INDIKASI VITREKTOMI PADA PADA KELAINAN RETINA RETINA DI BALAI KESEHATAN MATA MASYARAKAT (BKMM) PROPINSI SULAWESI UTARA UTARA PERIODE JANUARI 2014-DESEMBER 2014
Rohamonangan Theresia Sinaga Laya Rares Vera Sumual Bagian Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Email:
[email protected] Abstrack: The prevalence of retinal abnormality in Indonesia reached 0.13% and is the fourth leading cause of blindness after cataract, glaucoma and refractive errors. Vitrectomy is a type of surgery to treat retinal disorders. Vitrectomy is a surgical to remove the vitreous in the retina of the eye so its can be operated and vision can be corrected. The purpose of this study is to determine indications to do the vitrectomy in retinal disorders. This study is a descriptive retrospective by taking data from medical records of patients with retinal disorders who underwent vitrectomy in Community Eye Health Center (CEHC) of North Sulawesi Province. In this study found that from 27 patients who underwent vitrectomy retinal disorders, found male patients were 17 patients (63%) and female 10 patients (37%). The major indications for vitrectomy were retinal detachment 16 patients (59%) and diabetic retinopathy 11 patients (41%). On the indication of retinal detachment male patients were the most who underwent vitrectomy 12 patients (44.44%) than female 4 patients (14.81%). On the indication of diabetic retinopathy there were no differences between men (18.52%) and women (22.22%) Keywords: Retinal Disorder, Vitrectomy, Retinal Detachment, Retinopathy Diabetic
Abstrak: Prevalensi kelainan retina di Indonesia mencapai 0,13% dan merupakan penyebab kebutaan keempat setelah katarak, glaucoma dan kelainan refraksi. Vitrektomi adalah salah satu jenis operasi untuk mengobati kelainan retina. Vitrektomi adalah operasi pengangkatan pengan gkatan vitreous pada mata sehingga retina dapat dioperasi dan p englihatan dapat diperbaiki. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui indikasi dilakukannya vitrektomi pada kelainan retina. Penelitian ini bersifat deskriptif retrospektif dengan mengambil data dari rekam medis penderita dengan kelainan retina yang menjalani vitrektomi di Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Propinsi Sulawesi Utara. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa dari 27 pasien kelaianan retina yang menjalani vitrektomi, didapatkan pasien laki-laki sebanyak 17 pasien (63%) sedangkan perempuan 10 pasien (37%). Indikasi untuk vitrektomi terbanyak pada retinal detachment sebanyak 16 pasien (59%) dan retinopati diabetic sebanyak 11 pasien (41%). Pada indikasi retinal detachment didapatkan didapatkan penderita laki-laki yang paling banyak menjalani vitrektomi yaitu 12 pasien (44,44%) sedangkan perempuan 4 pasien (14,81%). Pada indikasi retinopati diabetic tidak terdapat perbedaan antara laki-laki (18,52%) dan perempuan (22,22%) Kata Kunci: Kelainan Retina, Vitrektomi, Retinal Vitrektomi, Retinal Detachment, Retinopati Diabetic 1
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor 1 yang menerima rangsangan cahaya. Retina merupakan bagian jaringan yang sangat tipis, tebalnya hampir setengah millimeter, 2 melapisi bagian dalam bola mata. Prevalensi kelainan pada retina di Indonesia mencapai angka 0,13% dan merupakan penyebab kebutaan ke empat setelah katarak (0,78%), glaucoma (0,20%), kelainan refraksi (0,14%), dan penyebab lainnya (0,10%). Hal ini diketahui berdasarkan Survey Kesehatan Indra Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993 3 1996. Vitrektomi adalah operasi pengangkatan vitreous pada mata sehingga retina dapat dioperasi dan penglihatan dapat 4 diperbaiki. Vitrektomi dikerjakan antara lain 5 pada : 1) Ablasio retina (retinal detachment ). 2) Mengkerutnya makula (macular pucker ). 3) Retinopati diabetik (diabetic retinopathy) 4) Infeksi bola mata (endophthalmitis). 5) Trauma mata (benturan atau luka pada bola mata). 6) Kekeruhan vitreus. 7) Lobang makula (macular hole). 8) Dislokasi lensa intraokuler atau katarak. 9) Branch Retinal Vein Occlusion (BRVO) atau sumbatan cabang vena sentralis retina. 10) Perdarahan dibawah makula retina.
penelitian ini adalah catatan medis semua penderita kelainan retina yang menjalani vitrektomi. Variable penelitian ini adalah jenis kelamin, indikasi vitrektomi, kelainan retina yang menjalani vitrektomi.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan selama bulan November 2015 – Desember 2015 secara deskriptif retrospektif di Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Propinsi Sulawesi Utara periode Januari 2014 – Desember 2014, maka didapatkan 27 penderita kelainan retina yang telah menjalani vitrektomi. Hal-hal yang diamati yaitu jenis kelamin, indikasi vitrektomi, dan penderita dengan kelainan retina yang menjalani vitrektomi.
