Imam Jalaludin As-Suyuti,Imam Jalaludin Al-Mahali.Tafsir Jalalain.hal : 193
Ahmad Musthafa al-Maraghi.Tafsir al-Maraghi.hal.16
M.Quraish Shihab. Tafsir al-Mishbah.hal.440
Imam Jalaludin As-Suyuti,Imam Jalaludin Al-Mahali.Tafsir Jalalain.hal :31
M.Quraish Shihab. Tafsir al-Mishbah.hal.448
Imam Jalaludin As-Suyuti,Imam Jalaludin Al-Mahali.Tafsir Jalalain.hal : 193
MAKALAH TUJUAN HIDUP MANUSIA
Diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur/kelompok
Mata Kuliah: Masodir tarbawi
Dosen Pengampu: H. Jajang Aisyul Muzzaki, M.Pd.I
;
Disusun oleh :
LUCKY YANSYAH
NOPAN DWI SANTOSO
MUHAMAD SAEFULLAH
KEMENTRIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI ( IAIN )
SYEKH NURJATI CIREBON
2013-2014
MUQODDIMAH
LATAR BELAKANG
Tujuan hidup manusia adalah cita-cita yang di inginkan dalam hidup di dunia maupun di akherat dengan mengharapkan cita-cita yang tinggi dan berkelas atau mulya di sisi allah swt. Segala sesuatu yang sukses merupakan pemicu seseorang dalam tujuanya di dunia maupun di akherat. Seperti dia menginginkan di dunia menjadi seorang muballigh besar seperti ustadz solmet, ustadz bukhari, dll. Tentunya seseorang tersebut harus bisa berijtihad dalam mencari ilmunya di bidangnya. Karena dengan suksesnya seseorang, dapat meningkatkan ibadahnya di dunia untuk mendapatkan cita-cita di kemudian hari yaitu akherat. Seperti dia bisa melakukan sodakoh, karena dia mempinyai harta dan benda, mempunyai ilmu yang dapat dia ajarkan dan amalkan, dll. Tentunya seseorang tersebut menginginkan tujuan di akherat tersebut itu ia ingin dapat masuk kedalam surga yang ia cita-citakan selama ini, yaitu mendapatkan kenikmatan selama-lamanya .
Seiring perkembangan zaman, banyak sekali orang-orang menginginkan hal seperti itu.. Tentunya tujuan seseorang ingin tercapai dengan sempurna itu harus dengan Ikhtiar, sabar, dan tekun dalam mencari ilmu serta akhlak yang baik lah yang dapat menghantarkan seseorang itu terwujud tujuanya. Untuk melakukan tujuan seseorang dengan baik dan benar, ada ayat-ayat serta hadits-hadits yang dapat kita gunakan dalam menggapai tujuan yang mulya tersebut.
Dalam makalah ini akan di bahas mengenai tujuan hidup manusia di dunia maupuan di akherat, dengan di perjelas oleh hadits-hadits dan al-qur`an. Serta penjelasan oleh ulama-ulama salafi yang jelas. Semoga dengan adanya makalah ini kita bisa lebih mengetahui secara mendalam tentang tujuan hidup manusia ini. Amin…..
Rumusan Masalah
Apa tujuan hidup manusia yang sebenarnya?
Apa sajakah kesiapan untuk menghadapi cita-cita yang harus ia peroleh?
Bagaimana cara kita untuk mendapatkan tujuan hidup yang benar?
PEMBAHASAN
Tujuan Hidup Manusia
QS. Al-Dzariyat : 51
" Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku" (QS. Al-Dzariyat : 51)
Tafsir :
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku. Pengertian dalam ayat ini sama sekali tidak bertentangan dengan kenyataan, bahwa orang-orang kafir tidak menyembah-Nya. Karena sesungguhnya tujuan dari ayat ini tidaklah memastikan keberadaannya.
