BAB 1 PENDAHULUAN
Dengan makin pesatnya kemajuan lalu lintas baik dari segi jumlah pemakai jalan, jumlah kendaraan, jumlah pemakai jasa angkutan dan bertambahnya jaringan jalan dan kecepatan kendaraan maka mayoritas kemu kemung ngki kina nan n terj terjad adin inya ya frakt fraktur ur adal adalah ah akib akibat at kece kecela lakaa kaan n lalu lalu lint lintas as.. Sementara trauma – trauma lain yang dapat mengakibatkan fraktur adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja, dan cedera olah raga. Batang femur dapat mengalami fraktur oleh trauma langsung, puntiran (twisting ), ), atau pukulan pada bagian depan lutut yang berada dalam posisi fleksi pada kecelakaan jalan raya. Femur merupakan tulang terbesar dalam tubuh dan batang femur pada orang deasa sangat kuat. Dengan demikian, traum traumaa langsu langsung ng yang yang keras, keras, sepert sepertii yang yang dapat dapat dialam dialamii pada pada kecelak kecelakaan aan automobil, automobil, diperlukan diperlukan untuk menimbulkan menimbulkan fraktur fraktur batang femur. femur. !erdarahan !erdarahan interna yang masif dapat menimbulkan renjatan berat. Fraktu Frakturr bukan bukan hanya hanya persoa persoalan lan terput terputusn usnya ya kontin kontinuit uitas as tulang tulang dan bagaimana mengatasinya, akan tetapi harus ditinjau secara keseluruhan dan haru haruss diat diatas asii seca secara ra simu simult ltan an.. "aru "aruss dili diliha hatt apa apa yang ang terj terjad adii seca secara ra menye menyelur luruh, uh, bagaim bagaimana, ana, jenis jenis penyebab penyebabnya nya,, apakah apakah ada kerusa kerusakan kan kulit kulit,, pembuluh darah, syaraf, dan harus diperhatikan lokasi kejadian, aktu terjadi terjadinya nya agar dalam dalam mengam mengambil bil tindaka tindakan n dapat dapat dihasi dihasilka lkan n sesuat sesuatu u yang yang optimal.
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA I.
ANATOMI FEMUR
2
Femur pada ujung bagian atasnya memiliki caput, collum, trochanter major dan trochanter minor. Bagian caput merupakan lebih kurang dua pertiga bola dan berartikulasi dengan acetabulum dari os co#ae membentuk articulatio co#ae. !ada pusat caput terdapat lekukan kecil yang disebut fo$ea capitis, yaitu tempat perlekatan ligamentum dari caput. Sebagian suplai darah untuk caput femoris dihantarkan sepanjang ligamen ini dan memasuki tulang pada fo$ea. Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada batang femur, berjalan ke baah, belakang, lateral dan membentuk sudut lebih kurang %&' derajat (pada anita sedikit lebih kecil) dengan sumbu panjang batang femur. Besarnya sudut ini perlu diingat karena dapat dirubah oleh penyakit. rochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas leher dan batang. ang menghubungkan dua trochanter ini adalah linea intertrochanterica di depan dan crista intertrochanterica yang mencolok di bagian belakang, dan padanya terdapat tuberculum *uadratum. Bagian batang femur umumnya menampakkan kecembungan ke depan. +a licin dan bulat pada permukaan anteriornya, namun pada bagian posteriornya terdapat rabung, linea aspera. epian linea aspera melebar ke atas dan
ke
baah.epian
medial
berlanjut
ke
baah
sebagai
crista
supracondylaris medialis menuju tuberculum adductorum pada condylus medialis.epian lateral menyatu ke baah dengan crista supracondylaris lateralis. !ada permukaan posterior batang femur, di baah trochanter major terdapat tuberositas glutealis, yang ke baah berhubungan dengan linea aspera. Bagian batang melebar ke arah ujung distal dan membentuk daerah segitiga datar pada permukaan posteriornya, disebut fascia poplitea. jung baah femur memiliki condylus medialis dan lateralis, yang di bagian posterior dipisahkan oleh incisura intercondylaris. !ermukaan anterior 3
condylus dihubungkan oleh permukaan sendi untuk patella. -edua condylus ikut membentuk articulatio genu. Di atas condylus terdapat epicondylus lateralis dan medialis. uberculum adductorium berhubungan langsung dengan epicondylus medialis. II.
