PENGARUH PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) TERHADAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PERANGKAT DESA TARAITAK SATU KECAMATAN LANGOWAN UTARA KABUPATEN MINAHASA Maria Christy Walingkas 1, Rolly Rondonuwu 2, Maykel Alfian Kiling 3 1,2,3 Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado
[email protected]
Abstrak Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah tindakan darurat untuk membebaskan jalan napas, membantu pernapasan dan mempertahankan sirkulasi darah tanpa menggunakan alat bantu yang termasuk tindakan BHD. Resusitasi Jantung Paru (RJP) adalah suatu tindakan darurat, sebagai suatu usaha untuk mengembalikan keadaan henti jantung dan henti napas, guna mencegah kematian biologis. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pelatihan Bantuan Hidup Dasar terhadap pengetahuan dan keterampilan perangkat desa Taraitak Satu. Jenis penelitian quasi experiment dengan desain One-Group pre test-post test Design test Design untuk membandingkan pengetahuan dan keterampilan BHD sebelum dan sesudah pelatihan. Populasi adalah perangkat desa yang memenuhi kriteria sampel inklusi dan ekslusi berjumlah 20 orang. Variabel independen BHD variabel dependen pengetahuan dan keterampilan. Alat pengumpulan data dan alat ukur berupa kuesioner dan lembar observasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan software software dan uji hipotesis menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test . Hasil uji ada pengaruh yang bermakna pelatihan BHD terhadap pengetahuan dan keterampilan (p-value (p-value = 0.000 < α=0.05). Kesimpulan Kesimpulan bahwa ada pengaruh pelatihan BHD terhadap pengetahuan dan keterampilan perangkat desa Taraitak Satu. Kata kunci : pelatihan, BHD, perangkat desa, pengetahuan, keterampilan
THE E FF ECT OF B ASIC LI F E SUPPORT (BLS) TRAI NING ON KNOWLEDG E AND SKI LLS OF V I LLAGE D E VI CE S TARAI TA K SA TU SUB DI STRI CT NORTH LANGOWAN DI STRI CT OF MI NAHASA Abstract Basic Life Support (BLS) is an emergency measure to free the airway, assist breathing and maintain blood circulation without using tools including BLS measures. Compression Pulmonary Resuscitation (CPR) is an emergency measure, as an attempt to restore cardiac arrest and stop breathing, to prevent biological death. The purpose of this research is to know the effect of Basic Life Support training to knowledge and skill of village apparatus Taraitak satu. A type of quasi experimental study with One-Group design pre test-post test Design to compare BLS knowledge and skills before and after training. The population is a village apparatus that meets the criteria of inclusion and exclusion samples totaling 20 people. Independent variable BLS dependent variable knowledge and skills. Data collection tools and measuring instruments in the form of questionnaires and observation sheets. Data analysis was done by using software and hypothesis test using Wilcoxon Signed Rank Test. The test results have a significant influence on BLS training on knowledge and skills (p-value = 0.000 <α = 0.05). The conclusion i s that there is an effect of BLS training on knowledge and skills of village apparatus Taraitak satu.
Keywords: training, BLS, villages device, knowledge, skills.
