ARSITEKTUR VERNAKULAR RUMAH ADAT BAILEO MALUKU
Disusun oleh : Muhammad Miqdad Fadil (41215010024) Sabila Fairuz Fatin (41215010067) Amelia Ismiralda (41215010073) Dosen : Primi Artiningrum, Ir. M.Arch.
Universitas Mercu Buana Jakarta 2016/2017
KATA PENGANTAR Kami bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena penulisan makalah ini telah selesai tepat pada waktunya dengan judul “ Rumah Baileo Maluku”. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Arsitektur Vernakular di semester III ini di tahun ajaran 2016/2017 dan merupakan salah satu persyaratan untuk menyempurnakan nilai mata kuliah Arsitektur Vernakular. Besar harapan kami, semoga dengan dibuatnya makalah tentang Rumah Baileo Maluku ini menjadi salah satu sarana agar pembaca dapat lebih memahami tentang rumah adat yang berada di Maluku dari sudut pandang vernakular. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dikatakan sempurna, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk makalah dimasa yang akan datang. Terlepas dari segala kekurangan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak lain yang membutuhkannya.
Jakarta, 19 September 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2 DAFTAR ISI ............................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 4 I.1
Latar Belakang......................................................................................................................... 4
I.2
Rumusan Masalah ................................................................................................................... 4
I.3
Tujuan Penulisan ..................................................................................................................... 4
BAB II ARSITEKTUR VERNAKULAR DAN ARSITEKTUR TRADISIONAL ............................... 5 II.1.
Tradisional, Tradisi dan Arsitektur Tradisional ...................................................................... 5
II.2.
Vernakular – Arsitektur Vernakular ........................................................................................ 5
BAB III RUMAH ADAT BAILEO ......................................................................................................... 6 III.1.
Rumah Adat Baileo ................................................................................................................. 6
III.2.
Fungsi ...................................................................................................................................... 6
III.3.
Simbol ..................................................................................................................................... 7
III.4.
Konstruksi ............................................................................................................................... 7
III.5.
Ukiran ..................................................................................................................................... 9
III.6.
Budaya .................................................................................................................................... 9
III.7.
Macam-Macam Rumah Baileo ............................................................................................. 10
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................................... 14 IV.1.
Kesimpulan ........................................................................................................................... 15
IV.2.
Saran ..................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 15
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
Rumah tradisonal merupakan rumah yang dibangun dengan cara yang sama dari generasi kegenerasi dan tanpa atau dikit sekali mengalami perubahan (Yudohusodo, 2007). Rumah tradisional juga dikatakan sebagai rumah yang dibangun dengan memperhatikan kegunaan, fungsi sosial dan arti budaya dibalik corak atau gaya bangunan. Menurut (Poerwadarminta, 1993) rumah baileo berasal dari kata balai, yang berarti gedung atau tempat pertemuan. Sedangkan Menurut Cooley dalam (Wattimena, 2009), baileo berasal dari kata Melayu yaitu Bale atau Balae yang berarti tempat pertemuan. Biasanya Baileo berbentuk rumah panggung, tidak berdinding, kalaupun ada hanya setengah saja, setengahnya lagi dibiarkan terbuka. Konstruksi bangunan baileo yaitu bagian tangga dan dinding terbuat dari kayu, lantai terbuat dari papan, dan atap dari daun rumbia atau daun sagu.
I.2 Rumusan Masalah 1. Apa itu arsitektur vernakular dan tradisional? 2. Bagaimana hubungan arsitektur dengan adat setempat pada rumah baileo? 3. Bagaimana fungsi dan konstruksi dari rumah baileo? I.3 Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Arsitektur Vernakular ini adalah: 1. Mengetahui kondisi rumah tradisional di Provinsi Maluku 2. Mengetahui hubungan arsitektur dan adat setempat 3. Mengetahui perbedaan arsitektur tradisional dan vernakular
BAB II ARSITEKTUR VERNAKULAR DAN ARSITEKTUR TRADISIONAL II.1.
Tradisional, Tradisi dan Arsitektur Tradisional
Tradisional adalah sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh terhadap norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun. Artinya suatu hal yang berkaitan dengan nenek moyang, keadaan yang tidak berubah sejak dahulu kala, dan masih ada hingga sekarang termasuk dalam tradisional. Tradisi adalah sebuah praktek, kebiasaan, atau cerita yang diwariskan dari generasi ke generasi, yang awalnya tidak memerlukan sebuah tulisan. Namun tradisi dianggap menjadi penting untuk dijaga, ada juga beberapa tradisi yang sengaja diciptakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, contohnya alat untuk memperkuat kepentingan tertentu dan lain sebagainya. Tradisi itu ternyata dapat diubah sesuai kebutuhan.
