Revisi
SEJARAH KODIFIKASI AL-QUR’AN Makalah Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Studi Al-Qur’an Dosen Pengampu : Dr. Hj. Yuyun Afandi, Lc.
Disusun Oleh :
Muh. Asroruddin A.J. NIM : 095112032
PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO
2009
2
MAKALAH STUDI AL-QUR’AN DAN HADITS : Sejarah Kodifikasi Al-Qur’an Disusun Oleh : Muh. Asroruddin / 095112032 A. PEND PENDAH AHUL ULUA UAN N
Telah kita maklumi bersama bahwa Al-Qur’an itu diturunkan secara berangsur-angsur. Setiap kali ayat-ayat Al-Qur’an turun Rasulullah saw. Menyu Menyuru ruhh penu penuli liss wahy wahyuu untu untukk menu menuli lisny snya. a. Keba Kebany nyaka akann dari dari sahab sahabat at menghafalnya akan tetapi walaupun ditulis oleh para penulis wahyu, namun ia tidak terkumpul dalam suatu mushaf. Al-Qur’an semenjak diturunkan kepada Rasulullah saw. hingga saat ini masih utuh dan masih terjaga, karena Allah telah menjamin kemurnian dan kesucian Al-Qur'an, akan selamat dari usaha-usaha pemalsuan, penambahan atau pengurangan-pengurangan sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah dalam surat Al-Hijr: 9 sebagai berikut : “Sesungguhnya hnya Kami-lah yang menurunkan menurunkan Al Quran, Quran, dan Maksudnya : “Sesunggu Sesungguh Sesungguhnya nya kami benar-benar benar-benar memeliharan memeliharanya” ya” (QS. Al Hijr:9).
Dalam catatan sejarah dapat dibuktikan bahwa proses kodifikasi dan penulisan Qur'an dapat menjamin kesuciannya secara meyakinkan. Qur'an ditu ditulis lis sejak sejak Nabi Nabi masi masihh hidu hidup. p. Begi Begitu tu wahy wahyuu turu turunn kepa kepada da Nabi Nabi,, Nabi Nabi langsung memerintahkan para sahabat penulis wahyu untuk menuliskannya secara hati-hati. Begitu mereka tulis, kemudian mereka hafalkan sekaligus mereka amalkan. Dalam makalah ini penulis akan menggambarkan sejarah kodifikasi/ pengumpulan Al-Qur’an pada masa Rasulullah SAW dan setelah s etelah beliau wafat, baik pada masa Abu Bakar ash-Shiddiq hingga Utsman bin Affan, dan beberapa hal terkait dengan sejarah pengumpulan Al-Qur’an. B. POKO POKOK K PERMAS PERMASAL ALAH AHAN AN
3
Pokok permasalahan yang akan penulis angkat dalam makalah ini terkait dengan judul makalah adalah : 1.
Bagai agaim mana ana seja sejara rahh kodi kodifi fikkasi asi Al-Q Al-Qur ur’a ’ann pada pada masa masa Rasu Rasulu lull llah ah
SAW? 2.
Bagaima imana sejar jarah kodifikasi asi Al-Qur’an ditinjau jau dari proses
pengumpulan dan pembukuan pada masa Khalifah Abu Bakar AshShiddiq, dan Utsman bin Affan? C. SEJARAH SEJARAH KODIFIKASI KODIFIKASI AL-QUR’A AL-QUR’AN N 1.
Penger ngerttian ian Pe Pengu ngumpu mpulan/ lan/K Kodif odifik ika asi Qu Qurr’an
Jam’ Al-Qur’an) Kata Kata ‘pengh ‘penghimp impuna unan/k n/kodi odifika fikasi’ si’ Al-Qur Al-Qur’an ’an ( Jam’
terkad terkadang ang dimaks dimaksudk udkan an sebaga sebagaii “pemelih “pemeliharaa araann dan pen penjaga jagaan an dalam dalam dada” dad a” (pengh (penghafal afalan) an),, dan terkada terkadang ng dimaks dimaksudk udkan an sebaga sebagaii “penul “penulisan isan keseluruhannya, huruf demi huruf, kata demi kata, ayat demi ayat dan surat demi surat” (penulisan). (penulisan). Yang kedua ini medianya medianya adalah shahifah shahifah
dan dan lemb lembara arann-lem lemba bara rann lain lainny nya, a, sedan sedangk gkan an yang pert pertam amaa
medianya adalah hati dan dada (Al-Zarqani, Manahil al-‘Urfan fi Ulum Al-Qur’an, 2002 hal. 259).