PENDAHULUAN Penyakit jantung merupakan pembunuh terbesar di dunia (WHO, 2012). Penyakit jantung pada orang dewasa yang sering ditemukan adalah Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan gagal jantung (Riskesdas, 2013). Angka kematian dunia akibat PJK berkisar 7,4 juta pada tahun 2012 (WHO, 2015). PJK atau disebut penyakit arteri koroner dapat menyebabkan masalah listrik sehingga terjadi Sudden Cardiac Arrest (SCA) ( National Heart Lung and Blood Institute, 2011). Sebagian besar kasus cardiac arrest terjadi pada orang yang memiliki penyakit arteri coroner (Mayo Clinic, 2012). Data dari American Heart Association tahun 2013 terdapat sekitar 359.400 kasus Out-Of Hospital-Cardiac Arrest (OCHA) dan 209.000 kasus In-Hospital Cardiac Arrest (ICHA). Hanya 40,1% dari kasus OCHA yang memperoleh Bantuan Hidup Dasar (BHD) ( American Heart Association, 2013). Data dari Riskesdas (2013) prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia tahun 2013 berdasarkan diagnosis sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar 883.447 orang dan berdasarkan gejala sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar 2.650.430 orang. Di Sulawesi Utara menempati urutan kedua dimana kasus penyakit jantung koroner di Indonesia yaitu sebesar 0,7% atau 11.982 orang dan berdasarkan gejala yaitu 1,7% atau berkisar 28.880 orang, artinya resiko terjadinya cardiac arrest karena Penyakit Jantung Koroner (PJK) cukup tinggi khususnya di Sulawesi Utara. Pada kasus cardiac arrest bila tidak segera
mendapatkan bantuan, maka akan menimbulkan kematian secara mendadak (Black & Hawk, 2005). Salah satu penyebab kematian terbesar di dunia selain penyakit jantung adalah kecelakaan lalu lintas. Secara global menurut WHO (2007) sekitar 1,3 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat kecelakaan lalu lintas dan jumlah ini kemungkinan akan terus bertambah menjadi 1,9 juta pada tahun 2020. Direktorat lalu lintas polda Sulawesi Utara mencatat, tahun 2015 kasus lakalantas tercatat 1.388 kasus, yang menelan 275 korban jiwa, 437 luka berat dan 1.377 luka ringan. Data tahun 2016 hingga Agustus berjumlah 996 kasus, yang menelan korban jiwa 182 korban, 290 luka berat dan luka ringan 1.070 orang (Tribun Manado, 2016). Upaya dalam meningkatkan harapan hidup penderita adalah dengan melakukan pertolongan pertama berupa Bantuan Hidup Dasar (BHD). BHD merupakan penentu dalam kelangsungan hidup korban henti jantung. Hal tersebut menuntut untuk peningkatan jumlah bystander (pengamat atau masyarakat awam) BHD di lingkungan ( American Heart Association, 2011). Frame (2010) menyatakan bahwa Bantuan Hidup Dasar (BHD) dapat diajarkan kepada siapa saja. Pengetahuan tentang Resusitasi Jantung Paru (RJP) diantara masyarakat umum di negara barat masih lemah (Rasmun A. 2000 dalam Cheung. Dr.BMY, 2003). Penelitian lain dilakukan oleh Rajapakse dkk, 2010 tentang RJP pada masyarakat Republik Slovenia menunjukan ketrampilan
resusitasi umumnya lemah, hanya 1,2% mengetahui jumlah kompresi, 2,2% mengetahui perbandingan kompresi dan ventilasi yang benar pada dewasa, dan hanya 3 dari 500 subjek (0,6%) mengetahui keduanya (jumlah kompresi dan ventilasi). Jika bystander (pengamat atau masyarakat awam) memiliki kepercayaan diri dan keterampilan untuk lebih cepat memberikan resusitasi kardiopulmoner yang efektif sampai EMS ( Emergency Medical Service) tiba, jumlah kasus dimana EMS bisa melakukan resusitasi akan meningkat (British Heart Foundation, 2015). Semua lapisan masyarakat seharusnya diajarkan tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) terlebih bagi para pekerja yang berkaitan dengan pertolongan keselamatan ( Resusitaction Council , 2010). Penelitian tentang BHD yang dilakukan Lontoh (2013) diketahui ada pengaruh pelatihan teori Bantuan Hidup Dasar (BHD) terhadap pengetahuan resusitasi jantung paru siswa SMA Negeri 1 Toili. Hasil temuan tersebut sama dengan yang dilakukan Suharty (2014) bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang BHD terhadap pengetahuan tenaga kesehatan di Puskesmas Wori Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara. Studi pendahuluan yang dilakukan di desa Taraitak Satu Kecamatan Langowan Utara terdiri dari 931 penduduk dengan jumlah perangkat desa sebanyak 30 orang. Hasil wawancara dengan hukum tua desa Taraitak Satu didapatkan bahwa masyarakat bergantung pada perangkat desa, setiap ada peristiwa yang bersifat kriminal atau mengancam nyawa masyarakat langsung melapor ke perangkat desa untuk ditindak lanjuti. Di jalan raya desa Taraitak Satu rawan terjadi kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan korban baik luka ringan maupun luka berat. Beberapa bulan terakhir juga terjadi konflik (perkelahian) antar desa sehingga perangkat desa terlibat dalam
pengamanan dilokasi kejadian, konflik tersebut menyebabkan korban. Penanganan yang dilakukan masyarakat (perangkat desa) langsung mengamankan korban dari lokasi kejadian, penanganan selanjutnya hanya sebatas mengecek respons korban apakah sadar atau tidak dan tanpa diberikan pertolongan pertama korban langsung dibawah ke rumah sakit. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk menganalisa pengaruh pelatihan bantuan hidup dasar terhadap pengetahuan dan keterampilan perangkat desa Taraitak Satu.
