Makalah Hematologi I “Tekanan Osmotik Pada Sel Eritrosit”
Di Susun Oleh
Nama
: NISA EFRIDAYANI
NIP
: P0 5150016076
Dosen pengajar
: Devi Cynthia Dewi. S.Si., M.Imun
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kota Bengkulu Jurusan DIII Analis Kesehatan Tahun Ajaran 2017/2018
Kata Pengantar
Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa, yang atas rahmat dan bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini merupakan hasil dari tugas mandiri bagi para mahasiswa, untuk belajar dan mempelajari lebih lanjut tentang tekanan osmotik pada sel eritrosit Dengan adanya makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam mengetahui tentang tekanan osmotik pada sel eritrosit.Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, Saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik krit ik dan saran yang membangun dari Bunda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Bengkulu, Agustus 2017
Nisa Efridayani
Daftar Isi HALAMAN JUDUL /COVER ………………………………………………....i KATA PENGANTAR …………………………………………………………..ii DAFTAR ISI …………………………………………………………………....iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………….........4 1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………........5 1.3 Tujuan ………………………………………………………...…...…...........5 BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian ………… ………………………………………………………....6 2.2 Fungsi sel darah merah ...…………………………………………………....10 2.3 Ciri-ciri sel darah merah…..…………………….…...…...…...…...…...…..10 2.4 proses terbentunya sel darah merah ……………………..…………………..11 2.5 konsentrasi sel darah………………………………………………………....11 2.6 perbedaan larutan hipotonis isotonis dan hipertonis ………..……………....19 2.7 tekanan osmotik............……………………………………………………..19 2.8 proses osmotik ..................................................... ………..……………..21 2.9 menentukan tekanan osmotik pada sel darah eritrosit .……………………...22 BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………….…....24 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….........25
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tubuh manusia setiap saat terjadi proses sirkulasi berbagai zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk suplai energi sehingga tubuh dapat melakukan aktivitas. Media yang berperan dalam mengedarkan zat-zat tersebut adalah darah. Darah me rupakan cairan yang bersirkulasi dalam tubuh manusia dan vertebrata yang berfungsi untuk mengirimkan zat zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, serta mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme.
Darah terdiri atas dua komponen yaitu plasma darah dan sel-sel darah. Komponen sel darah terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keping darah (trombosit). Sel darah merah (eritrosit) umumnya dapat mengalami kerusakan atau gangguan apabila diletakkan dalam suatu larutan yang tidak sesuai dengan tekanan osmotiknya. Hal ini dapat berpengaruh dalam menjalankan fungsinya dalam tubuh. Sel darah yang mengalami gangguan dapat mengalami hemolisis (pecah) dan krenasi (berkerut).
Hemolisis digunakan untuk menunjukkan terjadinya lisis pada sel darah merah (eritrosit) yang ditandai dengan keluarnya hemoglobin dari sel. Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan karena sel didedahkan pada medium yang hipotonis. Selain itu akan terjadi bila sel darah merah didedahkan dalam larutan yang dapat merusak membran sel dan diletakan pada kondisi yang dapat merusak menembus menbran plasma. Sebaliknya bila sel darah merah (eritrosit) berada pada medium yang hipertonis, maka maka sel akan menjadi berkerut dikarenakan sitoplasmanya tertarik keluar sel, akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Berdasarkan sebelumnya, maka dilakukan praktikum Hemolisis.
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai
penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah. Komponen penyusun darah ada 2 yaitu bagian yaitu : a. Plasma darah, mempunyai fungsi pengangkut gas dan sari makanan disamping itu plasma darah juga mengandung fibrinogen yang berfungsi dalam pembekuan darah. b. Sel darah, adalah merupakan 45 % volume darah. Sel darah terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Plasma darah merupakan bagian yang cair dari darah yang mempunyai atau terdiri dari air ( 91-92%), protein 8-9%, substansi lain selain protein seperti garam amonium urea, asam urat kreatinin, kreatin, asam amino, santin, dan hiposantin. Darah beredar dalam pembuluh darah arteri,vena,dan kapiler.
Sel darah merah merupakan sel yang paling banyak dibandingkan dengan 2 sel lainnya, dalam keadaan normal mencapai hampir separuh dari volume darah. Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan sel darah merah membawa oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen dipakai untuk membentuk energi bagi sel-sel, dengan bahan limbah berupa karbon dioksida, yang akan diangkut oleh sel darah merah dari jaringan dan kembali ke paru-paru.
1.2 Rumusan masalah 1. Apa yang dimaksud dengan darah ? 2. Apa saja fungsi sel darah merah 3. Apa yang yang dimaksud dengan eritrosit ? 4. Apa yang dimaksud dengan tekanan osmotik ?