Diagram 1. Distribusi penderita kelainan retina yang telah menjalani vitrektomi berdasarkan jenis kelamin
METODOLOGI
Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan studi retrospektif, dengan menggunakan catatan medik pasien yang berobat ke Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Propinsi Sulawesi Utara selama periode Januari 2014-Desember 2014. Subjek
2
Diagram 2. Distribusi penderita kelainan retina yang telah menjalani vitrektomi berdasarkan indikasi
Diagram 3. Distribusi penderita kelainan retina yang telah menjalani vitrektomi dengan indikasi vitrektomi berdasarkan jenis kelamin 14 44,44% 12 n10 e i s a P 8 h a 6 l m u J 4
22,22% 18,52% 14,81%
2 0 0
0 0
0
Indik asi Vitrek tomi pada kelainan retina
Laki- laki
Per emp uan
PEMBAHASAN
Pada penelitian yang dilakukan di Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) ini, didapatkan jumlah penderita dengan jenis kelamin laki-laki (63%) lebih banyak dari perempuan (37%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Nepal, yang menunjukkan laki-laki lebih banyak menjalani vitrektomi dibandingkan dengan perempuan dimana, kemungkinan laki-laki lebih dominan populasinya dalam masyarakat ataupun kurangnya preferensi 6,7 untuk kesehatan wanitayang didapatkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nobreka, dkk di Brazil, indikasi vitrektomi terbanyak pada retinal 7 detachment (46,3%). Penelitian yang dilakukan oleh Shuahib di Nigeria juga menunujukkan bahwa retinal detachment merupakan indikasi utama untuk menjalani 8 vitrektomi (51%). Hal serupa juga diungkapkan oleh Sandeep Saxena bahwa saat ini, retinal detachment merupakan 9 indikasi utama dilakukannya vitrektomi. Pada penelitian ini, didapatkan hasil bahwa indikasi yang paling sering untuk vitrektomi di Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) propinsi Sulawesi Utara periode Januari 2014 – Desember 2014 adalah retinal detachment (59%), dimana hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nobreka, dkk di Brazil dan oleh Shuahib di Nigeria. Keuntungan utama dilakukannya vitrektomi pada retinal detachment adalah dengan vitrektomi traksi retinal detachment dapat langsung dilepaskan. Vitrektomi juga dapat menghilangkan kekeruhan pada media, sehingga meningkatkan penglihatan intraoperative dan control drainase internal 10 cairan subretina. Prevalensi retinal detachment atau ablasio retina di dunia adalah 1 kasus dalam 10.000 populasi. Biasanya ablasio retina terjadi pada usia 40-70 tahun. Prevalensi meningkat pada beberapa keadaan seperti 3
Miopi tinggi, Afakia/pseudofakia dan 11 trauma. Insidensi dari ablasio retina di Amerika Serikat berkisar antara 1 dari 15.000 populasi, dengan prevalensi 0,3% 12 dari total populasi. Setelah retinal detachment indikasi terbanyak diikuti oleh penderita dengan retinopati diabetic (40,74%). Hal ini juga serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Nobrega, dkk di Brazil, dimana retinopati diabetic (22,5%) merupakan indikasi terbanyak kedua setelah retinal detachment. Menurut penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung, tujuan pertama dilakukannya vitrektomi pada retinopati diabetic adalah untuk memperbaiki penglihatan. Dan tujuan yang kedua adalah untuk menstabilkan proses neovaskularisasi retinopati diabetika, sehingga dapat menghasilkan hasil anatomis dan keberhasilan fungsi penglihatan jangka 13 panjang. Hasil penelitian penderita kelainan retina yang menjalani vitrektomi dengan indikasi berdasarkan jenis kelamin didapatkan penderita yang menjalani vitrektomi dengan indikasi retinal detachment terbanyak pada laki-laki (44,44%). Menurut Larkin, kurang lebih 60% ablasi retina ditemukan pada laki-laki. Insiden tetap lebih tinggi pada laki-laki meskipun telah dikoreksi untuk trauma okuli karena trauma okuli umumnya terjadi pada 12 laki-laki. Dan untuk indikasi pasien dengan retinopati diabetic tidak terdapat perbedaan yang mencolok antara laki-laki (18,52%) dan perempuan (22,22%). Hal ini mungkin dapat disebabkan karena meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan, sehingga tidak ada perbedaan jumlah penderita yang berarti.