PERAWATAN MENJELANG AJAL DAN TERMINAL
Di Susun Oleh :
1.
Gustiana Satra Dewi
(1614301041) (1614301041)
2.
Risa Hairun Nisyah
(1614301042)
3.
Linda Safitri
(1614301043) (1614301043)
4.
Iis Komang Reni
(1614301044) (1614301044)
5.
Rizqo Aditya Utama
(1614301045) (1614301045)
6.
Mega Meilisa Manara
(1614301046) (1614301046)
7.
Aprilia Cahyaningrum
(1614301047) (1614301047)
8.
Anggun Karunia Putri
(1614301048) (1614301048)
9.
Marhamah
(1614301049)
10.
Ikhsan Ikhsan Aji Dwi Wibowo
(1614301050) (1614301050)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNGKARANG JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG PRODI DIV KEPERAWATAN TANJUNGKARANG TAHUN AKADEMIK 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat dan Karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Ucapan terimakasih pun kami haturkan kepada teman-teman kelompok, dan sumber yang membantu.
Kepada teman-teman kami terlebih terhadap Dosen pembimbing kami yang dengan penuh sabar membimbing kami dalam mengerjakan makalah dengan judul Perawatan Menjelang Ajak Dan Terminal. Atas kepeduliannya serta bimbingannya kami mengucapkan banyak terima kasih kiranya makalah ini dapat menjadi sumber pembelajaran kita semua dalam menambah ilmu pengetahuan.
ii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................................
i
KATA PENGANTAR .............................................................................................
ii
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................
1
B. Rumusan Masalah ..................................................................
3
C. Tujuan Penulisan ....................................................................
3
D. Manfaat Penulisan ..................................................................
3
PEMBAHASAN A. Defini Ajal Dan Tanda Klinis...................................................
4
B. Merawat Pasien Menjelang Ajal Dan Keluarganya ...............
6
C. Defini Terminal ........................................................................
8
D. Cara memberikan pertolongan bagi orang yang sekarat .....
10
ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian ...............................................................................
14
B. Diagnosa..................................................................................
15
C. Perencanaan ...........................................................................
15
D. Implementasi ...........................................................................
16
E. Evaluasi ...................................................................................
16
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................. B. Saran ........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Menurut (Mirzal Tawi, 2008) Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan
menerapkan system terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk social, untuk mencapai kepuasana dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal positif. Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik. masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbal balik, sebagai akibat terjadinya perubahan sosial dan atau gejolak sosial dalam masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan
jiwa
(Depkes,
2011).
Contoh
masalah psikososial antara
lain:
psikotik
gelandangan dan pemasungan, penderita gangguan jiwa, masalah anak: anak jalanan dan penganiayaan anak, masalah anak remaja: tawuran dan kenakalan, dsb. Setiap individu mempunyai kebutuhan emosi dasar, termasuk kebutuhan akan cinta, kepercayaan, otonomi, identitas, harga diri, penghargaan dan rasa aman. Schultz (1966) Merangkum kebutuhan tersebut sebagai kebutuhan interpersonal untuk inklusi, control dan afeksi. Bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka akan menimbulkan sebuah perasaan yang tidak menentukan pada batin ataupun jiwanya, akibatnya dapt berupa perasaan atau prilaku yang tidak diharapkan, seperti ansietas, kemarahan, kesepian dan rasa tidak pasti. Bahkan sampai ketidak kontrolannya emosi, bahkan pada beberapa kasus terjadi beberapa orang yang mana kebutuhan kana tersebut tidak terpenuhi dapat menyebabkan gangguan pada jiwa seseorang. Konsep diri adalah semua perasaan kepercayaan dan nilai yang diketahui tentang dirinya dan memengaruhi individu dalam bersosialisasi dengan orang lain. Konsep diri berkembang secara bertahap saat bayi molai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain. Psikososial, merupakan gabungan dari dua kaata, yakni psiko Dan Sosial. Dalam pengkajian psikologi, terdapat beberapa faktor : 1. Status Emosional Status emosional ini biasanya dapat diamati dengan melihat ekpresi klien apakah menunjukan kemarahan, kesedihan, kesakiitan dan sebagainya. Tingkah laku bisa dilihat dengan apakah gelisah, melamun, takut,bingung, dll.
1
2. Konsep diri Konsep diri ini dalam perkembangannya dipengaruhi oleh budaya, hubungan antara pribadi, penghargaan baik dalam keluarga maupun masyarakat. Konsep diri ini berkaitan dengan penilai orang lain terkait dengan dirinya, bahkan sampai bagaimana penilaian klien dari klien itu sendiri sebagai manusia, dan apakah klien tersebut suka akan dirinya. 3. Cara berkomunikasi Perlu di perhatikan tentang cara berkomunikasi dengan klien, berhubungan dengan respon yang diberikan oleh klien, apakah respon dari klien tersebut agak lambat, atau bahkan di merespon sama sekali, atau merespon hanya jawaban yang diberikan klien tidak berhubungan dengan pertanyaan yang ajukan. 4. Pola Interaksi Dalam mengetahui pola interaksi dari klien, kita harus fahami dahulu diri klien, termasuk sifatnya. Perlu kita ketahui juga mengenai orang yang berharga bagi dirinya, sehinggan klien dapat berkomunikasi secara baik dengan orang tersebut. Artinya orang penting bagi klien tersebut bisa menjadi jembatan antara perawat dengan klien, ketika klien sedang tidak ingin berbicara kecuali hanya dengan orang-orang penting bagi hidupnya saja.