1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui apa itu sel eritrosit 2. Untuk mengetahui fungsi sel eritrosit 3. Untuk mengetahui apa itu tekanan osmotik
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Darah adalah cairan yang tersusun atas plasma cair (55 %), yang komponen utamanya adalah air, dan sel-sel yang mengambang di dalamnya (45%). Plasma kaya akan protein protein terlarut lipid, dan karbohidrat. Limfe sangat mirip dengan plasma, hanya saja kosentrasinya sedikit lebih rendah total tubuh darah sendiri merupakan satu per dua belas berat tubuh, dan pada manusia umumnya volume darah adalah kurang dari lima liter Darah adalah jaringan hidup yang bersirkulasi mengelilingi seluruh tubuh dengan perantara jaringan arteri, vena dan kapilaris, yang membawa nutrisi, oksigen, antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah manusia ter diri atas plasma darah, globulus lemak, substansi kimia (karbohidrat, protein dan hormon), dan gas (oksigen, nitrogen dan karbon dioksida). Sedangkan plasma darah terdiri atas eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih) dan trombosit (platelet). Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Larutan yang mempunyai tekanan osmotik yang sama yaitu larutan isotonik. Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih besar dari pada larutan lain disebut larutan hipertonik, sedangkan larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah dari pada larutan lain disebut larutan hipotonik. Membran sel hidup merupakan selaput semipermiabel. Bila sel ditempatkan dalam larutan yang tekanan osmotiknya lebih tinggi (hipertonik), air dalam sel akan keluar sehingga sel berkeriput dan proses ini disebut plasmolisis. Sebaliknya apabila sel ditempatkan dalam larutan yang tekanan osmotiknya lebih rendah (hipotonik), air dari luar akan masuk ke dalam sel dan menyebabkan sel membengkan dan proses ini disebut plasmotipse. Tonisitas merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh larutan terhadap bentuk sel menurut hukum osmosis. Larutan disebut isotonik terhadap cairan sitoplasma sel jika memiliki konsentrasi yang sama dengan konsentrasi partikel yang tidak dapat berdifusi. Air tidak akan berosmosis ke dalam atau ke luar sel. Larutan disebut hipotonik terhadap sel jika larutan lebih encer dibandingkan isi sel. Gerakan air ke dalam sel dapat menyebabkan sel membengkak hingga akhirnya pecah. Larutan disebut hipertonik terhadap sel jika larutan tersebut lebih kental dibandingkan dengan isi sel. Pergerakan air keluar sel menyebabkan sel berkerut atau bias a disebut dengan krenasi
Eritrosit dapat mengalami lisis. Proses penghancuran eritrosit terjadi karena proeses patologis atau penambahan larutan yang tidak sesuai dengan konsentrasi dan tekanan osmotik darah (hemolisis). Hemolisis yang terjadi pada eritrosit akan mengakibatkan terurainya komponen hemoglobin menjadi dua, yaitu komponen protein dan heme. Komponen protein yaitu globin yang akan dikembalikan ke pool protein dan dapat digunakan kembali. Komponen heme akan dipecah menjadi dua, yaitu besi yang masih bisa digunakan dan bilirubin yang kan diekskresikan. Cairan tubuh hakekatnya merupakan pelarut zat-zat yang terdapat dalam tubuh, dengan demikian mengandung berbagai macam zat yang diperlukan oleh sel dan sisa-sisa metabolism yang dibuahi oleh sel. Selain itu, cairan tubuh juga pemberi suasana pada sel, sebagai contoh kehangatan (suhu), dan keasaman (pH) yang dipengaruhi oleh faktorfaktor fisik maupun kimiawi dari dalam dan luar tubuh. Zat-zat yang diperlukan sel antara lain: 1. Oksigen untuk pembakaran dan menghasilkan energi ensimatis 2. Makanan dalam bntuk sari-sari makanan untuk membentuk energi, dinding sel dan sintesa protein 3. Vitamin 4. Mineral sibagai katalisator proses ensimatis 5. Air untuk pelarut dan media proses kimiawi dalam sel
Sel darah merah dibatasi oleh membran plasma yang bersifat semipermeable dan berfungsi untuk mencegah agar koloid yang dikandungnya tetap di dalam. Tekanan osmosis di luar sel darah merah haruslah sama dengan tekanan di dalam sel darah merah agar terdapat keseimbangan. Apabila sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan hipertonis maka air dalam sel darah merah akan mengalir ke luar yang akan berakibat bentuk sel darah merah menjadi berkerut seperti berduri ( sel burr ), peristiwa ini disebut krenasi Sebaliknya, apabila sel darah merah dimasukkan dalam larutan hipotonis, maka air akan masuk ke dalam sel darah merah sehingga sel darah merah menggembung sampai dapat pecah. Peristiwa tersebut dinamakan hemolisis yang ditandai dengan merahnya larutan oleh karena keluarnya hemoglobin. Membran plasma pada sel darah merah dapat mengalami kerusakan, sehingga tidak dapat melakukan fungsi yang diembannya. Jenis kerusakan dapat beraneka ragam, dapat karena tusukan, robek, putus, terkena senyawa kimia, dan sebagainya. Membran plasma berfungsi untuk menyelubungi sebuah sel dan membatasi keberadaan sebuah sel, juga
memelihara perbedaan-perbedaan pokok antara isi sel dengan lingkungannya serta sebagai filter untuk memilih dan memilah-milah bahan-bahan yang melintasinya dengan tetap memelihara perbedaan kadar ion di luar dan di dalam sel. Sel darah merah adalah sel yang paling banyak yang berada dalam tubuh kita yang membawa oksigen dan zat-zat lainnya dimana sel darah merah merupakan sel-sel mikroskopis dan tidak memiliki inti sel. Sel darah merah atau eritrosit. Eritrosit berasal dari bahasa yunani, yakni erythros yang berarti merah dan kytos berarti selubung sel darah. Sel darah merah (eritrosit) berbentuk bulat pipih, bagian tengahnya cekung (bikongkaf), dan tidak berinti. Eritrosit berwarna merah karena mengandung hemoglobin. Hemoglobin merupakan senyawa protein yang mengandung zat besi. Sel darah merah dibentuk dalam sumsum merah tulang pipih. Selanjutnya, darah beredar ke seluruh bagian tubuh melalui pembuluh darah. Umur sel darah merah yakni kurang lebih hanya 120 hari. Sel darah merah yang telah tua akan dibongkar oleh hati dan limpa. Di dalam hati, hemoglobin diubah menjadi zat warna empedu (bilirubin) yang kemudian ditampung dalam kantong empedu. Bilibirun ini berfungsi memberi warna kepada feses. Zat besi ada pada hemoglobin kemudian dilepas dan digunakan untuk membentuk sel darah merah baru. Fungsi utama sel darah merah adalah mengikat oksigen dan karbon dioksida. Bagian sel darah merah yangsangat berperan dalam mengikat oksigen yakni hemoglobin. Proses dalam mengikat oksigen oleh hemoglobin dalam paru-paru dapat diikhtisarkan sebagai berikut. Hb (Hemoglobin) + O2 (Oksigen) > HbO2 (Oksihemoglobin)
