuk ke paru-paru, sehingga dosis yang dibutuhkan pun lebih kecil, otomatis juga lebih aman. Biasanya dipakai untuk anak asma atau yang memang sering batuk pilek berat karena alergi. Memberikan Nebulizer adalah memberikan campuran zat aerosol dalam partikel udara dengan tekanan udara.
Prosedur Memberikan Nebulizer 1. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pengobatan khususnya pada pasien yang menggunakan bronkodilator. 2. Jelaskan prosedur pada klien. 3. Atur posisi pasien senyaman mungkin paling sering dalam posisi semifowler, jaga privasi. 4. Petugas mencuci tangan. 5. Nebulizer diisi obat (sesuai program pengobatan) dan cairan normal salin ± 4-6cc. 6. Hidupkan nebulizer kemudian hubungkan nebulizer dan selangnya ke flow meter oksigen dan set aliran pada 4-5 liter/menit, atau ke kompresor udara. 7. Instruksikan pasien untuk buang nafas. 8. Minta pasien untuk mengambil nafas dalam melalui mouth piece, tahan nafas beberapa saat kemudian buang nafas melalui hidung. 9. Observasi pengembangan paru / dada klien. 10. Minta pasien untuk bernafas perlahan-lahan dan dalam setelah seluruh obat diuapkan. 11. Selesai tindakan, anjurkan klien untuk batuk setelah tarik nafas dalam beberapa kali (teknik batuk efektif). 12. Pasien dirapikan. 13. Alat dirapikan. 14. Petugas mencuci tangan. 15. Catat respon pasien dan tindakan yang telah dilakukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan 1. Perlakukan pasien secara hati-hati. 2. Saat awal tindakan pasien perlu didampingi sampai terlihat tenang.
Tujuan Memberikan Nebulizer Untuk memberikan obat melalui nafas spontan pasien Persiapan Memberikan Nebulizer Alat dan obat : 1. Oksigen set 2. Nebulizer set 3. Cairan normal saline dan obat yang akan dipakai
Jl. Danau Sunter Utara, Sunter Paradise I, Jakarta 14350 T. (021) 6400261 F. (021) 6400778 email :
[email protected] www.royalprogress.com
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.Menyekap, tidak memungkinkan untuk makan dan batuk.Bisa terjadi aspirasi bila pasien mntah. Perlu pengikat wajah, dan apabila terlalu ketat menekan kulit dapat menyebabkan rasa pobia ruang tertutup, pita elastik yang dapat disesuaikan tersedia untuk menjamin keamanan dan kenyamanan.
EP. 120 NASAL KANUL DAN SIMPLE MASK
Definisi Nasal kanul adalah selang bantu pernafasan yang di letakan pada lubang hidung. Nasal kanul memiliki keuntungan yaitu pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju, pernafasan teratur, Pemasangannya mudah, Klien bebas makan, Pasient bebas berbicara dengan nyaman. Selain itu nasal kanul juga memiliki kerugian di antaranya adalah tidak dapat memberi konsentrasi oksigen lebih dari 44% , suplai oksigen berkurang bila klien bernafas melalui mulut, dapat mengiritasi selaput lendir. Tujuan Pemakaian Tujuan dari nasal kanul itu sendiri adalah untuk memenui kebutuhan oksigen dalam tubuh karena mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen. Sebelum kita melakukan nasal kanul ada beberapa persiapan yang harus di lakukan yaitu cek perencanaan keperawatan klien dan klien di beri penjelasan tentang prosedur yang akan di lakukan. Selain itu kita juga harus mempersiapkan alat-alat di antaranya adalah tabung oksigen yang sudah dilengkapi dengan socket dan manometer, humedifier yang di isi aquadest sampai pembatas yang sudah di lakukan, nasal kanul. Keuntungan Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, pemasangannya mudah dibandingkan kateter nasal, murah, disposibel, klien bebas makan, minum, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan terasa nyaman dan dapat digunakan pada pasien dengan pernafasan mulut. Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai oksigen berkurang bila klien bernafas melalui mulut, mudah lepas karena kedalaman kanul hanya 1 - 1.5 cm, tidak dapat diberikan pada pasien dengan obstruksi nasal. Dapat terjadi pemborosan oksigen dan menyebabkan mukosa kering dan mengiritasi selaput lendir. Dapat menyebabkan kerusakan kulit diatas telinga dan di hidung akibat pemasangan yang terlalu ketat. SIMPLE MASK Simple mask (sungkup muka sederhana)Digunakan untuk konsentrasi oksigen rendah sampai sedang.Merupakan alat pemberian oksigen jangka pendek, kontinyu atau selang seling. Aliran 5 – 8 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen 40 – 60%. Masker ini kontra indikasi pada pasien dengan retensi karbondioksida karena akan memperburuk retensi. Aliran O2 tidak boleh kurang dari 5 liter/menit untuk mendorong CO2 keluar dari masker. Keuntungan Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlubang besar,dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol. Kerugian