Selain mengenai hal yang berhubungan dengan psiko. Dalam pengkajian sosial, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi,diantaranya 1. Pendidikan dan pekerjaan Pendidikan dan pekerjaan ini berkaitan dengan derajat pendidikan yang dicapai ataupun sedang ditempuh oleh klien ketika itu. Adapun apabila telah bekerja maka yang perlu menjadi acuannya adalah pekerjaan apa yang sedang dilakoninya, apakah keterampilannya, dan tentunya bagaimana status keuangannya. 2. Hubungan sosial Kehidupan sosial klien ketika beliau masih dalam lingkup masyarakat. Bagaimana pergaulan klien, karna faktor ini cukup penting, dalam menunjukan pengaruhnya bagi kesehatan psikososialnya. Kemudian apakah klien berkecimpung dengan aktif dalam organisasi masyarakat. 3. Sosio kultural Agama adalahh sesuatu keyakinan yang melekat pada hati setiap individu akan adanya Tuhan. Hubungan antara klien dengan Tuhan juga merupakan suatu faktoor yang penting, salah satunya untuk penenangan batik, emosi, dan jiwa dari klien. Kemudia berhubungan juga dengan budaya yang ada di lingkungan klien.
2
4. Pola hidup Pola hidup ini berhubungan dengan lingkungan hidup klien, termasuk tempat tinggal klien, keadaan rumahnya atau lingkungan rumahnya, bagaimana keluarganya ataupun dengan siapa si klien ini tinggal dalam naungannya tersebut. Dan yang terpenting dengan apakah cara klien dalam menenangkan diri.
Psikososial sesungguhnyaa melekat pada setiap diri manusia, baik perempuan ataupun laki-laki. Psikososial ini berhubungan dengan kondisi kejiwaan, batin seseorang. Apakah orang tersebut sedang senangkah batinnya, ataupaun sedih. Kemudian respon dari lingkungan luar ataupun dalam pun dapat mempengaruhi perubahan psikososial seseorang. Salah satu contohnya ketika seseorang kehilangan seseorang yang berharga baginya. Sebagian besar manusia ketika seseorang yang berharga bagi dirinya ataupun orang yang ia cintai meninggal, hal ini dapat menjadi pukulan atau tekanan batin yang sangat menyayat, sangat membekas bagi batin seseorang. Tentu sangat dapat berpengaruh pada psikososial seseorang, bahkan dapat merubah perilaku bahkan kebiasaan seseorang. Maka darinya perlu diberikan perawatan atau pun pemahaman yang tujuan dasarnya mengembalikan kondisi psikososial seseorang tersebut.
B.
C.
Rumusan Masalah 1.
Definisi ajal dan tanda-tanda klinisnya.
2.
Bagaimana merawat pasien menjelang ajal dan keluarganya.
3.
Definisi sekarat.
4.
Bagaimana memberikan pertolongan kepada orang yang sekarat.
Tujuan Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari makalah ini adalah : 1.
Untuk mengetahui defini ajal serta tanda klinisnya.
2.
Untuk mengetahui bagaimana cara merawat pasien menjelang ajal dan keluarganya.
3.
Untuk mengetahui definisi dari sekarat.
4.
Untuk mengetahui bagaimana cara memebrikan pertolongan kepada orang yang sekarat.