Karbon diokasida lebih mudah larut dalam air daripada oksigen. Karbon dioksida tidak sukar tetapi mudah dalam terikat dengan air dalam plasma darah membentuk asam karbonat. Asam karbonat lalu membebaskan ion hidrogen yang menyebabkan pH darah akan turun (asam). Apabila karbon dioaksida hanya diangkut dengan cara ini, metabolisme tubuh akan mengalami gangguan. Agar tidak membahayakan, tidak lebih dari 5%-10% karbon diokasida yang dihasilkan jaringan mengalami pengangkutan dengan cara ini. Sisanya, pengangkutan karbon dioksida dilakukan oleh sel darah merah. Sekitar 25% karbon dioksida berikatan dengan hemoglobin dalam sel darah merah membentuk karbominohemoglobin. Karbon dioksida tidak bergabung dengan hemoglobin di tempat yang sama pada oksigen. Sel
darah merah dari jantung yang sampai ke sel-sel tubuh akan membebaskan oksigen dan meningkatkan pengangkutan karbon dioksida dari sisa-sisa oksidasi sel. Sel darah merah yang ada dalam tubuh sampai ke paru-paru akan mengikat oksigen. Pengikatan oksigen ini dilakukan oleh hemoglobin ini akan menaikkan pe mbebasan karbon dioksida. Dengan adanya dua mekanisme penting tersebut, pengangkutan karbon dioksida dapat berlangsung dengan aman dan cepat. Pada kondisi yang normal, jumlah sel darah merah dalam tubuh manusia kurang lima juta tiap milimeter kubim (mm3) darah. Lingkungan juga memengaruhi jumlah sel darah dalam tubuh seseorang. Makin tinggi suatu tempat, kadar oksigen di atmosfer makin berkurang. Orang yang hidup di dataran tinggi mengadakan adaptasi dengan cara memperbanyak jumlah sel darah merah agar kebutuhan oksigen tubuh tetap tercukupi. Eritrosit adalah korpuskula darah yang memberi warna merah pada darah. Eritrosit sangat lentur. Bentuk erotrosit dipengaruhi oleh osmolaritas media sekitarnya. Pada larutan hipotonik sedang, eritrosit membengkak. Dalam larutan yang lebih hipotonik eritrosit membengkak dan membran selnya pecah sehingga hemoglobin keluar sel. Pecahnya eritrosit hipotonik disebut hemolisis. Darah merupakan medium transport dalam tubuh. Darah tersusun atas dua komponen, yaitu plasma darah dan sel darah. Plasma darah merupakan bagian yang cair dan terdiri atas air, elektrolit dan protein darah. Sel darah terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit. Sel darah merah (erotrosit) merupakan cairan bikonkaf dengan diameter sekitar 7 mikron. Eritrosit dapat mengalami lisis. Proese penghancuran eritrosit terjadi karena proeses patologis atau penambahan larutan yang tidak sesuai dengan konsentrasi dan tekanan osmotik darah (hemolisis). Hemolisis yang terjadi pada eritrosit akan mengakibatkan terurainya komponen hemoglobin menjadi dua, yaitu komponen protein dan heme. Komponen protein yaitu globin yang akan dikembalikan ke pool protein dan dapat digunakan kembali. Komponen heme akan dipecah menjadi dua, yaitu besi yang masih bisa digunakan dan bilirubin yang kan diekskresikan. Hemolisis merupakan suatu keadaan yang menunjukkan pecahnya membran sel darah merah (eritrosit) yang menyebabkan hemoglobinkeluar, karena sel darah merah didedahkan dalam medium atau larutan yang bersifat hipotonis. Hemolisis dapat pula diartikan peningkatan destruksi eritrosit yang disertai peningkatan produksi eritrosit. Diagnosis banding hemolisis dapat dikelompokkan berdasarkan penyebab intrinsik dan ekstrinsik hemolisis. Penyebab intrinsik ditandai dengan adanya kelainan pada eritrosit, termasuk
kelainan membran, hemoglobin dan enzim. Penyebab hemolisis ekstrinsik ditandai dengan sel eritrosit abnormal, disertai proses ekternal yang menyebabkan hemolisis.
2.2 Fungsi Sel Darah Merah
Fungsi sel darah merah memiliki beberapa fungsi bagi tubuh , antara lain:
Mengantarkan Oksigen ke Seluruh Tubuh : setelah dibentuk oleh tumbuh sumsum
merah tulang, sel darah merah akan menyebar ke seluruh jaringan-jaringan tubuh dengan membawa oksigen dari paru-paru lalu mengedarkannya dan membawanya kembali ke paru-paru untuk dikeluarkan.
Penentuan Golongan Darah : Penentuan golongan darah ini dapat terjadi karena
ditentukan oleh ada tidaknya antigen aglutinogen dalam sel darah merah. Golongan sel darah adalah A, B, AB, dan O
Menjaga Sistem Kekebalan Tubuh (Antibodi) : Menjaga sistem kekebalan tubuh
ini dapat terjadi karna adanya peran serta hemoglobin yang menangkal patogen atau bakteri melalui proses lisis dengan mengeluarkan radikal bebas yang dapat menghancurkan dinding dan membran sel patogen dan membunuh bakteri
Pelebaran Pembuluh Darah : Pelebaran pembuluh darah dapat terjadi karena
eritrosit melepaskan senyawa dinamakan S-Nithrosothiol yang dilepaskan saat hemoglobain mengalami terdeogsigenerasi sehingga akan melebarkan pembuluh darah dan melancarkan darah menuju ke seluruh tubuh khususnya pada daerah yang kekurangan darah.
2.3 Ciri-Ciri Sel darah Merah
Dari hasil pembahasan diatas tadi dapat diketahui ciri-ciri sel darah merah antara lain.
Bentul Sel darah merah yakni bulat pipih yang bagian tengahnya cekung atau bikongkaf,
Sel darah merah tidak memiliki inti sel
Berwarna merah karna mengandung hemoglobin
Umur sel darah merang kurang lebih 120 hari
Sel darah merah berjumlah 4-5 juta sel/mm3 darah
Sel darah merah berdiameter 7-8 um dan tebalnya 1-2 um
Sel darah merah bersifat elastic
2.4 Proses Terbentuknya Sel Darah Merah
Sel darah merah dibentuk dalam sumsum merah tulang pipih. Selanjutnya, darah beredar ke seluruh bagian tubuh melalui pembuluh darah. Umur sel darah merah kurang lebih yakni120 hari. Sel darah merah yang sudah tua akan dibongkar di hati dan limpa.diemoglobin diubah menjadi zat warna empedu (bilirubin) yang kemudian ditampung dalam kantong empedu. Bilibirun ini berfungsi memberi warna pada feses. Zat besi yang terdapat pada hemoglobin kemudian dilepas dan digunakan untuk membentuk sel darah merah baru.
Proses Terbentuknya Sel Darah Merah Berdasarkan Tahapan-Tahapannya
Darah terbentuk atau diproduksi dalam sumsum merah tulang pipih.
Setiap detik sumsum merah tulang pipih membentuk sekitar dua juta sel
Sel-sel yang telah diproduksi oleh sumsum merah tulang pipih dan dikeluarkan dinamakan retikulosit. Retikulosit memiliki kurangl ebih 1% dalam dari sirkulasi darah
Sel-sel yang mulai matang akan mengalami perubahan pada selaput plasmanya, sehingga fagosit dapat mengetahui sel-sel yang sudah tua yang akan menghasilkan fagositosis
Hemoglobin diubah menjadi zat warna empedu (bilirubin) yang kemudian ditampung dalam kantong empedu.