Indikasi Terapi O2 pada Pasien Pengertian : Memberikan tambahan oksigen kepada pasien agar kebutuhan oksigennya terpenuhi Tujuan : Agar oksigenasi seluruh tubuh pasien adekuat Indikasi : • Sumbatan jalan nafas • Henti nafas • Henti jantung • Nyeri dada/angina pektoris • Trauma thorak • Tenggelam • Hipoventilasi (respirasi < 10 kali/menit) • Distress nafas • Hipertemia • Syok • Stroke (Cerebro Vasculer Attack) • Keracunan gas • Pasien tidak sadar C. Monitoring dalam pemberian oksigen Persyaratan dalam pemberian terapi oksigen Yang harus diperhatikan pada pemberian terapi oksigen pada pasien antara lain: • Mengatur pemberian fraksi O2 (% FiO2) / jumlah liter per menit • Mencegah terjadinya akumulasi kelebihan CO2 oleh karena salah metode • Resistensi minimal untuk pernafasan (terutama pada kasus PPOK) • Efesiensi dan ekonomis dalam penggunaan O2 - Oksigen harus dapat diterima pasien Jenis Peralatan dan Konsentrasi Oksigen JENIS ALAT
KONSENTRASI OKSIGEN
Nasal kanula
ALIRAN OKSIGEN
24-32%
Simple Face Mask
2-4 LPM
35-60%
6-8 LPM
35-80%
8-12 LPM
Non Rebrether
50-95/100%
8-12 LPM
Venturi
24-50%
4-10 LPM
Bag-Valve-Mask (Ambubag) Tanpa oksigen
21% (udara)
Dengan oksigen
40-60%
8-10 LPM
Dengan reservoir
100%
8-10 LPM
Perhatian : - pemberian oksigen atas indikasi yang tepat - Awas pasien muntah, siapkan penghisap - Pantau pernafasan dan aliran oksigen (LPM) Catatan : - Oksigen dapat menyebabkan mukosa kering - Pergunakan hummidifier pada pemberian oksigen > 30 menit - Terangkan pada pasien tindakan apa yang akan dilakukan. Tabung oksigen dengan 2000 PSI Ukuran
Vol (Liter)
Durasi/Kecepatan Aliran
Kecil
300
29 menit
Sedang
650
50 menit
Besar
3000
4 jam 41 menit
Prosedur Penggunaan Peralatan : • Oksigen medis (oksigen tabung) • Humidifier • Face mask • Non rebreather mask • Bag valve mask (ambu bag) Prosedur pelaksanaannya adalah: a) Anamnesa b) Langkah-Langkah Pertolongan c) Pemeriksaan Fisik
• Flowmeter/regulator • Nasal kanul • Partial rebreather mask • Venture mask
d) Penatalaksanaan e) Penyuluhan f) Follow Up
Cara kerjanya: 1. perawat cuci tangan dulu, 2. atur posisi yang nyaman, 3. periksa manometer sentral O2 atau tabung O2 humedifier dan flowmeter, 4. hubungkan kanul dengan O 2 atau alirkan O2 yang rendah, 5. masukan ke dua ujung kanul ke lubang hidung, membersihkan nasal kanul setiap 8 jan sekali, 6. perawat cuci tangan, 7. Perhatikan dan catat reksi setelah melakukan tindakan tersebut, perhatikan respon pasien didokumentasikan. Nasal Canule Langkah-langkah Pemasangan : a) Mengatur posisi yang nyaman. b) Memberi penjelasan pada pasien/keluarga tentang prosedur pemasangan nasal canule (maksud, tujuan dan prosedur). c) Memasang nasal canula pada kedua hidung dengan fiksasi kedua telinga. d) Mengalirkan oksigen 1 – 6 liter/ menit. e) Memberi penjelasan pada pasien/keluarga bahwa prosedur sudah selesai. f) Mengobservasi tentang perkembangan terapi. g) Mencatat hasil kegiatan pada status pasien Sungkup Muka Sederhana (Simple Mask) Langkah-langkah Pemasangan : a) Mengatur posisi yang nyaman ( berbaring/ semi fowler/ fowler ). b) Memberi penjelasan tentang maksud, tujuan dan prosedur pemasangan simple mask. c) Memasang simple mask pada muka pasien sesuai ukuran, alirkan oksigen 5 – 8 liter/ menit dan fiksasi karet pengikat pada belakang kepala. d) Memberikan penjelasan bahwa prosedur sudah selesai. e) Mengobservasi tentang perkembangan terapi oksigen. f) Mencatat hasil kegiatan pada status pasien.