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian tentang indikasi vitrektomi pada kelainan retina di Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Propinsi Sulawesi Utara periode Januari 2014 – Desember 2014 maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Terdapat 27 penderita kelainan retina yang menjalani vitrektomi di Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Propinsi Sulawesi Utara periode Januari 2014 – Desember 2014. 2. Tindakan Vitrektomi lebih banyak dilakukan oleh penderita kelainan retina berjenis kelamin laki-laki. 3. Indikasi yang mendorong dilakukannya vitrektomi di Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Propinsi Sulawesi Utara terdiri atas 2 indikasi, yaitu penderita dengan retinal detachment dan retinopati diabetic. Dalam hasil penelitian ini, yang terbanyak ditemukan yaitu penderita dengan retinal detachment. 4. Pada indikasi retinal detachment, jumlah penderita laki-laki yang paling banyak menjalani vitrektomi. Sedangkan pada indikasi retinopati diabetic, tidak terdapat perbedaan yang mencolok antara jumlah penderita laki-laki dengan jumlah penderita perempuan. SARAN
1. Untuk masyarakat, agar supaya lebih memperhatikan kesehatan, karena mencegah lebih baik daripada mengobati. Sebaiknya segera melakukan pemeriksaan apabila terdapat keluhan, seperti floaters (terlihat benda melayanglayang), photopsia (kilatan cahaya), kekaburan atau penglihatan berkurang secara bertahap sehingga dapat ditangani dengan cepat.
4
2. Untuk penderita diabetes melitus, sebaiknya rajin melakukukan control, agar tidak timbul komplikasi. 3. Penderita dengan kelainan retina yang telah menjalani vitrektomi sebaiknya melakukan kontrol secara teratur agar dapat diketahui apakah penglihatannya membaik atau tidak. 4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
8.
9.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata , ed 4. Jakarta: Balai penerbit FKUI; 2012. p10 Kolb H. American Scientist. How the retina works. 2003. http://webvision.med.utah.edu/wpcontent/uploads/2011/01/200301Kolb.pdf (accessed October 9, 2015) Depkes RI, Ditjen Binkenmas, Hasil Survey Indera Penglihatan dan Pendengaran 1996,1998:12-17 Queen Elizabeth Hospital Birmingham. Vitrectomy Eye Surgery. 2013. http://www.uhb.nhs.uk/Downloads/pdf /PiVitrectomy.pdf (accessed October 9, 2015) Jakarta Eye Center. Operasi Vitreoretinal. 2009. http://www.oocities.org/sgtahija/opera si_vitreoretinal.html (accessed October 9, 2015) Subedi S, Sharma MK, Sharma BR, Kansakar I, Dhakwa K, Adhikari RK. Surgical outcome of pars planavitrectomy: a retrospective Study in a peripheral tertiary eye care centre in Nepal . Nepal J Ophatlmol. 2010;2(3):39-44. Nobrega MJ, Casagandre C, Nunes RP, Nagel G. Indications for pars plana vitrectomy in a tertiary
10.
11.
12.
13.
healthcare service in southern Brazil. Invest Ophthalmol Vis Sci. 2004;45(3):2007 Shuaib A, Memon AF. Indications and visual outcome of first hundred pars plana vitrectomies at makkah specialist eye hospital, Kano, Nigeria. Nigerian Journal of Ophtalmology. 2010;22(1):34-37. nd Saxena S. Clinical Ophtalmology. 2 edition. India: Medical Publisher,Inc; 2010. p550 Kwon OW, Roh MI, Song JH. Elsevierhealth. Retinal Detachment And Proliferative Vitreoretinopathy. In. Retinal Diseases Amenable to Pharmacotherapy. Britain : SaundersElsevier. 2010. p147-51. National Institutes of Health. MedlinePlus Medical Encyclopedia. Retinal Detachment . 2005. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/e ncy/article/001027.htm Larkin GL. Retinal Detachment . Medscape. http://emedicine.medscape.com/article. 798501-overview Sovani Iwan. FK UNPAD. Indikasi Vitrektomi Pada Retinopati Diabetika. 2000. http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/07/indikasi_vitre ktomi_pada_retinopati_diabetika.pdf (accessed December 27, 2015)
5