2.5 Konsentrasi Sel Darah
Sel-sel darah akan membengkak dan pecah bila dimasukkan ke dalam larutan hipotonis dan akan mengkerut bila dimasukkan kedalam cairan hipertonis. Sedangkan dalam larutan isotonis sel-sel darah tidak mengalami perubahan apapun. Pada larutan isotonis NaCl 0,9%, darah akan tetap stabil dan bentuk yang sama seperti biasa karna larutan isotonis mempunyai komposisi yang sama dengan cairan tubuh. Pada larutan hipotonis 0,65%, sel darah akan membengkak, yang di sebabkan oleh turunnya tekanan osmotik plasma darah yang menyebabkan pecahnya dinding eritrosit, hal ini mnyebabkan amsuknya air secara osmosis melalui dinding yang semipermiabel sehingga sel darah membengkak.
Pada larutan hipertonis 0,85%, sel darah akan mengkerut. Kerutan yang terjadi pada darah ini dikarenakan NaCl dengan konsentrasi 1, 2 t ergolong pekat. Tergolong pekat jika dibanding dengan cairan isi sel darah merah, sehingga menyebabkan air yang ada didalam sel darah merah akan banyak keluar dan akibatnya sel darah merah akan mengkerut. Pada konsentrasi 1 % sel darah katak (eritrositnya) memang benar-benar sudah mengkerut dan sudah nampak agak mengecil, demiian juga halnya dengan eritrosit ikan. Pada manusia darah pada dengan diberi larutan NaCl dalam konsntrasi ini juga mengalami pengkerutan atau krenasi. Pada konsentrasi 0, 9% sel darah merah pada objek yang diamati secara umum normal, bentuknya bikonkaf. Pada vertebrata eritrositnya ada yang berinti dan berbentuk ellipsoid. Darah manusia dan darah hewan lain terdiri atas suatu komponen cair, yaitu plasma, dan berbagai bentuk unsur yang dibawa dalam plasma, antara lain sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keping-keping darah. Plasma terdiri atas 90% air, 7 sampai 8% protein yang dapat larut, 1% elektrolit dan sisanya 1-2% berbagai zat makanan dan mineral yang lain Darah dapat mengalami lisis yang merupakan istilah umum untuk untuk peristiwa menggelembung dan pecahnya sel akibat masuknya sel kedalam air. Lisis pada eritrosit disebut hemolisis, yang berarti peristiwa pecahnya eritrosit akibat masuknya air kedalam eritrosit sehingga hemoglobin keluar dari dalam eritrosit menuju ke cairan sekelilingnya. Membrane eritrosit bersifat permeable selektif yang berarti dapat ditembus oleh air dan zat-zat tertentu, tetapi tidak dapat ditembus oleh zat-zat tertentu yang lain Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dll. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan lrt. NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma),
akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma). Berdasarkan penelitian isi sel eritrosit hewan homoitherm isotonis terhadap larutan 0,9% NaCl, oleh karena itu hemolisis akan terjadi apabila eritrosit hewan Homoitherm dimasukkan kedalam larutan NaCl dengan konsentrasi dibawah 0,9%. Namun, perlu diketahui bahwa membrane eritrosit memiliki toleransi osmotic, artinya sampai batas konsentrasi medium tertentu sel belum mengalami lisis. Kadang-kadang pada suatu konsentrasi larutan tertentu tidak semua eritrosit mengalami hemolisis. Hal ini menunjukkan bahwa toleransi osmotis membrane eritrosit berbeda-beda. Pada eritrosit tua membrane selnya memiliki toleransi rendah (mudah pecah) sedangkan membrane eritrosit muda memiliki toleransi osmotik, osmotic yang lebih besar (tidak mudah pecah). Pada dasarnya eritrosit sudah mengalami hemolisis sempurna pada air suling. Hasil hemolisis sempurna eritrosit pada air suling biasa dianggap larutan standard untuk menentukan tingkat kerapuhan eritrosit. Hemolisis seperti yang dijelaskan diatas disebut hemolisis osmotic, yaitu hemolisis yang disebabkan oleh perbedaan tekanan osmotic isi sel dengan mediumnya (cairan disekitarnya). Hemolisis yang lain adalah hemolisis kimiawi, dimana membrane eritrosit rusak akibat substansi kimia. Zat-zat yang dapat merusak membrane eritrosit (termasuk membrane sel yang lain) antara lain adalah: kloroform, asseton, alcohol, benzene dan eter. Peristiwa sebaliknya ialah krenasi, yang dapat terjadi apabila eritrosit dimasukkan ke dalam medium yang hipertonis terhadap isi eritrosit. Misalnya, untuk eritrosit hewan homoitherm adalah larutan NaCl yang lebih pekat dari 0,9% sedangkan untuk eritrosit hewan poikilotherm adalah larutan NaCl yang lebih pekat dari 0,7%. Apabila eritrosit mengalami hemolisis maka hemoglobin akan larut dalam mediumnya. Akibat dari terlarutnya hemoglobin tersebut medium akan berwarna merah. Makin banyak eritrosit yang mengalami hemolisis, maka makin merah warna mediumnya. Dengan membandingkan warna mediumnya. Dengan membandingkan warna mediumnya dengan larutan standar (eritrosit dalam air suling) maka dapat ditentukan tingkat kerapuhan membrane eritrosit (tingkat toleransi osmotic membran. Osmosis memainkan peranan yang sangat penting pada tubuh makhluk hidup, misalnya, pada membran sel darah merah saat mengalami peristiwa hemolisis dan
krenasi. Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis atau hipertonis ke dalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat atau unsur kimia tertentu, pemanasan atau pendinginan, serta rapuh karena umur eritrosit dalam sirkulasi darah telah tua. