BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sikloheksena merupakan salah satu senyawa dari gugus alkena, yang memilki ikatan rangkap dengan jumlah atom H kurang dari yang sebenarnya. senyawa ini berwujud cairan cai ran tak berwarna pada suhu kamar. Senyawa ini memiliki bau yang cukup khas. Gugus alkena digunakan sebagai bahan baku pembuatan plastik polietena (PE).Propena, digunakan untuk membuat plastik Beberapa kegunaan monomer dan polimer, yaitu polimer untuk membuat serat sintesis dan peralatan memasak sedangkan untuk sikloheksena sendiri banyak dipakai dalam industry bahan kimia dan sebagai pelarut organic. Penggunaan gugus alkena sebagai bahan baku pembuatan plastic dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 1930 penggunaannya hanya beberapa ratus ton menjadi 150 juta ton/tahun pada tahun 1990-an dan 220 juta ton/tahun pada tahun 2005. Saat
ini
penggunaan
plastik
di
negara-negara
Eropa
Barat
mencapai
60kg/orang/tahun. Amerika Serikat mencapai 80kg/orang/tahun, sementara di India hanya 2kg/orang/tahun (http://digilib.its.ac.id/). Olehnya itu, sebagai mahasiswa jurusan kimia yang akan menjadi seorang kimiawan dan akan terjung ke dunia industry haruslah mampu mengetahui pembuatan senyawa-senyawa organic yang dijadikan sebagai bahan baku industri khususnya pembuatan sikloheksena. Selain itu, praktikum pembuatan sikloheksena ini, merupakan salah satu mata kuliah wajib untuk diikuti dan dilulusi. Olehnya itu, kami melaksanakan praktikum dan membuat karya tulis tu lis ilmiah berupa makalah tentang “Pembuatan Sikloheksena” B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana teknik-teknik dasar dalam pemurnian zat cair organik ?
2.
Bagaimana proses-proses dasar dalam pemurnian zat cai organik yang dihasilkan oleh suatu sintesis ?
3.
Bagaimana asas-asas dehidrasi alkohol ?
4.
Bagaimana asas-asas ketidakjenuhan olefin ?
1
5.
Bagaimana reaksi-reaksi untuk menunjukkan ketidakjenuhan olefin ?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui teknik-teknik dasar dalam pemurnian zat cair organik.
2.
Untuk mengetahui proses-proses dasar dalam pemurnian zat cai organik yang dihasilkan oleh suatu sintesis.
3.
Untuk mengetahui asas-asas dehidrasi alkohol.
4.
Untuk mengetatahui asas-asas ketidakjenuhan olefin.
5.
Untuk mengetahui reaksi-reaksi untuk menunjukkan ketidakjenuhan olefin.
D. Manfaat
1.
Dapat mengetahui teknik-teknik dasar dalam pemurnian zat cair organik.
2.
Dapat mengetahui proses-proses dasar dalam pemurnian zat cai organik yang dihasilkan oleh suatu sintesis.
3.
Dapat mengetahui asas-asas dehidrasi alkohol.
4.
Dapat mengetatahui asas-asas ketidakjenuhan olefin.
5.
Dapat mengetahui reaksi-reaksi untuk menunjukkan ketidakjenuhan olefin.