D. Manfaat penulisan Dari penulisan atau tersusunnya makalah ini diharapkan bagi pembaca khususnya dapat mengerti atau pun menambah wawasan mengenai Ajal Dan Kondisi sekarat, baik mampu memahami dalam pengertian atau tindakan yang diperlukan sesuai dengan kondisi klien seputar Ajal atau pun sekarat 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Ajal Dan Tanda Klinis Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Ajal dapat berarti batas hidup seseorang yang telah ditentukan atau ditetapkan oleh Tuhan YME. 1. Tahap-tahap Menjelang Ajal Kubler-Rosa (1969), telah menggambarkan/ membagi tahap-tahap menjelang ajal (dying) dalam 5 tahap, yaitu: 1). Menolak/Denial Pada fase ini , pasien/klien tidak siap menerima keadaan yang sebenarnya terjadi, dan menunjukkan reaksi menolak. Timbul pemikiran-pemikiran seperti: “Seharusnya tidak terjadi dengan diriku, tidak salahkah keadaan ini?”. Beberapa orang bereaksi pada fase ini dengan menunjukkan keceriaan yang palsu (biasanya orang akan sedih mengalami keadaan menjelang ajal). 2). Marah/Anger Kemarahan terjadi karena kondisi klien mengancam kehidupannya dengan segala hal yang telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-citanya. Timbul pemikiran pada diri klien, seperti: “Mengapa hal ini terjadi dengan diriku?” Kemarahan-Kemarahan tersebut biasanya diekspresikan kepada obyek-obyek yang dekat
dengan
klien,
seperti:keluarga,
teman
dan
tenaga
kesehatan
yang
merawatnya. 3). Menawar/bargaining Pada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan pasien malahan dapat menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan dirinya. Pada pasien yang sedang dying, keadaan demikian dapat terjadi, seringkali klien berkata: “Ya Tuhan, jangan dulu saya mati dengan segera, sebelum anak saya lulus jadi sarjana”. 4). Kemurungan/Depresi Selama tahap ini, pasien cen derung untuk tidak banyak bicara dan mungkin banyak menangis. Ini saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang disamping pasien yang sedangan melalui masa sedihnya sebelum meninggal. 5). Menerima/Pasrah/Acceptance Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh klien dan keluarga tentang kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian. Fase ini sangat membantu apabila kien dapat menyatakan reaksi-reaksinya atau rencana-rencana yang terbaik bagi dirinya menjelang ajal. Misalnya: ingin bertemu dengan keluarga terdekat, menulis surat wasiat, dsbg.
2. Tanda-tanda Klinis Menjelang Kematian 1. Kehilangan Tonus Otot, ditandai: a.
Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun.
b.
Kesulitan dalam berbicara, proses menelan dan hilangnya reflek menelan.
4
c.
Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal, ditandai: nausea, muntah, perut kembung, obstipasi, dsbg.
d.
Penurunan control spinkter urinari dan rectal.
e.
Gerakan tubuh yang terbatas.
2. Kelambatan dalam Sirkulasi, ditandai: a.
Kemunduran dalam tempo atau denyut nadi.
b.
Cyanosis pada daerah ekstermitas.
c.
Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki, kemudian tangan, telinga dan hidung.
3. Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital a.
Nadi lambat dan lemah.
b.
Tekanan darah turun.
c.
Pernafasan cepat, cepat dangkal dan tidak teratur.
4. Gangguan Sensori a.
Penglihatan kabur.
b.
Gangguan penciuman dan perabaan. Variasi-variasi tingkat kesadaran dapat dilihat sebelum kematian, kadang-
kadang klien tetap sadar sampai meninggal. Pendengaran merupakan sensori terakhir yang berfungsi sebelum meninggal.
3. Tanda-tanda Klinis Saat Meninggal 1)
Pupil mata melebar.
2)
Tidak mampu untuk bergerak & Kehilangan reflek.
3)
Nadi cepat dan kecil.
4)
Pernafasan chyene-stoke dan ngorok.
5)
Tekanan darah sangat rendah
6)
Mata dapat tertutup atau agak terbuka.
4. Tanda-tanda Meninggal Secara Klinis Secara tradisional, tanda-tanda klinis kematian dapat dilihat melalui perubahan-perubahan nadi, respirasi dan tekanan darah. Pada tahun 1968, World Medical Assembly, menetapkan beberapa petunjuk tentang indikasi kematian, yaitu: Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total, Tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan, Tidak ada reflek, Gambaran mendatar pada EKG.
5
B. Merawat Pasien Menjelang Ajal Dan Keluarganya Penting bagi perawat yang merawat pasien yang menjelang ajal menyadari perasaan mereka sendiri tentang kematian dan tentang pasien mereka. Perawat perlu saling memberi kenyamanan dan mendukung dalam perawatan perawat terhadap orang yang menjelang ajal.
1. Meredakan nyeri orang yang menjelang ajal Pada pasien yang berada pada tahap akhir penyakit, penting untuk mengingatkan bahwa salah satu tujuan utama keperawatan adalah meredakan atau menghilangkan penderitaan. Berikut pedoman untuk meredakan atau menghilangkan penderitaan :
Selalu percaya apa yang pasien katakan tentang nyeri mereka. Jangan pernah membuat keputusan perawat sendiri tentang seberapa nyeri yang mereka rasakan.
Banyak pasien takut bahwa mereka akan meninggal dalam penderitaan yang dalam. Bersikap
baik
ketika
orang
mengekspresikan
atau
menunjukan
rasa
takut.
Tenangkan mereka dan beritahu mereka bahwa perawat dapat merawat nyeri tersebut dan bahwa mereka tidak perlu merasa takut.
Berikan dosis medikasi nyeri yang memberikan pengendalian nyeri paling besar dengan efek samping paling kecil.
Berikut obat nyeri sepanjang siang dan malaam hari ( 24 jam ) untuk meyakinkan bahwa pasien mendapatkan peredaan nyeri yang cukup.