DEFINISI FRAKTUR
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang danatau tulang raan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. rauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada lengan baah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang kla$ikula atau radius distal patah. /kibat trauma pada tulang tergantung pada jenis trauma, kekuatan dan arahnya. rauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang yang disebut patah tulang terbuka. !atah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi. III.
KLASIFIKASI
Salah satu kiasifikasi fraktur batang femur dibagi berdasarkan adanya luka yang berhubungan dengan daerah yang patah. 0adi, dalam klasifikasi ini, dapat dibagi menjadi tertutup dan terbuka. Fraktur terbuka dibagi menjadi 1 derajat yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan berat ringannya fraktur &, sebagaimana yang terlihat pada abel %.
4
abel %. Derajat !atah ulang erbuka 2enurut 3ustillo dan /nderson (%45 6) -emudian 3ustillo et al. (%478) membagi tipe +++ dari klasifikasi 3ustillo dan /nderson (%456) menjadi tiga subtipe, yaitu tipe +++/, +++B dan +++9 (abel &). •
+++/ terjadi apabila fragmen fraktur masih dibungkus oleh jaringan lunak, alaupun adanya kerusakan jaringan lunak yang luas dan berat.
•
+++B fragmen fraktur tidak dibungkus oleh jaringan lunak sehingga tulang terlihat jelas atau bone e#pose, terdapat pelepasan periosteum, fraktur kominutif. Biasanya disertai kontaminasi masif dan merupakan trauma high energy tanpa memandang luas luka.
•
+++ 9 terdapat trauma pada arteri yang membutuhkan repair agar kehidupan bagian distal dapat dipertahankan tanpa memandang derajat kerusakan jaringan lunak.
abel &. -lasifikasi lanjut fraktur terbuka tipe +++ (3ustillo dan /nderson, %456) oleh 3ustillo, 2endo:a dan ;illiams (%478)
5
IV.
GAMBARAN KLINIS
Bagian paha yang patah lebih pendek dan lebih besar dibanding dengan normal serta fragmen distal dalam posisi eksorotasi dan aduksi karena empat penyebab< a. anpa stabilitas longitudinal femur, otot yang melekat pada fragmen atas dan baah berkontraksi dan paha memendek, yang menyebabkan bagian paha yang patah membengkak. b. /duktor melekat pada fragmen distal dan abduktor pada fragmen atas. Fraktur memisahkan dua kelompok otot tersebut, yang selanjutnya bekerja tanpa ada aksi antagonis. c. Beban berat kaki memutarkan fragmen distal ke rotasi eksterna. d. Femur dikelilingi oleh otot yang mengalami laserasi oleh ujung tulang fraktur yang tajam dan paha terisi dengan darah, sehingga terjadi pembengkakan. V.
PENATALAKSANAAN a. Pertolongan Pertaa
Fraktur biasanya menyertai trauma. ntuk itu sangat penting untuk melakukan pemeriksaan terhadap jalan napas (airay), proses pernafasan (breathing) dan sirkulasi (circulation), apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi, baru lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara terperinci. ;aktu tejadinya kecelakaan penting ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di =S, mengingat golden period %>6 jam. Bila lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar. ?akukan anamnesis dan pemeriksaan fisis secara cepat, singkat
dan
lengkap. -emudian lakukan
foto radiologis.
!emasangan bidai dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat pada jaringan lunak selain memudahkan proses pembuatan foto.
6
!erdarahan dari fraktur femur, terbuka atau tertutup, adalah antara & sampai 8 unit (%>& liter). 0alur intra$ena perlu dipasang dari darah dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan hemoglobin dan reaksi silang. 0ika tidak terjadi fraktur lainnya, kemungkinan transfusi dapat dihindari, tetapi bila timbul trauma lainnya, & unit darah perlu diberikan segera setelah tersedia. Fraktur terbuka biasanya terbuka dan dalamluar dengan luka di sisi lateral atau depan paha. Debridemen luka perlu dilakukan dengan cermat dalam ruang operasi dan semua benda asing diangkat. 0ika luka telah dibersihkan secara menyeluruh, setelah debridemen luka dapat ditutup@ tetapi bila terkontaminasi, luka lebih baik dibalut dan diraat dengan jahitan primer yang ditunda (delayed primary suture). /ntibiotika dan antitetanus sebaiknya diberikan, seperti pada setiap fraktur terbuka.
