ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR
"Individualisme Perkotaan: Pelanggaran Terhadap Rambu Lalu Lintas"
Disusun oleh:
PUTRI NUGRAHA 1309005057
EUNIKE BERTIN IRIANTI 1309005059
IDA AYU MADE YULIANTARI 1309005062
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Daftar Isi ii
Kata Pengantar iii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
II PEMBAHASAN
2.1 Manusia sebagai Makhluk Individu 2
2.2 Manusia sebagai Makhluk Sosial 2
2.3 Peranan Manusia sebagai Makhluk Individu 3
2.4 Peranan Manusia sebagai Makhluk Sosial 3
2.5 Dilema antara Kepentingan Individu dan Kepentingan Masyarakat 4
III HASIL PENGAMATAN
Hasil Pengamatan 6
IV SIMPULAN
Simpulan 7
Daftar Pustaka iv
KATA PENGANTAR
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkotaan adalah lingkungan yang memiliki alur hidup serba cepat dan dihuni oleh masyarakat yang heterogen. Definisi lain tentang kota adalah suatu permukiman yang relatif besar, padat, dengan struktur ruang tertentu dimana aktivitas manusia dan karakteristik sosial dan budaya bersifat heterogen. Masyarakat perkotaan yang heterogen, berasal dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda, membuat sedikit sulit untuk membina komunikasi yang bersahabat. Ditambah dengan alur hidup masyarakat yang serba cepat sehingga menyulitkan sosialisasi secara berkelanjutan. (Intan, 2012)
Di lain sisi, terjadinya dinamika perubahan sosial yang cukup tinggi membuat masyarakat perkotaan cenderung menganut norma bersosialisasi yang minim dan proses interaksi hanya didasarkan karena adanya suatu kepentingan. Dampak yang sangat terasa dari sikap individualisme adalah tergerusnya nilai-nilai kebersamaan dalam masyarakat serta kurangnya kesadaran masyarakat untuk mematuhi aturan khususnya aturan berlalu-lintas. Dari hari ke hari pelanggaran rambu-rambu lalu lintas semakin memprihatinkan. Hal tersebut yang akan kami bahas di dalam paper ini berkaitan dengan pokok bahasan dalam buku Ilmu Sosial dan Budaya Dasar karangan Hermianto & Winarno pada bab tiga yaitu Manusia sebagai Makhluk Individu dan Sosial.
II. PEMBAHASAN
Manusia sebagai Makhluk Individu
Dalam perkembangannya, manusia sebagai makhluk individu tidak hanya bermakna kesatuan jiwa dan raga, tetapi akan menjadi pribadi yang khas dengan corak kepribadiannya, termasuk kemampuan kecakapannya. Manusia sebagai makhluk individu adalah manusia sebagai perseorangan yang memiliki sifat sendiri-sendiri. Manusia sebagai individu adalah bersifat nyata, berbeda dengan manusia lain dan sebagai pribadi dengan cirri khas tertentu yang berupaya merealisasikan potensi dirinya.
Pertumbuhan dan perkembangan individu menjadi pribadi yang khas tidak terjadi dalam waktu sekejap, melainkan terentang sebagai kesinambungan perkembangan sejak masa janin, bayi, anak, remaja, dewasa, sampai tua. Pertumbuhan dan perkembangan inividu dipengaruhi beberapa faktor. Mengenai hal tersebut ada tiga pandangan, yaitu:
Pandangan nativistik menyatakan bahwa pertumbuhan individu semata-mata ditentukan atas dasar faktor dari dalam individu sendiri, seperti bakat dan potensi, termasuk pula hubungan atau kemiripan dengan orang tuanya.
Pandangan empiristik menyatakan bahwa pertumbuhan individu semata-mata didasarkan atas faktor lingkungan.
Pandangan konvergensi yang menyatakan bahwa pertumbuhan individu dipengaruhi oleh faktor diri individu dan lingkungan.