Sela Selanj njut utny nya, a,
peng penghi himp mpun unan an
Al-Q Al-Qur ur’a ’ann
dala dalam m
peng penger erti tian an
“penul “penulisan isanny nya” a” berlan berlangsu gsung ng tiga tiga kali. kali. Pertam Pertamaa pad padaa masa masa Rasulul Rasulullah lah SAW. Kedua pada masa kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq, dan ketiga pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan. Pada yang terakhir inilah dilakukan penyalinan menjadi beberapa mushaf dan dikirim ke berbagai daerah. Dari paparan di atas telah kita maklumi bersama bahwa Al-Qur’an sebagai Kitab Suci kaum muslim dibukukan (dikodifikasi) hingga menjadi mushaf yang surat-surat, ayat-ayat dan tanda bacaannya tersusun seperti yang sekarang kita gunakan, telah melalui tahapan-tahapan dan proses yang yang cuk cukup up lama, lama, dianta diantarany ranyaa yaitu yaitu tahap tahap pen pengum gumpul pulan an ayat-ay ayat-ayat at AlQur’an pada masa Rasulullah SAW., kemudian melalui proses pembukuan pada masa pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq serta melalui proses
4
penyempurnaan bacaan dan penggandaan Al-Qur’an yang dilakukan pada masa menjabatnya Utsman bin Affan sebagai Khalifah. Hal senada dijelaskan oleh Manna Khalil Al-Khattan (2001:178179) dalam bukunya Mabahis fi Ulumil Qur’an, ia menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Pengumpulan al-Qur’an ( Jam’ul Qur’an) oleh para ulama dibagi menjadi dua pengertian yaitu sebagai berikut : Pertama:
pengumpulan dalam arti hifzuhu (menghafalnya dalam
hati). Jumma’ul Qur’an artinya huffazuhu (penghafal-penghafalnya, orang yang menghafalkannya di dalam hati). Inilah makna yang dimaksudkan dalam firman Allah kepada Nabi, Nabi senantiasa menggerakkan kedua bibir dan lidahnya untuk membaca Al-Qur’an ketika hal itu diturunkan kepadanya sebelum selesai membacakannya, karena ingin menghafalnya. Firman Allah SWT.
.
. .
Artinya : “ Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk membaca Al-Qur’an karena hendak cepat-cepat menguasainya. Sesungguhnya atas tanggung jawab Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membac membacaka akanny nnya a maka maka ikutil ikutilah ah bacaan bacaan itu. itu. Kemudi Kemudian, an, atas atas tanggungan Kamilah penjelasannya.” (QS. al-Qiyamah : 1619).
Kedua:
pengumpulan dalam arti kitabatuhu kullihi (penulisan Al-
Qur’an seluruhnya) baik dengan memisahkan-memisahkan ayat-ayat dan surat-suratnya, atau menertibkan ayat-ayat semata dan setiap surah ditulis dalam dalam satu lembara lembarann secara secara terpisah terpisah,, atau atau menerti menertibka bkann ayat-ay ayat-ayat at dan suratnya suratnya dalam lembaran-lem lembaran-lembaran baran yang terkumpul terkumpul yang menghimpu menghimpunn semua surat. 2.
Pengumpulan Al-Qur’an Pada Masa Rasulullah SAW.
5
Dala Dalam m usah usahaa kodi kodifi fika kasi si Al-Q Al-Qur ur’a ’ann Rasu Rasulu lull llah ah mem mempuny punyai ai beberapa orang pencatat wahyu, di antaranya, empat orang sahabat yang kemudian menjadi para khalifah rasyidun (Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali), Muawiyah, Zaid bin Tsabit, Khalid bin Walid, Ubai bin Kaab dan Tsabit bin Qeis. Beliau menyuruh mereka mencatat setiap wahyu yang turu turun, n, sehin sehingg ggaa al-Qu al-Qur’a r’ann yang terhi terhimp mpun un di dalam dalam dada dada menj menjad adii kenyataan tertulis (as-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an , 1990. Hal. 78). Pengumpulan Al-Qur’an pada zaman Rasulullah SAW ditempuh dengan dua cara, yaitu al-Jam’u fis sudur , dan yang kedua adalah al-jam’u fi suthur (http://www.geocities.com / denwij/kodifikasi.htm denwij/kodifikasi.htm). Pertama : al Jam'u J am'u fis Sudur.
Para sahabat langsung menghafalnya
diluar kepala setiap kali Rasulullah SAW menerima wahyu. Hal ini bisa dilaku dilakukan kan oleh oleh mereka mereka den dengan gan mudah mudah terkai terkaitt den dengan gan kultur kultur (buday (budaya) a) orang arab yang menjaga Turast (peninggal (peninggalan an nenek moyang mereka diantaranya berupa syair atau cerita) dengan media hafalan dan mereka sangat masyhur dengan kekuatan daya hafalannya. Kedua : al Jam'u fis Suthur,
yaitu wahyu turun kepada Rasulullah
SAW ketika beliau berumur 40 tahun yaitu 12 tahun sebelum hijrah ke Madinah. Kemudian wahyu terus menerus turun selama kurun waktu 23 tahu tahunn beri beriku kutn tnyya dima dimana na Rasu Rasulu lull llah ah SAW. SAW. setia setiapp kali kali turu turunn wahy wahyuu kepadanya selalu membacakannya kepada para sahabat secara langsung dan menyu menyuruh ruh mereka mereka untuk untuk menuli menuliskan skanny nyaa sembari sembari melaran melarangg para para sahabat untuk menulis hadis-hadis beliau karena khawatir akan bercampur "Janganlah h kalian kalian menulis menulis dengan den gan Al-Qur Al-Qur’an ’an.. Rasul Rasul SAW bersab bersabda da "Janganla sesuatu dariku kecuali Al-Qur’an, barangsiapa yang menulis sesuatu dariku dariku selain selain Al-Qur Al-Qur’an ’an maka maka hendak hendaklah lah ia mengha menghapus pusnya nya "
(Hadis
dikeluarkan oleh Muslim (pada Bab Zuhud hal 8) dan Ahmad (Hal. 1). Biasanya sahabat menuliskan Al-Qur’an pada media yang terdapat pada waktu itu berupa ar-Riqa' (kulit binatang), al-Likhaf (lempengan batu), al-Aktaf (tulang binatang), al-`Usbu ( pelepah kurma). Sedangkan
6
jumlah sahabat yang menulis Al-Qur’an waktu itu mencapai 40 orang. Adapun Adapun hadis yang menguatkan menguatkan bahwa penulisan penulisan Al-Qur’an telah terjadi pada masa Rasulullah s.a.w. adalah hadis yang di Takhrij (dikeluarkan) oleh oleh al-Haki al-Hakim m den dengan gan sanadn sanadnya ya yang yang bersam bersambun bungg pad padaa Anas Anas r.a., r.a., ia berkata: "Suatu saat kita bersama Rasulullah s.a.w. dan kita menulis AlQur’an (mengumpulkan) pada kulit binatang ".