2
BAB II KAJIAN TEORI
Alkena (alkenes) juga disebut olefin mengandung sedikitnya satu ikata rangkap dua karbon-karbon. Alkena mempunyai rumus umum C nH2n dengan n = 2, 3, ... . Alkena yang paling sederhana adalah C 2H4, etilena, dimana kedua atom karbonnya terhibrididsasi sp2 dan ikatan rangkap duanya terdiri dari satu ikatan sigma dan satu ikatan pi. Alkena digolongkan dalam hidrokarbon tak jenuh (unsaturated hydrocarbon), senawa dengan ikatan rangkap dua atau ikatan rangkap tiga karbon-karbon. Hidrokarbon tak jenuh umumnya mengalami reaksi adisi (addition reaction) dimana satu molekul ditambahkan pada molekul yang lain untuk membentuk produk tunggal. Salah satu contoh reaksi adisi adalah hidrogenasi (hydrogenation), yaitu penambahan molekul hidrogen ke senyawa yang mengandung ikatan C=C dan C ≡C. H
H
H
H2 + C = C H
H
H - C - C - H
H
H
H
( Chang, 2004 : 339 dan 343 ). Seperti pada hidrogenasi, hidrasi yang memerlukan katalis, yaitu katalis asam. Hasil yang diperoleh dari adisi air terhadap alkena adalah alkohol. Beberapa contoh persamaan reaksi adisi air dengan katalis asam pada : a. Etena H+ CH2 = CH2 + H – OH
CH2 - CH2 H OH Etil alkohol
3
b. Siklopentena
OH
H+ + H – OH siklopentena t.d = 44,24oC
siklopentanol t.d = 140,85oC
Beberapa sifat fisik alkena adalah ; 1) merupakan senyawa non polar ; 2) senyawa rendah (C1-C4) pada suhu kamar berupa gas tak berwarna ; 3) senyawa-senyawa C5 dan deret homolog yang tinggi merupakan cairan yang mudah menguap ; 4) mempunyai titik didih yang lebih rendah bila dibandingkan dengan senyawa organik lain dengan berat molekul yang sama atau hampir sama (Rasyid, 2009 : 65,68). Alkohol dapat didehidrasi dengan memanaskannya bersama asam kuat. Contohnya bila etanol dipanaskan pada suhu 180 oC dengan sedikit asam sulfat pekat, diperoleh etilena dengan rendemen (perolehan) yang baik. H+, 180oC H – CH2 – CH2 – OH Etanol
CH2 = CH2 + H – OH Etilena
Jenis reaksi ini yang dapat digunakan untuk membuat alkena, merupakan kebalikan dari reaksi hidrasi. Alkohol tersier terhdehidrasi melalui mekanismi E1. T-butil alkohol ialah contohnya. Langkah pertama melibatkan protonasi yang cepat dan reversible pada gugus hidroksil. (CH3)3C – O H + H+⇌
(CH3)3 C – O+ – H H
Ionisasi (langkah penentu laju), dengan air sebagai gugus pergi, terjadi dengan mudah sebab karbokation yang dihasilkannya berstruktur tersier. (CH3)3C – O – H + H+⇌
(CH3)3 C+ + H2O
H karbon t-butil Proton lepas dari atom karbon di sebelah karbon positif untuk menyelesaikan reaksi tersebut.
4
H
CH3
CH3
CH2 – C+
+ H+
CH2 = C
CH3
CH3
Reaksi dehidrasi keseleruhan ialah jumlah dari ketiga langkah tersebut. H
CH3
CH3 H
CH2 – C – OH
+
CH2 = C
CH3
+ H – OH
CH3 (Hart, 1988 : 230-231).
Etena dapat dibuat melalui reaksi dehidrasi etanol dengan menggunakan H2SO4 atau P2O5 sebagai dehidrator : -H2O C2H5OH
CH2 = CH2
Jika digunakan alkohol suhu tinggi dapat pula terjadi reaksi dehidrasi. Dalam laju dehidrasi diperoleh urutan alkohol 3 o> alkohol 2o > alkohol 1 o. Apabila reaksi dehidrasi alkohol menghasilkan lebih dari satu produk, maka hasil utama dapat diramalkan berdasarkan kaidah Zaytsef yaitu alkena yang lebih tersubstitusi (gugus alkilnya lebih banyak) dihasilkan lebih banyak daripada al kan yang kurang tersubstitusi (Parlan, 2003 : 122). Etanol yang dipanaskan bersama dengan asam sulfat pekat berlebih pada suhu 170oC. Gas-gas yang dihasilkan dilewatkan ke dalam larutan natrium hidroksida untuk menghilangkan karbondioksida dan sulfur dioksida yang dihasilkan dari reaksi-reaksi sampingan.Etana berkumpul di atas air.Asam sulfat pekat merupakan sebuah katalis.Olehnya itu, biasa dituliskan di atas tanda panah, bukan di sebelah kanan atau kiri persamaan reaksi. Proses dehidrasi ini merupakan