Pada dasarnya, kegiatan atau aktivitas seseorang ditujukan untuk memenuhi kepentingan diri dan kebutuhan diri. Pemenuhan kebutuhan tersebut adalah dalam rangka menjalani kehidupannya. Paham individualisme menekankan pada kekhususan, martabat, hak, dan kebebasan orang per orang. (Herimanto, 2008)
Manusia sebagai Makhluk Sosial
Manusia sebagai individu (perseorangan) mempunyai kehidupan jiwa yang menyendiri, namun manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Manusia lahir, hidup berkembang, dan meninggal dunia di dalam masyarakat. Sebagai individu, manusia tidak dapat mencapai segala sesuatu yang diinginkan dengan mudah tanpa bantuan orang lain. Dalam usaha untuk mendapatkan keperluan hidupnya manusia perlu bantuan orang lain. Setiap usaha akan lebih mudah bila dikerjakan bersama-sama.
Sejak manusia dilahirkan, ia mempunyai dua keinginan pokok, yaitu keinginan untuk menjadi satu dengan manusia di sekelilingnya dan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya. Paham yang mengembangkan pentingnya aspek sosial kehidupan manusia adalah sosialisme. Sosialisme merupakan reaksi atas sistem liberalisme yang dilahirkan oleh paham individualisme. Paham sosialisme berpendapat bahwa perubahan dapat dilakukan dengan cara-cara damai dan demokratis. (Herimanto, 2008)
Peranan Manusia sebagai Makhluk Individu
Manusia sebagai mahluk individu berupaya merealisasikan segenap potensi dirinya, baik potensi jasmani maupun potensi rohani. Sebagai mahluk individu, manusia berusaha memenuhi kepentingan atau mengejar kebahagiaan sendiri. Motif tindakannya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang meliputi kebutuhuan jasmanid dan kebutuhan rohani. Penekanan pada kepentingan diri memunculkan sifat individualistik dalam diri pribadi yang bersangkutan.
Manusia sebagai individu akan berusaha menjaga dan mempertahankan harkat martabatnya, mengupayakan terpenuhi hak-hak dassarnya sebagai manusia, merealisasikan segenap potensi diri, memenhi kebutuhan dan kepentingan diri demi kesejahteraaan hidupnya. Dalam hidup bermasyarakat, individu memberikan fungsi-fungsi positif dimana berkembangnya potensi diri yang kreatif dan inovatif. (Herimanto, 2008) Namun demikian, dalam hidup kemasyarakatan, individu bisa menghasilkan fungsi-fungsi negatif. Unsur pemenuhan kepentingan diri menjadikan orang per orang memiliki sifat individualistik dan egois misalnya dalam hal menaati aturan berlalu-lintas.
Masyarakat mulai acuh tak acuh terhadap rambu-rambu lalu lintas. Keberadaan rambu-rambu lalu lintas diberbagai jalan mulai dihiraukan dan dianggap sebagai sesuatu yang membatasi manusia itu sendiri. Sifat invidualistik dari manusia yang hanya mementingkan kepentingan dirinya sendiri seringkali menjadi konflik dengan lingkungan sekitar. (Herimanto, 2008)
Peranan Manusia sebagai Makhluk Sosial
Manusia membutuhkan norma-norma pengaturannya dalam berbagai kelompok sosial. Norma-norma tersebut ialah norma agama (religi), norma kesusilaan (moral), norma kesopanan (adat), dan norma hukum. Selain itu, norma dapat dibedakan pula menjadi empat macam berdasarkan kekuatan berlakunya di masyarakat. Keempat jenis norma tersebut adalah cara (usage), kebiasaan (folkways), tata kelakuan (mores), dan adat istiadat (custom).
Tata kelakuan (mores) adalah kebiasaan yang dianggap sebagai norma pengatur. Sifat norma ini di satu sisi sebagai pemaksa suatu perbuatan dan di sisi lain sebagai suatu larangan. Dengan demikian, tata kelakuan dapat menjadi acuan agar masyarakat menyesuaikan diri dengan kelakuan yang ada serta meninggalkan perbuatan yang tidak sesuai dengan tata kelakuan. (Herimanto, 2008)
Dilema Antara Kepentingan Individu dan Kepentingan Masyarakat
Dilema antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat adalah pada pertanyaan yang dihadapi oleh setiap, yaitu kepentingan manakah yang harus saya utamakan? Kepentingan saya selaku individu atau kepentingan masyarakat tempat saya hidup bersama?