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan berjenis quasi eksperiment dengan menggunakan desain one-group pre test-post test design yaitu rancangan penelitian dimana tidak ada kelompok pembanding (control ), tetapi paling tidak sudah dilakukan observasi pertama ( pretest ) yang memungkinkan menguji perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen ( program) (Notoatmodjo, 2010). Populasi penelitian adalah perangkat desa Taraitak Satu berjumlah 30 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah non probability sampling dengan metode purposive sampling . Penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu berjumlah 20 orang. Dan analisis data menggunakan software dengan uji Wilcoxon Signed Rank Test. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan kuesioner untuk menilai pengetahuan masyarakat terkait BHD dan lembar observasi untuk menilai keterampilan masyarakat melakukan BHD. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Penelitian ini di desa Taraitak Satu dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan BHD terhadap pengetahuan dan keterampilan perangkat desa Taraitak Satu. Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan sebelum dan setelah diberikan pelatihan BHD (n=20) n Mea SD Median n (minimu mmaksim um) Pengetahua 2 10.6 .393 10 (8-14) n sebelum 0 5 pelatihan 2.01 17 (13Pengetahua 2 17.2 6 20) n setelah 0 0 pelatihan Tabel 1. Menunjukkan bahwa nilai rata-rata pengetahuan perangkat desa sebelum pelatihan BHD yaitu 10.65 dengan SD .393 dan setelah pelatihan BHD rata-rata pengetahuan perangkat desa yaitu 17.20 dengan SD 2.016. Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan keterampilan sebelum dan setelah diberikan pelatihan BHD (n=20) n
Mea n
SD
Median (minimu mmaksim um) 1 (0-2)
Keterampila 2 10.6 .393 n sebelum 0 5 pelatihan 2.01 9 (7-11) Keterampila 2 17.2 6 n setelah 0 0 pelatihan Tabel 2. Menunjukkan bahwa nilai ratarata keterampilan perangkat desa sebelum pelatihan BHD yaitu 10.65 dengan SD .393 dan setelah pelatihan rata-rata keterampilan yaitu 17.20 dengan SD 2.016. Tabel 3. Hasil uji statistik pengaruh pelatihan BHD terhadap pengetahuan perangkat desa Taraitak Satu (n=20)
Pengeta huan
Tabel Jenja ng
Pre test – Post test pengetah uan
Ranki ng Negat if Ranki ng Positif Tetap Total
n
%
0
0
2 0
10 0
z
Asy mp. sig (2taile d)
3,93 5
0,00 0
0 0 2 10 0 0 Tabel 3. Menunjukkan bahwa mayoritas sampel berada pada ranking positif yaitu 100%. Dari hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test dengan menggunakan statistik z didapatkan nilai z -3,935 dengan tingkat kesalahan 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95% maka nilai p-value ( Asymp. Sig 2 tailed ) sebesar 0,000, yang berarti Ha diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa secara statistik ada pengaruh yang signifikan dalam pemberian pelatihan bantuan hidup dasar terhadap pengetahuan perangkat desa Taraitak Satu.