Menurut (Wibowo, Murniatno, & Sukirman, Jakarta) arsitektur Tradisional adalah suatu bangunan yang bentuk, struktur, fungsi, ragam hias dan cara pembuatannya diwariskan secara turun temurun serta dapat dipakai untuk melakukan aktivitas kehidupan dengan sebaik-baiknya. Jadi para leluhur telah meninggalkan cara membuat sebuah bangunan agar dapat ditinggali oleh generasi selanjutnya. Selain itu bangunan yang mereka buat memiliki manfaat yang banyak. Dari segi keindahan setiap daerah memiliki keistimewahan sendirisendiri.
II.2.
Vernakular – Arsitektur Vernakular
Menurut pendapat (Sumalyo, 1993), vernakular adalah bahasa setempat, dalam arsitektur istilah ini untuk menyebut bentuk-bentuk yang menerapkan unsur-unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat, diungkapkan dalam bentuk f isik.
Sementara itu menurut (Oliver, 1997) arsitektur vernakular adalah terdiri dari rumah-rumah rakyat dan bangunan lain, yang terkait dengan konteks lingkungan mereka dan sumber daya tersedia yang dimiliki atau dibangun, menggunakan teknologi tradisional. Semua bentuk arsitektur vernakular dibangun untuk memenuhi kebutuhan spesifik untuk mengakomodasi nilai-nilai, ekonomi dan cara hidup budaya yang berkembang.
BAB III RUMAH ADAT BAILEO III.1.
Rumah Adat Baileo
Rumah Baileo adalah rumah adat Maluku dan Maluku Utara, Indonesia Rumah Baileo merupakan representasi kebudayaan Maluku dan memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Rumah Baileo adalah identitas di Maluku selain Masjid atau Gereja Baileo juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda suci, tempat upacara adat, sekaligus sebagai balai warga Ciri utama rumah Baileo adalah ukurannya besar, dan memiliki bentuk yang berbeda jika dibandingkan dengan rumah-rumah lain di sekitarnya.
Gambar 1
III.2.
Fungsi
Salah satu fungsi rumah adat Baileo adalah tempat untuk berkumpul seluruh warga. Perkumpulan warga di rumah adat Baileo merupakan aktivitas yang dilakukan dalam rangka mendiskusikan permasalahn-permasalan yang sedang dihadapi oleh masyarakat setempat. Selain itu, tempat ini memiliki fungsi lain yaitu tempat untuk menyimpan benda-benda keramat, tempat upacara adat dan sekaligus tempat untuk bermusyawarah.
III.3.
Simbol
Ada beberapa simbol yang memberikan ciri bahwa itu adalah Rumah adat Balieo. Pertama, Batu Pamali. Pada rumah adat Baileo posisi batu pamali berada di depan pintu tepat dimuka pintu rumah Balieo. Keberadaan batu pamali di muka pintu menunjukan bahwa rumah itu adalah balai adat. Batu pamalai adalah tempat untuk menyimpan sesaji. Selain itu, balai adat ini merupakan bangunan induk anjungan. Tiang-tiang yang menyangga rumah berjumlah sembilan yang berada di bagian depan dan belakang juga lima tiang di sisi kanan dan kiri merupakan lambang Siwa Lima. Siwa Lima adalah simbol persekutuan desa-desa di Maluku dari kelompok Siwa dan Kelompok Lima. Siwa Lima memiliki arti kita semua punya.
Gambar 2
III.4. Konstruksi Rumah adat Baileo merupakan rumah panggung. Posisi lantai berada diatas permukaan tanah. Baileo tidak berdinding hal itu dilakukan merujuk kepada kepercayaan masyarakat setempat yang meyakini bahwa dengan tidak adanya jendela rumah adat Baileo maka rohroh nenek moyang bebas untuk masuk atau keluar ke rumah Baileo. Hal yang lebih penting adalah dengan tidak adanya jendela maka saat bermusyawarah masyarakat yang melihat dari luar Baileo akan lebih mudah melihat. Lantai balai yang tinggi memiliki arti yaitu agar roh-roh nenek moyang memiliki tempat dan derajat yang tinggi dari tempat berdirinya masyarakat. Selain itu, masyarakat akan mengetahui bahwa permusyawaratan berlangsung dari luar ke dalam dan dari bawah ke atas. Jumlah tiang penyangga bangunan yang ada melambangkan jumlah klen yang terdapat di desa tempat Baileo tersebut berada.
Gambar 3
Gambar 4
III.5.
Ukiran
Pada rumah adat Baileo terdapat banyak ukiran-ukiran bergambar dua ekor ayam berhadapan dan diapit oleh dua ekor anjing di sebelah kiri kanan. Posisi ukiran ini berada di ambang pintu. Ukiran tersebut mempunyai arti dan perlambang tentang kedamaian dan kemakmuran. Hal itu terjadi karena roh nenek moya yang menjaga masyarakat Maluku. Ukiran lainnya adalah bulan, bintang dan matahari yang berada di atap dengan warna merah-kuning dan hitam. ukiran tersebut melambangkan kesiapan balai adat dalam menjaga keutuhan adat beserta hukum adatnya.