Dari kebiasaan menulis Al-Qur’an ini menyebabkan banyaknya naskah-naska naskah-naskahh (manuskrip) (manuskrip) yang dimiliki oleh masing-masin masing-masingg penulis penulis wahyu, diantaranya yang terkenal adalah: Ubay bin Ka'ab, Abdullah bin Mas'ud, Mu'adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit dan Salin bin Ma'qal. Adapun Adapun hal-hal hal-hal yang yang lain lain yang yang bisa bisa mengua menguatka tkann bah bahwa wa telah telah terja terjadi di penu penuli lisan san Al-Q Al-Qur ur’an ’an pada pada wakt waktuu itu itu adal adalah ah Rasu Rasulu lull llah ah SAW SAW melarang membawa tulisan Al-Qur’an ke wilayah musuh. Kisa Kisahh masu masukk Islam Islamny nyaa sahab sahabat at `Uma `Umarr bin bin Kh Khat atta tabb r.a. r.a. yang ang disebutkan dalam buku-buku sejarah bahwa waktu itu `Umar mendengar saudar saudaraa peremp perempuan uanny nyaa yang yang bernam bernamaa Fatima Fatimahh sedang sedang membaca membaca awal surah Thahaa dari sebuah catatan (manuskrip) Al-Qur’an kemudian `Umar mendengar, meraihnya kemudian membacanya, inilah yang menjadi sebab ia mendapat hidayah dari Allah sehingga ia masuk Agama Islam. Sepa Sepanj njan angg hidu hidupp Rasu Rasulu lull llah ah s.a. s.a.w w Al-Q Al-Qur ur’an ’an selal selaluu ditu dituli liss bilamana beliau mendapat wahyu karena Al-Qur’an diturunkan tidak secara sekaligus tetapi secara bertahap. 3.
Kodi Kodifi fika kasi si Al-Q Al-Qur ur’a ’an n Pad Pada a Mas Masa a Abu Abu Bak Bakar ar AshAsh-Sh Shid iddi diq q dan dan
Utsman bin Affan a. Pada Pada Masa Masa Abu Bakar Bakar AshAsh-Shi Shiddi ddiq q
Sete Setela lahh Rasu Rasulu lull llah ah saw. saw. wafa wafatt dan dan Ab Abuu Baka Bakarr menj menjad adii Khalifa Khalifah, h, dan Musail Musailama amahh Al-Kad Al-Kadzab zab mengak mengakuu diriny dirinyaa Nabi. Nabi. Dia mengembangkan khurafat dan kebohongan-kebohongannya. Dia dapat mempengaruhi Banu Hanifah dari penduduk Yamamah lalu mereka menjadi murtad. Setelah Abu Bakar mengetahui tindakan Musailamah
7
itu, beliau menyiapkan suatu pasukan tentara yang terdiri dari 4000 pengendara kuda yang menggempur mereka. Kemudian banyak di anta antara ra para para saha sahaba batt yang yang gugu gugur, r, selai selainn itu itu syahi syahidd pula pula 70 oran orangg penghafal Al-Qur’an. Serangan terhadap Musailamah tersebut dinamakan peperangan Yamamah (Ash-Shiddiqie, Sejarah Ilmu dan Pengantar Ilmu al-Qur’an dan Tafsir , 2000. Hal. 80).
Imam Imam Bukhar Bukharii meriway meriwayatka atkann dalam dalam shahihn shahihnya ya sebab-s sebab-seba ebabb yang melatar belakangi pengumpulan naskah-naskah Al Quran yang terjadi pada masa Abu Bakar yaitu atsar yang diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit r.a. yang berbunyi: “Suatu ketika Abu Bakar menemuiku (Zaid (Zaid bin Tsabit Tsabit)) untuk untuk menceri menceritak takan an periha perihall korban korban pad padaa perang perang Yamamah, ternyata Umar juga bersamanya”. Abu Bakar berkata : ”Umar ”Umar mengha menghadap dap kep kepada adaku ku dan mengat mengatakan akan bah bahwa wa korban korban yang yang gugur pada perang Yamamah sangat banyak khususnya dari kalangan para penghafal Al Quran, aku khawatir kejadian serupa akan menimpa para penghafal Al Quran di beberapa tempat sehingga suatu saat tidak akan ada lagi sahabat yang hafal Al Quran, menurutku sudah saatnya engkau eng kau wahai wahai kha khalif lifah ah memerin memerintah tahkan kan untuk untuk mengum mengumpul pulkan kan Al Quran”, lalu aku (Abu Bakar) berkata kepada Umar : ”bagaimana mungkin kita melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah saw.?” Umar menjawab: “Demi Allah, ini adalah sebuah keba kebaik ikan an”. ”. Sela Selanj njut utny nyaa Umar Umar sela selalu lu saja saja mend mendes esak akku ku untu untuk k melakukannya sehingga Allah melapangkan hatiku, maka aku setuju dengan usul Umar untuk mengumpulkan Al Quran. Zaid berkata: Abu Bakar berkata kepadaku : “engkau adalah seorang pemuda yang cerdas dan pintar, kami tidak meragukan hal itu, dulu engkau menulis wahyu (Al Quran) untuk Rasulullah saw., maka sekarang periksa dan telitilah Al Quran lalu kumpulkanlah menjadi sebuah mushaf”. Zaid berkata : “Demi Allah, andaikata mereka memerintahkan memerintahkan aku untuk memindah salah satu gunung tidak akan lebih berat dariku
8
dan dan pada pada meme memerin rinta tahk hkan an aku aku untu untukk meng mengum umpu pulk lkan an Al-Q Al-Qur ur’an ’an.. Kemudian aku teliti Al-Qur’an dan mengumpulkannya dari pelepah kurm kurma, a, lemp lempen enga gann batu batu,, dan dan hafa hafala lann para para saha sahaba batt yang ang lain lain). ). Kemudi Kemudian an Mushaf Mushaf hasil hasil pen pengum gumpul pulan an Zaid Zaid tersebu tersebutt disimp disimpan an oleh oleh Abu Bakar, peristiwa tersebut terjadi pada tahun 12 H. Setelah ia wafat disimpan oleh khalifah sesudahnya yaitu Umar, setelah ia pun wafat mushaf mushaf tersebut tersebut disimpan disimpan oleh putrinya putrinya dan sekaligus istri Rasulullah Rasulullah s.a.w.