Tabel 3. Hasil uji statistik pengaruh pelatihan BHD terhadap keterampilan perangkat desa Taraitak Satu (n=20)
Keteram pilan
Tabel Jenja ng
n
%
z
Asy mp.s ig (2taile d)
Pre test – Post test keteramp ilan
Ranki ng Negat if Ranki ng Positif Tetap Total
0
2 0
0
10 0
3,95 7
0,00 0
0 0 2 10 0 0 Tabel 3. Menunjukkan bahwa mayoritas sampel berada pada ranking positif yaitu 100%. Dari hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test dengan menggunakan statistik z didapatkan nilai z -3,957 dengan tingkat kesalahan 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95% maka nilai p-value ( Asymp. Sig 2 tailed ) sebesar 0,000, yang berarti Ha diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa secara statistik ada pengaruh yang signifikan dalam pemberian pelatihan bantuan hidup dasar terhadap keterampilan perangkat desa Taraitak Satu. Tabel 4. Hasil Analisis Pengetahuan dan Keterampilan Perangkat Desa Taraitak Satu sebelum dan setelah diberikan pelatihan BHD pVariabel Mean SD
value Pengetahuan setelah pelatihan BHD
10.65 17.20
1.755 2.016 0.000
Pretest Posttest Keterampilan setelah pelatihan BHD
.80 9.35
.834 0.000 1.424
Pretest Posttest Tabel 4. Menunjukkan bahwa nilai ratarata pengetahuan perangkat desa sebelum pelatihan BHD yaitu 10.65 dengan
SD 1.755 dan setelah pelatihan BHD rata-rata pengetahuan perangkat desa yaitu 17.20 dengan SD 2.016. Hasil uji lebih lanjut, terdapat pengaruh yang signifikan pelatihan BHD terhadap pengetahuan perangkat (α=0.000 < α=0.05). Nilai ratarata keterampilan perangkat desa sebelum pelatihan BHD yaitu .80 dengan SD .834 dan setelah pelatihan BHD rata-rata keterampilan perangkat desa yaitu 9.35 dengan SD 1.424. hasil uji lebih lanjut, terdapat pengaruh yang signifikan pelatihan BHD terhadap keterampilan perangkat desa (α=0.000 < α=0.05). Pembahasan
1. Pengetahuan Perangkat Desa Sebelum dan Setelah diberikan Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) Pada penelitian ini pengetahuan perangkat desa sebelum dilakukan pelatihan BHD nilai rata-rata yaitu 10.65 dan setelah diberikan pelatihan pengetahuan responden dengan nilai rata-rata 17.20 berarti ada peningkatan sebanyak 6.55%. Penelitian ini sejalan dengan temuan Erawati (2015) dan Dahlan (2014) bahwa pengetahuan responden sebelum diberikan pelatihan 66% kurang mengetahui tentang BHD. Penelitian lainnya terkait tingkat pengetahuan yang dilakukan oleh Mohammad W (2015) yang meneliti tentang tingkat pengetahuan pengawas kolam renang tentang BHD pada korban tenggelam di kota medan didapatkan hasil 50% responden kurang memiliki pengetahuan tentang BHD. Kurangnya pengetahuan perangkat desa disebabkan belum terpaparnya mereka dengan pendidikan dan pelatihan tentang BHD, belum adanya kerja sama pemerintah dengan tenaga kesehatan terlatih untuk melakukan pelatihan kepada masyarakat, ditambah lagi kurangnya program televisi dan media elektronik
lainnya yang menanyangkan informasi tentang BHD. Jadi asumsi peneliti hal ini wajar jika pengetahuan perangkat desa tentang BHD sebelum pelatihan ada pada kategori kurang. Menurut Mubarak (2011) dalam Sumarianto (2015) menjelaskan bahwa salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan adalah informasi. Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru. Notoatmodjo (2007) menjelaskan pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Peningkatan pengetahuan perangkat desa terjadi ketika mereka melakukan penginderaan yaitu melihat dan mendengar suatu kegiatan yang dipaparkan melalui media dan atau pada saat pelatihan BHD. 2. Keterampilan Perangkat Desa Sebelum dan Setelah diberikan Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) Di Indonesia belum teridentifikasi secara jelas pembekalan masyarakat awam tentang keterampilan BHD yang terpublikasi pada jurnal ilmiah atau media masa lainnya. Sementara pembekalan tentang keterampilan RJP di luar negeri sudah diajarkan pada masyarakat awam. Pada penelitian yang dilakukan oleh Pergola (2007) tentang masyarakat awam dan BHD di Sao Paulo ditemukan bahwa 75% keterampilan responden tentang BHD hanya tahu cara mengecek respons saja. Pada penelitian ini setelah diberikan pelatihan BHD menunjukkan peningkatan yang bermakna nilai ratarata sebelum pelatihan yaitu .834 dan setelah pelatihan menjadi 1.434 yang artinya terjadi peningkatan sebanyak