Obat nyeri paling baik untuk pasien menjeang ajal adlah morfin. Dosis morfin dapat ditingkatkan sesuai dengan meningkatnya toleransi pasien dan menurunnya efektivitas obat.
Memberikan
beberapa
meningkatkan
obat
efektivitas
secara
obat.
bersamaan
Misalnya,
(
obat
dalam kombinasi anti-inflamasi
)
akan
non-steroid
meningkatkan keefektifan opioid seperti morfin.
Gunakan rute paling sederhana untuk memberikan obat. Berikan peroral, secara pasien dapat menelan. Jika pasien tidak dapat menelan, bolus opiod berulang dapat diberikan dibawah kulit ( rute subkutan ). Rute intramuskular tidak seefektif rute subkutan.
Gunakan cara lain untuk mengendalikan nyeri, termasuk masase, musik, dan memposisikan pasien dengan nyaman. Kadang bantalan panas atau botol air panas berguna untuk mengatasi.
Adiksi terhadap medikasi tidak pernah menjadi masalah yang penting untuk pasien menjelang ajal. 6
Penurunan pernapasan ( depresi pernapasan ) tidak penting untuk pasien menjelang ajal.
2. Pertahankan kenyamanan pasien
Pasien mungkin menderita ketidaknyamanan lain sebagian karena medikasi nyeri.
Bila pasien konstipasi, laktasif mungkin membantu. Juga dorong pasien untuk minum jus buah.
Sebanyak mungkin, beri pasien diet tinggi kalori dan tinggi vitamin. Jangan memaksa pasien untuk makan. Pasien harus makan hanya makanan yang ia ingin makan.
Dorong pasien untuk meminum cairan.
Pertahankan pasien bersih; mandikan dengan sering, beri perawatan bila mulut kering, danbersihkankelopak mata bila ada sekresi.
Bantu pasien turun dari tempat tidur dan duduk dikursi bila ia mampu jika tidak ganti posisi setiap 2 jam dan coba untuk mempertahankan pasien pada posisi apapun yang paling nyaman
Jika pasien mengalami kesulitan bernapas bantu ia duduk
Jika jalan napas tersumbat anda mungkin perlu untuk mengisap tenggorok pasien
Jika pasien merasa napas pendek atau kekurangan udara berikan oksigen.
Bahkan ketika pasien hampir meninggal,mereka dapat mendengar sehingga jangan bicara dengan berisik. Bicara dengan jelas. Pasien juga masih merasakan sentuhan Anda.
3. Bagaimana membantu pasien dengan damai Penting menanyakan kepada pasien dan keluarganya apakah pasien ingin tinggal di Rumah Sakit atau pulang untuk hari terakhirnya. Bila pasien ingin pulang ajarkan keluarga bagaimana merawat pasien. Terutama cara memberikan obat untuk nyeri dalam dosis dan waktu yang tepat. Juga jelaskan pada keluarga bagaimana cara membuat pasien merasa nyaman. Bila pasien tinggal di Rumah Sakit, cobalah untuk sebanyak mungkin apa yang di inginkan pasien dan keluarga. Penting untuk memberikan kenyamanan fisik dan untuk membuat pasien merasa nyaman sampai tenang terhadap rasa takut dan memberi pasien harapan. Dengan membuat pasien merasa nyaman dan terlindungi dengan menujukkan bahwa ia akan dirawat dan tidak akan ditinggalkan sendiri. Berikan harapan, jangan memberikan keyakinan palsu. Berikan target yang lebih kecil.cara tentang, atau anjurkan bahwa pasien dapat berharap tentang kebaikan dimasa yang akan datang atau mengingatkan ia bahwa anak-anak nya akan segera berkunjung bila pasien memiliki urusan yang belum selesai, berikan bantuan apa yang ia lakukan. Pasien mungkin perlu bantuan dalam mengatur anak-anak atau rumahnya. Berikan perawatan spiritual bila pasien menginginkan, atau bicara pada keluarga untuk 7
memanggil rohaniawan berkunjung. Ketika kematian mendekat, biarkan mereka mengetahui sehingga keluarga dapat bersama pasien ketika kematian itu datang.
C. Peran Perawat Kepada Pasien Saat Menjelang Ajal
1. perawat berperan sebagai komunikator Peran sebagai komunikator dilakukan baik terhadap pasien, keluarga, maupun terhadap dokter. Perawat berkomunikasi dengan keluarga pasien untuk menjelaskan kondisi pasien dan memberikan dukungan emosional. Penelitian Kozier, dkk. (2010) mengungkapkan bahwa salah satu aspek terpenting dalam menyediakan dukungan untuk anggota keluarga dari pasien yang menjelang ajal adalah melibatkan penggunaan komunikasi terapeutik yang dapat dilakukan dalam memfasilitasi ekspresi perasaan mereka.
2. Perawat sebagai fasilitator Perawat memberikan waktu kunjungan yang lebih lama bagi keluarga pasien menjelang ajal sehingga pasien dan keluarga memiliki lebih banyak kebersamaan.