Jl. Danau Sunter Utara, Sunter Paradise I, Jakarta 14350 T. (021) 6400261 F. (021) 6400778 email :
[email protected] www.royalprogress.com
EP. 121 INFUSION PUMP Definisi Inffusion Pump Inffusion pump adalah suatu alat untuk mengatur jumlah cairan / obat yang masukkan kedalam sirkulasi darah pasien secara langsung melalui vena. Sehingga obat / cairan masuk dalam aliran darah dalam jangka waktu dan dosis yang tepat. Nama lain Inffusion Pump adalah alat infus Komponen Alat - Alarm control - Pump sistem - Sensor tetesan - Kontrol gelembung udara - Pengatur jumlah tetesan - Display system Prinsip Kerja Buzzer drive / Buzzer volume variable circuit akan berbunyi dan digunakan sebagai sumber alarm. Motor drive circuit, yang digunakan pada unit ini adalah motor stepper untuk motor penggerak, rasio dari motor tersebut adalah: PK244-01 4V : 2 phasa, 1,8˚ / step. Tegangan pada motor akan senantiasa dipilih pada masing-masing kecepatan digunakan untuk menstabilkan output putaran. Proses kenaikan tegangan motor dilakukan oleh tipe switching regulator untuk mengurangi kerugian tegangan yang hilang. Spesifikasi tegangan dapat dipilih yaitu sebanyak 32 step. Nurse call I/O circuit, nurse call relay dikontrol oleh sinyal nurse call relay dari CPU atau signal run out of control stop. Air in-line detection circuit, untuk mendeteksi keberadaan gelembung pada pipa atau selang pada infus pump, untuk mendeteksi the air in-line maka diigunakan ultrasonic
sensor. Delivery detection circuit, digunakan untuk mendeteksi berapa besar tetesan yang sudah dikeluarkan atau diberikan. Tetesan pada drip chamber dideteksi dengan infra red emitting element yang terletak pada drop sensor probe. Occlusion detection circuit, rangkaian ini berguna untuk mendeteksi terjadinya penyumbatan saat terjadi tekanan internal pada selang keluaran, dimana pendeteksian secara mekank diatur pada bagian terendah dari fingger unit. Oclusion plunger yang menggunakan magnet akan mendeteksi posisi yang berubah dikarenakan oleh bergeraknya tabung / selang. Door detection circuit, mendeteksi keadaan door, dimana akan terdeteksi oleh magnet yang dipasang pada pintu dan semua bagian element dihubungkan pada display circuit. Fail safe circuit, berguna untuk mengetahui keadaan bekerjanya control circuit dan display circuit board CPU yang akan digunakan untuk berkomunikasi dengan bagian lain pada saat status operasi dengan CPU. Hal yang perlu diperhatikan - Tegangan - Jumlah tetesan / menit - Display - Control system - Lakukan pemeliharaan sesuai jadwal - Lakukan pengujian dan kalibrasi 1 tahun sekali Indikasi pemakaian Pasien dengan kebutuhan akan cairan rehidrasi kontinue. Pasien dengan tirah baring lama Penggunaan obat antibiotik intravena Penggunaan obat-obatan intravena yang memerlukan waktu monitoring tepat
Jl. Danau Sunter Utara, Sunter Paradise I, Jakarta 14350 T. (021) 6400261 F. (021) 6400778 email :
[email protected] www.royalprogress.com
EP. 122 FOTO TERAPI / BLUE LIGHT THERAPY PENGERTIAN Fototerapi digunakan untuk menurunkan kadar bilirubin serum pada neonatus dengan hiperbilirubinemia jinak hingga moderat. Fototerapi dapat menyebabkan terjadinya isomerisasi bilirubin indirect yang mudah larut di dalam plasma dan lebih mudah di ekskresi oleh hati ke dalam saluran empedu. Meningkatnya foto bilirubin dalam empedu menyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan empedu ke dalam usus sehingga peristaltic usus meningkat dan bilirubin akan lebih cepat meninggalkan usus. INDIKASI Penggunaan fototerapi sesuai anjuran dokter biasanya diberikan pada neonatus dengan kadar bilirubin indirect lebih ddari 10mg % sebelum tranfusi tukar, atau sesudah transfuse tukar. PRINSIP KERJA FOTO TERAPI Foto terapi dapat memecah bilirubin