Persoalan pengutamaan kepentingan apakah individu atau masyarakat ini memunculkan dua pandangan yang saling bertolak belakang. Kedua pandangan ini justru berkembang menjadi paham atau aliran bahkan ideologi yang dipegang oleh suatu kelompok masyarakat. (Herimanto, 2008)
Pandangan Individualisme
Individualisme berpangkal dari konsep dasar ontologis bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk individu yang bebas. Paham ini memandang manusia sebagai makhluk pribadi yang utuh dan lengkap terlepas dari manusia yang lain. Jadi, yang menjadi sentral individualisme adalah kebebasan seorang individu untuk merealisasikan dirinya. Paham individualisme menghasilkan ideologi liberalisme. Paham ini bisa disebut juga ideologi individualisme liberal.
Pandangan Sosialisme
Pandangan ini menyatakan bahwa kepentingan masyarakatlah yang diutamakan. Masyarakat tidak sekedar kumpulan dari individu. Masyarakat merupakan entitas yang besar dan bediri sendiri dimana individu-individu itu berada.
Paham individualisme liberal dan sosialisme saling bertolak belakang. Lalu, bagaimana kita memposisikan diri atas kedua pandangan tersebut? Kepentingan manakah yang harus diutamakan, kepentingan diri (privat) atau kepentingan masyarakat (publik)? Pilihan atas hal tersebut sesungguhnya secara filosofis dapat kita kembalikan pada kedua pilihan dari ideology tersebut di atas.
Jika kita simak lebih jauh, kedua pandangan di atas mengidap kelemahannya masing-masing. Individualisme liberal dapat menimbulkan ketidakadilan, berbagai bentuk tindakan tidak manusiawi, imperialisme, dan kolonialisme baik dalam bentuk lama maupun baru. Sedangkan sosialisme dalam bentuk yang ekstrem (marxisme/komunisme), tidak menghargai manusia sebagai pribadi sehingga bisa merendahkan sisi kemanusiaan.
Dalam negara Indonesia yang berfalsafahkan Pancasila, hakikat manusia dipandang memiliki sifat pribadi sekaligus sosial secara seimbang. Menurut pandangan filsafat Pancasila, manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Hal ini tidak sekadar menggabungkan dua pandangan (individualisme dan sosialisme) di atas, tetapi secara hakikat bahwa kedudukan manusia sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. (Herimanto, 2008)
III. HASIL PENGAMATAN
Survei ini bertujuan melihat bagaimana masalah sosial yang terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang semakin hari cenderung menunjukkan sikap individualisme.
Survei ini dilakukan di sekitar jalan Sesetan dan di sekitar wilayah kampus Unud di jalan PB Sudirman, Denpasar-Bali
Survei ini dilakukan pada hari Sabtu, 6 Maret 2015 pukul 13.00 WITA dan Senin, 9 Maret 2015 pukul 15.00 WITA
Wilayah kampus Unud di jalan PB. Sudirman
IV. SIMPULAN
Ada tiga pandangan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan inividu yaitu pandangan nativistik, pandangan empiristik, dan pandangan konvergensi.
Paham individualisme menekankan pada kekhususan, martabat, hak, dan kebebasan orang per orang
Paham yang mengembangkan pentingnya aspek sosial kehidupan manusia adalah sosialisme.
Paham sosialisme berpendapat bahwa perubahan dapat dilakukan dengan cara-cara damai dan demokratis.
Pemenuhan kepentingan diri menjadikan orang per orang memiliki sifat individualistik dan egois misalnya dalam hal menaati aturan berlalu-lintas.
Manusia membutuhkan norma-norma pengatur dalam berbagai kelompok sosial diantaranya ialah norma agama (religi), norma kesusilaan (moral), norma kesopanan (adat), dan norma hukum.
Selain itu, norma dapat dibedakan pula menjadi empat macam berdasarkan kekuatan berlakunya di masyarakat. Keempat jenis norma tersebut adalah cara (usage), kebiasaan (folkways), tata kelakuan (mores), dan adat istiadat (custom).
Persoalan pengutamaan kepentingan memunculkan dua pandangan yang saling bertolak belakang yaitu pandangan individualisme dan sosialisme.
Menurut pandangan filsafat Pancasila, manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Intan Sari. 2012. Makalah Sosiologi Individualisme Perkotaan. http://intanathan.blogspot.com/2012/09/makalahsosiologi-individualismeperkotaa.html (diakses pada 7 Maret 2015)
Herimanto & Winarno. 2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara
ii