sebuah
proses
pemisahan
yang
umum
digunakan
untuk
mengilustrasikan pembentukan dan pemurnian sebuah produk cair. Sikloheksanol dipanaskan dengan asan fosfat (V) pekat dan sikloheksena cair disaring dan bisa dikumpulkan
dan
dimurnikan.Asam
fosfat
(V)
cenderung
digunakan
5
menggantikan asam sulfat karena lebih aman dan menghasilkan lebih sedikit reaksi sampingan. OH
H2SO4 pekat + H2 O Sikloheksanol
SIkloheksena
(Clark, 2007). Reaksi dehidrasi alkohol berlangsung karena adanya interaksi antara katalis dengan alcohol.Mekanisme reaksi yang terjadi kemungkinan adalah adsorpsi alcohol pada sisi asam bronsted pada katalis menghasilkan ion. Interaksi ion dengan molekul alcohol lainnya diikuti dengan dehidrasi dan perpindahan H + sehingga terbentuk dietil eter, dipropil eter dan diisopropil eter (Lubis, 2007, Vol. 6, No. 2 : 80). Telah diketahui, adisi air pada alkena sebagai model untuk meneliti mekanisme adisi elektrofilik.Air mengadisi pada kebanyakan alkena di bawah kondisi
asam
untuk
menghasilkan
alcohol
sebagai
akibat
orientasi
Makrkownikoff. Metode ini telah dikembangkan dalam industry dalam proses skala besar yang sangat penting. Alkohol yang dapat disintesa dengan hidrasi alkena yang mudah didapat telah menjadi produk penting dari industry petrokimia. Etil, isopropyl, sec-butil dan tert-butil alcohol merupakan beberapa alcohol penting secara komersial (Pine, 1988 : 572). Kadang-kadang, satu alcohol menghasilkan dua atau lebih alkena sebab proton yang lepas sewaktu dheidrasi dapat berasal dari atom karbon mana saja yang bersebelahan dengan atom karbon pembawa gugus hidroksil. Contohnya, 2metil-2-butanol dapat membentuk dua alkena (Hart, 1988 : 231). Uji aktivitas akatalis bentonit terpilar dimana pada reaksi dehidrasi, 1 propanol dan 2-propanol dilakukan pada suhu 200 oC-400oC. Suhu optimum reaksi dehidrasi alcohol, 1-propanol dan 2-propanol menggunakan katalis bentonit terpilar alumina berturut-turut adalah 250, 400 dan 200 oC dengan konsentrasi dietil eter 25,44 : 2,31 dan 3,29%. Aktivitas katalis bentonit terpilar alumina pada reaksi dehidrasi alcohol sesuai denga urutan etanol > 2-propanol > 1-propanol (Lubis, 2007, Vol. 6, No. 2 : 77).
6
Alkena lebih reaktif daripada alkana akibat adanya ikatan rangkap dua.Banyak pereaksi yang dapat bereaksi dengan ikatan rangkap dua karbonkarbon.Misalnya penambahan halogen, seperti Br 2 terhadap propena. H CH3 CH = CH 2
+
Br 2
H3C – C – CH2
Br Br Suatu reaksi adisi adalah reaksi dimana pereaksi ditambahkan pada tiap atom karbon dibagian ikatan rangkap karbon-karbon.Penambahan Br 2 terhadap alkena berlangsung cepat.Reaksi brominasi pada alkena merupakan reaksi yang berguna untuk uji ketidakjenuhan. Reaksi dengan alkane tidak terjadi, sebab larutan tetap berwarna merah coklat dari Brom (Sunarya, 2012 : 460).
7
BAB III METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
1.
Alat
a.
Labu bundar 250 mL
1 buah
b.
Labu destilasi
1 buah
c.
Kondensor refluks
1 buah
d.
Thermometer 1100C
1 buah
e.
Erlenmeyer 25 mL
1 buah
f.
Erlenmeyer 50 mL
1 buah
g.
Gelas kimia 100 mL
1 buah
h.
Gelas ukur 25 mL
1 buah
i.
Gelas ukur 10 mL
1 buah
j.
Corong pisah 250 mL
1 buah
k.
Corong biasa
1 buah
l.
Pipet tetes
6 buah
m. Spatula
1 buah
n.
Batang pengaduk
1 buah
o.
Botol semprot
1 buah
p.
Tabung reaksi
1 buah
q.
Penangas air
1 buah
r.
Statif dan klem
1 buah
2.
Bahan
a.
Sikloheksanol (C6H11OH) 21 mL
b.
Asam sulfat pekat (H2SO4) 2 mL
c.