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis), medium tersebut (plasma dan larutan) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah. Lisis merupakan istilah umum untuk peristiwa menggelembung dan pecahnya sel akibat masuknya air ke dalam sel. Lisis pada eritrosit disebut hemolisis, yang berarti peristiwa pecahnya eritrosit akibat masuknya air ke dalam eritrosit sehingga hemoglobin keluar dari dalam eritrosit menuju ke cairan sekelilingnya. Membran eritrosit bersifat permeabel selektif, yang berarti dapat ditembus oleh air dan zat-zat tertentu, tetapi tidak dapat ditembus oleh zat-zat tertentu yang lain. Hemolisis ini akan terjadi apabila eritrosit dimasukkan ke dalam medium yang hipotonis terhadap isi sel eritrosit. Namun perlu diketahui bahwa membran eritrosit (termasuk membran sel yang lain) memiliki toleransi osmotik, artinya sampai batas konsentrasi medium tertentu sel belum mengalami lisis. Kadang-kadang pada suatu konsentrasi larutan NaCl tertentu tidak semua eritrosit mengalami hemolisis. Hal ini menunjukkan bahwa toleransi osmotis membran eritrosit berbeda-beda. Pada eritrosit tua membran selnya memiliki toleransi rendah (mudah pecah), sedangkan membran eritrosit muda memiliki toleransi osmotik yang lebih besar (tidak mudah pecah). Pada dasarnya semua eritrosit sudah mengalami hemolisis sempurna pada air suling. Hasil hemolisis sempurna eritrosit dalam air suling biasa dianggap sebagai larutan standar untuk menentukan tingkat kerapuhan eritrosit. Hemolisis yang disebabkan oleh perbedaan tekanan osmotic isi sel dengan mediumnya (cairan di sekitarnya) disebut hemolisis osmotik. Hemolisis yang lain adalah hemolisis kimiawi dimana medium eritrosit rusak akibat subtansi kimia. Zat-zat yang dapat merusak membran eritrosit (termasuk membran sel yang lain) antara lain kloroform, aseton, alcohol, benzena, dan eter. Peristiwa sebaliknya dari hemolisis adalah krenasi, yaitu peristiwa mengkerutnya membran sel akibat keluarnya air dari dalam eritrosit. Krenasi dapat terjadi apabila eritrosit dimasukkan ke dalam medium yang hipertonis terhadap isi eritrosit, misalnya
untuk eritrosit hewan homoioterm adalah larutan NaCl yang lebih pekat dari 0,9 % NaCl, sedangkan untuk eritrosit hewan poikiloterm adalah larutan NaCl yang lebih pekat dari 0,7 %. Pada pengamatan toleransi osmotik eritrosit digunakan larutan NaCl yang berbeda konsentrasi yaitu 0,1%, 0,3%, 0,5%, 0,7%, 0,9%, 1%, 2%, 3% dan akuades. Pengamatan toleransi osmotik eritrosit dilakukan untuk mengetahui reaksi eritrosit setelah ditambah larutan NaCl dengan konsentrasi tertentu dan akuades sehingga dapat diamati adanya eritrosit yang mengalami hemolisis atau krenasi. Pada konsentrasi NaCl 0,7% eritrosit tidak mengalami hemolisis karena larutan Nacl yang digunakan bersifat isotonis, sehingga hal itu digunakan sebagai kontrol terhadap reaksi menggunakan NaCl dengan konsentrasi lain yang berbeda dan akuades. Apabila eritrosit diberikan NaCl dengan konsentrasi 0,1%, 0,3%, 0,5% eritrosit cenderung mengalami hemolisis, dikarenakan cairan di luar sel (NaCl 0,1%, 0,3%, 0,5%) berdifusi ke dalam sel akibat adanya perbedaan potensial air (PA) dimana PA larutan NaCl lebih tinggi dari pada PA sel darah merah. Jumlah air yang masuk ke dalam eritrosit semakin bertambah sampai akhirnya melampaui batas kemampuan membran eritrosit dan menyebabkan membran itu pecah sehingga sitoplasma eritrosit keluar. sel darah merah manusia memiliki tekanan osmotik yang sama dengan larutan NaCl 0,9% atau dapat pula dikatakan sel darah merah bersifat isotonik terhadap NaCl 0,9%. Jika darah di larutkan kedalam cairan NaCl yang konsentrasinya lebih pekat lagi atau >0,9% maka akan terjadi perpindahan air dari sel darah ke dalam larutan NaCl tersebut yang menyebabkan sel darah merah kehilangan air dan mengkerut ( larutan NaCl tersebut dikatakan bersifat hipertonis). Namun sebaliknya jika sel darah merah di larutkan kedalam larutan NaCl yang lebih encer yaitu kurang dari 0,9% maka aliran air akan menuju kedalam sel darah merah yang menyebabkan terjadinya penggelembungan pada sel darah merah ( dalam hal ini larutan NaCl disebut hipotonis). Plasmolisis
Transportasi materi sel adalah suatu proses yang secara riil bisa menunjukkan bahwa sel sebagai unit terkecil kehidupan ternyata terjadi sirkulasi keluar masuk suatu zat, artinya suatu zat /materi bisa keluar dari sel, dan bisa masuk melalui membrannya. Adanya sirkulasi ini bisa menjelaskan bahwa sel tidak diam, ternyata sungguh dinamis dengan lingkungannya, jika memerlukan materi dari luar maka ia harus ambil materi itu dengan segala cara, yaitu mengatur tekanan agar terjadi perbedaan tekanan sehingga
materi dari luar itu bisa masuk. Dilingkungan kondisi sel tidak selalu berada pada keadaan yang normal yang dengan mudah ia mengaturnya ia bisa mencapai homeostatis/seimbang. Terkadang sel juga bisa berada di lingkungan yang ekstrem menyebabkan semua isi sel dapaksakan keluar karena diluar tekanan lebih besar, jika terjadi demikian maka terjadilah lisis/plasmolisis yang membawa sel itu mati. Misal kulit kita berada di deterjen sabun cuci yang pekat ketika dulu belum ada mesin cuci mengucek ucek baju, maka tangan jadi kulitnya mengkerut terlihat kelupasan sel yang mati. Plasmolisis adalah contoh kasus transportasi sel secara osmosis dimana terjadi perpindahan larutan dari kepekatan yang rendah ke larutan yang pekat melalui membran semi permeable, yang akan dibahas drngan contoh pada darah. Osmosis
Osmosis memainkan peranan yang sangat penting pada tubuh makhluk hidup, misalnya, pada membrane sel darah merah. Jika kamu meletakan sel darah merah dalam suatu larutan hipertonik (lebih pekat), air yang terdapat dalam sel darah akan ditarik keluar dari sel sehingga sel mengerut dan rusak. Peristiwa ini disebut krenasi . Sebaliknya, jika kamu meletakan sel darah merah dalam suatu larutan yang bersifat hipotonik (lebih encer), air dari larutan tersebut akan ditarik masuk kedalam sel darah sehingga sel mengembang dan pecah.Proses ini disebut hemolisis. Orang yang mengonsumsi terlalu banyak makanan berkadar garam tinggi, jaringan sel dan jaringan antar selnya akan mengandung banyak air. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan tubuh yang disebut OEDEMA