!. Penatala"#anaan Fra"t$r
Bila keadaan penderita stabil dan luka telah diatasi, fraktur dapat diimobilisasi dengan salah satu dan empat c ara berikut ini< 1.
Tra"#% adalah arikan pada bagian distal anggota badan pasien
dengan tujuan mengembalikan fragmen tulang ke tempat semula. Comminuted fracture dan fraktur yang tidak sesuai untuk intramedullary nailing paling baik diatasi dengan manipulasi dibaah anestesi dan balanced sliding skeletal traction yang dipasang melalui tibial pin. raksi longitudinal yang memadai diperlukan selama &8 jam untuk mengatasi spasme otot dan mencegah pemendekan, dan fragmen harus ditopang di posterior untuk mencegah pelengkungan. Anam belas pon biasanya cukup, tetapi penderita yang gemuk memerlukan beban yang lebih besar dari penderita yang kurus membutuhkan beban yang lebih kecil.
7
?akukan pemeriksaan radiologis setelah &8 jam untuk mengetahui apakah berat beban tepat@ bila terdapat o$erdistraction, berat beban dikurangi, tetapi jika terdapat tumpang tindih, berat ditambah. !emeriksaan radiologi selanjutnya perlu dilakukan dua kali seminggu selama dua minggu yang pertama dan setiap minggu sesudahnya untuk memastikan apakah posisi dipertahankan. 0ika hal ini tidak dilakukan, fraktur dapat terselip perlahan>lahan dan menyatu dengan posisi yang buruk. /da & cara < %. raksi -ulit (skin traction). Beban pada traksi kulit sebesar %5 dari berat badan, maksimal ' kg. &. raksi Skeletal (skeletal traction) raksi skeletal untuk jangka pendek pada fraktur femur à tibia proksimal . raksi skeletal untuk jangka panjang pada fraktur femur
à
femur distal .
8
&.
F%"#a#% Interna
Intramedullary nail ideal untuk fraktur trans$ersal, tetapi untuk fraktur lainnya kurang cocok. Fraktur dapat dipertahankan lurus dan terhadap panjangnya dengan nail , tetapi fiksasi mungkin tidak cukup kuat untuk mengontrol rotasi. Nailing diindikasikan jika hasil pemeriksaan radiologi memberi kesan baha jaringan lunak mengalami interposisi di antara ujung tulang karena hal ini hampir
selalu
-euntungan intramedullary
menyebabkan non-union. nailing adalah dapat
memberikan
stabilitas longitudinal serta kesejajaran (alignment) serta membuat penderita dapat dimobilisasi cukup cepat untuk meninggalkan rumah sakit dalam aktu & minggu setelah fraktur. -erugian meliput anestesi, trauma bedah tambahan dan risiko infeksi. Closed nailing memungkinkan mobilisasi yang tercepat dengan trauma yang minimal, tetapi paling sesuai untuk fraktur trans$ersal tanpa pemendekan. Comminuted fracture paling baik diraat dengan locking nail yang dapat mempertahankan panjang dan rotasi. '.
F%"#a#% E"#ternal
Bila fraktur yang diraat dengan traksi stabil dan massa kalus terlihat pada pemeriksaan radiologis, yang biasanya pada minggu ke enam, cast brace dapat dipasang. Fraktur dengan
9
intramedullary nail yang tidak memberi fiksasi yang rigid juga cocok untuk tindakan ini. VI.