Larutan Natrium Hidrogen Karbonat (NaHCO 3) 10 mL
d.
Kalsium Klorida anhidrat (CaCl2) 3 gram
e.
Larutan Kalium permanganate (KMnO4) 1 % 10 mL
f.
Aquades (H2O) 20 mL
8
g.
Kertas saring
h.
Batu didih
i.
Aluminium foil
j.
Tissue
B. Prosedur Kerja
1.
Pembuatan Sikloheksena
a.
Dimasukkan 21 mL sikloheksanol (C 6H11OH) ke dalam labu bundar 250 mL.
b.
Ditambahkan 2 mL H 2SO4 pekat dengan hati-hati kemudian dikocok dengan baik.
c.
Ditambahkan 3 butir batu didih ke dalam labu, kemudian dipasang kondensor refluks.
d.
Labu diletakkan pada penangas air, kemudian suhu diatur sehingga suhu penyulingan tidak melampaui 95 0C.
e.
Larutan didestilasi hingga residu tinggal sedikit, dan mengeluarkan asap putih.
f.
Hasil destilasi dipindahkan kedalam corong pisah
g.
Campuran didiamkan hingga memisah sempurna dan terbentuk 2 lapisan, kemudian lapisan bawah dibuang.
h.
Lapisan yang tertinggal di dalam corong pisah berturut-turut dengan 10 mL H2O, 10 mL NaHC03 10 %, kemudian dengan 10 mL H20.
i.
Lapisan hidrokarbon yang telah diperoleh dituangkan kedalam Erlenmeyer yang berisi 3-4 gram CaCl 2.
j.
Diaduk selama 2-3 menit lalu dibiarkan selama 15 menit sesekali dikocok.
k.
Larutan atau hidrokarbon disaring kedalam labu destilasi dan ditambah 2-3 butir batu didih.
l.
Dilakukan destilasi terhadap larutan atau hidrokarbon dengan mengumpulkan fraksi bertitik didih 80 - 85 0C ke dalam gelas ukur.
2.
Pengujian ketidakjenuhan
a.
Dimasukkan 2 tetes KMnO4 1 % ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan beberapa tetes sikloheksena.
b.
Larutan dikocok dan diamati perubahan yang terjadi.
9
BAB IV HASIL PENGAMATAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel 1.Hasil pengamatan. NO
PERLAKUAN
HASIL PENGAMATAN
1. Sikloheksanol + H2SO4 Pekat (21 Ml) (2 mL)
Larutan berwarna hitam pekat
2. Larutan direfluks pada suhu 130 o140o
Residu mengeluarkan asap putih
3. Larutan dimasukkan kedalam corong pisah
Larutan tidak memisah
4. Dicuci dengan 10 mL air (dikocok)
Membentuk 2 lapisan. Lapisan atas : air Lapisan bawah : sikloheksena
5. Lapisan air dipisahkan
Lapisan sikloheksena
6. Ditambahkan NaHCO3 10% (10 mL) (dikocok)
Membentuk 2 lapisan Lapisan atas : sikloheksena (hitam) Lapisan bawah : NaHCO 3 (Kuning)
7. Lapisan NaHCO3 dipisahkan.
Lapisan sikloheksena (hitam)
8. Ditambahkan air 10 mL
Membentuk 2 lapisan Lapisan bawah : air (keruh) Lapisan atas : sikloheksena (hitam)
9. Lapisan air dipisahkan
Lapisan sikloheksena (hitam)
10 Lapisan sikloheksena dipindahkan kedalam Erlenmeyer + CaCl 2
Tidak ada perubahan
11 Larutan sikloheksena dikocok selama 2-3 menit dan didiamkan selama 15 menit.
Tidak ada perubahan
12 Larutan sikloheksena dimasukkan kedalam labu destilasi
Tidak ada perubahan
10
13 Larutan sikloheksena didestilasi
Destilat (destilasi murni ) 0,5 mL, berwarna kuning muda.