Padahal aku tidaklah menciptakan mereka kecuali supaya kenal kepada-Ku. Karena sekiranya Aku tidak menciptakan mereka niscaya mereka takkan kenal keberadaan-Ku. Penafsiran sepeti ini di tunjukan oleh apa yang dinyatkan dalam hadits Qudsi :
كنت كنزا مخفيا فا رد ت ان اعرف : فخلقت الخلق فبى عرفونى
"Aku adalah simpanan yang tersembunyi. Lalu Aku menghendaki supaya di kenal. Maka Aku pun menciptakan makhluk. Maka oleh karna Akulah mereka mengenal Aku."
Demikian kata Mujahid. Dan begitu pula diriwayatkan oleh Mujahid, bahwa ayat ini adalah : kecuali supaya Aku memerintahkan mereka dan melarang mereka. Tafsiran ini di tunjukan oleh firman Allah Ta'ala :
"
" Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan."( At-Taubah : 31 )
Dan tafsiran seperti ini dipilih oleh Az-Zajjaj.
Sementara itu, golongan mufassirin berpendapat bahwa arti ayat ini adalah kecuali supaya mereka tunduk kepada-ku dan merendahkan diri. Yakni, bahwa setiap makhluk dari jin atau manusia tunduk kepada keputusan Allah, patuh kepada kehendak-Nya dan menuruti apa yang Dia tadirkan atasnya. Allah menciptkan mereka apa yang telah Dia kehendaki, dan Allah memberi rezeki kepada mereka menurut keputusan-Nya, tidak seorang pun diantara mereka yang dapat memberi manfaat maupun mudharat kepada dirinya sendiri.
Kalimat ini merupakan penegas bagi suruhan agar memberi peringatan, dan juga memuat alasan dari diperintahkannya memberi peringatan. Karena, diciptakannya mereka dengan alasan tersebut menyebabkan mereka harus diberi peringatan yang menyebabkan mereka wajib ingat dan menuruti nasihat.
Penjelasan :
pada surat Adz-Dzariyat ayat 56 terdapat suatu pelajaran penting tentang hakikat kehidupan. Dalam ayat ini Allah menegaskan kepada kita bahwa tujuan diciptakannya jin dan manusia hanyalah untuk beribadah.Tentunya ibadah yang kita lakukan semata-mata hanya kepada Allah. Tidak boleh melakukan ibadah karena ada maksud tertentu atau menyembah selain-Nya. Sebagaimana ditegaskan dalam surat Al-Bayyinah ayat 5 :
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali untuk menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus ."
Ibadah disini dalam arti luas. Ini berarti segala aspek dalam hidup kita harus selalu terintegrasi dengan nilai-nilai ibadah. Apapun yang kita lakukan harus memiliki nilai ibadah. Ini juga berarti segala sesuatu yang tidak mengandung nilai ibadah haruslah kita tinggalkan. Allah mengijinkan kita hidup di dunia ini tidak lain hanya agar kita bisa selalu ingat dan menyembahnya. Karena itu, janganlah kita menyia-nyiakan waktu hidup kita dengan hal-hal yang tidak berguna. Apabila kita melakukan hal tersebut, berarti kita telah mengingkari amanat Allah untuk selalu beribadah kepada-Nya. Dalam ayat ini juga tersirat bahwa kehidupan di dunia ini sejatinya untuk mencari bekal sebanyak-banyaknya. Karena kehidupan dunia adalah kehidupan yang sementara, sedangkan kehidupan abadi adalah kehidupan di akhirat nanti.
Q.S Al-Baqarah ayat 201
" ... Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka."
( QS. Al-Baqarah : 201 )
Tafsir : Dan diantara mereka yakni manusia yang telah melaksanakan haji atau belum, ada yang menjadikan ibadah haji atau seluruh aktivitasnya mengarah kepada Allah dan selalu mengingat-Nya. Sehingga mereka selalu berdo'a, "Tuhan kami demi kasih sayang dan bimbingan-Mu, anugerahilah kami hasanah di dunia dan di akhirat."
Kita bisa membaca dalam ayat ini, yang mereka mohonkan bukan segala kesenangan dunia. Akan tetapi, yang mereka mohonkan yang sifatnya hasanah, yaitu yang baik, bahkan bukan hanya di dunia tetapi juga memohon hasanah di akhirat. Memperoleh hasanah belum termasuk keterhindaran dari keburukan, atau bisa jadi hasanah itu diperoleh setelah mengalami siksa. Oleh karena itu, mereka menambahkan permohonan mereka dengan berkata, "dan peliharalah kami dari siksa neraka."
