LAPORAN PERENCANAAN ULANG (REDESIGN) RUMAH TIDAK SEHAT
disusun oleh : Indra Nurrahman
1106052335
Restu Dwiyantama
1106052392
Zainudin Zuhri
1106067766
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “PERENCANAAN ULANG (REDESIGN) RUMAH TIDAK SEHAT”. Makalah ini berisikan informasi tentang pengertian rumah sehat atau yang lebih khususnya membahas syarat-syarat dan karakteristik rumah sehat, standar dan peraturan untuk rumah sehat, serta bangunan tahan gempa untuk rumah tinggal. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang rumah sehat. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala urusan kita. Amin.
Depok, 13 Desember 2011
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv DAFTAR TABEL ................................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... vi BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 I.1
Latar Belakang Masalah .................................................................................................. 1
I.2
Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 2
I.3
Batasan Masalah .............................................................................................................. 2
I.4
Metode Penulisan............................................................................................................. 2
I.5
Manfaat Penulisan ........................................................................................................... 2
I.6
Sistematika Penulisan ...................................................................................................... 3
BAB II DASAR TEORI RUMAH SEHAT ............................................................ 4 II.1
Definisi Rumah Sehat ...................................................................................................... 4
II.2
Kriteria dan Syarat-Syarat Rumah Sehat ......................................................................... 4
II.3
Standar dan Peraturan ...................................................................................................... 7
II.4
Bangunan Tahan Gempa untuk Rumah Tinggal .............................................................. 9
BAB III HASIL PENGAMATAN ........................................................................ 11 III.1
Kondisi Rumah Tidak Sehat .......................................................................................... 11
III.2
Perbandingan dengan Rumah Sehat............................................................................... 12
BAB IV ANALISA DAN USULAN PERBAIKAN ............................................ 13 IV.1
Analisa Rumah .............................................................................................................. 13
IV.2
Usulan Perbaikan Rumah .............................................................................................. 14
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 16 V.1
Kesimpulan .................................................................................................................... 16
V.2
Saran .............................................................................................................................. 16
LAMPIRAN .......................................................................................................... 18
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL Tabel 1 Perbandingan Rumah Survey dengan Rumah Sehat ................................ 12
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang Masalah
Rumah yang aman, layak, dan sehat merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Namun, pemenuhan kebutuhan akan rumah tersebut menjadi semakin sulit seiring dengan waktu yang terus berjalan. Hal tersebut disebabkan oleh populasi manusia yang terus bertambah, tetapi lahan kosong yang tersedia untuk perumahan semakin berkurang. Sangat disayangkan bila rumah hanya dibangun untuk tempat tinggal dan berlindung dari hujan dan panas tanpa memperdulikan unsur-unsur yang sangat penting di dalamnya yaitu kesehatan dan kenyamanan. Pada dasarnya, kesehatan merupakan bagian yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Kesehatan memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang segala aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Kesehatan dapat diciptakan dari berbagai hal, salah satunya adalah lingkungan, baik lingkungan di dalam rumah maupun lingkungan di luar rumah. Rumah yang tidak sehat menimbulkan berbagai dampak negatif, baik bagi orang yang tinggal di dalamnya, maupun bagi lingkungan sekitar. Beberapa jenis penyakit yang sering timbul akibat orang yang tinggal di rumah dan di lingkungan yang tidak sehat adalah TBC, sesak napas, diare, dan gatal-gatal pada kulit. Banyak orang yang hanya mengetahui kriteria kesehatan di luar lingkungan rumah tetapi tidak mengetahui kriteria kesehatan di dalam lingkungan rumah. Bangunan-bangunan rumah yang ada pada saat ini khususnya bangunan rumah sederhana sebagian besar tidak memenuhi syarat kesehatan, di mana syarat kesehatan tersebut mencakup 3 (tiga) aspek, yaitu pencahayaan, penghawaan, serta suhu udara dan kelembaban udara di dalam ruangan. Tiga aspek tersebut merupakan aspek dasar dari syarat rumah sehat yang seharusnya terpenuhi dengan baik dalam setiap bangunan rumah. Melihat begitu banyak efek negatif yang ditimbulkan dari rumah yang tidak sehat dan pengetahuan masyarakat yang kurang mengenai rumah sehat, mendorong
1
kami untuk membuat makalah ini dengan sebaik-baiknya demi terciptanya rumah yang sehat. I.2
Tujuan Penulisan Menjawab masalah pemenuhan kebutuhan akan perumahan yang layak serta memenuhi persyaratan kenyamanan, kemanan, dan kesehatan.