yang
bernama
Hafsah
binti
Umar
r.a.
denwij/kodifikasi.htm) (http://www.geocities.com / denwij/kodifikasi.htm
Semua sahabat sepakat untuk memberikan dukungan mereka secara secara pen penuh uh terhad terhadap ap apa yang yang telah telah dilaku dilakukan kan oleh oleh Abu Bakar berupa mengumpulkan Al Quran menjadi sebuah Mushaf. Kemudian para sahabat membantu meneliti naskah-naskah Al Quran dan menulisnya kembali. Sahabat Ali bin Abi Thalib berkomentar atas peristiwa yang bersejarah ini dengan mengatakan : ”Orang yang paling berjasa terhadap Mushaf adalah Abu Bakar, semoga ia mendapat rahmat Allah karena ialah yang pertama kali mengumpulkan Al Quran, selain itu juga Abu Bakarlah yang pertama kali menyebut Al Quran sebagai Mushaf.” Menurut riwayat yang lain orang yang pertama kali menyebut Al Quran sebagai Mushaf adalah sahabat Salim bin Ma’qil pada tahun 12 H lewat perkataannya yaitu : “Kami menyebut di negara kami untuk naskah-naskah atau manuskrip Al Quran yang dikumpulkan dan di bundel sebagai Mushaf” dari perkataan Salim inilah Abu Bakar mendapat inspirasi untuk menamakan naskah-naskah Al Quran yang telah dikumpulkannya sebagai al-Mushaf as Syarif (kumpulan naskah yang mulya). Dalam Al Quran sendiri kata Suhuf (naskah ; jama’nya Sahaif) tersebut 8 kali, salah satunya adalah firman Allah QS. Al Bayyinah (98):2 ”
9
Yaitu u seor seoran ang g Rasu Rasull utus utusan an Alla Allah h yang yang memb membac acak akan an Arti Artiny nyaa : Yait beberapa lembaran suci. (Al Quran) ”
b. Pada Pada Masa Masa Usman Usman bin Affan Affan
Pada masa pemerintahan Usman bin ‘Affan terjadi perluasan wilayah Islam di luar Jazirah Arab sehingga menyebabkan umat Islam bukan hanya terdiri dari bangsa Arab saja (’Ajamy). Ko Kond ndis isii ini ini tentunya memiliki dampak positif dan negatif. Sala Salahh satu satu damp dampak akny nyaa adal adalah ah keti ketika ka merek merekaa memb membaca aca Al Quran, karena bahasa asli mereka bukan bahasa Arab. Fenomena ini ditangkap dan ditanggapi secara cerdas oleh salah seorang sahabat yang juga sebagai panglima perang pasukan Muslim yang bernama Hudzaifah bin al-Yaman. Imam Bukhari meriwayatkan dari Anas r.a. bahwa suatu saat Hudzaifah yang pada waktu itu memimpin pasukan Muslim untuk wilayah Syam (sekarang Syiria) mendapat misi untuk menaklukkan Armenia Armenia,, Azerba Azerbaijan ijan (dulu (dulu termasu termasukk Soviet Soviet)) dan Iraq mengha menghadap dap Usman dan menyampaikan kepadanya atas realitas yang terjadi dimana terd terdap apat at perb perbed edaa aann baca bacaan an Al Qu Qura rann yang ang meng mengar arah ah kepa kepada da perselisihan. Ia berkata : “wahai Usman, cobalah lihat rakyatmu, mereka berselisih gara-gara bacaan Al Quran, jangan sampai mereka terus menerus berselisih sehingga menyerupai kaum Yahudi dan Nasrani “. Lalu Usman meminta Hafsah meminjamkan Mushaf yang di pegangnya untuk disalin oleh panitia yang telah te lah dibentuk oleh Usman yang anggotanya terdiri dari para sahabat diantaranya Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin al’Ash, Abdurrahman bin al-Haris dan lain-lain.
