MAKALAH
ULUMUL QURAN
ASBAB AL-NUZUL
`
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
OKTOBER 2015
MAKALAH
ULUMUL QURAN
ASBAB AL-NUZUL
Makalah diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Quran yang dibimbing oleh Akrimi Matswah, MSI
Kelompok 4
Machallafri Iskandar (E20151001)
Fiay Syatirrodiah (E20151024)
Dika Fahrina Asyari (E20151029)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
OKTOBER 2015
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan Makalah dengan judul: "Asbab al-Nuzul". Salawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai hari penghabisan.
Atas kekompakan kelompok 4 dan saran dari teman-teman maka disusunlah Makalah ini, semoga dengan tersusunnya Makalah ini dapat berguna bagi kami semua dalam memenuhi tugas dari mata kuliah Ulumul Quran dan semoga segala yang tertuang dalam Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca dalam rangka membangun khasanah keilmuan. Makalah ini disajikan khusus dengan tujuan untuk memberi arahan dan tuntunan agar yang membaca bisa menciptakan hal-hal yang lebih bermakna.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:
Dosen Pembimbing mata kuliah Ulumul Quran, Akrimi Matswah, MSI
Semua pihak yang telah membantu demi terbentuknya Makalah.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan belum sempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada para pembaca guna perbaikan langkah-langkah selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata.
Jember, 01 Oktober 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN JUDUL ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 1
Tujuan Penulisan 2
Manfaat Penulisan 2
Sistematika Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
Asbab al-Nuzul 3
BAB IV PENUTUP 13
Simpulan 13
DAFTAR PUSTAKA 14
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Allah menurunkan ayat-ayat al-qur'an di sesuaikan dengan kondisi zaman seperti hukum-hukum syariat, hukum-hukum muamalat, hukum-hukum muanakahat, hukum-hukum fikih, hukum-hukum politik. Al-qur'an diturunkan kepada nabi muhammad saw melalui malaikat jibril secara berangsur-angsur, sehingga al-qur'an belum lengkap dan tidak utuh juga tidak berurutan ayat demi ayatnya.
Karenanya demi menyelesaikan problematika tersebut satu atau beberapa ayat dan kadangkala satu surah diturunkan sangat jelas bahwa ayat-ayat yang diturunkan pada setiap kesempatan, berkaiatan dan membahas peristiwa tersebut.
Karena itu jika terdapat ketidakjelasan atau muncul masalah dalam lafadz atau makna, maka untuk menyelesaikannya harus dengan cara mengidentifikasi latar belakang peristiwa yang terjadi. Untuk mengetahui makna dan tafsir setiap ayat secara utuh, langkah yang harus ditempuh adalah melihat sebab turunnya setiap ayat agar memperoleh pemahaman akan makna ayat yang sempurna. Jika tidak melihat sebab turunnya ayat, seringkali penafsiran ayat tidak memberikan penjelasan apapun.
Asbabun nuzul dianggap sangat penting oleh para ulama karena dapat memahami arti dan makna ayat-ayat itu dan akan menghilangkan keraguan dalam menafsirkannya.
Rumusan Masalah
Ada beberapa rumusan masalah yang diangkat dalam penulisan makalah yang berjudul "Asbab al-Nuzul", antara lain :
Apakah yang dimaksud asbab al-nuzul?
Dari mana sumber asbab al-nuzul?
Apa saja manfaat mengetahui asbab al-nuzul ayat Al-Quran?
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah yang berjudul "al-Nuzul", yaitu:
Menjelaskan dan mendekripsikan mengenai Asbab al-Nuzul yang terdiri dari Pengertian , Sumber, Manfaat.
Manfaat Penulisan
Manfaat makalah yang berjudul "Asbab al-Nuzul", yaitu :
Dapat memahami tentang Asbab al-Nuzul yang tediri dari Pengertian , Sumber, Manfaat.
Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan:
LatarBelakang
RumusanMasalah
TujuanPenulisan
ManfaatPenulisan
SistematikaPenulisan
Bab II Pembahasan:
Asbab al-Nuzul
Bab III Penutup:
Simpulan
BAB II
PEMBAHASAN
Asbab al-Nuzul
Pengertian Asbab al-Nuzul
Secara bahasa Asbabun Nuzul terdiri dari dua kata yaitu Asbab, jamak dari sabab yang berarti sebab atau latar belakang, sedangkan Nuzul merupakan bentuk masdar dari anzala yang berarti turun. Pengertian asbab an-nuzul secara istilah adalah sesuatu yang melatarbelakangi turunnya suatu ayat, yang mencakup suatu permasalahan dan menerangkan suatu hukum pada saat terjadi peristiwa-peristiwa.
Banyak pengertian terminologi yang dirumuskan oleh para ulama, diantarnya :
Az-Zarqani :
Asbab al-Nuzul adalah khusus atau sesuatu yang terjadi serta ada hubungannya dengan turunnya ayat Al-Quran sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi.
Ash-Shabuni :
Asbab al-Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama.
Shubhi Shalih :
Asbab al-Nuzul adlah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau beberapa ayat Al-Quran, (ayat-ayat) terkadang menyiratkan peristiwa itu, sebagai respons atasnya atau sebagai penjelas terhadap hukum-hukum disaat peristiwa itu terjadi.
Mana' Al-Qhatan :
Asbab al-Nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya Al-Quran berkenaan dengan waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian atau berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi.
Setelah dikaji,sebab turunnya suatu ayat itu berikisar pada dua hal:
Jika terjadi suatu peristiwa, maka turunlah ayat Al-Qur an mengenai peristiwa itu.
Bila Rasulullah S.A.W ditanya tentang sesuatu hal, maka turunlah Al-Qur an menerangkan hukumnya.
Bentuk-bentuk peristiwa yang melatarbelakangi turunnya Al-Quran sangat beragam, diantarany berupa : Konfli sosial seperti ketegangan yang terejadi antara suku Aus dan suku Khazraj; Kesalahan besar, seperti kasus salah seorang sahabat yang mengimami shalat dalam keaadaan mabuk.Dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh salah seorang sahabat kepada Nabi, baik berkaitan dengan sesuatu yang telah lewat, sedang atau yang akan terjadi.
Persoalan apakah semua ayat Al-Quran memiliki Asbab al-Nuzul telah menjadi kontroversi dikalangan para ulama. Sebagian para ulama berpendapat bahwa tidak semua ayat Al-Quran memiliki Asbab al-Nuzul. Sehingga, diturunkan tanpa ada yang melatarbelakanginya (ibtida'), dan ada pula ayat Al-Quran itu diturunkan dengan dilatarbelakangi oleh sesuatu, baik peristiwa maupun pertanyaan yang diajukan kepada Nabi (ghair ibtida').
Pendapat tersebut hampir merupakan konsensus para ulama. Akan tetapi, ada yang mengatakan bahwa kesejaran Arabia pra-Quran pada masa turunnya Al-Quran merupakan latar belakang makro Al-Quran; sementara riwayat-riwayat Asbab al-Nuzul merupakan latar belakang mikronya. Pendapat ini berarti menganggap bahwa semua ayat Al-Quran memiliki sebab-sebab yang melatarbelakanginya.