Memberikan pengetahuan kepada para pembaca akan pentingnya rumah sehat, dengan adanya penjelasan mengenai kriteria rumah yang sehat, serta contoh perbaikan rumah yang tidak sehat menjadi rumah yang sehat.
Laporan ini merupakan tugas yang diberikan kepada mahasiswa pada semester pertama Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
I.3
Batasan Masalah
Permasalahan yang dihadapi sebagai berikut :
Definisi rumah sehat
Kriteria rumah sehat
Perbaikan yang dapat dilakukan terhadap sebuah rumah yang tidak sehat menjadi rumah sehat.
I.4
Metode Penulisan
Dalam penyusunam makalah ini, kami melakukan survey di salah satu rumah yang termasuk dalam kriteria rumah tidak sehat. Dalam proses survey, kami melakukan pengukuran terhadap konstruksi rumah dan melakukan wawancara terhadap pemilik rumah mengenai kondisi rumah tersebut. Setelah itu, data-data hasil pengukuran dan wawancara tersebut kami diskusikan. Langkah berikutnya, kami menyusun rencana perbaikan untuk rumah tersebut dalam bentuk gambar manual dan laporan. I.5
Manfaat Penulisan
Melalui penulisan makalah ini merupakan suatu nilai tambah bagi pengetahuan kami, yang sebelumnya tidak tahu kemudian menjadi tahu. Hal tersebut juga ber-
2
laku untuk para pembaca, khususnya untuk keluarga yang telah bersedia disurvey rumahnya. I.6
Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Tujuan Penulisan I.3 Batasan Masalah I.4 Metode Penulisan I.5 Manfaat Penulisan I.6 Sistematika Penulisan BAB II DASAR TEORI RUMAH SEHAT II.1 Definisi Rumah Sehat II.2 Kriteria dan Syarat-Syarat Rumah Sehat II.3 Standar dan Peraturan Rumah Sehat II.4 Bangunan Tahan Gempa untuk Rumah Tinggal BAB III HASIL PENGAMATAN III.1 Kondisi Rumah Hasil Survey III.2 Perbandingan dengan Rumah Sehat BAB IV ANALISIS DAN PERBAIKAN IV.1 Analisis Rumah Hasil Survey IV.2 Usulan Perbaikan Rumah BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan V.2 Saran
3
BAB II DASAR TEORI RUMAH SEHAT
II.1
Definisi Rumah Sehat
Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya1. Sedangkan sehat, menurut World Health Organization (1947), adalah sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit, tetapi juga keadaan yang baik dari segi fisik, mental, dan sosial. Rumah sehat adalah rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi ketetapan atau ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi rumah dari bahaya atau gangguan kesehatan sehingga memungkinkan penghuni memperoleh derajat kesehatan yang optimal.2 II.2
Kriteria dan Syarat-Syarat Rumah Sehat
Kriteria untuk rumah agar dapat dikatakan sehat harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut, yaitu3 : 1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan, dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu. 2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi yang cukup, komunikasi yang sehat yang antar anggota keluarga dan penghuni rumah. 3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas binatang yang potensial menularkan penyakit (misalnya tikus), kepadatan hunian tidak berlebihan, cukup sinar matahari, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran.
1
Undang-Undang RI No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman http://www.jakarta.go.id/dinasperumahan, Dinas Perumahan DKI Jakarta 3 - Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan. - Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat, Dirjen PPM&PL Depkes RI, 2002. 2
4
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah, antara lain persyaratan garis sepadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir. Syarat-syarat rumah dapat dikatakan sebagai rumah sehat adalah sebagai berikut : 1. Bahan bangunan a
Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan, antara lain sebagai berikut :
b
-
Debu total kurang dari 150 g/m2,
-
Asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam,
-
Timbal (Pb) atau timah hitam kurang dari 300 mg/kg bahan;
Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen.