10
Kodifikasi dan penyalinan kembali Mushaf Al Quran ini terjadi pada tahun 25 H, Usman berpesan apabila terjadi perbedaan dalam pelafalan agar mengacu pada Logat bahasa suku Quraisy karena Al Quran diturunkan dengan gaya bahasa mereka. Setelah panitia selesai menyalin mushaf, mushaf Abu Bakar dikembalikan lagi kepada Hafsah. Selanjutnya Usman memerintahkan untuk membakar setiap naskah-naskah dan manuskrip Al Quran selain Mushaf hasil salinannya yang berjumlah 6 Mushaf. Mushaf hasil salinan tersebut dikirimkan ke kota-kota besar yaitu Kufah, Basrah, Mesir, Syam dan Yaman. Usman menyimpan satu mushaf untuk ia simpan di Madinah yang belakangan dikenal sebagai Mushaf al-Imam. Tindak Tindakan an Usman Usman untuk untuk menya menyalin lin dan menya menyatuk tukan an Mushaf Mushaf berhasil meredam perselisihan dikalangan umat Islam sehingga ia menu menuai ai pujia pujiann dari dari umat umat Islam Islam baik baik dari dari dulu dulu sampa sampaii sekar sekaran angg sebaga sebagaima imana na kha khalifa lifahh pen pendah dahulu uluny nyaa Abu Bakar Bakar yang yang telah telah berjasa berjasa mengumpulkan Al Quran. Adapun Tulisan yang dipakai oleh panitia yang dibentuk Usman untuk menyalin Mushaf adalah berpegang pada Rasm al-Anbath
tanpa harakat atau Syakl (tanda baca) dan Nuqtah
(titik sebagai pembeda huruf).
c. Tanda Tanda Yang Yang Memper Mempermud mudah ah Memba Membaca ca Al-Qur Al-Quran an
Sampai sekarang, setidaknya masih ada empat mushaf yang disinyalir disinyalir adalah salinan mushaf hasil panitia panitia yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit pada masa khalifah Usman bin Affan. Mushaf pertama ditemukan di kota Tasyqand yang tertulis dengan Khat Kufy. Dulu sempa sempatt diram dirampa pass oleh oleh keka kekaisa isaran ran Ru Rusi siaa pada pada tahu tahunn 1917 1917 M dan dan disimpan disimpan di perpustakaan perpustakaan Pitsgard (sekarang St.PitersBur St.PitersBurg) g) dan umat Islam dilarang untuk melihatnya.
11
Pada tahun yang sama setelah kemenangan komunis di Rusia, Lenin memerintahkan untuk memindahkan Mushaf tersebut ke kota Opa sampai tahun 1923 M. Tapi setelah terbentuk Organisasi Islam di Tasyqan Tasyqandd para para ang anggot gotany anyaa meminta meminta kep kepada ada parlem parlemen en Rusia Rusia agar agar Mush Mushaf af dikem dikemba balik likan an lagi lagi kete ketemp mpat at asaln asalnyya yaitu aitu di Tasy Tasyqa qand nd (Uzbekistan, negara di bagian Asia Tengah). Mushaf
kedua
terdapat
di
Museum
al
Husainy
di
kota kota Kair Kairoo Mesi Mesirr dan dan Mush Mushaf af keti ketiga ga dan dan keem keempa patt terd terdap apat at di kota Istambul Turki. Umat Islam tetap mempertahankan keberadaan mushaf yang asli apa adanya. Sampai suatu saat ketika umat Islam sudah terdapat hampir di semua belahan dunia yang terdiri dari berbagai bangsa, suku, bahasa yang yang berbed berbeda-b a-beda eda sehing sehingga ga memberi memberikan kan inspir inspirasi asi kep kepada ada salah salah seorang sahabat Ali bin Abi Thalib yang menjadi khalifah pada waktu itu yang bernama Abul-Aswad as-Dualy untuk membuat tanda baca Nuqathu I’ra b) yang berupa tanda titik. ( Nuqathu
Atas persetujuan dari khalifah, akhirnya ia membuat tanda baca tersebut dan membubuhkannya pada mushaf. Adapun yang mendorong Abul-Aswad ad-Dualy membuat membuat tanda titik adalah adalah riwayat dari Ali r.a bahwa suatu ketika Abul-Aswad ad-Dualy menjumpai seseorang se seorang yang bukan orang Arab dan baru masuk Islam membaca kasrah pada kata “Warasuulihi” yang yang seharusnya seharusnya dibaca “Warasuuluhu” yang terdapat pada QS. At-Taubah (9) 3 sehingga bisa merusak merusak makna. Abul-Aswad ad-Dualy menggunakan titik bundar penuh yang berwarna merah untuk menandai fathah, kasrah, Dhammah, Tanwin dan menggunakan warna hijau untuk menandai Hamzah. Jika suatu kata kata yang ang dita ditanw nwin in bers bersam ambu bung ng deng dengan an kata kata beri beriku kutn tnyya yang ang berawalan huruf Halq (idzhar ) maka ia membubuhkan tanda titik dua adzabun alim” dan membubuhkan tanda titik dua horizontal seperti “adzabun
Vertikal untuk menandai Idgham seperti “ ghafurrur rahim”.
12
Adap Ad apun un yang ang pert pertam amaa kali kali mem membuat buat Tand Tandaa Titi Titikk untu untuk k nuqathu u hart hart ) memb membeda edaka kann huru huruf-h f-hur uruf uf yang yang sama sama kara karakt ktern ernya ya (nuqath
adalah Nasr bin Ashim (W. 89 H) atas permintaan Hajjaj bin Yusuf asTsaqafy, Tsaqafy, salah seorang gubernur pada masa Dinasti Daulah Umayyah Umayyah (40-95 H). Sedangkan yang pertama kali menggunakan tanda Fathah, Kasra Kasrah, h, Dh Dham amma mah, h, Suku Sukun, n, dan dan Tasy Tasydi didd seper seperti ti yang ang-k -kita ita kena kenall sekarang adalah al-Khalil bin Ahmad al-Farahidy (W.170 H) pada Http://www.pengobatan.com/ajaran_islam/sejarah_ abad ke II H ( Http://www.pengobatan.com/ajaran_islam/sejarah_ kodifikasi.htm).