menjadi dipirol yang tidak toksis dan di ekskresikan dari tubuh melalui urine dan feses. Cahaya yang dihasilkan oleh terapi sinar menyebabkan reaksi fotokimia dalam kulit (fotoisomerisasi) yang mengubah bilirubin tak terkonjugasi ke dalam fotobilirubin dan kemudian di eksresi di dalam hati kemudian ke empedu, produk akhir reaksi adalah reversible dan di ekresikan ke dalam empedu tanpa perlu konjugasi. Energy sinar dari foto terapi mengubah senyawa 4Z-15Z bilirubin menjadi senyawa bentuk 4Z-15E bilirubin yang merupakan bentuk isomernya yang mudah larut dalam air. MEMPERSIAPKAN UNIT FOTOTERAPI • Pastikan bahwa tutup plastik atau pelindung berada pada posisinya. Hal ini mencegah cedera pada bayi jika lampu pecah dan membantu menapis sinar ultraviolet yang berbahaya. • Hangkatkan ruangan tempat unit diletakkan, bila perlu, sehingga suhu dibawah sinar adalah 28oC sampai 30oC. • Nyalakan unit, dan pastikan bahwa semua tabung fluoresen bekerja • Ganti tabung fluoresen yang terbakar atau yang berkedip-kedip Catat tanggal tabung diganti dan ukur durasi total penggunaan tabung tersebut. Ganti tabung setiap 2000 jam penggunaan atau setelah tiga bulan, mana saja yang terlebih dahulu, walaupun tabung masih bekerja. • Gunakan seprai putih pada pelbet, tempat tidur bayi, atau inkubator, dan letakkan tirai putih disekitar tempat area tempat unit diletakkan untuk memantulkan sinar sebanyak mungkinkembali ke bayi. MEMBERIKAN FOTOTERAPI 1. Letakkan bayi di bawah fototerapi a. Jika berat badan bayi 2 kg atau lebih, letakkan bayi telanjang pada pelbet atau tempat tidur. Letakkan atau jaga bayi kecil dalam inkubator. b. Perhatikan adannya bilier atau obstruksi usus. R/ fototerapi dikontraindikasikan pada kondisi ini karena fotoisomer
bilirubin yang diproduksi dalam kulit dan jaringan subkutan dengan pemajanan pada terapi sinar tidak dapat diekskresikan. c. Ukur kuantitas fotoenergi bola lampu fluorensen (sinar putih atau biru) dengan menggunakan fotometer. R/ intensitas sinar menembus permukaan kulit dari spectrum biru menentukan seberapa dekat bayi ditempatkan terhadap sinar. Sinar biru khusus dipertimbangkan lebih efektif daripada sinar putih dalam meningkatkan pemecahan bilirubin. d. Letakkan bayi di bawah sinar sesuai dengan yang di indikasikan. e. Tutupi mata bayi dengan potongan kain, pastikan bahwa potongan kain tersebut tidak menutupi hidung bayi. Inspeksi mata setiap 2 jam untuk pemberian makan. Sring pantau posisi. R/ mencegah kemungkinan kerusakan retina dan konjungtiva dari sinar intensitas tinggi. Pemasangan yang tidak tepat dapat menyebabkan iritasi, abrasi kornea dan konjungtivitis, dan penurunan pernapasan oleh obstruksi pasase nasal. f. Tutup testis dan penis bayi pria R/ mencegah kemungkinan kerusakan penis dari panas 2. Ubah posisi bayi setiap 2 jam R/ memungkinkan pemajanan seimbang dari permukaan kulit terhadap sinar fluoresen, mencegah pemajanan berlebihan dari bagian tubuh individu dan membatasi area tertekan. 3. Pastikan bayi diberi makan : a. Dorong ibu menyusui sesuai kebutuhan tetapi minimal setiap 2 jam : - Selama pemberian makan, pindahkan bayi dari unit fototerapi dan lepaskan kain penutup mata. - Memberikan suplemen atau mengganti ASI dengan jenis makanan atau cairan lain tidak diperlukan (mis: pengganti ASI,air, air gula,dsb) b. Jika bayi mendapkan cairan IV atau perasaan ASI, tingkatkan volume cairan dan/atau susu sebanyak 10% volume harian total perhari selama bayi dibawah sinar fototerapi c. Jika bayi mendapkan cairan IV atau diberi makan melalui slang lambung, jangan memindahkan bayi dari sinar fototerapi. 4. Perhatiakan bahwa feses bayi warna dan frekuensi defekasi dapat menjadi encer dan urin saat bayi mendapatkan fototerapi. Hal ini tidak membutuhkan penangan khusus. R/ defekasi encer, sering dan kehijauan serta urin kehijauan menandakan keefektifan fototerapi dengan pemecahan dan ekskresi bilirubin. 