2. Komponen dan penataan ruang rumah Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis sebagai berikut : a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan; b. Dinding rumah secara keseluruhan memiliki ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara, dan dinding untuk kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan; c. Langit-langit mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan; d. Bumbungan atau atap rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus dilengkapi dengan penangkal petir; e. Ruang di dalam rumah harus ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya;
5
f. Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap. 3. Pencahayaan Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh bagian rumah dengan intensitas minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata. 4. Kualitas udara Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut : a. Suhu udara nyaman berkisar antara 18oC sampai 30oC; b. Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70%; c. Konsentrasi gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam; d. Pertukaran udara 5 kaki3/menit/penghuni; e. Konsentrasi gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam; f. Konsentrasi gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3. 5. Ventilasi Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai. 6. Vektor/penular penyakit Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus bersarang di dalam rumah. 7. Penyediaan air a. Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/orang/hari; b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.
6
8. Sarana penyimpanan makanan Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman. 9. Limbah a. Limbah cair yang berasal dari rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah; b. Limbah padat, seperti plastik dan lain-lain, harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah. 10. Kepadatan hunian Luas ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak di bawah umur 5 tahun. II.3
Standar dan Peraturan
Standar-standar dan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dan berlaku di Indonesia untuk bangunan, termasuk di dalamnya rumah, adalah sebagai berikut : 1. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) KDB adalah angka persentase berdasarkan perbandingan jumlah luas lantai dasar bangunan terhadap luas tanah yang dikuasai.4 Mengacu pada UndangUndang Tata Ruang No. 26 tahun 2007, telah ditetapkan bahwa KDB memiliki nilai sebesar 70%. Ini berarti bahwa untuk membangun sebuah bangunan, luas tanah yang digunakan tidak boleh melebihi 70% dari tanah yang dimiliki. Sedangkan 30% sisanya digunakan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH).
4
Bappeda DKI Jakarta, RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah). Jakarta : 2001.
7
2. Koefisien Lantai Banguanan (KLB) KLB adalah besaran ruang yang dihitung dari angka perbandingan jumlah seluruh lantai bangunan terhadap luas tanah perpetakan/daerah yang dikuasai sesuai rencana tata ruang kota.5 3. Garis Sepadan Bangunan (GSB) GSB adalah garis di atas permukaan tanah yang pada pendirian bangunan ke arah yang berbatasan tidak boleh dilampaui.6 4. Garis Sepadan Jalan (GSJ) GSJ adalah garis batas pekarangan terdepan. GSJ merupakan batas terdepan pagar halaman yang boleh didirikan. Oleh karena itu, biasanya di muka GSJ terdapat jalur untuk instalasi air, listrik, gas, serta saluran-saluran pembuangan. Pada GSJ tidak boleh didirikan rumah, kecuali jika GSJ terletak berhimpit dengan GSB. 5. Garis Jarak Bebas Samping (GJBS) Pada bangunan tunggal dan renggang, induk bangunan harus mempunyai jarak bebas terhadap batas pekarangan yang terletak di samping (sisi). Pada bangunan turutan, boleh dibangun rapat dengan batas pekarangan samping dengan letak bangunan turutan terdepan berada pada jarak minimal dua kali jarak antara GSB dan GSJ sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Lebar jarak bebas samping antara bangunan dengan batas pekarangan ditentukan berdasarkan jenis bangunan dan perpetakan tanah setempat. Luas areal bebas samping dikalikan jarak antara GSB dengan GSJ yang ditentukan. Adanya garis jarak bebas samping dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan kesehatan, kenyamanan, dan keindahan mengingat faktor iklim tropis lembab di Indonesia dengan ciri-ciri temperatur yang tinggi, curah hujan yang besar sepanjang tahun, sudut datang sinar matahari yang besar, dan sebagainya.
5 6
Ibid. Tutu TW Surowiyono. Dasar Perencanaan Rumah Tinggal (Jakarta : 2003), halaman 14.