Pada literatur lain disebutkan bahwa untuk menyempurnakan cara cara-c -car araa penu penuli lisa sann dan dan peny penyer erag agam aman an baca bacaan an,, dala dalam m rang rangka ka menghi menghinda ndari ri adany adanyaa kesalah kesalahan-k an-kesal esalaha ahann bacaan bacaan maupun maupun tulisan tulisan.. Karena penulisan Qur'an pada masa pertama tidak memakai tanda baca (tanda titik dan harakat). Maka Al-Khalil mengambil inisiatif untuk membuat tanda-tanda yang baru, yaitu huruf waw yang kecil diatas untuk tanda dhammah, huruf alif kecil diatas sebagai tanda fathah, huruf alif yang kecil dibawah untuk tanda kasrah, kepala huruf syin untuk tanda shiddah, kepala ha untuk sukun, dan kepala ‘ain untuk hamzah. Kemudian tanda-tanda ini dipermudah, dipotong, dan ditambah sehingga menjadi bentuk yang sekarang ada. Dalam perkembangan selanjutnya tumbuhlah beberapa beberapa macam tafsir Qur'an yang ditulis oleh ulama Islam, yang sampai saat ini tidak kurang dari 50 macam tafsir Qur'an. Juga telah tumbuh pula berbagai macam disiplin ilmu untuk membaca dan membahas Qur'an Http://www.pengobatan.com/ajaran_islam/sejarah_kodifikasi.htm ). ( Http://www.pengobatan.com/ajaran_islam/sejarah_kodifikasi.htm
Kemu Kemudi dian an pada pada masa masa Kh Khal alifa ifahh Al-M Al-Mak akmu mun, n, para para ulam ulamaa selanju selanjutny tnyaa berijt berijtiha ihadd untuk untuk semaki semakinn memperm mempermuda udahh orang orang untuk untuk membaca membaca dan menghafal Al Quran khususnya khususnya bagi orang selain Arab
13
dengan menciptakan tanda-tanda baca tajwid yang berupa Isymam, Rum, dan Mad .
Sebaga Sebagaima imana na mereka mereka juga juga membua membuatt tanda tanda Lingka Lingkaran ran Bulat Bulat sebagai pemisah ayat dan mencamtumkan nomor ayat, tanda-tanda waqaf (berhenti membaca), ibtida ibtida (memulai (memulai membaca), membaca), menerangka menerangkann identitas surah di awal setiap surah yang terdiri dari nama, tempat turun, jumlah ayat, dan jumlah ‘ain. Tanda-t Tanda-tand andaa lain lain yan yangg dibubu dibubuhka hkann pad padaa tulisan tulisan Al Quran Quran adalah Tajzi’ yaitu tanda pemisah antara satu Juz dengan yang lainnya berupa kata Juz dan diikuti dengan penomorannya (misalnya, al-Juzutsalisu:
untuk juz 3) dan tanda untuk menunjukkan isi yang berupa
seperempat, seperlima, sepersepuluh, setengah Juz dan Juz itu sendiri. Sebe Sebelu lum m dite ditemu muka kann mesin esin ceta cetak, k, Al Qu Qura rann disa disali linn dan dan diperbanyak dari Mushaf Utsmani dengan cara tulisan tangan. Keadaan ini berlangsung sampai abad ke16 M. Ketika Eropa menemukan mesin cetak yan yangg dapat digerakkan (dipisah-pisahkan (dipisah-pisahkan)) dicetaklah dicetaklah Al-Qur’an Al-Qur’an untuk pertama kali di Hamburg, Jerman pada tahun 1694 M. Naskah tersebut sepenuhnya dilengkapi dengan tanda baca. Adan Ad anyya mesin esin ceta cetakk ini ini sem semakin akin mempe emperm rmud udah ah umat Isla Islam m memperbanyak mushaf Al Quran. Mushaf Al Quran yang pertama kali dicetak oleh kalangan umat Islam sendiri adalah mushaf edisi Malay Usman yang dicetak pada tahun 1787 dan diterbitkan di St. Pitersburg Rusia. Kem Kemudia udiann diiku iikuti ti oleh oleh perce erceta taka kann lain lainny nya, a, sep seperti erti di Kazan pada tahun 1828, Persia Iran tahun 1838 dan Istambul tahun 1877 1877.. Pada Pada tahu tahunn 1858 1858,, seor seoran angg Orie Orient ntal alis is Jerm Jerman an,, Flue Fluege gel, l, menerbitkan Al Quran yang dilengkapi dengan pedoman yang amat bermanfaat.
14
Saya Sayang ngny nya, a, terb terbit itan an Al Qu Qura rann yang ang dike dikena nall deng dengan an edisi edisi Flue Fluege gell ini ini tern ternyyata meng mengan andu dung ng caca cacatt yang ang fata fatall karen karenaa siste sistem m penomoran ayat tidak sesuai dengan sistem yang digunakan dalam mushaf standar. Mulai Abad ke-20, pencetakan Al Quran dilakukan umat Islam sendiri. Pencetakannya mendapat pengawasan ketat dari para Ulama untuk menghindari timbulnya timbulnya kesalahan cetak. Cetakan Al Quran yang banyak dipergunakan di dunia Islam dewasa ini adalah cetakan Mesir yang juga dikenal dengan edisi Raja Fuad Fuad kare karena na dial dialah ah yang ang mem memprak prakar arsa sain inyya. Edis Edisii ini ini ditu dituli liss berdasarkan Qiraat Ashim riwayat riwa yat Hafs dan pertama kali diterbitkan di Kairo pada tahun 1344 H/ 1925 M. Selanjutnya, pada tahun 1947 M untuk pertama kalinya Al Quran dicetak dengan tekhnik cetak offset yang ang cang canggi gihh dan dan deng dengan an mema memaka kaii huru huruff-hu huru ruff yang ang inda indah. h. Pencetakan Pencetakan ini dilakukan dilakukan di Turki atas prakarsa prakarsa seorang ahli kaligrafi turki yang terkemuka Said Nursi.