5. Dengan hati- hati cuci area perianal setelah setiap defekasi , inspeksi kulit terhadap kemungkinan iritasi dan kerusakan. R/ membantu mecegah iritasi dan ekskoriasi dari defekasi yang sering atau encer. 6. Lanjutkan terapi dan uji yang diprogramkan lainnya: a. Pindahkan bayi dari unit foterapi hanya selama prosedur yang tidak dapat dilakukan saat dibawah sinar fototerapi b. Jika bayi mendapkan oksigen, matikan sinar sebentar saat mengamati bayi untuk mengetahui adanya sianosis sentral (lidah dan bibir biru). 7. Pantau kulit bayi dan suhu inti setiap 2 jam atau lebih sering sampai stabil (mis, suhu aksila 97,8 F, suhu rectal 98,9 F). R/ fluktuasi pada suhu tubuh dapat terjadi sebagai respons terhadap pemajanan sinar, radiasi dan konveksi. 8. Pantau masukan dan haluaran cairan, timbang BB bayi dua kali sehari. Perhatikan tanda- tanda dehidrasi (mis, penurunan haluaran urine, fontanel tertekan, kulit hangat atau kering dengan turgor buruk, dan mata cekung). Tingkatkan masukan cairan per oral sedikitnya 25%. R/ peningkatan kehilangan air melalui feses dan evaporasi dapat menyebabkan dehidrasi. 9. Ukur kadar bilirubin serum setiap 12 jam: R/ penurunan kadar bilirubin menandakan keefektifan fototerapi, peningkatan yang kontinu menandakan hemolisis yang kontinu dan dapat menandakan kebutuhan terhadap transfuis tukar. a. Hentikan fototerapi jika kadar bilirubin serum di bawah kadar saat
fototerapi di mulai atau 15mg/dl (260umol), mana saja yang lebih rendah. b. Jika bilirubin serum mendekati kadar yang membutuhkan tranfusi tukar atau pemindahan dan segera rujuk bayi kerumah sakit tersier atau pusat spesialisasi untuk tranfusi tukar, jika memungkinkan. Kirim sampel darah ibu dan bayi. 10. Jika serum bilirubin tidak dapat diukur, hentikan fototerapi setelah tiga hari. Bilirubin pada kulit dengan cepat menghilang dibawah fototerapi. Warna kulit tidak dapat digunakan sebagai panduan kadar bilirubin serum selama 24 jam setelah penghentian fototerapi 11. Setelah fototerapi dihentikan : a. Amati bayi selama 24 jam dan ulangi pengukuran bilirubin serum, jika memungkinkan atau perkiraan ikterus dengan menggunakan metode klinis. b. Jika ikterus kembali ke atau di atas kadar di mulainya fototerapi, ulangi fototerapi dengan banyak waktu yang sama seperti awal pemberian. Ulangi langkah ini setiap kali fototerapi dihentikan sampai pengukuran atau perkiraan bilirubin tetap di bawah kadar yang membutuhkan fototerapi. 12. Jika fototerapi tidak lagi dibutuhkan, bayi makan dengan baik dan tidak terjadi masalah lain yang membutuhkan hospitalisasi, pulangkan bayi. 13. Ajari ibu cara mengkaji ikterus, dan anjurkan ibu kembali jika bayi menjadi lebih icterus. EFEK SAMPING FOTOTERAPI 1. Tanning (perubahan warna kulit) : induksi sintesis melanin dan atau disperse oleh cahaya ultra violet. 2. Syndrome bayi Bronze : penurunan ekskresi hepatic dari foto produk bilirubin. 3. Diare : bilirubin menginduksi seksresi usus. 4. Intoleransi laktosa : trauma mukosa dari epitel villi. 5. Hemolisis : trauma fotosensitif pada eritrosist sirkulasi. 6. Kulit terbakar : paparan berlebihan karena emisi gelombang pendek lampu fluoresen. 7. Dehidrasi : peningkatan kehilangan air yang tak disadari karena energy foton yang diabsorbsi. 8. Ruam kulit : trauma fotosensitif pada sel mast kulit dengan pelepasan histamine. ALAT FOTOTERAPI Bagian- bagian alat fototerapi 1. Kabel penghubung alat dengan sumber listrik 2. Pengatur jarak lampu dengan bayi 3. Tombol power on/off untuk menghidupkan atau mematikan lampu fototerapi 4. Hourmeter (petunjuk berapa jam fototerapi yang sudah dipakai).