8
6. Garis Jarak Bebas Belakang (GJBB) GJBB adalah garis batas bangunan yang boleh didirikan pada bagian belakang terhadap batas pekarangan bagian belakang. Panjang garis bebas belakang ditentukan sesuai dengan jenis bangunan dan lingkungan persil tanah setempat. Pada halaman belakang suatu persil tanah boleh didirikan bangunan turutan, apabila bangunan turutan tersebut tidak memenuhi seluruh pekarangan belakang. Secara umum, bangunan turutan boleh dibangun dengan syarat tidak memenuhi seluruh pekarangan belakang sehingga masih tersisa halaman kosong. Halaman kosong pada halaman belakang minimal mempunyai lebar sama dengan panjang garis jarak bebas belakang yang ditentukan. Jadi, luas halaman kosong atau bebas bangunan pada halaman belakang minimal sama dengan kuadrat panjang garis bebas belakang. Tujuan adanya garis jarak bebas belakang secara garis besar sama dengan tujuan adanya garis jarak bebas samping, antara lain sebagai sirkulasi udara, pertamanan, berguna untuk mengurangi/menghindari bahaya kebakaran. 7. Rasio/Perbandingan Luas Bangunan dengan Penghuni Setiap 8 m2 tanah maksimal didiami oleh satu orang penghuni dengan ketinggian bangunan dari tanah minimal 2.8 m2.7 8. Gambar tentang GSB, GSJ, GJBS, GJBB II.4
Bangunan Tahan Gempa untuk Rumah Tinggal
Secara sederhana, yang dimaksud dengan bangunan tahan gempa adalah bangunan dengan konstruksi yang dapat meredam getaran, sehingga bangunan tetap berdiri kokoh setelah terjadi gempa. Untuk membuat bangunan untuk rumah tinggal yang tahan terhadap gempa, perlu memperhatikan beberapa aspek, seperti :
7
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, op.cit
9
1. Denah Bangunan Denah bangunan sebaiknya dibuat sederhana, simetris dan tidak terlalu panjang. Bentuk-bentuk sederhana contohnya adalah bentuk persegi atau persegi panjang. Namun, bentuk denah persegi panjang yang terlalu panjang juga tidak menjadikannya baik, walaupun sederhana dan simetris. 2. Atap Bangunan Atap bangunan sebaiknya dibuat dengan konstruksi yang menggunakan bahan yang ringan dan bentuk yang sederhana. Hal ini dimaksudkan agar ketika terjadi gempa, dinding-dinding dapat tetap menahan beban atap selagi menahan getaran dari gempa. 3. Pondasi a. Tanah untuk meletakkan pondasi sebaiknya adalah tanah yang kering, padat dan merata kekerasannya. Untuk dasar pondasi sebaiknya lebih dalam dari 45 cm. b. Pondasi sebaiknya dibuat terus menerus keliling bangunan tanpa terputus. Pondasi dinding penyekat juga dibuat menerus. Bila pondasi terdiri dari batukali maka perlu dipasang balok sloof sepanjang pondasi tersebut. c. Pondasi setempat perlu diikat kuat satu sama lain dengan memakai balok pondasi.
10
BAB III HASIL PENGAMATAN
III.1
Kondisi Rumah Tidak Sehat
Dalam bab ini, kami akan menjelaskan secara lengkap mengenai kondisi rumah yang telah kami survey pada 21 Desember 2011 di Jalan H. Koja No. 60 RT/RW 04/03 Kelurahan Kukusan, Kecamatan Beji, Kota Depok. Berdasarkan kriteriakriteria rumah sehat yang telah dipaparkan pada bab dua, rumah yang telah kami survey tersebut termasuk kategori rumah tidak sehat. Berikut ini adalah gambaran mengenai kondisi rumah tidak sehat tersebut : 1. Lokasi Rumah Lokasi rumah berjarak sekitar 9 meter dari Universitas Indonesia, tepatnya di Kutek (Kukusan Teknik). Di depan lokasi rumah terdapat sebuah jalan dan batas Universitas Indonesia berupa pagar. Di samping kanan rumah terdapat lahan kosong yang ditumbuhi oleh tumbuhan liar dan kondisinya tidak terawat. Jarak dari batas terluar rumah sampai ke batas terluar lahan sebelah kanan cukup lebar sekitar lebih dari dua kali lebar rumah. Di samping kiri rumah terdapat teras selebar sekitar 1,75 meter dan berbatasan langsung dengan rumah lain yang masih berada dalam satu lahan. Kondisi tersebut membuat pencahayaan di wilayah ini menjadi kurang. Sementara itu, bagian belakang rumah langsung dibatasi dengan tembok dan kemudian lahan kosong. 2. Luas tanah Tanah tempat rumah tidak sehat tersebut berdiri memiliki luas 236.8 m2 dengan panjang […] m dan lebar […] m. 3. Luas bangunan Luas bangunan rumah tidak sehat tersebut adalah 27% dari luas tanah atau sekitar 64.35 m2 dengan panjang […] m dan lebar […] m.