D. ANAL ANALIS ISIS IS
Al-Quran adalah wahyu yang diturunkan dari langit oleh Allah SWT kepa kepada da Nabi Nabi Muha Muhamm mmad ad SAW SAW mela melalu luii malai alaika katt Jibr Jibril il a.s. a.s. Seja Sejara rahh penurunannya selama s elama 23 tahun secara berangsur-angsur telah memberi kesan yang sangat besar dalam kehidupan seluruh manusia. Di dalamnya terkandung pelbagai ilmu, hikmah dan pengajaran yang yang tersurat maupun tersirat. Sebagai umat Islam, kita haruslah berpegang kepada Al-Quran dengan membaca, membaca, memahami memahami dan mengamalkan mengamalkan serta menyebarluas menyebarluas ajarannya. ajarannya. Bagi mereka mereka yang yang mencint mencintai ai dan mendal mendalamin aminya ya akan akan mengam mengambil bil iktiba iktibarr serta serta pengajaran, lalu menjadikannya sebagai panduan dalam meniti kehidupan dunia menuju akhirat yang kekal abadi. Sebagai umat Islam juga kita sudah sepatutnya merasa bertanggung jawab untuk membela dan menjaga Al-Qur’an dari pihak-pihak yang berusaha dan sengaja merubah keautentikannya, sebagaimana terjadi beberapa waktu
15
lalu telah beredar beberapa surat baru yang dibuat oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Ini merupakan pekerjaan rumah buat kita, terutama kita selaku kaum terpelajar untuk tetap menjaga Al-Qur’an dari usaha-usaha merubah ayat-ayat bahkan surat-surat yang telah ada. Karena bagaimanapun juga kita aku bersama masih teramat banyak di antara saudara-saudara kita yang masih awam akan hal-hal seperti ini. Sudah bisa kita bayangkan kalau seandainya saudarasaudara-saud saudara ara kita kita itu membac membacaa dan mempel mempelajar ajarii Al-Qur Al-Qur’an ’an yang yang telah telah diubah tersebut. Terk Terkai aitt deng dengan an sejar sejarah ah kodi kodifik fikasi asi Al-Q Al-Qur ur’an ’an yang yang tela telahh penu penuli liss paparkan di atas yaitu tentang masa penulisan ayat-ayat Al-Qur’an Al-Qur’a n pada masa hayat Rasulullah. Pada saat itu tidak begitu banyak terdapat masalah pada saat proses penulisan ayat-ayat Al-Qur’an, karena para sahabat yang bertugas menulis ayat-ayat Al-Qur’an langsung dibimbing oleh Rasulullah. Bahkan Rasulul Rasulullah lah saw. melaran melarangg sahaba sahabatt menuli menuliss had hadits its had hadits its jika jika Rasulul Rasulullah lah memerintahkan mereka untuk menulis ayat-ayat Al-Qur’an. Hal ini untuk menghindari tercampurnya penulisan Hadits dengan ayat Al-Qur’an. Demikian juga dalam hal ibadah dan muamalah, para sahabat dan umma ummatt Islam Islam pada pada saat saat itu itu tida tidakk begi begitu tu mend mendap apatk atkan an kesu kesuli lita tann dalam dalam penerapan sehari-hari. sehari- hari. Karena jika para sahabat dan kaum muslimin pada saat itu mendapatkan permasalahan, mereka langsung menanyakan hal tersebut kepada Rasulullah saw. Akan tetapi keadaan mulai sedikit berubah setelah Rasulullah saw. wafat, termasuk dalam hal menjaga keutuhan Al-Qur’an. Diantaranya yaitu banyaknya sahabat yang meninggal pada saat perang Yamamah yang terjadi pada tahu 12 H. yaitu sekitar 70 orang penghafal. Atas dasar inilah Usman menjad menjadii kha khawat watir ir kemudi kemudian an mengha menghadap dap Abu Bakar Bakar dan menyam menyampai paikan kan kekhawatirannya akan hal ini dan menyarankan untuk mengumpulkan (jam’) al-Qur’an. Abu Bakar yang pada saat itu menjabat sebagai khalifah merasa ragu untuk melaksanakan hal tersebut, karena Rasulullah tidak pernah melakukan
16
hal tersebut. Keraguan Abu Bakar ini mungkin merupakan suatu hal yang wajar terjadi, karena bagaimanapun juga Rasulullah sebagai panutan tidak pernah mencontohkan, apalagi untuk memerintahkan. memerintahkan. Akan tetapi atas desakan Usman dan juga Allah telah melapangkan dadanya, maka Abu Bakar menyetujui untuk mengumpulkan ayat-ayat yang tercecer tercecer menjadi menjadi sebuah sebuah mushaf mushaf den dengan gan pertim pertimban bangan gan agar agar ayat-ay ayat-ayat at AlQur’an tersebut dapat terjaga. Ada beberapa hal yang perlu disampaikan di sini terkait keputusan yangg diambi yan diambill Abu Bakar Bakar untuk untuk mengum mengumpul pulkan kan al-Qur’ al-Qur’an an menjadi menjadi sebuah sebuah mush mushaf af.. Meli Meliha hatt kond kondisi isi yang yang berk berkem emba bang ng pada pada saat saat itu, itu, yaitu aitu deng dengan an banyaknya para penghafal yang gugur dalam peperangan, bahkan dalam sejarah banyak sekali terdapat peperangan yang terjadi saat itu, keputusan tersebut memang layak dan pantas, walaupun pada dasarnya Rasulullah tidak pernah memerintahkan. Karena jika hal tersebut tidak dilakukan, justru akan menimbulkan hal negatif, yaitu hilangnya ayat-ayat Allah. Sebenarnya dalam proses kodifikas yang dilakukan oleh Abu Bakar tidak tidak meruba merubahh sediki sedikitpu tpunn isi Al-Qur Al-Qur’an ’an.. Mereka Mereka han hanya ya menya menyalin lin tulisan tulisan-tulisan Al-Qur’an dari daun, pelepah maupun tulang-tulang yang tercecer kedalam satu mushaf. Dalam masalah tulis menulis, Abu Bakar mengandalkan Zaid bin Tsabit yang pada saat itu dikenal cerdas, pintar dan dapat dipercaya sehingga tidak diragukan lagi keasliannya. Pada saat pembukuan Al-Qur’an semasa Khalifah Usman bin Affan, tidak hanya menyalin naskah yang ada, tetapi merefisi berbagai qiraat yang berkembang pada waktu itu. Tetapi inti dari keduanya adalah sama, mereka sama ingin membela dan memperjuangkan Islam dan ajarannya. E. KE KESI SIMP MPUL ULAN AN
Seba Sebaga gaii kesi kesimp mpula ulann dari dari papa papara rann di atas, atas, penu penuli liss dapa dapatt menar menarik ik beberapa poin yaitu: 1.