3. Perawat sebagai motivator Perawat memberikan dukungan kepada keluarga pasien yang menjelang ajal sehingga keluarga pasien dapat mengikhlaskan pasien meninggal dengan tenang.
D. Definisi Sekarat (Terminal) Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penyakit/ sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat dekat dengan proses kematian.Respon pasien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung kondisi fisik, psikologis, sosial yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien terminal.Perawat harus memahami apa yang dialami pasien dengan kondisi terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi pasien sehingga pada saatsaat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai. Respon terhadap penyakit yang mengancam hidup dibagi kedalam empat fase, yaitu (Doka,1993): 1. Fase Prediagnostik Terjadi ketika diketahui ada gejala atau factor resiko penyakit.
8
2. Fase Akut Terpusat pada kondisi krisis. Pasien dihadapkan pada serangkaian keputusasaan, termasuk kondisi medis, interpersonal, maupun psikologis. 3. Fase Kronis Pasien bertempur dengan penyakit dan pengobatannya.
4. Fase Terminal Dalam kondisi ini kematian bukan lagi hanya kemungkinan, tetapi pasti terjadi.
Gambaran problem yang dihadapi pada kondisi terminal antara lain: 1. Problem Oksigenisasi Respirasi irregular, cepat atau lambat, sirkulasi perifer menurun, perubahan mental; agitasi-gelisah, tekanan darah menurun, hypoksia, akumulasi secret, nadi ireguler. 2. Problem Eliminasi Konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat peristaltik, kurang diet serat dan asupan makanan juga mempengaruhi konstipasi. 3. Problem Nutrisi dan Cairan Asupan makanan dan cairan menurun, peristaltic menurun, distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering dan membengkak, mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan menurun. 4. Problem suhu Ekstremitas dingin, kedinginan menyebabkan harus memakai selimut. 5. Problem Sensori Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat mendekati kematian, menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran menurun,
kemampuan
berkonsentrasi
menjadi
menurun,
pendengaran
berkurang, sensasi menurun. 6. Problem nyeri Ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra vena, pasien harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kenyaman. 7. Problem Kulit dan Mobilitas Seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah pada kulit sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang sering. 8. Masalah Psikologis Pasien terminal dan orang terdekat biasanya mengalami banyak respon emosi, perasaaan marah dan putus asa seringkali ditunjukan. Problem psikologis lain yang muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan, hilang control diri, tidak mampu lagi produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan harapan, kesenjangan komunikasi/ barrier komunikasi.
9. Perubahan Sosial-Spiritual Pasien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan.
9
Pokok-pokok perawatan pasien terminal terdiri dari: a. Peningkatan Kenyamanan Kenyamanan bagi pasien menjelang ajal termasuk pengenalan dan peredaan distress psikobiologis.Perawat harus memberikan bimbingan kepada keluarga tentang tindakan penenangan bagi pasien sakit terminal.Kontrol nyeri penting karena mengganggu tidur, nafsu makan, mobilitas, dan fungsi psikologis.Pemberian kenyamanan bagi pasien terminal juga mencakup pengendalian gejala penyakit dan pemberian terapi. Klien mungkin akan bergantung pada perawat dan keluarganya untuk pemenuhan kebutuhan dasarnya, sehingga perawat bisa memberikan bimbingan dan konseling bagi keluarga tentang bagaimana cara memberikan kenyamanan pada klien. b. Pemeliharan Kemandirian Tempat perawatan yang tepat untuk pasien terminal adalah perawatan intensif, pilihan lain adalah perawatan hospice yang memungkinkan perawatan komprehensif di rumah. Perawat harus memberikan
informasi
tentang
pilihan
ini
kepada
keluarga
dan
pasien.Sebagian besar pasien terminal ingin mandiri dalam melakukan aktivitasnya. Mengizinkan pasien untuk melakukan tugas sederhana seperti mandi, makan, membaca, akan meningkatkan martabat pasien. Perawat tidak boleh memaksakan partisipasi pasien terutama jika ketidakmampuan secara fisik membuat partisipasi tersebut menjadi sulit.Perawat
bisa
memberikan
dorongan
kepada
keluarga
untuk
membiarkan pasien membuat keputusan. c. Pencegahan Kesepian dan Isolasi Perawat membutuhkan kesabaran dan pengalaman untuk merespon secara efektif terhadap pasien menjelang ajal.Untuk
mencegah
perawatmeningkatkan
kesepian kualitas
dan
penyimpangan
lingkungan.Lingkungan
sensori,
harus
diberi
pencahayaan yang baik, keterlibatan anggota keluarga, teman dekat dapat mencegah kesepian.Keluarga atau penjenguk harus diperbolehkan bersama pasien menjelang ajal sepanjang waktu.Perawat memberikan bimbingan kepada keluarga untuk tetap/ selalu bersama klien menjelang ajal, terutama saat-saat terakhir hidupnya. d. Peningkatan Ketenangan Spiritual mempunyai arti lebih besar dari sekedar meminta rohaniawan.Ketika kematian mendekat, pasien sering mencari ketenangan.Perawat dan keluarga dapat membantu pasien mengekspresikan nilai dan keyakinannya. pasien menjelang ajal mungkin mencari
untuk
menemukan
tujuan
dan
makna
hidup
sebelum
menyerahkan diri kepada kematian. Pasien mungkin minta pengampunan baik dari yang maha kuasa atau dari anggota keluarga.Perawat
dan 10
keluarga
memberikan
ketenangan
spiritual
dengan
menggunakan
keterampilan komunikasi, empati, berdoa dengan pasien, membaca kitab suci, atau mendengarkan musik.