14 3 tetes sikloheksena murni +2 tetes KMnO4
Larutan berwarna cokelat kekuningan dan terdapat endapan cokelat
B. Analisis Data Diketahui : V C6H11OH
= 21 Ml
V Sikloheksena
= mL
C6H11OH
= 0,940 g/ Ml
Sikloheksena
= 0,81 g/mL
Mr siklooheksanol
= 100 g/mol
Mr sikloheksena
= 82 g/mol
Ditanyakan :% Rendemen = …. ? Penyelesaian : Massa C6H11OH
= V C6H11OH x C6H11OH = 21 mL x 0,940 g/ Ml = 19,74 gram
Mol C6H11OH
= =
C6H11OH C6H11OH 19,74 gram 100 g/mol
= 0,1974 mol OH
+ H2O H Sikloheksanol
sikloheksena
M : 0,1974 mol B : 0,1974 mol
0,1974 mol
0,1974 mol
S :
0,1974 mol
0,1974 mol
-
11
Massa C6H10 teori
= mol C6H10 x Mr C6H10 = 0,1974 mol x 82 gram / mol = 16,1868 gram
Massa praktek C6H10
= volume C6H10 x C6H10 = 0,5 mL x 0,81 g/mL = 0,405 gram
% Rendemen
=
=
Massa praktek C6H10 Massa C6H10 teori
0,405 gram 16,1868 gram
=2,502 % C. Pembahasan
Sikloheksena adalah senyawa hidrokarbon yang dapat dibuat dengan menggunakan sikloheksanol dengan cara dehidrasi alkohol dengan bantuan asam sulfat pekat (H2SO4) pekat sebagai agen dehidrator. Hal pertama yang dilakukan dalam percobaan ini adalah mencampurkan sikloheksanol dengan H 2SO4 pekat. Sikloheksanol adalah senyawa yang akan mengalami dehidrasi menjadi sikloheksena, sedangkan H 2SO4 berfungsi sebagai katalis yang akan mempercepat berlangsungnya reaksi dehidrasi. Setelah pencampuran, suhu larutan menjadi panas, hal ini menandakan bahwa terjadi reaksi eksoterm. Selanjutnya larutan diberikan batu didih dan mulai didestilasi. Penambahan batu didih bertujuan untuk mengurangi letupan-letupan karena batu didih memiliki pori-pori yang dapat menyerap udara pada larutan dan melepaskannya secara merata ke permukaan larutan.Destilasi dilakukan untuk memisahkan antara air, sikloheksena serta asam dari campurannya yang didasarkan pada perbedaan titik didihnya. Campuran yang direfluks dijaga suhunya agar tidak melebihi 95 oC, karena jika suhu di atas 95oC, maka akan ada
12
bahan-bahan bertitik didih tinggi yang lain ikut dalam hasil refluks. Proses refluks ini dilakukan hingga residu yang tertinggal hanya sedikit. Kemudian hasil refluks yang diperoleh dimasukkan ke dalam corong pisah kemudian didiamkan dan larutan terlihat tidak memisah. Namun, seharusnya larutan memisah. Hal ini terjadi karena penangas yang digunakan pada saat proses refluks tidak terlalu baik dan suhunya tidak dapat diketahui dengan tepat pada 95oC, sehingga hasil refluks yang didapatkan tidak begitu maksimal. Hal ini berbeda dengan teori yang ada.Karena seharusnya yang terjadi adalah terbentuk dua lapisan, lapisan atas adalah sikloheksena dan lapisan bawah adalah campuran air (H2O) dan asam (H2SO4). Air terbentuk karena terjadi proses dehidrasi yang merupakan peristiwa pelepasan air (H2O). Terbetuknya dua lapisan yaitu sikloheksena dan air, karena adanya perbedaan kepolaran. Sikloheksena merupakan senyawa non polar dan air merupakan senyawa polar. Selain itu, juga karena adanya perbedaan massa jenis. Massa jenis sikloheksena yaitu 0,811 g/mL dan air yaitu 1 gr/mL yang menyebabkan air berada di bawah dan sikloheksena berada di atas (id.swewe.com, diakses pada tanggal 15 Mei 2014). Lapisan sikloheksena dicuci berturut-turut dengan H 2O, NaHCO3 dan H2O. Tujuan pencucian dengan air yang pertama adalah untuk mengikat air yang ada. Lalu lapisan bawah yaitu air dibuang. Kemudian, dicuci dengan NaHCO 3 10%. Tujuan pencucian ini adalah untuk mengikat sisa asam sulfat yang masih berada dalam sikloheksena. Selanjutnya, lapisan bawah yaitu air dibuang lagi. Sikloheksena yang tertinggal dicuci kembali dengan air, tujuannya untuk melarutkan sisa-sisa garam dan membersihkan zat pengotor yang masih tersisa. Reaksi yang terjadi adalah : 2 NaHCO3(aq) + H2SO4(aq)