KOMPLIKASI a. S%n(roa "o)arteen
Sindroma kompartemen adalah suatu sindrom yang terjadi karena beberapa hal, bisa disebabkan oleh fraktur, di mana terjadi peningkatan tekanan intrakompartemen sehingga terjadi iskemia jaringan. !eningkatan tekanan ini disebabkan oleh terisinya cairan ke dalam kompartemen (fascia), dan tidak diikuti oleh pertambahan luas$olume kompartemen itu sendiri. 9airan tersebut dapat berupa darah atau edema yang disebabkan oleh fraktur. Dengan meningkatnya tekanan intrakompartemen (interstitial) yang melampaui tekanan perfusi kapiler (pembuluh darah), akan menyebabkan aliran darah yang seyogyanya mensuplai oksigen dan nutrisi ke jaringan menjadi tidak adekuat (kolaps). "al ini akan memicu terjadinya iskemia jaringan,
yang
menyebabkan
edema
sehingga
tekanan
intrakompartemen tersebut akan semakin meningkat. Bila hal ini tidak diatasi, maka iskemia yang terjadi akan menimbulkan kematian jaringan dan nekrosis, yang pada akhirnya dapat mengancam nyaa. Secara umum terdapat beberapa tanda (sign) untuk sindroma kompartemen, yang disingkat menjadi '!< %. !ain (nyeri), yang sering ditemukan dan terjadi di aal sindrom
10
&. !arestesia, yaitu gangguan pada saraf sensorik 1. !aralisis, yaitu gangguan motorik yang ditemukan setelah beberapa aktu 8. !allor, yaitu pucat pada kulit akibat berkurangnya suplai darah '. !ulselessness, yaitu kehilangan denyut arteri 9ara untuk mengatasi hal ini adalah dengan teknik fasciotomi, suatu tindakan operatif untuk membebaskan cairan yang terperangkap di dalam kompartemen.
!. *e(era +a#,$lar
9edera $askular, terutama cedera arteri merupakan konsekuensi berbahaya dari fraktur yang dapat mengancam jaringan dan nyaa. !embuluh darah dapat mengalami cedera di mana saja, namun ada tempat> tempat tertentu yang sangat rentan terhadap cedera $askular. Di ekstremitas atas, bagian aksila, lengan atas anterior dan medial serta fossa antecubital adalah daerah yang berisiko tinggi, sedangkan di ekstremitas baah, daerah inguinal, paha medial dan fossa popliteal adalah daerah yang berisiko tinggi jika mengalami cedera $askular. !ada daerah>daerah tersebut, hanya terdapat satu arteri tunggal yang berjalan sepanjang daerah tertentu sebelum bercabang (furcatio) di daerah yang lebih distal. /rteri tunggal ini nantinya akan bercabang menjadi dua di ekstremitas atas (a. brachialis bercabang menjadi a.radialis dan a.ulnaris setelah fossa cubiti) dan tiga di ekstremitas baah (a.femoralis akan bercabang menjadi a.tibial anterior, a.tibial posterior, dan a.fibularperoneal setelah fossa popliteal). Dengan demikian, apabila terjadi cedera $askular pada arteri tunggal ini menyebabkan iskemia yang luas pada jaringan yang lebih distal. "al ini 11
akan berbeda jika cedera $askular terjadi di daerah yang lebih distal setelah percabangan, di mana risiko iskemia jaringan tidak seluas yang ditimbulkan oleh cedera arteri tunggal. Braten et al mengemukakan baha penanganan cedera $askular paling baik dalam jangka aktu 6 jam setelah terjadinya fraktur. !enanganan tersebut meliputi imobilisasi ekstremitas, penekanan (namun tidak menggunakan torniket), serta tindakan operatif. Setelah itu disarankan untuk dilakukan fasciotomi demi mencegah terjadinya sindroma kompartemen. ,. Ma-or !loo( lo##
Fraktur dengan kehilangan darah (major blood loss) paling sering terjadi pada fraktur pel$is dan fraktur femur. "al ini disebabkan $askularisasi yang ekstensif pada kedua daerah tersebut. /pabila terjadi perdarahan secara signifikan (lebih dari % liter) dapat berakibat secara sistemik, seperti shock, hipotensi, dan takikardia. Sekitar 8 persen pasien dengan fraktur pel$is mengalami perdarahan intraabdominal yang dapat berujung pada kematian. !ada fraktur pel$is, terdapat beberapa lokasi yang sangat rentan terjadinya perdarahan setelah fraktur< %. !erdarahan intraosseus (periosteal, kapsular, intramuscular) &. !erdarahan intrapel$is (a.gluteus superior, obturator, pudendal, dan iliaka) 1. !erdarahan intraabdominal ($isceral dan intraabdominal mayor) 8. !erdarahan melalui luka terbuka !ada fraktur yang disertai dengan rotasi eksternal pel$is, di mana terjadi robekan ligamen pel$is, dapat terjadi pengumpulan darah dalam jumlah besar di ruang retroperitoneal dan dapat berekstra$asasi ke sekitar pel$is.