e. Dukungan untuk keluarga yang berduka Anggota keluarga harus didukung melewati waktu menjelang ajal dan kematian dari orang yang mereka cintai.Semua tindakan medis, peralatan yang digunakan pada pasien harus diberikan penjelasan, seperti alat Bantu nafas atau pacu jantung.Kemungkinan yang terjadi selama fase kritis pasien terminal harus dijelaskan pada keluarga.
E. Cara memberikan pertolongan bagi orang yang sekarat Setiap hari kita mendengar atau membeaca berita tentang kematian, tanpa sejenak pun kita berhenti lagi untuk merenungkannya. Namun sangat berbeda keadaannya jika kita secara langsung terlibat langsung dalam proses kematian yang terjadi. Orang-orang yang mengurus dan merawat penderita yang tidak mungkin sembuh lagi dari penyakit mereka dan orang yang sedang sekarat, harus berusaha untuk mengiringi dan membimbing mereka dengan sebaik-baiknya. Memang dapat dipahami bahwa banyak yang merasa ketakutan dan terkejut kalau mereka harus mendampingi dan bahkan memberikan pertolongan kepada orang yang sedang sekarat. Oleh karena itu, maka semakin sukar untuk mengambil sikap yang tepat dalam keadaan-keadaan tersebut. Namun bagaimanapun juga kita harus dapat menguasai keadaan terutama karena anggota keluarga penderita yang dalam keadaan ini, sering kali membutuhkan pertolongan kita. Kematian pada seseorang dapat datang dengan berbagai cara. Kematian tersebut dapat terjadi secara tiba-tiba, tetapi dapat juga berlangsung selama berhari-hari. Bagi anggota keluarga penderita sering sekali menjadi sulit untuk menghadapi anggota keluarga mereka yang sedang sekarat dalam jangka waktu yang lama. Kadang-kadang, jauh sebelum terjadi kematian, penderita telah kehilangan kesadarannya. Kalau penderita masih sadar, maka harus kita sadari bahwa pendengaran penderita yang sedang sekarat tetap utuh keadaannya sampai saat yang terakhir. Sudah menjadi kewajiban kita untuk memberitahu seluruh anggota keluarga penderita mengenai hal ini tentunya tanpa sepengetahuan penderita yang sedang sekarat itu.
a. Pertolongan keagamaan Pertolongan keagamaan harus diberikan atas permintaan penderita ataupun keluarga penderita itu. Bagi penderita yang memiliki agama atau keyakinan sangat penting bagi mereka untuk didatangkan orang-orang yang memiliki ilmu terkait agama yang dianutnya masing-masing. Kedatangan para petinggi agama tersebut diharapkan dapat menenangkan 11
spiritual penderita sekaligus keluarganya dalam persiapan menyambut kematian. Namun bagi seorang yang tidak memiliki keyakinan maka kita juga harus mengambil lagkah-langkah yang diperlukan bagi kepentingan mereka semua. b. Perawatan ringan yang terakhir Kalau memang masih memungkinkan, maka kita biarkan anggota keluarganya sendiri yang sebanyak mungkin berbuat untuk penderita yang sedang sekarat. Perawatan kecil yang terakhir terdiri dari membasuh muka penderita dan membasahi bibirnya secara teratur. Mungkin saja penderita yang sudah berada dalam keadaan ini masih saja mendapatkan obat-obatan melaluui mulutnya, sedangkan penderita sudah mengalami kesulitan menelan. Dalam keadaan ini harus dirundingkan dengan cara bagaimana obat tersebut dapat diberika kepada penderita. Setelah dirundingkan dan disetujui, maka lendir terbentuk, yang tidak dapat lagi dibatukkan oleh penderita, kita sedot dengan pennyedot lendir listrik.