Pemahaman mengenai proses osmosis ini sangat diperlukan dalam bidang kedokteran. Misalnya, dalam pemberian nutrisi bagi pasien melalui infus. Pada infus, larutan nutrisi dimasukan langsung kedalam pembuluh darah. Larutan ini harus memilik tekanan osmotik yang sama dengan tekanan osmotik darah agar sel darah tidak mengalami krenasi atau hemolisis karena sangat membahayakan jiwa pasien. Tekanan osmotik darah pada suhu 25 C adalah 7,7 atm oleh karena itu, jika pasien akan diberi larutan glukosa melalui infus,konsentrasi glukosa yang digunakan harus memiliki persen masa 5,3%. Osmosis yang terjadi juga bisa kita amati pada peristiwa alam lainnya ,dalam banyak contoh yang menarik. misalnya pada pengawetan selai dan jeli yang dilakukan di rumah merupakan contoh lain dari penerapan tekanan osmotik. Gula dalam jumlah yang banyak ternyata penting dalam proses pengawetan karena gula membantu membunuh bakteri yang bisa mengakibatkan botulisme. Bila sel bakteri berada dalam larutan gula hipertonik (konsentrasi tinggi), air intrasel cenderung untuk bergerak keluar dari sel bakteri ke larutan yang lebih pekat lewat osmosis. Proses ini yang disebut krenasi (crenation), menyebabkan sel mengerut dan akhirnya tidak berfungsi lagi. Keasaman alami buah-buahan juga menghambat pertumbuhan bakteri. Tekanan osmotik juga merupakan mekanisme utama dalam pengangkutan air ke bagian atas tumbuhan. Karena
daun
terus-menerus
kehilangan
air
ke
udara,
dalam
proses
yang
disebut transpirasi, konsentrasi zat terlarut dalam cairan daun meningkat. Air didorong ke atas lewat batang, cabang dan ranting-ranting pohon oleh tekanan osmotik. Diperlukan tekanan sebesar 10-15 atm untuk mengangkut air ke daun di pucuk pohon redwood di California, yang tingginya mencapai sekitar 120 m. Teknik mengeluarkan bisul pada tubuh dengan mekanisme osmosis dengan menerapkan gelli berupa balsam/salep yang hipertonik juga memudahkan bisul segera kempes, Pembuatan telur asin, ikan asin dan tentu contoh yang lain yang prinsipnya disitu ada perbedaan tekanan dipastikan proses osmosis akan berlangsung. Proses ini juga bisa terlihat pada tanaman yang dipupuk urea sangat pekat tanaman bisa diharapkan tumbuh dengan baik tetapi malah mati. Jadi Plasmolisis merupakan dampak dari peristiwa osmosis. Jika sel tumbuhan diletakkan di larutan garam terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis Dampak plasmolisis yang meneyebabkan tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membran. Akhirnya cytorrhysis – runtuhnya seluruh dinding
sel dapat terjadi. Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan, juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di la rutan hipotonik. Proses sama pada sel hewan disebut krenasi.
Sel hewan (darah) dalam kondisi lingkungan berbeda
Sel tumbuhan sebelum plasmolisis Sesudah plasmolisis Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi ekstrem, dan jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan ekosmosis, seringkali menggunakan tanaman Elodea atau sel epidermal bawang yang memiliki pigmen warna sehingga proses dapat diamati dengan jelas. Bila sel tumbuhan dimasukkan kedalam cairan hipotonik, turgor sel akan meningkat. Bila berada dalam keadaan isotonik (larutan yang konsentrasinya sama dengan konsentrasi isi sel,maka sebagian sel yang ada mengalami plasmolisis,sebagian sel tidak. Keadaan ini dapat dipakai untuk menentukan tekanan osmosis sel dengan meletakkan pada larutan yang ditentukan molaritas larutan atau tekanan osmotiknya dan melihat berapa banyak sel yang terplasmolisis. Jika konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis.
2.6 Perbedaan larutan hipotonis, isotonis & Hipertonis Larutan Hipotonis
Larutan hipotonis memiliki konsentrasi larutan yang lebih rendah dibandingkan dengan larutan yang lain. Bahasa mudahnya, suatu larutan memiliki kadar garam yang lebih rendah dan yang lainnya lebih banyak. Jika ada larutan hipotonis yang dicampur dengan larutan yang lainnya maka akan terjadi perpindahan kompartemen larutan dari yang hipotonis ke larutan yang lainnya sampai mencapai keseimbangan konsentrasi. Contoh larutan hipotonis adalah setengah normal saline (1/2 NS). Turunnya titik beku kecil, yaitu tekanan osmosenya lebih rendah dari serum darah, sehingga menyebabkna air akan melintasi membrane sel darah merah yang semipermeabel memperbesar volume sel darah merah dan menyebabkan peningkatan tekanan dalam sel. Tekanan yang lebih besar menyebabkan pecahnya sel – sel darah merah. Peristiwa demikian disebut Hemolisa. Larutan Isotonis
suatu larutan konsentrasinya sama besar dengan konsentrasi dalam sel darah merah, sehingga tidak terjadi pertukaran cairan di antara keduanya, maka larutan dikatakan isotonis (ekuivalen dengan larutan 0,9% NaCl). Larutan isotonis mempunyai komposisi yang sama dengan cairan tubuh, dan mempunyai tekanan osmotik yang sama. Larutan Hipertonis
Turunan Larutan hipertonis memiliki konsentrasi larutan yang lebih t inggi dari larutan yang lainnya. Bahasa mudahnya, suatu larutan mengandung kadar garam yang lebih tinggi dibandingkan dengan larutan yang lainnya. Jika larutan hipertonis ini dicampurkan dengan larutan lainnya (atau dipisahkan dengan membran semipermeabel) maka akan terjadi perpindahan cairan menuju larutan hipertonis sampai terjadi keseimbangan konsentrasi larutan. Sebagai contoh, larutan dekstrosa 5% dalam normal saline memiliki sifat hipertonis karena konsentrasi larutan tersebut lebih tinggi dibandingkan konsentrasi larutan dalam darah pasien. titik beku besar, yaitu tekanan osmosenya lebih tinggi dari serum darah, sehingga menyebabkan air keluar dari sel darah merah melintasi membran semipermeabel dan mengakibatkan terjadinya penciutan sel – sel darah merah. Peristiwa demikian disebut Plasmolisa. 2.7 Tekanan Osmotik
Tekanan
osmotik
adalah
tekanan
yang
dibutuhkan
untuk
mempertahankan
kesetimbangan antara larutan dan pelarut yang dipisahkan oleh membran yang dapat ditembus oleh pelarut.