Ulama memiliki bermacam-macam penafsiran tentang makna hasanah di dunia dan di akhirat. Adalah bijaksana memahaminya secara umum, bukan hanya dalam arti iman yang kukuh, kesehatan, afiat, dan rezeki. Juga bukan hanya tentang pasangan yang ideal, dan anak-anak yang saleh. Tetapi ini berkaitan dengan segala yang menyenangkan di dunia dan berakibat menyenangkan di hari kemudian.Serta bukan hanya keterbebasan dari rasa takut di akhirat, masuk ke surga dan mendapat kemudahan hisab (perhitungan), tetapi lebih dari itu, karena anugerah Allah tidak terbatas.
Dan diantara mereka ada pula yang berdo'a : "Ya Tuhan kami! Berilah kami di dunia nikmat, dan di akhirat surga, dan peliharalah kami dari siksa neraka yakni dengan tidak memasukinya." Ini merupakan lukisan tentang keadaan orang-orang musyrik dan keadaan orang-orang beriman. Tujuannya ialah supaya dua macam kebaikan, yaitu kebaikan dunia dan akhirat. Sebagaimana telah dijanjinkan akan beroleh pahala dengan firman-Nya.
Penjelasan : Dalam surat Al-Baqarah ayat 201 ini Allah telah mengajarkan kepada kita untuk selalu meminta dan berdoa kepada-Nya. Tetapi tentu saja maksud do'a disini adalah do'a-do'a untuk kebaikan, keselamatan, mohon ampunan, dan lainnya. Karena hanya do'a-do'a yang baik sajalah yang pantas kita panjatkan kepada Allah.
Memohon keburukan untuk orang lain, berarti sama saja kita memohon keburukan untuk diri kita sendiri. Selain itu, tak lupa dalam ayat ini Allah memberikan contoh bagaimana do'a orang-orang saleh terdahulu. Mereka dalam doa'nya tidak hanya menginginkan kebaikan di dunia saja, melainkan kebaikan dunia dan akhirat. Ini mengingatkan kita bahwa jangan hanya mencintai dunia dan kenikmatannya saja, akan tetapi ingatlah bahwa kenikmatan sejati adalah nikmat hidup di akhirat.
Tentu ini sangat sesuai dengan kodrat diciptakannya manusia sebagai hamba Allah. Sebagai seorang hamba, sudah sepatutnya manusia menyembah, tunduk, patuh, taat kepada Allah sebagai majikannya. Termasuk dalam menginginkan sesuatu, seorang hamba seharusnya hanya meminta kepada sang majikan.
Q.S Al-Baqarah ayat 207
و من ا
"Diantara manusia ada orang yang membeli/menjual dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-(Nya)."
Tafsir : Setelah menjelaskan orang-orang yang terlena dalam kehidupan dunia dan terpukau olehnya, ayat ini menjelaskan kebalikan mereka. Yang dimaksud adalah mereka yang membeli atau menjual dirinya kerena mencari keridhaan Allah.
Kata Yasyri bisa berarti membeli ataumenjual. Ada yang membeli dirinya dari orang-orang musyrik dengan jalan mengorbankan segala apa yang dimilikinya untuk meraih ridha Allah. Contoh seperti ini antara lain Shuhaib Ibn Sinan ar-Rumi. Sahabat yang berasal dari Romawi ini datang ke Mekah dalam keadaan miskin. Ketika hendak berhijrah beliau dihalangi oleh kaum musyrikin Mekah, dan baru dilepaskan setelah ia memberikan semua hartanya. Demikianlah ia membeli dirinya untuk meraih ridha Allah. Atau ada juga yang menjual dirinya kepada Allah, dalam arti mengorbankan dirinya hingga mati untuk memperoleh surga Ilahi. Seperti halnya Habib Ibn 'Adiy al-Anshari yang membunuh Abu Uqbah al-Harits, salah seorang tokoh musyrik dalam perang badar. Tetapi setelah sekian lama dan melalui tipu daya, Habib ditangkap dan dijual kepada putra 'Uqbah yang menyalibnya hingga wafat. Demikianlah mereka membeli dan menjual dirinya demi Allah. Dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya, sehingga limpahan rahmat dan ampunan-Nya tidak pernah terputus kepada mereka.