c. Kemungkinan perubahan akan timbul Sebagai gejala pertama biasanya akan timvul penurunan indera perasa. Akibatnya penderita akan berkurang keluhan-keluhannya, perasaan nyerinya jufa berkutang dan ia berminat/berselera atau sesuatu. Keadaan perasaan yang enak ini sesungguhnya sangat bertolakbelakang dengan keadaan sebenarnya. Kalau kita harus memberikan kendi kepada penderita yaang berada dalam keadaan ini, kita harus lebih berhari-hati lagi, oleh karena penderita tidak mengetahui kalai panas yang kita berikan terlalu tinggi suhunya. Secara berangsur-angsur kemampuan pengelihatan penderita akan mengurang. Juga mengenai perkembangan ini, kita perlu, diluar kamar penderita, memberitahukan kepada seluruh anggota keluarga penderita. Kemudian secaara perlahan-lahan akan menyusul hilangnya pekerjaan otot. Dalam keadaan ini, maka penderita yang kita rawat dalam keadaan duduk, terancam akan terjatuh ke tempat tidurnya. Penderita juga sudah tidak dapat lagi mempertahankan kepalanua secara tegak. Wajah kehilangan mimiknua, sehingga muka penderita kelihatan kosong. Penderita akan mengalami inkontensia, sebagai akibat daripada melemahnya otototot sfinger kandung kemih dan rektum. Kadang-kadang,setelah dirundingkan dan disetujui oleh dokter yang merawat, pada penderita kita pasang kateter menetap. Denyut nadi pergelangan tangan semakin sukar dapat kita amati dan seringkali memperlihatkan ketidak teraturan yang khas. Kalau denyut pergelangan tangan penderita sudah tidak dapat lagi kita rana dan pernafasannya untuk waktu cukup lama berhenti, maka secara hati-hati kita sampaika kepada seluruh anggota keluarga penderita bahwa penderita telah meninggal dunia. 12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
TERMINAL DAN KEMATIAN (DYING AND DEATH)
Perencanaan : Peran klien-keluarga sangat besar perencanaan harus diperhatikan pilihan-pilihan klien dan memebantu keluarga menerima kematian. Dampak Sakit Terminal Klien : -
Menderita sampai saat tiba : bantu melewati masa-masa tersebut
-
Memutuskan perawatan yang akan dijalani
-
Mendapat support untuk setiap keputusannya
Keluarga : -
Berpartisipasi aktif dalam perawatan
-
Memperoleh support dan perhatian selama proses berduka
Tahap Dying (Kubler-Ross) 1. Mengingkar (denial and isolation) -
Menyangkal
-
Merepresikan kenyetaan
-
Mengisolasikan diri terhadap kenyataan
2. Marah (anger) -
Mengekspersikan kemarahan dan permusuhan
-
Bersikap menyalahkan takdir
3. Tawar-menawar (bergaining) -
Tawar-menawar atau barter
-
Mempunyai harapan-harapan atau keinginan
4. Depresi -
Periode grieving sebelum kematian
-
Banyak menangis
-
Tidak banyak bicara
5. Menerima (acceptance) -
Klien merasa lebih tenang dan damai
-
Klien menantikan tibanya kematian dan mempersiapkan diri menghadapi kematian.
13
PENGKAJIAN Tanda klinis 1. Saat mendekati kematian -
Hilangnya tonus otot
-
Relaksasi otot wajah
-
Sulit untuk bicara
-
Sulit menelan dan perlahan-lahan kehilangan efek muntah
-
Penurunan aktivitas gasroi ntestinal
-
Gerakan mulai menurun
Sirkulasi melemah -
Sensasi melemah
-
Sianosis pada ekstremitas
-
Kulit raba dingin, akral, ujung hidung, telinga
Perubahan tanda vital -
Nadi melambat dan lemah
-
Penurunan tekanan darah
-
Pernapasan irreguler dan melalui mulut
Kegagalan sensori -
Pandangan kabur
-
Kegagalan indra penciuman dan perasa
Tingkat kesadaran bervariasi -
Waspada, mengantuk, mengorok, tidak sadar
2. Dekat kematian -
Dilatasi pupil
-
Tidak bisa bergerak
-
Refleks hilang
-
Nadi naik kemudian turun
-
Respirasi cheyne strokes (satu-satu)
-
Mengorok atau nafas terdengar kasar
-
Tekanan darah turun
3. Kematian -
Terhentinya nafas, nadi dan tekanan darah
-
Hilang respon terhadap stimulus eksternal 14
-
Pergerakan otot tidak ada
-
Enchepalogram datar (garis otak) : aktivitas listrik otak terhenti yang berhak menyatakan kematian secara legal adalah dokter
DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Takut -
Proses dying = proses menuju ketakutan
-
Non existence
-
Apa yang terjadi setelah kematian
(Gondo dan ruark) : -
Pain = nyeri
-
Body missfunction = tubuh tidak berfungsi
-
Humiliation = merasa direndahkan
-
Punistment = tahap ini adalah tahap hukum baginya
-
Rejection = penyangkalan
(schultz) -
Pain
-
Saat kematian
-
Kesepian = merasa sendiri
-
Kematian
2. Putus asa -
Pada klien dengan penyakit terminal dan proses dying : tidak punya harapan
-
Pasif = tidak bereaksi terhadap apapun
-
Menurunnya kemampuan komunikasi verbal
-
Menurunnya respon terhadap stimulus
-
Hilangnya inisiatif = keinginannya tidak dapat diungkapkan
PERENCANAAN Tujuan : 1. Untuk membantu klien meninggal dengan tenang 2. Untuk mengurangi kesepian, depresi dan takut 3. Untuk menjaga rasa aman, harga diri, dan martabat 4. Mempertahankan harapan yang ada 5. Untuk membantu klien menerima kenyataan 6. Untuk memberikan rasa nyaman 15
IMPLEMENTASI 1. Bantu klien meninggal bermartabat dengan suport dan mengembalikan kontrol diri karena dying dapat membuat klien lepas kontrol. -
Tempat perawatan RS atau rumah?