Osmosis adalah proses di mana cairan melewati membran berpori yang dapat di lewati molekul pelarut tetapi tidak dapat di lewati molekul zat terlarut. Gambar di bawah menunjukkan sel osmotik sederhana.
Kedua kompartemen mengandung air, tapi yang di sebelah kiri juga mengandung molekul zat terlarut (diwakili oleh lingkaran biru) terlalu besar untuk melewati membran. Banyak zat buatan dan alami mampu bertindak sebagai membran semi-permeabel. Dinding sel tumbuhan dan hewan termasuk dalam kategori ini. Jika sel diatur sehingga tingkat cair awalnya sama di kedua kompartemen, Anda segera akan melihat bahwa cairan naik di kompartemen kiri dan jatuh di sisi kanan, menunjukkan bahwa molekul air dari kompartemen kanan yang bermigrasi melalui membran semipermeabel dan ke dalam kompartemen kiri. migrasi ini pelarut dikenal sebagai aliran osmotik, atau hanya osmosis. Ketinggian larutan akan terus meningkat karena aliran bersih pelarut sampai tekanan tambahan tinggi akan menyebabkan aliran larutan untuk berhenti. Perbedaan tinggi antara kedua belah pihak dapat dikonversi menjadi tekanan untuk menemukan tekanan osmotik yang diberikan pada larutan oleh pelarut murni. Tekanan osmotik adalah tekanan yang harus diterapkan pada larutan untuk mencegah aliran ke dalam air melintasi membran semipermeabel. Tekanan osmotik juga dapat dijelaskan sebagai tekanan yang diperlukan untuk membatalkan osmosis. Salah satu cara untuk menghentikan osmosis adalah untuk meningkatkan tekanan hidrostatik pada sisi larutan dari membran; ini akhirnya memanpatkan molekul pelarut lebih dekat bersamasama.
Tekanan osmotik adalah tekanan yang dibutuhkan untuk mencapai (tidak mempertahankan) keseimbangan osmotik. Tekanan osmotik dari larutan ideal dapat didekati dengan persamaan Morse: Π = IMRT di mana I adalah faktor Van’t Hoff, M adalah molaritas larutan, R adalah konstanta gas, dan T adalah temperatur absolut di Kelvin. Kita bisa melihat dari persamaan ini bahwa jumlah zat terlarut dalam larutan akan langsung mempengaruhi tekanan osmotik dari sistem. 2.8 Proses osmotik
Tekanan yang diterapkan untuk menghentikan proses osmotik dari larutan encer atau pelarut murni ke dalam larutan yang lebih pekat dinamakan tekanan osmotik larutan, dilambangkan dengan π. Osmotik merupakan difusi air melintasi membran semipermeabel dari daerahdimana air lebih banyak ke daerah dengan air yang lebih sedikit. Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air, yang menggambarkan kemampuan molekul air untuk dapat melakukan difusi. Sejumlah besar volume air akan memiliki kelebihan energi bebas daripada volume yang sedikit, di bawah kondisi yang sama. Energi bebas zuatu zat per unit jumlah, terutama per berat grammolekul (energi bebas mol-1) disebut potensial kimia. Potensial kimia zat terlarut kurang lebih sebanding dengan konsentrasi zat terlarutnya. Zat terlarut yang berdifusi cenderung untuk bergerak dari daerah yang berpotensi kimia lebih tinggi menuju daerah yang berpotensial kimia lebih kecil. Osmotik adalah difusi melalui membran semipermeabel. Masuknya larutan kedalam sel-sel endodermis merupakan contoh proses osmotik. Dalam tubuh organisme multiseluler, air bergerak dari satu sel ke sel lainnya dengan leluasa. Selain air, molekulmolekul yang berukuran kecil seperti O2 dan CO2 juga mudah melewati membran sel. Molekul-molekul tersebut akan berdifusi dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Proses Osmotik akan berhenti jika konsentrasi zat di kedua sisi membran tersebut telah mencapai keseimbangan. Struktur dinding sel dan membran sel berbeda. Membran memungkinkan molekul air melintas lebih cepat daripada unsur terlarut; dinding sel primer biasanya sangat permeable
terhadap
keduanya.
Memang
membran
sel
tumbuhanmemungkinkan
berlangsungnya osmosis, tapi dinding sel yang tegar itulah yang menimbulkan tekanan. Sel hewan tidak mempunyai dinding, sehingga bila timbul tekanan didalamnya, sel tersebut sering pecah, seperti yang terjadi saat sel darah merah dimasukkan dalam air. Sel yang turgid banyak berperan dalam menegakkan tumbuhan yang tidak berkayu.
Prinsip osmotik : transfer molekul solvent dari lokasi hypotonic (potensirendah) solution menuju hypertonic solution, melewati membran. Jika lokasi hypertonic solution kita beri tekanan tertentu, osmosis dapat berhenti, atau malah berbalik arah (reversed osmosis).Besarnya tekanan yang dibutuhkan untuk menghentikan osmosis disebut sebagai osmotic press. Jika dijelaskan sebagai konsep termodinamika, osmotik dapat dianalogikan sebagai proses perubahan entrropi. Komponen solvent murni memiliki entropi rendah, sedangkan komponen berkandungan solut tinggi memiliki entropi yg tinggi juga. Mengikuti Hukum TermoII: setiap perubahan yang terjadi selalu menuju kondisi entropi maksimum, makasolvent akan mengalir menuju tempat yg mengandung solut lebih banyak, sehingga total entropi akhir yang diperoleh akan maksimum. Solvent akan kehilangan entropi, dan solut akan menyerap entropi. "Orang miskin akan semakin miskin, sedang yang kaya akan semakin kaya". Saat kesetimbangan tercapai, entropi akan maksimum, ataugradien (perubahan entropi terhadap waktu). 2.9 Menentukan tahanan tekanan osmotik pada sel darah eritrosit A. Prosedur Kerja
Menyediakan 5 buah tabung reaksi yang bersih dan kering
Membuat larutan NaCl 0% (aquadest), 0,5%, 0,9%, 1%, dan 3%.