Penejelasan : Sedangkan pada ayat 207 surat Al-Baqarah, kita diajarkan untuk memiliki tujuan hidup yang mulia. Tujuan hidup tersebut adalah untuk mencari keridhaan Allah SWT. Karena hanya dengan ridha Allah sajalah kita bisa terhindar dari siksa-Nya. Untuk itulah kita diharuskan untuk berjuang memperoleh ridha-Nya. Dan jangan sampai kita terlena dengan gemerlapnya dunia dengan segala isinya. Kita harus berjuang sekuat tenaga dengan semua yang kita punya untuk melawan nafsu dan godaan setan. Karena jika kita telah berhasil melakukan itu semua, maka kita akan mendapatkan kunci kebahagiaan dunia dan akhirat yaitu ridha Allah SWT. Dan ridha Allah bisa kita dapatkan dengan menjalankan semua yang telah diperintahkan kepada kita. Selain itu, kita juga harus mampu menghindari segala apa yang telah dilarang dan selalu ingat kepada Allah dimanapun dan kapanpun.
Allah menciptakan sesuatu tidak ada yang sia-sia. Dibalik semua ciptaan-Nya pastilah ada maksud dan tujuan tertentu. Manusia, jin, malaikat, bumi, bulan, matahari, dan segala yang ada di alam semesta ini memiliki tugas tersendiri. Manusia diciptakan Allah dengan
DALAM HADITS
Hadits tentang tujuan hidup manusia
Kalau kita tidak gunakan waktu untuk beribadah kepada-Nya pastilah Allah memberikan kesibukan-kesibukan lain yang menyebabkan kita terhalang dari beribadah kepada-Nya. Sekali berhalangan, dua kali berhalangan, akhirnya syaitan musuh nyata manusia makin dahsyat meniupkan berbagai was-was dan "alasan" untuk tidak melakukan ibadah kepadaNya.
berikut ini adalah pembahasan takhrij hadits Luangkan Waktu untuk Beribadah kepada Allah.
Wahai saudaraku yang mulia...renungkanlah ayat Allah berikut:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariyaat : 56)
Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya 'Tafsir al-Quran al-Azhim' VII/38 (cet. Dar Ibnul Jauzy th. 1431 H) menjelaskan tentang lafazh :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku."
أَيْ إِنَّمَا خَلَقْتُهُمْ لِآمُرَهُمْ بِعِبَادَتِي لَا لِاحْتِيَاجِي إِلَيْهِمْ. وَقَالَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَلْحَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ أَيْ إِلَّا لِيُقِرُّوا بِعِبَادَتِي طَوْعًا أَوْ كَرْهًا. وَهَذَا اخْتِيَارُ ابْنِ جَرِيرٍ
"Maksudnya, Aku ciptakan mereka itu dengan tujuan untuk menyuruh mereka beribadah hanya kepada-Ku, bukan karena Aku membutuhkan mereka. Mengenai firman Allah Illa liya'buduun "Melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku." Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, Artinya melainkan supaya mereka mau tunduk beribadah kepada-Ku, baik secara sukarela maupun terpaksa. Ini adalah yang menjadi pilihan Ibnu Jarir."