Na2SO4(aq) + 2H2CO3(aq)
Sikloheksena yang telah dipisahkan dari air kemudian dikeluarkan dari corong pisah melalui mulut corong, hal ini untuk mencegah kontaminasi sikloheksena dengan zat lain yang dikeluarkan melalui kran. Hasil pemisahan dikeringkan dengan CaCl 2 anhidrat di dalam erlenmeyer. Tujuan dikeringkan dengan CaCl2 anhidrat yaitu untuk mengikat sisa-sisa air pada sikloheksena. Reaksi yang terjadi adalah :
13
CaCl2(anhidrat) + H2O
CaCl2 . H2O
Hasil dari pengeringan yang telah dikocok selama 2-3 menit lalu didiamkan selama 15 menit sambil sesekali dikocok. Kemudian disaring ke dalam labu destilasi. Sebelum didestilasi, ke dalam labu destilasi ditambahkan 2 butir batu didih. Kemudian diperoleh destilat atau sikloheksena murni sebanyak 0,5 mL yang berwarna kuning muda. Volume ini setara dengan 0,4055 gram sehingga diperoleh rendemen 2,47%. Adapun hasil yang diperoleh secara teori adalah 16,4 gram. Perbedaan ini disebabkan banyaknya sikloheksena yang terbuang selama proses pencucian. Mekanisme reaksi secara keseluruhan, yaitu : a. Penguraian katalis menjadi ion-ionnya 2H+ + SO42-
H2SO4
b. Reaksi bolak-balik yang melibatkan protonasi gugus hidroksil
+
O
OH
H
H +
+ H ⇌
c. Pelepasan gugus H 2O menghasilkan karbokation sec-sikloheksil
+
O H
H
⇌
+ H2O
d. Pelepasan proton dari atom karbon yang bersebelahan dengan karbokation
+ H2 O
14
e. Reaksi dehidrasi keseluruhan OH
H+
+ H2 O
Kalor
Larutan sikloheksena yang telah diperoleh diuji dengan KMnO 4 1%. KMnO4 yang berwarna ungu diberikan sebanyak 1-2 tetes ke dalam 3 tetes sikloheksena, dan diperoleh larutan coklat kekuningan dan terdapat endapan berawrna coklat. Hal ini telah sesuai dengan teori bahwa alkena bereaksi dengan KMnO4 membentuk sikloheksanol dan terbentuk endapan coklat MnO 2. Reaksinya adalah:
OH
+
KMnO4 (ungu)
Sikloheksena
+ OH
Sikloheksanol
MnO2
+ KOH
endapan coklat
Reaksi tersebut menunjukkan bahwa sikloheksena dapat mengalami reaksi oksidasi.Hal ini karena sikloheksena merpukan hidrokarbon tak jenuh yang mengandung ikatan rangkap dua, sehingga mudah mengalami pemutusan ikatan.
15
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Teknik dasar dalam pemurnian zat cair organik yaitu destilasi, pemisahan, pengeringan dan penyaringan.
2.
Reaksi pembuatan sikloheksena merupakan dehidrasi alkohol. Sikloheksanol didehidrasi dengan katalis asam H2SO4 pada suhu tinggi.
3.
Asas-asas dehidrasi alkohol yaitu ; a) Protonasi, b) kecepatan berdasarkan kemantapan ion karbonium.
4.
Pengujian ketidakjenuhan olefin menggunakan KMnO 4 hingga dapat mengalami reaksi oksidasi karena adanya ikatan rangkap.
5.
Reaksi-reaksi yang menunjukkan ketidakjenuhan olefin yaitu reaksi Baeyer.
B. Saran
1.
Diharapkan kepada laboran agar menyediakan refluks yang penangas yang memiliki skala agar dapat diketahui suhu yang diinginkan.
2.
Diharapkan kepada praktikan agar pada saat mendestilasi jangan lupa menambahkan batu didih dan menutup celah antara labu dan kondensor sebagai sambungan.
16