12
"ampir sama dengan fraktur pel$is, fraktur femur juga dapat menyebabkan kehilangan darah yang sangat masif karena strukturnya yang sangat $askular. ?ieurance et al mengemukakan baha sekitar 8 persen penderita fraktur femur mengalami kehilangan darah rata>rata sebanyak
%.&56
cc.
"al
ini
dapat
diminimalisasi
dengan
cara
mengimobilisasi tulang yang mengalami fraktur, memperbaiki deformitas, menyambung (ligasi) pembuluh darah serta resusitasi. (. Ine"#%
!ada fraktur, infeksi dapat terjadi melalui 1 jalur< %. Fraktur terbuka yang disertai luka yang terpajan ke lingkungan luar &. Fraktur yang disertai hematoma, di mana bakteri dibaa oleh aliran darah 1. +nfeksi pasca operasi +nfeksi pada fraktur dapat dibagi menjadi infeksi luar (superfisial) dan infeksi dalam. !ada infeksi luar, penanganan dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik dan pembersihan serta mengelola luka dengan baik. 0ika infeksi terjadi di dalam, maka drainase pus, pembersihan jaringan nekrotik dan mengelola luka merupakan penanganan yang baik. !emberian antibiotik juga dapat dilakukan, namun tidak semua antibiotik memiliki
spektrum
yang
tepat.
Sebaiknya
dilakukan
analisis
mikroorganisme sebelum pemberian antibiotik. e. Non/$n%on
Con>union adalah suatu kondisi di mana tidak terjadi penyatuan (penyembuhan) tulang yang mengalami fraktur setelah beberapa aktu, di mana normalnya tulang tersebut seharusnya sudah menyatu. Sebagai contoh untuk tulang panjang dikatakan non>union jika setelah 6 bulan tidak ada penyatuan, atau 1 bulan untuk bagian leher tulang femur.
13
Con>union bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti usia, nutrisi yang kurang baikadekuat, efek penggunaan steroid, terapi radiasi, infeksi, suplai darah yang tidak adekuat, atau imobilisasi yang kurang benar. Con>union bisa dibagi menjadi beberapa tipe< &. "ypertropic non>union, di mana terbentuk kalus tulang namun tidak terbentuk penulangan antara tulang yang fraktur. 1. ligotropic non>union, di mana tidak terbentuk kalus tulang untuk penyatuan namun keadaan lain seperti $askular membaik. 8. /tropic non>union, di mana tidak terbentuk kalus tulang dan keadaan lain seperti $askular tidak membaik. '. 3ap non>union, di mana penyatuan tidak terjadi akibat terpotongnya pusat penulangan (diafisis) pada saat fraktur.
14
15
.
Mal$n%on
2alunion adalah penyembuhan fraktur dalam posisi yang tidak anatomis (abnormal). Biasanya disebabkan oleh penanganan yang kurang adekuat. 2alunion dapat menyebabkan gangguan fungsional dan estetik, dan paling sering terjadi sebagai komplikasi fraktur tulang phalangs. Beberapa contoh malunion adalah malrotasi (terjadi pada fraktur spiral atau oblik), angulasi, dan pemendekan (shortening). Bila fragmen menyambung pada posisi yang tak memuaskan (angulasi, rotasi, atau pemendekan yang tak dapat diterima) fraktur itu dikatakan malunion. !enyebabnya adalah tidak tereduksinya fraktur secara cukup, kegagalan mempertahankan reduksi ketika terjadi penyembuhan, atau kolaps yang berangsur>angsur pada tulang yang osteoporotic atau kominutif.