Selanjutnya Imam Ibnu Katsir juga menukilkan perkataan Ar-Rabi' bin Anas, beliau adalah seorang Tabiin yang meninggal tahun 140 H, ditulis haditsnya oleh Imam Abu Dawud, Ibnu Majah, an-Nasai dan at-Tirmidzi, beliau berkata tentang tafsir lafazh :
إِلَّا لِيَعْبُدُونِ أَيْ : إِلاَّ لِلْعِباَدَةِ
"Maksudnya tidak lain kecuali semata-mata untuk beribadah"
Dan dilanjutkan dengan ayat selanjutnya yaitu:
مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَما أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ ، إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
"Aku tidak menghendaki rizki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah, Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh." (QS. Adz-Dzariyaat : 57-58)
Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya 'Tafsir al-Quran al-Azhim' VII/39-40 menjelaskan tentang ayat tersebut :
وَمَعْنَى الْآيَةِ أَنَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى خَلَقَ الْعِبَادَ لِيَعْبُدُوهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ فَمَنْ أَطَاعَهُ جَازَاهُ أَتَمَّ الْجَزَاءِ، وَمَنْ عَصَاهُ عَذَّبَهُ أَشَدَّ الْعَذَابِ. وَأَخْبَرَ أَنَّهُ غَيْرُ مُحْتَاجٍ إِلَيْهِمْ بَلْ هُمُ ا ْفُقَرَاءُ إِلَيْهِ فِي جَمِيعِ أَحْوَالِهِمْ. فَهُوَ خَالِقُهُمْ وَرَازِقُهُمْ
Makna ayat tersebut, bahwa Allah Tabaaraka wa Ta'ala telah menciptakan hamba-hamba-Nya dengan tujuan agar mereka beribadah hanya kepada-Nya semata, Rabb yang tiada sekutu bagi-Nya. Barangsiapa mentaati-Nya, maka Allah akan memberikan baginya balasan yang sempurna dan barangsiapa yang durhaka kepada-Nya, maka Allah akan mengadzabnya dengan adzab yang sangat pedih. Dan Allah Ta'ala juga memberitahukan bahwa Dia tidak membutuhkan mereka sama sekali, tetapi merekalah yang sangat membutuhkan Allah dalam segala keadaan. Dengan demikian, Allah adalah Pencipta dan Pemberi rizki bagi hamba-hamba-Nya.
Sebelum membahas takhrij hadits inti pembahasan kali ini, selayaknya bagi kita untuk mengetahui terlebih dahulu apa itu pengertian ibadah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mencantumkan pengertian ibadah dalam dua kitabnya yaitu Majmu'ah Al-Fatawa 10/149-150 (Cet. Maktabah al-Ubaikan 5/257 th. 1419 H) dan Al-Ubudiyah (Lihat Syarah Al-Ubudiyah Li Syaikhil Islam Ibni Taimiyah oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Ar-Rajihi hal. 6, cet. Daar Ibni Hazm th. 1420 H)
الْعِبَادَةُ " هِيَ اسْمٌ جَامِعٌ لِكُلِّ مَا يُحِبُّهُ اللَّهُ وَيَرْضَاهُ : مِنْ الْأَقْوَالِ وَالْأَعْمَالِ الْبَاطِنَةِ وَالظَّاهِرَةِ ،
Ibadah adalah segala sesuatu yang mencakup semua hal yang dicintai dan diridhai Allah Ta'ala, baik berupa ucapan dan amalan, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.
فَالصَّلَاةُ وَالزَّكَاةُ وَالصِّيَامُ وَالْحَجُّ وَصِدْقُ الْحَدِيثِ وَأَدَاءُ الْأَمَانَةِ وَبِرُّ الْوَالِدَيْنِ وَصِلَةُ الْأَرْحَامِ وَالْوَفَاءُ بِالْعُهُودِ وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنْ الْمُنْكَرِ . وَالْجِهَادُ لِلْكُفَّارِ وَالْمُنَافِقِينَ وَالْإِحْسَانُ إلَى الْجَارِ وَالْيَتِيمِ وَالْمِسْكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَالْمَمْلُوكِ مِنْ الْآدَمِيِّينَ وَالْبَهَائِمِ وَالدُّعَاءِ وَالذِّكْرِ وَالْقِرَاءَةِ وَأَمْثَالِ ذَلِكَ مِنَ الْعِبَادَةِ . وَكَذَلِكَ حُبُّ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَخَشْيَةُ اللَّهِ وَالْإِنَابَةُ إِلَيْهِ . وَإِخْلَاصُ الدِّينِ لَهُ وَالصَّبْرُ لِحُكْمِهِ وَالشُّكْرُ لِنِعَمِهِ وَالرِّضَا بِقَضَائِهِ ، وَالتَّوَكُّلُ عَلَيْهِ وَالرَّجَاءُ لِرَحْمَتِهِ وَالْخَوْفُ لِعَذَابِهِ وَأَمْثَالُ ذَلِكَ هِيَ مِنَ الْعِبَادَةِ لِلَّهِ
Maka shalat, zakat, puasa, haji, perkataan yang benar, menyampaikan amanat, berbakti kepada kedua orang tua, silaturrahim, menepati janji, amar ma'ruf nahi mungkar, jihad menghadapi orang-orang kafir dan munafiq, berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, orang miskin, ibnu sabil, budak sahaya, hewan piaran, berdoa, berzikir, membaca al-Quran, dan yang semisalnya termasuk ibadah. Demikian juga mencintai Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan Rasul-Nya Shallallahu Alaihi Wasallam, takut dan inabah kepada-Nya, ikhlas hanya kepada-Nya, bersabar atas hukum-Nya, bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya, ridha dengan qadha-Nya, bertawakkal kepada-Nya, mengharap rahmat-Nya, takut kepada azab-Nya, dan yang semisalnya termasuk dalam ibadah.