Pedoman dan Sumber Asbab al-Nuzul
Pedoman Mengetahui Asbab al-Nuzul
Pedoman dasar para ulama dalam mengetahui Asbab al-Nuzul adalah riwayat shahih yang berasal dari Rasulullah Saw atau dari para Sahabat. Hal ini menunjukan bahwa Asbab al-Nuzul itu tidak bisa diketahui semata-mata dengan akal (rasio) melainkan dari orang-orang yang mengetahui turunnya al-Qur'an atau dari orang-orang yang memahami Asbab al-Nuzul lalu mereka menelitinya dengan cermat, baik dari kalangan Sahabat, Tabi'in atau lainnya dengan catatan pengetahuan mereka diperoleh dari ulama-ulama yang dapat dipercaya
Riwayat Asbab al-Nuzul secara khusus ialah riwayat dari orang-orang yang terlibat dan mengalami peristiwa dari yang diriwayatkannya yaitu pada saat wahyu diturunkan. Oleh karena itu, tidak ada jalan lain untuk mengetahuinya selain berdasarkan periwayatan (pentransmisian) yang benar (naql al-shalih) dari orang-orang yang melihat dan mendengar langsung tentang turunnya ayat al-Quran. Seperti halnya periwayatan pada umumnya, diperlukan kehati-hatian dalam menerima riwayat yang berkaitan dengan Asbab al-Nuzul. Untuk itu, dalam kitab Asbab al-Nuzulnya, al-Wahidy menyatakan:
لَمْ يَحِلُّ اْلقَوْلُ فِي أَسْبَابِ النُّزُوْلِ اْلكِتَابِ إِلَّا بِالرِّوَايَةِ وَ السِّمَاعِ مِمَّنْ شَاهَدُوْا التَّنْزِيْلُ وَ وَقَفُوْا عَلَي اْلأَسْبَابِ و َبَحَثُوْا عَنْ عِلْمِهَا وَ جَدُّوْ فِي الطَّلَبِ.
artinya:
"Pembicaraan Asbab al-Nuzul tidak dibenarkan kecuali dengan berdasarkan riwayat dan mendengarkan dari mereka yang secara langsung menyaksikan peristiwa nuzul, memperhatikan sebab-sebabnya dan bersungguh-sungguh dalam mencarinya" .
Inilah jalan yang ditempuh oleh ulama Salaf. Mereka amat berhati-hati untuk mengatakan sesuatu mengenai Asbab al-Nuzul. Keketatan mereka itu dititikberatkan pada seleksi pribadi pembawa berita (para rawi), sumber-sumber riwayat (isnad), dan redaksi berita (matan). Salah satu bukti keketatan itu disebutkan dalam al-Itqan fi Ulum al-Quran karya Jalaluddin al-Syuti ketika Ibnu Sirin menceritakan pengalamannya sendiri:
سَأَلْتُ عُبَيْدَةَ عَنْ أَيَةٍ مِنَ اْلقُرْأَنِ فَقَالَ : إِتَّقِ اللهَ وَقُلْ سَدَادًا ذَهَبَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ فِيْمَنْ أُنْزِلَ اْلقُرْأَنُ
artinya:
"Aku pernah bertanya kepada Ubaidah tentang suatu ayat al-Quran, maka beliau berkata: bertakwalah kepada Allah dan katakanlah yang benar. Telah pergi orang-orang yang mengetahui tentang kepada siapa ayat itu diturunkan" Al-Wahidy telah menentang ulama-ulama zamannya atas kecerobohan mereka terhadap riwayat Asbab al-Nuzul. Pada sisi lain, al-Wahidy mengingatkan juga akan ancaman berat dengan mengatakan: "Sekarang setiap orang suka mengada-ada dan berbuat dusta, ia menempatkan kedudukannya dalam kebodohan tampa memikirkan ancaman berat bagi orang yang tidak mengetahui sebab turunnya ayat"
Sumber Otoritas Asbab al-Nuzul
Sumber pengetahuan tentang Asbab al-Nuzul diketahui melalui riwayat yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw. Nilai berita itu sendiri sama dengan berita-berita lain yang menyangkut Nabi dan kerasulan beliau, yaitu berita-berita hadis. Oleh karena itu bersangkut pula persoalan kuat dan lemahnya berita itu, shahih dan dhaif serta otentik dan palsunya. Seperti halnya persoalan hadist pada umumnya, penuturan atau berita tentang sebab turunnya wahyu tertentu juga dapat beraneka ragam. Namun, khusus dalam periwayatan Asbab al-Nuzul sebagaimana yang disebutkan dalam berbagai literatur tulisan hanya menyebutkan dua sumber berita, yaitu dari Sahabat dan Tabi'in.