Peng Pengum umpu pula lann AlAl-Qu Qur’ r’an an pada pada masa masa Ras Rasul ulul ulla lahh SAW SAW tida tidakk beg begit ituu
banyak mendapatkan masalah, karena setiap kali Rasulullah mendapatkan
17
wahyu, para sahabat yang telah ditunjuk (di antaranya Ubay bin Ka'ab, Abdullah bin Mas'ud, Mu'adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit dan Salin bin Ma'qal) langsung menghafal dan menulisnya pada kulit binatang, pelapah kurma, lempengan batu, ataupun pada tulang-tulang binatang. 2.
Pada ada saat pep peperan rangan Yamamah sek sekitar 700 700 orang penghafal
gugur, selain itu banyak peperangan lain yang juga banyak memakan korban dari pihak muslim dan sebagian penghafal Al-Qur’an, atas dasar itu dan juga atas saran Umar bin Khattab, Abu Bakar memutuskan untuk mengumpulkan ayat-ayat al-Qur’an yang masih tercecer ke dalam satu mushaf. 3.
Kare Karena na ban banyyak ter terda dapa patt perb perbed edaa aann qira qira’a ’att pada pada mas masaa Peme Pemeri rint ntah ahan an
Usman bin Affan, ia kemudian berinisiatif untuk mengumpulkan mushafmushaf dari seluruh negeri dan melakukan sedikit melakukan perubahan yaitu yaitu deng dengan an meng mengga gant ntin inya ya deng dengan an baha bahasa sa Arab Arab Qu Qura raisy isy,, kare karena na bagaimanapun juga Al-Qur’an kebetulan turun pada kaum muslim Quraisy. Langkah ini diambil guna menyamakan qiraah, dan keputusan tersebut diterima dan disambut baik oleh kaum muslimin pada waktu itu. 4.
Mush Mushaf af-m -mus usha haff yang yang qir qiraa aatn tnyya berb berbed edaa ters terseb ebut ut dim dimus usna nahk hkan an ole olehh
Usman Usman dan mengga mengganda ndakan kan mushaf mushaf yan yangg telah telah diperb diperbaha aharui rui terseb tersebut ut menjadi 6 dan disebarkan ke Kufah, Basrah, Mesir, Syam dan Yaman, dan satu mushaf lagi disimpan oleh Usman yang kemudian belakangan disebut sebagai Mushaf Al-Imam. F. PENUTUP
Demikian makalah ini penulis susun, mudahan ada manfaatnya bagi pembaca, khususnya bagi penulis sendiri. Saran Saran dan kritik kritik yan yangg bersifa bersifatt kon konstru strukti ktiff sangat sangat pen penuli uliss harapk harapkan an untuk melengkapi makalah ini.
18
G. DAFT DAFTAR AR PUS PUSTA TAKA KA
As-Shalih, Subhi, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Pustaka Pustaka Firdaus: Firdaus: Jakarta, Jakarta, 1990 Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu AlQur’an dan Tafsir , PT. Pustaka Rizki Putra: Semarang, 2000. Al-Khattan, Manna Khalil, Mabahis fi Ulumil Qur’an, diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Mudzakir AS, Cet. 6, Pustaka Litera AntarNusa; Bogor, 2001. Al-Said, Labib, The Recited Koran, The Darwin Press.Inc; New Jersey, 1975. Al-Zarqani, Muhammad Abdul Adzim, Syeikh, Manahil al-Urfan fi Ulum alQur’an, Gaya Media Pratama; Jakarta, 2002. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, CV. Jumanatul AliArt: Bandung, 2005. Mustafa Al-A’zami, Muhammad, The History of The Qur’anic Text : From Revalation to Compilation, Gema Insani; Jakarta, 2006. Http://www.geocities.com/denwij/kodifikasi.htm Http://dennyhendrata.wordpress.com/2006/09/28/sejarah-kodifikasi-al-quran/ Http://www.pengobatan.com/ajaran_islam/sejarah_kodifikasi.htm
19