Ga!aran Kl%n%"
16
Deformitas biasanya jelas, tetapi kadang>kadang tingkat malunion yang sebenarnya hanya tampak pada sinar>E. deformitas rotasional pada femur, tibia, humerus atau lengan baah dapat terleatkan kecuali kalau tungkai itu dibandingkan dengan anggota di sebelahnya. Sinar>E diperlukan untuk mengecek posisi fraktur ketika sedang terjadi penyatuan. +ni terutama diperlukan selama 1 minggu pertama ketika keadaan dapat berubah tanpa tanda>tanda sebelumnya. Tera)%
2alunion insipien mungkin memerlukan terapi bahkan sebelum fraktur benar>benar menyatu@ keputusan untuk melakukan remanipulasi atau koreksi itu mungkin sangat sukar. /da beberapa petunjuk< %. !ada orang deasa, fraktur harus direduksi sedekat mungkin dengan posisi anatomis. etapi, aposisi kurang begitu penting dibandingkan alignment dan rotasi. /ngulasi lebih dari %' derajat pada tulang panjang, atau deformitas rotasional yang nyata mungkin membutuhkan koreksi dengan manuipulasi ulang, atau membutuhkan osteotomi dan fiksasi internal. &. !ada anak>anak, deformitas sudut dekat ujung tulang biasanya akan berubah
bentuknya
sejalan
dengan
aktu@
sedang
deformitas
rotasional tidak. 1. !ada tungkai baah, pemendekan lebih dari &,' cm jarang dapat diterima oleh pasien dan prosedur pemanjangan tungkai dapat diindikasikan. 8. "arapan pasien (sering didorong oleh penampilan kosmetik) dapat amat berbeda dari harapan ahli bedah@ ini tidak boleh diabaikan
17
'. !embahasan bersama dengan pasien, dan pemandangan dengan panduan sinar>E, akan membantu dalam pemantauan kebutuhan terapi dan dapat mencegah kesalahpahaman di kemudian hari 6. Afek>efek jangka panjang dari deformitas sudut yang kecil terhadap fungsi sendi dangat sedikit yang diketahui. etapi, tampaknya malposisi lebih dari %' derajat pada setiap bisang dapat menyebabkan pembebanan asimetris pada sendi di atasnya atau dibaahnya dan menyebabkan munculnya osteoarthritis sekunder di kemudian hari@ ini terutama berlaku pada sendi>sendi yang menahan beban besar.
g. Dela0e( $n%on
Delayed union adalah keterlambatan penyembuhanpenyatuan fraktur. idak ada batasan aktu yang jelas kapan suatu penyembuhan fraktur dikatakan delayed union. Beberapa penyebab delayed union antara lain infeksi dan suplai darah yang inadekuat. VII.
Ke#%)$lan
a. Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang danatau tulang raan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. b. !enanganan pertama pada fraktur adalah melakukan pemeriksaan terhadap jalan napas (airay), proses pernafasan (breathing) dan sirkulasi (circulation), apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi, baru lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara terperinci.
;aktu
tejadinya
kecelakaan
penting
ditanyakan
untuk
mengetahui berapa lama sampai di =S, mengingat golden period %>6 jam. Bila lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar. c. !emasangan bidai dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat pada jaringan lunak selain memudahkan proses pembuatan foto.
18
d. -omplikasi dari fraktur meliputi sindroma kompartemen, cedera $askuler, major blood loss, nonunion, malunion, delayed union. ntuk itu perlu penatalaksanaan yang tepat agar tidak terjadi komplikasi yang tersebut diatas
19
DAFTAR PUSTAKA
/pley, 3raham /., Solomon, ?ouis. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley 5th ed. 0akarta < ;idya 2edika< %44' Sjamsuhidajat =., ;im De 0ong. Buku Ajar Ilmu Beda!. ed re$isi. A39. 0akarta< %447. pp. %%17>46 Siontkoski 2F, Sto$it: SD. "anual of ort!opaedics. 6th ed. S< ?ippincott ;illiams and ;ilkins@ &%. -o$al -0, Guckerman 0D. #andbook of fractures 1rd ed. S< ?ippincott ;illiams and ;ilkins@ &6. Braten 2, "elland !, 2hyhre ", 2alste /, erjesen . $$ femoral fractures wit! %ascular injury - good outcome wit! early %ascular repair and internal fi&ation /cfa rthop Scand %446 Hcited &4 Dec 7I@ 65 (&)< %6%8. ?ieurance =, Benjamin 0B, =appaport ;D. Blood loss and transfusion in patient wit! isolated femur fracture 0 rthop rauma %44& Hcited &4 Dec 7I@6(&)<%5'>4. ;heeless 9=. Jascular +njuries from !el$ic Fracture HnlineI. &4 0uly ' Hcited &4
Dec
7I@
/$ailable
from<
=?
20