8.55%. Hasil ini sesuai teori keterampilan dapat berubah seiring dengan pelatihan atau pengalaman (Ivancevich, 2007). Keterampilan akan meningkat jika ada pengetahuan atau pelatihan. Sesuai dengan Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa pengetahuan berasal dari kata tahu yaitu mengetahui sesuatu atau kesan dalam pemikiran sesorang dimana orang tersebut mengerti sudah melihat, menyaksikan, mengalami atau sudah diajar. Kurangnya keterampilan perangkat desa di Desa Taraitak Satu jelas terlihat karena belum pernah dilakukan pelatihan BHD. Kecenderungan seseorang dapat melakukan suatu keterampilan secara langsung apabila sudah pernah diajarkan lewat suatu pendidikan dan pelatihan atau mempunyai pengalaman yang dirasa secara individu dialami dalam hidupnya. Dalam penelitian ini responden terampil dalam melakukan bantuan hidup dasar khususnya resusitasi jantung paru. Hal ini sesuai dengan kompetensi masyarakat awam yang wajib latih sesuai indikator Kemenkes yaitu mampu melakukan RJP (Karim et al, 2006). 3. Pengaruh Pelatihan Bantuan Hidup Dasar terhadap Pengetahuan Perangkat Desa di Desa Taraitak Satu Kegiatan pendidikan dan pelatihan BHD pada masyarakat awam dimedia masa banyak dipublikasikan tapi secara kuantitas belum terlaksana sampai pada masyarakat tak terkecuali perangkat desa Taraitak Satu. Keterpaparan kegiatan pelatihan memberikan suatu pengetahuan yang baru. Pada penelitian ini terjadi peningkatan pengetahuan dengan nilai rata-rata dari 10.65 menjadi 17.20 yang artinya meningkat secara bermakna, uji lebih lanjut dengan
Wilcoxon Signed Rank Test terbukti pelatihan BHD efektif meningkatkan pengetahuan perangkat desa Taraitak Satu. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Lontoh dkk (2013); Mulyadi (2014) dan Yatma Anggi (2015) yang melakukan penelitian tentang pengaruh pelatihan teori BHD terhadap pengetahuan didapatkan hasil terdapat pengaruh yang signifikan pelatihan teori BHD terhadap pengetahuan siswa yang juga adalah orang awam. Penelitian ini menunjukkan dengan diberikannya pelatihan BHD meningkatkan pengetahuan individu tentang mengidentifikasi beberapa tanda korban yang harus diberikan BHD, cara melakukan BHD dan juga mengetahui beberapa tanda korban yang telah dalam keadaan pulih. Peranan orang awam maupun tenaga kesehatan sebagai penemu pertama korban sangat berpengaruh. Meskipun keterlambatan hanya beberapa menit jantung seseorang berhenti, dapat memberi perbedaan antara hidup dan mati, dan memberi bantuan sementara sampai mendapatkan perawatan medis yang kompeten (Thygerson, 2009). 4. Pengaruh Pelatihan Bantuan Hidup Dasar terhadap Keterampilan Perangkat Desa di Desa Taraitak Satu Pada penelitian ini terjadi peningkatan keterampilan setelah diberikan pelatihan BHD menunjukkan peningkatan nilai rata-rata dari .834 menjadi 1.434 yang artinya terjadi peningkatan secara bermakna, uji lebih lanjut dengan Wilcoxon Signed Rank Test terbukti pelatihan BHD efektif meningkatkan keterampilan perangkat desa Taraitak Satu. Penelitian ini sejalan dengan Turambi dkk (2016); Dewi Retno (2015); Tuju Alfando (2016) bahwa ada pengaruh yang signifikan pelatihan BHD terhadap keterampilan