Gambar 5
III.6.
Budaya
Provinsi Maluku Utara, masyarakat di sini multietnik terdiri dari 28 sub etnis dengan 29 bahasa lokal (Joseph, 2005). Maluku Utara didominasi oleh Muslim. Ternate dan Tidore telah dikunjungi para pedagang dari berbagai negara sejak abad ke-16.Bangsa-bangsa Eropa memburu rempah-rempah yang berharga saat itu dan berupaya memonopolinya. Saat ini Rempah rempah ini masih dianggap berharga tapi tidak seberharga seperti sebelumnya. Pala dan cengkeh berlimpah di sini yang digunakan sebagai bumbu masakan dan permen, juga Peninggalan-peninggalan sejarah masa silam antara lain Kadaton Sultan Ternate dan Kadaton Sultan Tidore. Anda dapat melihat warisan kekayaan budaya dan sejarahnya di museum dan kedaton. Anda dapat mengunjungi bangunan yang fantastis yaitu Masjid Sultan yang berbentuk piramida, masjid ini terletak di sebelah selatan istana di Ternate.
Corak kehidupan sosial budaya masyarakat di provinsi Maluku Utara secara umumm sangat tipikal yaitu perkawinan antara ciri budaya lokal Maluku Utara dan budaya Islam yang dianut empat kesultanan Islam di Maluku Utara pada masa lalu. Kehidupan masyarakat Maluku Utara dipengaruhi oleh kondisi wilayahnya yang terdiri dari laut dan kepulauan, perbukitan, dan hutan-hutan tropis. Desa-desa di Maluku Utara umumnya terletak di pesisir pantai dan sebagian besar lainnya berada di pulau-pulau kecil. Oleh sebab itu, pola kehidupan seperti menangkap ikan, berburu, bercocok tanaman, dan berdagang masih sangat mewarnai dinamika kehidupan sosial-ekonomi masyarakat Maluku Utara. Di kalangan masyarakat Maluku Utara, semboyan yang sekarang yang menjadi motto pemerintah Provinsi Maluku Utara, yakni Marimoi Ngone Futura Masidika Ngone Foruru (Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh), adalah ajakan ke arah solidaritas dan partisipasi. Potensi kultural ini merupakan modal pembangunan yang paling berharga untuk dikembangkan.
III.7.
Macam-macam rumah baileo
Baileo Nolloth
Baileo Nolloth disebut Simaloa Pellamahu yang berarti rumah adat atau tempat upacara, difungsikan sebagai tempat upacara adat yang masih dilakukan sampai saat ini. Pada bagian dalam baileo terdapat 20 tiang, yang dibagi menjadi 10 bagian timur dan 10 bagian barat. Tiang tersebut melambangkan marga didesa tersebut. Tiang bangunan berfungsi sebagai penopang keseluruhan bangunan. Lantai bangunan terbuat dari papan, didirikan di atas tiang penyangga. Dinding bangunan terbuat dari kayu yang disilang-silangkan, menyerupai pagar. Tingginya kurang lebih 75 cm dari lantai.
Gambar 6
Secara arsitektur, baileo Nolloth merupakan sebuah bangunan berbentuk rumah panggung, terbuat dari papan dan kayu serta atapnya terbuat dari daun rumbia. Keseluruhan bangunan tidak menggunakan paku melainkan menggunakan pasak kayu dan ikat gemutu (ijuk ).
Gambar 7
Pintu masuk terdapat 4 buah yang masing-masing melambangkan sebagai penjaga pintu baileo, yaitu: Pintu Utara marga Mattatula Pintu Selatan marga Metekohy Pintu Barat marga Pasalbessy Pintu Timur marfa Sopacua
Baileo Ihamahu
Baileo Ihamahu terbuat dari bahan kayu gufasa dan kayu besi. Terdapat 3 pintu masuk pada bagian depan dan samping, atap terbuat dari daun sagu. Pada bagian dalam bangunan terdapat 9 tiang yang terbuat dari kayu gufasa, 9 tiang ini melambangkan 9 soa yang ada di Ihamahu. Tiga pintu masuk terdapat dibagian utara, timur dan barat, yang merupakan pintu masuk raja adalah pintu sisi timur. Pintu raja diapit oleh dua tiang yaitu tiang dari soa hatalesi dan tiang dari soa atala. Soa hatalesi dan soa hatala adalah dua soa yang berugas untuk menyokong ketersediaan pangan di negeri Ihamahu, karena keduanya memiliki lahan pertanian yang luas di negeri ini.