Jl. Danau Sunter Utara, Sunter Paradise I, Jakarta 14350 T. (021) 6400261 F. (021) 6400778 email :
[email protected] www.royalprogress.com
EP. 123 ELEKTROKARDIOGRAM (EKG) Adalah grafik yang dibuat oleh sebuah elektrokardiograf, yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu. Indikasi penggunaan Merupakan standar emas untuk diagnosis aritmia jantung • EKG memandu tingkatan terapi dan risiko untuk pasien yang dicurigai ada infark otot jantung akut • EKG membantu menemukan gangguan elektrolit (mis. hiperkalemia dan hipokalemia • EKG memungkinkan penemuan abnormalitas konduksi (mis. blok cabang berkas kanan dan kiri) • EKG digunakan sebagai alat tapis penyakit jantung iskemik selama uji stres jantung • EKG kadang-kadang berguna untuk mendeteksi penyakit bukan jantung (mis. emboli paru atau hipotermia) Elektrokardiogram tidak menilai kontraktilitas jantung secara langsung. Namun, EKG dapat memberikan indikasi menyeluruh atas naik-turunnya suatu kontraktilitas Struktur EKG 1.Kertas EKG Sebuah elektrokardiograf khusus berjalan di atas kertas dengan kecepatan 25 mm/s, meskipun kecepatan yang di atas daripada itu sering digunakan. Setiap kotak kecil kertas EKG berukuran 1 mm². Dengan kecepatan 25 mm/s, 1 kotak kecil kertas EKG sama dengan 0,04 s (40 ms). 5 kotak kecil menyusun 1 kotak besar, yang sama dengan 0,20 s (200 ms). Karena itu, ada 5 kotak besar per detik. 12 sadapan EKG berkualitas diagnostik dikalibrasikan sebesar 10 mm/mV, jadi 1 mm sama dengan 0,1 mV. Sinyal “kalibrasi” harus dimasukkan dalam tiap rekaman. Sinyal standar 1 mV harus menggerakkan jarum 1 cm secara vertikal, yakni 2 kotak besar di kertas EKG. 2.Sadapan EKG Kata sadapan memiliki 2 arti pada elektrokardiografi:
bisa merujuk ke kabel yang menghubungkan sebuah elektrode ke elektrokardiograf, atau (yang lebih umum) ke gabungan elektrode yang membentuk garis khayalan pada badan di mana sinyal listrik diukur. Lalu, istilah benda sadap longgar menggunakan arti lama, sedangkan istilah 12 sadapan EKG menggunakan arti yang baru. Nyatanya, sebuah elektrokardiograf 12 sadapan biasanya hanya menggunakan 10 kabel/elektrode. Definisi terakhir sadapan inilah yang digunakan di sini. 3.Sinyal EKG Sebuah elektrokardiogram diperoleh dengan menggunakan potensial listrik antara sejumlah titik tubuh menggunakan penguat instrumentasi biomedis. Sebuah sadapan mencatat sinyal listrik jantung dari gabungan khusus elektrode rekam yang itempatkan di titik-titik tertentu tubuh pasien. Monitor EKG modern memiliki banyak penyaring untuk pemrosesan sinyal. Yang paling umum adalah mode monitor dan mode diagnostik. Dalam mode monitor, penyaring berfrekuensi rendah (juga disebut penyaring bernilai tinggi karena sinyal di atas ambang batas bisa lewat) diatur baik pada 0,5 Hz maupun 1 Hz dan penyaring berfrekuensi tinggi (juga disebut penyaring bernilai rendah karena sinyal di bawah ambang batas bisa lewat) diatur pada 40 Hz. Hal ini membatasi EKG untuk pemonitoran irama jantung rutin.
Jl. Danau Sunter Utara, Sunter Paradise I, Jakarta 14350 T. (021) 6400261 F. (021) 6400778 email :
[email protected] www.royalprogress.com