siswa yang juga adalah bagian dari orang awam. Penelitian ini menunjukkan bahwa perangkat desa dapat terampil dalam melakukan BHD dengan diberikan pendidikan dan pelatihan BHD. Perangkat desa terlatih adalah orang awam yang dapat melakukan pertolongan pertama pada siapapun dalam keadaan gawat darurat terutama pada orang yang mengalami henti nafas dan henti jantung. Peran orang awam sebagai penemu pertama korban dilokasi kejadian sangat berpengaruh pada keselamatan korban. Pertolongan pertama itu sendiri hanya memberikan perawatan yang diperlukan sementara, sambil menunggu petugas kesehatan terlatih datang atau sebelum korban dibawa ke rumah sakit (Junaidi, 2011). Asusmsi atau pendapat peneliti, bahwa pengetahuan akan BHD dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam pemberian pertolongan pertama pada korban-korban yang perlu diberikan BHD. Adanya peningkatan keterampilan ini sesungguhnya tidak lepas dari pemberian intervensi pelatihan bantuan hidup dasar. Pelatihan diberikan dengan cara melakukan praktik secara langsung dengan menggunakan alat peraga, sehingga tingkat keterampilan menunjukkan adanya perubahan setelah diberikan pelatihan bantuan hidup dasar, di mana kemampuan siswa dalam keterampilan bantuan hidup dasar didukung oleh perkembangan fisiknya serta hasil dari belajarnya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian mengenai Pengaruh Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Perangkat Desa di Desa Taraitak Satu pada
minggu keempat bulan Juni 2017, dapat disimpulkan bahwa: 1. Pengetahuan perangkat desa sebelum pelatihan BHD dengan nilai rata-rata 10.65 meningkat secara bermakna setelah pelatihan yaitu menjadi 17.20 setelah pelatihan BHD. 2. Keterampilan perangkat desa dalam melakukan BHD sebelum pelatihan dengan nilai rata-rata 10.65 meningkat secara bermakna menjadi 2.016 setelah pelatihan BHD. 3. Ada pengaruh pelatihan bantuan hidup dasar terhadap pengetahuan perangkat desa Taraitak Satu 4. Ada pengaruh pelatihan bantuan hidup dasar terhadap keterampilan perangkat desa Taraitak Satu Saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Perangkat Desa Taraitak Satu Untuk memperluas pengetahuan tentang BHD sebaiknya pemerintah melakukan kerja sama dengan tenaga kesehatan terlatih agar perangkat desa yang belum ikut harus dilatih dan membuat agenda atau jadwal agar semua perangkat desa dapat mengikuti pelatihan. Selanjutnya perangkat desa melatih masyrakat agar tidak hanya perangkat desa saja yang mengetahui tentang BHD. 2. Institusi Pendidikan Diharapkan Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Manado melakukan pengabdian masyarakat yakni memberikan pendidikan dan pelatihan BHD untuk masyarakat baik yang ada di pedesaan maupun perkotaan di Sulawesi Utara yang belum terpapar dengan BHD supaya masyarakat memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik. 3. Bagi peneliti selanjutnya
Dapat melakukan penelitian tentang BHD dengan metode atau jenis penelitian yang berbeda seperti quasi eksperiment dengan group control atau melakukan penelitian dengan topic yang sama dengan responden dan sampel berbeda yang dapat mewakili populasi, sehingga dapat membandingkan hasil penelitian. DAFTAR PUSTAKA American Heart Association (2011). CPR & Sudden Cardiac Arrest (SCA) Fact Sheet, CPR Statictics. http://www.heart.org/HEARTORG/CPR AndECC/WhatisCPR/CPRF/actsand Stats/CPR-Statistics UCM 207542 Article.jsp. Diakses tanggal 23 Januari 2017
American Heart Association. (2013). Guidelines for the Early Management of Patient With Acute Ischemic Stroke A Guideline for Healthcare Profesionals Stroke.http://stroke.ahajournals.org/cont ent/early/2013/01/31/STR.0b013e31828 056a. diakses tanggal 23 Januari 2017 American Heart Association. (2015). Fokus Utama Pembaruan Pedoman AHA 2015 untuk CPR dan ECC. AHA. Amerika. Black, J.M., & Hawks, J.H (2005). Medical Surgical Nursing: Clinical Management for Positive Outcomes (7 ed): Elseiver Sounders Cheung, D.B. (2003). Knowledge of cardiopulmonary resusitaction among the public in Hong Kong: telephone questionnaire suurvey. Hong Kong Med J:323-328.