Mengisi setiap tabung dengan larutan NaCl sebanyak 2 cc
Meneteskan 5 tetes darah yang tersedia ke dalam setiap tabung dengan mencampurkannya secara hati-hati dan membiarkannya selama 30 menit.
Melakukan
pengamatan
mikroskopik
dari
masing-masing
tabung
dengan
meneteskan pada gelas objek, lalu menggambarkan hasil pengamatannya.
B. Pembahasan
Pada percobaan menentukan tahanan osmotik sel darah merah, Pada percobaan,
darah
yang
dilarutkan
pada
larutan
NaCl
0%
(aquadest)
memperlihatkan bentuk yang berbeda dibandingkan dengan yang dilarutkan pada NaCl 0.5%, NaCl 0.9% , NaCl 1% dan NaCl 3%. Larutan NaCl 0.5% mempunyai tekanan osmotik yang lebih rendah dari darah, sehingga dikatakan hipotonik. Pada kondisi ini air akan menembus membran sel, akibatnya sel akan menggembung. Masuknya air ini disebabkan karena perbedaan gradien konsentrasi zat terlarut dalam sel dan di luar sel. Pada kondisi hipertonik, misalnya pada sel darah yang
dilarutkan dalam larutan NaCl 3%, keadaannya akan terbalik dengan sel yang dalam keadaan hipotonik. Air dalam sel akan keluar menembus membran, sehingga sel akan mengkerut, atau yang biasa disebut plasmolisis. Lain halnya dengan sel darah yang dilarutkan dalam larutan NaCl 0.9%, sel ini tidak mengalami perubahan apa-apa. Pada kondisi isotonik ini tidak terjadi perbedaan gradien konsentrasi zat terlarut di dalam maupun di luar sel. Oleh karena itu larutan NaCl 0.9% disebut sebagai larutan fisiologis Percobaan tekanan osmotik disiapkan beberapa larutan yaitu NaCl 0,5%, NaCl 0,9%, dan NaCl 3 % dari hasil pengamatan dengan mikroskop pada NaCl 0,5% yang ditetesi 1 ml darah terlihat bahwa sel-sel darah seperti pecah karena konsentrasi NaCl lebih kecil daripada konsentrasi sel darah. Pada prinsip tekanan osmotik konsentrasi larutan yang lebih rendah akan berjalan ke konsentrasi larutan yang lebih tinggi dan hal ini menyebabkan air bergerak ke dalam sel. Dari hasil tersebut larutan NaCl 0,5% disebut larutan hipotonik. Berbeda halnya dengan larutan NaCl 3% karena konsentrasi larutan tersebut lebih tinggi daripada sel darah maka air yang ada dalam darah akan keluar dan menyebabkan sel-sel darah akan mengkerut dan larutan ini disebut larutan hipertonik. Sementara pada larutan NaCl 0,9% terlihat bahwa sel-sel darah tidak terjadi perubahan apa-apa karena konsentrasi pada sel darah sama dengan konsentrasi larutan. Larutan ini yang disebut isotonik yang dalam kehidupan sehari-hari dikenal dapat menggantikan cairan tubuh yang hilang pada saat beraktivitas.
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Tekanan osmotik adalah tekanan yang dibutuhkan untuk mempertahankan kesetimbangan antara larutan dan pelarut yang dipisahkan oleh membran yang dapat ditembus oleh pelarut. Eritrosit adalah korpuskula darah yang memberi warna merah pada darah. Eritrosit sangat lentur. Bentuk erotrosit dipengaruhi oleh osmolaritas media sekitarnya. Pada larutan hipotonik sedang, eritrosit membengkak. Dalam larutan yang lebih hipotonik eritrosit membengkak dan membran selnya pecah sehingga hemoglobin keluar sel. Pecahnya eritrosit hipotonik disebut hemolisis.
Daftar pustaka
Sutamii H siti.biologi jilid 2 IPB : Bogor Staff.ui.ac.id Elib.unikom.ac.id
Soal kasus :
1. Bila sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan 0,8 % belum terlihat adanya hemolisa tetapi sel darah merah yang dimasukkan ke dalam larutan NaCl 0,4 % hanya sebagian saja dari sel darah merah yang mengalami hemolisa sedangkan sebagian sel darah merah yangt lainnya masih utuh. Perbedaan ini disebabkan karena umur sel darah merah berbeda-beda. Sel darah merah yang sudah tua, membrane sel mudah pecah sedangkan sel darah merah yang muda, membrane selnya kuat. Bila sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan NaCl 0,3%, semua sel darah merah akan mengalami hemolisa. Hal ini disebut hemolisa ... A. Hemolisa sempurna B. Hemolisa kimiawi C. Hemolisa campuran D. Hemolisa mekanik JAWABAN : A 2. Pada pemeriksaan resistensi osmotik(daya tahan osmotik) atau osmotik fragility tes digunakan untuk membantu dalam menentukan tipe-tipe dari jenis anemia. Faktor utama yang mempengaruhi pemeriksaan fraglitas osmotik (osmotic fragility) adalah... A. Bentuk dari eritrosit B. Permukaan eritrosit C. Volume dan Fungsi dari membran eriteritrosit D. Benar semua JAWABAN : D 3. Seseorang mengalami akibat adanya trauma pada pembuluh darah maka respon yang pertama kali adalah yaitu terjadinya kontraksi dari kapiler disertai dengan extra-vasasi dari pembuluh darah, akibat dari extra vasasi ini akan memberikan tekanan pada kapiler tersebut (adanya timbunan darah disekitar kapiler). Hal t ersebut merupakan proses hemostasis... A. Fase vascular B. Fase Platelet/trombosit C. Fase koagulasi D. Fase inhibitor JAWABAN : A 4. Pada saat terjadinya pengecilan lumen kapiler (vasokontriksi) dan extra vasasi ada darah yang melalui permukaan asar (jaringan kolagen) dengan akibatnya trombosit. Akibat dari bertemunya trombosit dengan permukaan kasar maka trombosit tersebut akan mengalami
adhesi serta agregasi. Peristiwa trombosit yang mulai pecah/lepas- lepas hingga menjadi suatu massa yang melekat disebut... A. Viscous metamorphosis B.
Fase vascular
C. Fase koagulasi D. Benar semua JAWABAN : A