Allah berfirman :
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
"Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb Semesta Alam. tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)." (QS. Al-An-aam : 162-163)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah juga menambahkan dalam pembahasan yang berkaitan dengan ibadah yaitu :
وَدِينُ الْإِسْلَامِ مَبْنِيٌّ عَلَى أَصْلَيْنِ عَلَى أَلَّا نَعْبُدَ إلَّا اللَّهَ وَأَنْ نَعْبُدَهُ بِمَا شَرَعَ لَا نَعْبُدُهُ بِالْبِدَعِ. قَالَ تَعَالَى: {فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا}
Inti agama ada dua pokok pilarnya yaitu kita tidak beribadah kecuali kepada Allah , dan kita tidak beribadah kecuali dengan apa yang Dia syari'atkan, tidak dengan bid'ah. Sebagaimana Allah berfirman, "Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaknya ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Rabbnya." (QS. Al-Kahfi: 110). Lihat Majmu'ah al-Fatawa (25/317 atau 13/169-170 cet. Maktabah al-Ubaikan)
Jadi dapat kita simpulkan bahwa ibadah itu cakupannya adalah sangat luas, dari sholat, puasa, haji, zakat, menuntut ilmu syar'i, bekerja untuk mencari nafkah keluarga, membaca al-Quran, dan yang lainnya. Dimana cakupan dari ibadah itu harus memenuhi dua syarat yaitu ikhlas dan mengikuti petunjuk Nabi Shallallahu'alaihi wassalam. (insya Allah penjelasan lebih lanjut akan dibahas dalam pembahasan niat.)
Saudaraku yang semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan kepadamu... Mari kita perhatikan hadits yang mulia dari Baginda Rasulullah Shallallahu'alaihi wassalam:
حَدَّثَنَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ صَالِحِ بْنِ هَانِئٍ ، ثَنَا يَحْيَى بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى ، ثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ الْحَوْضِيُّ ، ثَنَا سَلامُ بْنُ أَبِي مُطِيعٍ ، ثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ قُرَّةَ ، عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآَلِهِ وَسَلَّمَ : " يَقُولُ رَبُّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : يَا ابْنَ آدَمَ ، تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِي ، أَمْلأْ قَلْبَكَ غِنًى ، وَأَمْلأْ يَدَيْكَ رِزْقًا ، يَا ابْنَ آدَمَ ، لا تَبَاعَدْ مِنِّي ، فَأَمْلأْ قَلْبَكَ فَقْرًا ، وَأَمْلأْ يَدَيْكَ شُغْلا "
(Imam al-Hakim telah berkata) Telah berkata kepada kami Muhammad bin Shalih bin Hani , (Muhammad berkata) telah mengabarkan kepada kami Yahya bin Muhammad bin Yahya , (Yahya berkata) telah mengabarkan kepada kami Hafsh bin Umar al-Haudiy , (Hafs berkata) telah mengabarkan kepada kami Salaam bin Abi Muthi' , (Salam berkata) telah mengabarkan keepada kami Muawiyah bin Qurrah dari Ma'qil bin Yasaar radhiallahu'anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu'alaihi wassalam bersabda: "Rab kalian Tabaaraka wa Ta'ala, telah berfirman: 'Wahai anak Adam, gunakanlah waktumu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku akan memenuhi hatimu dengan rasa kecukupan dan memenuhi kedua tanganmu dengan rizki. Wahai anak Adam, janganlah engkau menjauh dari-Ku (karena apabila engkau melakukannya), niscaya Aku akan menjadikan hatimu penuh dengan kefakiran dan menjadikan kedua tanganmu penuh dengan kesibukan. Hadits Shahih (HR. al-Hakim, beliau menshohihkannya dan disepakati oleh adz-Dzahabi IV/326 no. 7926 dishohihkan Syaikh Albani dalam Silsilah Ahaadits as-Shohihah III/347)