Muhammad Abdul Adzim al-Zarqani menyebutkan bahwa Asbab al-Nuzul yang diriwayatkan dari seorang Sahabat bisa diterima meskipun tidak dikuatkan dengan riwayat lain. Hal itu karena pernyataan seorang Sahabat mengenai persoalan yang tidak menjadi lapangan Ijtihad, hukumnya Marfu'. Para Sahabat tidak mungkin mengatakan hal itu dari dirinya sendiri karena posisi mereka hanyalah mendengar dan meriwaytakan atau menyaksikan dan mengalihakan berita yang didengar dari Rasulullah Saw. Jika mereka menemukan kesangsian atau hal yang belum mereka ketahui maka mereka segera menanyakannya kepada Rasulullah.
Contoh dalam al-qur'an yaitu asab an-nuzul turunya surat an-naas dan al-falaq , 1. Diriwayatkan oleh al-Baihaqi di dalam kitab Dalaa-ilun Nubuwwah, dari al-Kalbi, dari Abu Shalih, yang bersumber dari Ibnu 'Abbas, bahwa Rasulullah SAW pernah mengalami sakit parah. Maka datanglah kepada beliau dua malaikat, yang satu duduk sebelah kepala beliau dan satu lagi duduk sebelah kaki beliau. Berkatalah malaikat yang duduk di sebelah kaki beliau kepada malaikat yang duduk di sebelah kepala beliau: "Apa yang engkau lihat ?" Ia menjawab, "Beliau terkena guna-guna." Ia bertanya lagi, "Apa guna-guna itu ?" Ia menjawab, "Guna-guna itu sihir." Ia bertanya lagi, "Siapa yang membuat sihirnya ?" Ia menjawab, "Labid bin al-Asham al-Yahudi, yang sihirnya merupakan gulungan yang disimpan di dalam sumur keluarga si fulan di bawah sebuah batu besar. Datanglah ke sumur itu, timbalah airnya dan angkatlah batunya, kemudian amblillah gulungannya dan bakarlah."
Pada pagi harinya Rasulullah SAW mengutus 'Ammar bin Yasir dan kawan-kawannya. Setibanya di sumur itu, tampaklah airnya merah seperti air pacar. Air itu ditimbanya, diangkat batunya, serta dikeluarkan gulungannya serta gulungannya dibakar. Ternyata di dalam gulungan itu ada tali yang terdiri atas sebelas simpul. Kedua surat ini (al-Falaq dan an-Naas) diturunkan berkenaan dengan hal tersebut. Setia kali Rasulullah mengucapkan satu ayat, terbukalah simpulnya.
Adapun bila Asbab al-Nuzul diriwayatkan oleh Tabi'in (generasi setelah Sahabat), maka hukumnya tidak bisa diterima kecuali bila berkualitas shahih dan dikukuhkan dengan hadits mursal lain serta yang meriwayatkannya termasuk Imam Tafsir yang mengambil riwayat dari Sahabat, seperti Mujahid, Ikrimah dan Said bin Jubair, 'Atha, Hasan Basri, Sa'id bin Musayyab dan al-Dhahhak. Agar kita tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang membuat riwayat Asbab al-Nuzul, kita harus mengetahui bahwa betapapun kita besungguh-sungguh mencari riwayat-riwayat yang shahih yang memungkinkan kita memahami Asbab al-Nuzul, namun tidak mungkin mengumpulkan seluruh ayat yang turun sesudah ada pertanyaan atau sebab. Hal ini juga disebabkan karena ayat-ayat al-Quran yang turun ada yang dapat dipandang sebagai Asbab al-Nuzul.