-
Waktu kunjungan petugas kesehatan
-
Jadwal aktivitas
-
Waktu kunjungan
-
Penggunaan sumber-sumber pelayanan kesehatan
2. Bantu klien mengatasi kesepian, depresi dan takut 3. Mempertahankan rasa aman, percaya diri, martabat, dan harga diri 4. Mempertahankan harapan yang dimiliki 5. Bantu klien menerima kenyataan 6. Memberikan perasaan nyaman 7. Pemenuhan kebutuhan fisiologis -
Personal hygiene = kebersihan diri
-
Penanganan nyeri
-
Mengurangi kesulitan respiratory
-
Bantu pergerakan, nutrisi, hidrasi, dan eliminasi
-
Penanganan terhadap perubahan sensori
8. Support spiritual Perawatan harus memenuhi kebutuhan spiritual klien baik langsung maupun tidak langsung. -
Memfasilitasi kegiatan spiritual klien
-
Jangan memaksa klien melakukan kegiatan spiritual
EVALUASI 1. Bebas rasa takut 2. Partisipasi dalam aktivitas-aktivitas diri sendiri 3. Secara verbal mengemukakan rasa marah, sedih, dan menderita 4. Berperan dalam program therapi 5. Mempertahankan hubungan dengan oranglain : support person
16
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkaan isi pembahasan pada makalah yang berjudul Perawatan Menjelang Ajal Dan Terminal ini, dapat kita simpulkan bahwa. Ajal merupakan bagian dari proses kematian, menurut KBBI Ajal dapat berarti batas hidup seseorang yang telah ditentukan atau ditetapkan oleh Tuhan YME. Dalam ilmu medis ketika vonis dokter telah menetapkan bahwa tidaklah lama lagi klien mampu bertahan hidup maka banyak ekpresi yang ditunjukan oleh klien, diantaranya klien akan menolak, merasa marah, berusaha memperbaiki di sisa hidupnya, ada pun yang depresi dan ada pula yang menerima atau pasrah dengan vonis dokter tersebut. Dan sedikit pula banyak yang klien tidak percaya dengan vonis dokter, dikarenakan Ajal atau maut merupaka sebuah rahasia yang hanya Tuhan sajalah yang tahu batasannya. Menurut
ilmu
medis,
terdapat
beberapa
tanda-tanda
menjelang
kematian.
Diantaranya yakni kehilangan tonus otot, kelambatan dalam sirkulasi, Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital, Gangguan sensori seperti penglihatan yang kabur dan gangguan pada penciuman dan perabaan. Namun sebagai catatan, dari semua organ indra manusia, ketika menjelang kematian datang organ terakhir yang masih berfungsi hanyalah pendengaran. Merawat pasien menjelang ajal bertujuan untuk menyadari perasaan klien sendiri tentang kematian. Ketika vonis dokter tentang kematian telah dijatuhkan, respon dari tiap individu dalam menerima haal tersebut tergantung dari kondisi fisik, psikologis, sosial yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada setiap individu juga berbeda. Karnanya perawat perlu memberikan sebuah kenyamanan dan mendukung klien agar tetap tenang pada psikisnya dan perawat juga harus memahami apa yang dialami pasien dengan kondisi terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi pasien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai.
B. Saran Dalam penulisan makalah ini penulis sadari sepenuhnya masih terdapat banyak kekeliruan dan kesalahan yang terdapat didalamnya. Olehnya itu, kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun sangat diharapkan dalam rangka perbaikan makalah ini sekaligus sebagai bekal wawasan kami untuk proses pembuatan makalah selanjutnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Bouwhuizen. (1996). ILMU KEPERAWATAN . Jakarta: EGC. Mubarak, W. I., & Chayatin, N. (2007). BUKU AJAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA;TEORI DAN APLIKASI DALAM PRAKTIK. Jakarta: EGC. P.J.M, S., Bordui, F., Meer, W. V., Almekinders, G., Caris, J., & Weyde, J. V. (2000). ILMU KEPERWATAN JILID 1 EDISI 2. Jakarta: EGC. Jurnal menjelang ajal B.19-persepsi-perawat-NCCU.pdf
18