PENUTUP
KESIMPULAN
QS. Al-Dzariyat : 51
" Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku" (QS. Al-Dzariyat : 51)
Tafsir :
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku. Pengertian dalam ayat ini sama sekali tidak bertentangan dengan kenyataan, bahwa orang-orang kafir tidak menyembah-Nya. Karena sesungguhnya tujuan dari ayat ini tidaklah memastikan keberadaannya.
surat Al-Bayyinah ayat 5 :
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali untuk menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus ."
Q.S Al-Baqarah ayat 207
.
"Diantara manusia ada orang yang membeli/menjual dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-(Nya)."
Hadits tentang tujuan hidup manusia
حَدَّثَنَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ صَالِحِ بْنِ هَانِئٍ ، ثَنَا يَحْيَى بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى ، ثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ الْحَوْضِيُّ ، ثَنَا سَلامُ بْنُ أَبِي مُطِيعٍ ، ثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ قُرَّةَ ، عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآَلِهِ وَسَلَّمَ : " يَقُولُ رَبُّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : يَا ابْنَ آدَمَ ، تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِي ، أَمْلأْ قَلْبَكَ غِنًى ، وَأَمْلأْ يَدَيْكَ رِزْقًا ، يَا ابْنَ آدَمَ ، لا تَبَاعَدْ مِنِّي ، فَأَمْلأْ قَلْبَكَ فَقْرًا ، وَأَمْلأْ يَدَيْكَ شُغْلا "
(Imam al-Hakim telah berkata) Telah berkata kepada kami Muhammad bin Shalih bin Hani , (Muhammad berkata) telah mengabarkan kepada kami Yahya bin Muhammad bin Yahya , (Yahya berkata) telah mengabarkan kepada kami Hafsh bin Umar al-Haudiy , (Hafs berkata) telah mengabarkan kepada kami Salaam bin Abi Muthi' , (Salam berkata) telah mengabarkan keepada kami Muawiyah bin Qurrah dari Ma'qil bin Yasaar radhiallahu'anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu'alaihi wassalam bersabda: "Rab kalian Tabaaraka wa Ta'ala, telah berfirman: 'Wahai anak Adam, gunakanlah waktumu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku akan memenuhi hatimu dengan rasa kecukupan dan memenuhi kedua tanganmu dengan rizki. Wahai anak Adam, janganlah engkau menjauh dari-Ku (karena apabila engkau melakukannya), niscaya Aku akan menjadikan hatimu penuh dengan kefakiran dan menjadikan kedua tanganmu penuh dengan kesibukan. Hadits Shahih (HR. al-Hakim, beliau menshohihkannya dan disepakati oleh adz-Dzahabi IV/326 no. 7926 dishohihkan Syaikh Albani dalam Silsilah Ahaadits as-Shohihah III/347)
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, Abdul Malik Abdulkarim.Tafsir Al-Azhar.Singapura : Pustaka Nasional
Shihab, Quraish.2002.Tafsir Al-Mishbah.Jakarta : Lentera Hati
As-Suyuti, Jalaludin , Al-Mahali, Jalaludin .Tafsir Jalalain.jakarta : erlangga
Majid abdul, khon.2012. hadits tarbawi. Jakarta : kencana