Gambar 8
Baileo Ihamahu juga mempunyai ornamen hiasan yang diukir pada dinding bagian atas dan bawah, dan juga hiasan yang dilukis dengan menggunakan cat pada tiang baileo. Motif hias adalah motif khas Maluku berupa lingkaran dengan garis-garis melengkung.
Gambar 9
Gambar 10
Baileo Haria
Baileo Haria didirikan pada tahun 1700-an. Bangunan ini terbuat dari papan dan atap daun sagu. Bangunan ini sepintas terlihat seperti perahu dengan banyak tiang, keseluruhan tiang penyangga adalah 84 buah yang terdiri dari 4 baris. Terdapat dua pintu masuk yaitu pada bagian barat dan timur.
Gambar 11
Konstruksi atap menggunakan kayudan bambu. Di atas tiap-tiap tiang baileo diletakan kayu balok secara horisontal, kemudian di atas kayu balok ini diletakan lagi balok-balok kayu berukuran lebih kecil yang disusun sedemikian rupa sehingga nampak konstruksi atap bertingkat tiga dengan bentuk segitiga sama kaki, semakin ke atas semakin kecil. Bagian teratas dari konstruksi atap baileo adalah balok-balok bambu sebagai tempat utuk menyusun dan meletakan atap sehingga keseluruhan bangunan tertutup sempurna.
Gambar 12
Baileo Ullath
Baileo ullath disebut juga Lua Kuhu yang artinya tempat pertemuan. Baileo Ullath bukan merupakan rumah panggung melainkan pondasinya dibuat agak tinggi yaitu satu meter dari tanah. Bangunan ini tidak berdinding, sebagai batas bangunan dibuat semacam pagar dari balok-balok kayu setinggi satu meter. Lantai bangunan berupa pasir dan atapnya terbuat dari daun sagu. Terdapat tiga buah pintu pada sisi selatan, utara dan barat. Pondasi bangunan terbuat dari semen. Terdapat 32 tiang yang mewakili marga-marga yang ada di Ulath.
Gambar 13
Konstruksi atap terbuat dari kayu dan bambu. Konstruksi atap dibuat menyerupai segitiga sama kaki, makin ke atas makin kecil. Atap daun sagu diikatkan pada balok bambu dengan menggunakan tali rotan.
Gambar 14
BAB IV PENUTUP
IV.1.
Kesimpulan
Arsitektur Baileo di Maluku Tengah umumnya berbentuk rumah panggung atau rumah berkolong yang terdiri dari tiga bagian yaitu bagian bawah atau kolong, bagian tengah yang merupakan bagian inti bangunan, dan bagian atas atau atap. Baileo
oleh
masyarakat
dianggap
sebagai
rumah
leluhur,
karena
hanya
dipergunakan dalam pelaksanaan upacara adat. Tiupan tahuri merupakan perlambang memohon restu leluhur dalam proses pelaksanaan berbagai upacara di baileo. Dengan demikian maka baileo sebagai bangunan yang walaupun sederhana secara fisik, namun kaya makna. Kesimpulannya Arsitektur rumah baileo memiliki hubungan dengan arsitektur vernakular. Karena dibangun dengan sumber daya lokal, memenuhi kebutuhan lokal dan dibangun rakyat berdasarkan falsafah kehidupan dalam masyarakat setempat. IV.2.
Saran
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan saya jelaskan tentang daftar pustaka makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Joseph, L. d. (2005). Maluku Menyambut Masa Depan. Maluku: Lembaga Kebudayaan Daerah Maluku. Koentjaraningrat. (1993). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Jambatan. Oliver, P. (1997). Encyclopedia of Venacular Architecture of the World. Penelitian, T. (2013). Laporan Penelitian Rumah Adat di Maluku Tengah. Ambon: Balai Arkeologi Ambon. Poerwadarminta. (1993). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Sahulisilawane, F. M. (2008). Kapata Arkeologi Edisi Khusus Mei 2008. Ambon: Balai Arkeologi Ambon. Salhuteru, M. (2008). Pola Sebaran Penempatan Dolmen Di Kecamatan Saparua Maluku Tengah. Maluku. Sumalyo, Y. (1993). Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Wahyudi, A. (2010). Studi Bentuk Arsitektural dan Ragam Hias Rumah Adat Maluku Baileo di Taman Mini Indonesia. Wattimena, L. (2009). Rumah Adat Baileo Interpretasi Budaya Di Negeri Hutumuri Kecamatan Leitimur Selatan. Ambon: Kapata Arkeologi. Wibowo, H., Murniatno, G., & Sukirman. (Jakarta). Arsitektur Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta. 1998: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Yudohusodo, S. (2007). In Rumah Untuk Seluruh Rakyat (p. 32). INKOPPOL.