Contoh dalam hal ini adalah asbab an-nuzul turunnya surat al-infithoor ayat 6.
الْكَرِيمِ بِرَبِّكَ غَرَّكَ مَا الْإِنْسَانُ يَاأَيُّهَا
Artinya : "Hai manusia, Apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu yang Maha Pemurah." (Al-Infithoor: 6)
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari 'Ikrimah(tabi'in) pembantu ibnu abas yang merupakan sahabat nabi. bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Ubay bin Khalaf yang mengingkari hari ba'ts (dibangkitkan dari kubur). Ayat ini merupakan teguran kepada orang yang tidak percaya kepada ketentuan Allah.
Manfaat Mengetahui Asbab al-Nuzul
Az-zarqani dan As-Suyuthi mensyinyalir adanya kalangan berpendapat bahwa mengetahui asbab An-nuzul merupakan hal yang sia-sia dalam memahami Al-Quran. Mereka beranggapan bahwa mencoba memahami Al-Quran dengan meletakkan ke dalam konteks historis adalah sama dengan membatasi pesan-pesannya pada ruang dan waktu tertentu. Namun, keberatan seperti ini tidaklah berdasar, karena tidak mungkin menguniversalkan pesan Al-quran diluar masa dan tempat pewahyuan, kecuali melalui pemahaman yang semestinya terhadap makna Al-Quran dalam konteks kesejarahannya.
Untuk meyakinkan kita betapa pentingnya pengetahuan tentang asbabun nuzul ini para ulama mufassirin telah banyak menulis buku-buku tentang Asbabun Nuzul dan menekankan betapa pentingnya pengetahuan tentang Asbabun Nuzul dalam rangka untuk memahami Al-Qur'an secara utuh dan benar. Mereka itu antara lain adalah Al-Wahidi berkata : bahwa Tidak mungkin kita mengetahui penafsiran ayat Al-Quran tanpa mengetahui kisahnya dan sebab turunnya. Hal yang sama dikemukakan oleh Ibn Daqiq Al-'ied berkata : bahwa Menjelaskan sebab turun ayat adalah jalan yang kuat dalam memahami makna Al-Quran. Sementara itu Ibnu Taimiyah berkomentar : bahwa mengetahui alasan (sabab) penurunan membantu dalam memahami ayat karena pengetahuan tentang sebab (sabab) menghasilkan pengetahuan tentang yang disebabkan (akibat). Dengan ini, Asbabun Nuzullah yang dapat menjelaskan siapa pelaku sejarah turunnya ayat, bagaimana rentetan kejadiannya, dan seterusnya. Alhasil dengan memahami Asbabun Nuzul, kita mengetahui aspek historis penafsiran Al-Qurân.
Mayoritas ulama sepakat bahwa konteks kesejahteraan yang terakumulasi dalam riwayat-riwayat asbab An-Nuzul merupakan satu hal yang signifikan untuk memahami pesan-pesan al-Quran.
Dalam uraian yang lebih rinci , Az-Zarqani mengemukakan urgensi Asbab an-Nuzuldalam memahami al-Quran , sebagai berikut:
Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian dalam menangkap pesan ayat-ayat al-Quran.
Diantaranya dalam surat al-baqoroh ayat 115
وَ ِللهِ الْمَشْرِقُ وَ الْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوْا فَثَمَّ وَجْهُ اللهِ إِنَّ اللهَ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
Artinya:
" Dan kepunyaan Allah lah Timur dan Barat; maka ke mana juga pun kamu menghadap, disanapun ada wajah Allah; sesungguhnya Allah adalah Maha Luas lagi Maha Mengetahui."
bahwa timur dan barat merupakan kepunyaan Allah. Dalam kasus sholat, dengan melihat zahir ayat diatas sesorang boleh menghadap kearah mana saja sesuai dengan kehendak hatinya. Ia seakan-akan tidak menghadap kiblat ketika sholat. Akan tetapi ketika melihat asbab an-nuzul-nya, tahapan bahwa interpretasi tersebut keliru. Sebab, ayat diatas berkaitan dengan sesorang yang sedang berada dalam perjalanan dan melakukan sholat diatas kendaraan, atau berkaitan dengan orang yang berjihad dalam menentukan arah kiblat.
Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum.
Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat Al-Quran, bagi ulama yang berpendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab yang bersifat khusus (khusus As-sahab) dan bukan lafadz yang bersifat umum (umum al-lafadz).
Apabila lafal yang diturunkan itu lafal yang umum dan terdapat dalil atas pengkhususannya, maka pengetahuan mengenai asbabun nuzul membatasi pengkhususan itu hanya terhadap yang selain sebab. Dan bentuk sebab ini tidak dapat dikeluarkan (dari cakupan lafal yang umum itu), karena masuknya bentuk sebab ke dalam lafal umum itu bersifat qat'i (pasti). Maka ia tidak boleh dikeluarkan melalui ijtihad, karena ijtihad itu bersifat zanni (dugaan). Pendapat ini dijadikan pegangan oleh ulama umumnya.
Mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan ayat tersebut turun.
Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat Al-Quran, serta untuk memantapkan wahyu kedalam hati orang yang mendengarkan. Sebab, hubungan sebab-akibat (musabbab), hukum, peristiwa, dan pelaku, masa dan tempat merupakan satu jalinan yang bias mengikat hati.
BAB III
PENUTUP
4.1 Simpulan
Asbab al-Nuzul adalah kejadian atau peritiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat Al-Quran. Ayat tersebut dalam rangka menjawab, emjelaskan dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari kejadian-kejadian tersebut. Asbab al-Nuzul merupakan bahan-bahan sejarah yang dipakai untuk menberikan keterangan-keterangan terhadap lembaran-lembaran dan memberinya konteks dalam memahami perintah-perintah-Nya. Sudah tentu bahan-bahan sejarah ini hanya melingkupi peristiwa-peristiwa pada masa Al-Quran masih turun ('ashr at-tanzil).
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag. 2012. Ulum Al-Quran, Pustaka Setia Bandung
Amalia, Aifa. 2009. Asbabun Nuzul, (Online), (http://aifa-amalia.blogspot.co.id/2014/11/makalah-asbabun-nuzul.html)
Syafruddin, Khaidir. 2013. Sumber Asbabun Nuzul, (Online), (http://khaidirsyafruddin.blogspot.co.id/2013/02/asbabun-nuzul.html)
https://alquranmulia.wordpress.com/tag/asbabun-nuzul-al-quran/. Diakses pada 10 Oktober 2015
http://pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/ulumul-quran/allsub/72/beberapa-faedah-mengetahui-asbabun-nuzul.html. Diakses pada 10 Oktober 2015
http://www.al-aziziyah.com/.../147-asbab-an-nuzul-sebagai-langkah-awal-memahami-al-quran.html-Tembolok
Muhammad 'Abd Az-'Azhim Az-Zarqani, Manhil Al-'Irfan, Dar Al-Fikr, Bairut, t.t, Jilid I, hlm. 106
Muhammad 'Ali Ash-Shabuni, At-Tibyan fi'Ulum Al-Quran, Maktabah Al-Ghazali, Damaskus, 1390, hlm.22
Subhi al-shalih, Mahabits fi'Ulum Al-Quran, Dar Al-Qalamli al-Malayyin. Bairut, 1988, hlm.132
Manna' Al-Qhathan, Mahabits fi 'Ulum Al-Quran, Mansyurat Al-'Ashr Al-Hadis, ttp., 1973, hlm.78
Ibid,. hal. 45.
Taufiq, Adnan Amal dan Syamsul Rizal Panggabean, Tafsir Kontekstual Al-Quran, Mizan, Bandung, 1989,. Hlm. 50.