Dahlan, S. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) terhadap Tingkat Pengetahuan Tenaga Kesehatan di Puskesmas Wori Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara. Vol.2 No. 1. Dewi Retno. (2015). Pengaruh Pelatihan Resusitasi Jantung Paru terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Siswa di SMA Negeri 2 Sleman Yogyakarta
Kementerian Kesehatan RI. (2009). Standar Sumber Daya Pelatihan. perpustakaan.depkes.go.id/bitstream. Accessed 31 Januari 2017. Koster et al. (2010 ). European Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2010: Section 2. Adult basic life support and use of automated external defibrillators. Resuscication 81: 12771292
Erawati, S. (2014). Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Bantuan Hidup Dasar di Kota Administrasi Jakarta Selatan
Lontoh, C. (2013). Pengaruh Pelatihan Teori Bantuan Hidup Dasar Terhadap Pengetahuan Resusitasi Jantung Paru Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Toili. Vol. 1, No. 1
Frame, Scott B. (2010). PHTLS : Basic and Advanced Prehospital Trauma Life Support
Lumbantoruan & Nazmudin. (2015). BTCLS & Disaster Management . Medhatama Restyan. Jakarta.
Hasanah, U. N. 2015. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Keterampilan Perawat dalam melakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar (BHD) di RSUD Kabupaten Karanganyar , Skripsi, STIKES Kusuma Husada Surakarta
Malik, Wan Muhammad. (2015). Tingkat Pengetahuan Pengawas Kolam Renang Tentang Bantuan Hidup Dasar Pada Korban Hampir Tenggelam di Kolam Renang di Kota Medan.
Ivancevich, J.M, Konopaske, R. & Matteson, M. (2007). Prilaku dan Manajemen Organisasi Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta. Junaidi, I. (2011). Pedoman Pertolongan Pertama yang Harus dilakukan saat Gawat Darurat Medis. Yogyakarta: Penerbit Andi Karim et al (2006). Kurikulum Pelatihan Penolong Pertama Kedaruratan. Kemenkes. Jakarta
Mayo Clinic (2012). Sudden Cardiac Arrest. http://www.mayoclinic.org/diseases conditions/sudden-cardiac arrest/basics/causes/con 20042982.Diakses tanggal 23 Januari 2017 Muljani, S. (2016). Pengaruh Pelatihan Terhadap Peningkatan Prestasi Kerja Pegawai di Balai Pelatihan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. http://182.253.203.102/bapelkes/wpcontent/uploads/2016/07/LakipBapelkes-Batam-Tahun-2015-1.pdf. Diakses tanggal 21 Februari 2017
Mulyadi. (2014). Pengaruh Penyuluhan dan Simulasi Bantuan Hidup Dasar terhadap Tingkat Pengetahuan Siswa SMA Negeri 9 Manado. National Heart, Lung, and Blood Institute. (2015). What Causes Sudden CardiacArrest ?.https://www.nhlbi.nih.g ov/health/healthtopics/topics/sdca/causes. Diakses tanggal 23 Januari 2017 Notoatmodjo S. (2007). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika. Pergola, M. (2007). Laypeople and Basic Life Support Rajapakse, R., Noc,M., & Kersnik, J. (2010). Public knowledge of cardiopulmonary resuscitation in Republic of Slovenia. Wiener Klien Wochenschr, 667-672
Riskesdas.(2013). Riset Kesehatan Dasar .Kemenkes. Jakarta Susilo. 2011. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika, Syarifudin. 2010. Panduan TA Keperawatan dan Kebidanan dengan SPSS . Grafindo Litera Media : Yogyakarta, hlm 176 – 181
Thygerson, Alton.(2009). First Aid: Pertolongan Pertama Edisi Kelima. Jakarta:Penerbit Erlangga Tribunews. (2016). Polresta Manado Dominasi Lakalantas dan Pelanggaran. http://manado.tribunnews.com/2016/09/ 28/polresta-manado-dominasilakalantas- dan-pelanggaran. diakses tanggal 23 Januari 2017 Tuju, Alfando. (2016). Pengaruh Pelatihan Bantuan Hidup Dasar terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Siswa di SMA Negeri 1 Langowan Turambi, D., Kiling, M., Supit, D., Pengaruh Pelatihan Bantuan Hidup Dasar terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Siswa Kelas XI dan XII SMA Negeri 2 Langowan Wawan A & Dewi M. (2011). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku. Yogyakarta: Muha Medika. World Health Organization. (2007). Risk Reduction and Emergency Preparedness. Printed by the WHO Document Production Services, Geneva, Switzerland Yatma, Anggi. (2015). Efektivitas Metode Penyuluhan Audiovisual dan Praktik terhadap Tingkat Pengetahuan Bantuan Hidup Dasar pada Nelayan di Pantai Depok