11
4. Jumlah ruangan Rumah tersebut memiliki 6 ruangan yang terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, dua ruang tidur, dapur dan kamar mandi. 5. Jumlah penghuni Rumah tersebut dihuni oleh sebuah keluarga kecil dengan jumlah total anggota keluarga sebanyak 5 orang. Anggota keluarga tersebut terdiri sepasang suami-istri dengan 2 anak, serta seorang keponakan. 6. Denah lokasi (Terlampir) 7. Denah rumah eksisting (Terlampir) III.2
Perbandingan dengan Rumah Sehat
Tabel 1 Perbandingan Rumah Survey dengan Rumah Sehat
NO. 1
FAKTOR PEMBANDING
RUMAH SURVEY
RUMAH SEHAT
Pencahayaan
Kurang pencahayaan Pencahayaan alami alami karena terha- cukup untuk menelang bangunan lain rangi rumah di si-
2
Atap
dan genting
ang hari
Menggunakan Asbes
Tidak
mengguna-
kan material yang berbahaya, seperti asbes 3
Dinding
Bagian samping ti- Dinding kedap air dak diplester
12
BAB IV ANALISA DAN USULAN PERBAIKAN
IV.1
Analisa Rumah
1. Aspek eksternal (lingkungan dan infrastruktur) Rumah tidak sehat yang kami survey memiliki lingkungan yang tidak dapat kami katakan baik, karena kondisinya cukup tidak terawat. Sebagai contoh, bagian samping kanan rumah terdapat sampah-sampah non-organik seperti plastik-plastik yang dibiarkan berada di sekitar rumah. Sementara itu, penerangan di luar rumah seperti untuk di halaman depan maupun samping tidak ada. 2. Aspek internal dan fisik (organisasi ruangan, kualitas, dan utilitas bangunan) Aspek internal dan fisik rumah terdiri dari organisasi ruangan, kualitas, dan utilitas bangunan. Untuk organisasi ruangan sudah cukup baik. Ruang keluarga terletak di tengah rumah, sehingga memudahkan akses untuk ke ruangan lain. Secara keseluruhan, kulitas rumah masih dapat dikatakan baik. Untuk utilitas bangunan, yang masih kurang adalah penerangan pada ruang keluarga dan dapur. Pada ruang keluarga, cahaya alami yang seharusnya dapat menerangi rumah di siang hari terhalang oleh keberadaan rumah di sebelahnya. Sedangkan, untuk dapur selain tidak adanya jendela untuk penerangan, sirkulasi udara untuk pengasapan masih dirasa kurang. 3. Aspek teknik (material, denah eksisting, tampak bangunan, dll) termasuk bahasan tentang GEMPA, KDB, KLB, GSB, GSJ, serta Rasio/Perbangunan Luas Bangunan dengan Penghuni Aspek teknis yang akan dibahas antara lain mengenai material bahan bangunan, denah eksisting, dan tampak bangunan. Dari segi material yang dipergunakan, bagian tembok rumah menggunakan batu bata yang diplester. Kerangka atap menggunakan bahan yang terbuat dari kayu. Berdasarkan denah eksisting, rumah tersebut memiliki luas […] m2, […]% dari luas tanah.
13
Bangunan termasuk kategori rumah flat 1 lantai, sehingga tidak bermasalah dengan KLB. Rumah tersebut memiliki 2 kamar tidur dengan 4 penghuni, sehingga masing-masing kamar ditempati oleh 2 orang. Karena tidak lebih dari 2 orang per kamar, kondisi ini masih di katakan baik. 4. Aspek ruang/hubungan fungsi kegiatan (sirkulasi, penghawaan, pencahayaan, dll) Dalam pembahasan mengenai aspek ruang, hal yang dibahas adalah sirkulasi (pergerakan orang), penghawaan, dan pencahayaan. Pencahayaan di dalam rumah sangat kurang, sehingga di siang hari keadaan dalam rumah sangat gelap dan membutuhkan lampu. Selain kurang sehat, keluarga ini juga menjadi boros listrik karena harus menyalakan lampu di siang hari. IV.2
Usulan Perbaikan Rumah
Tujuan penulisan dari bab ini adalah sebagai penjelasan dari denah perbaikan Selain itu juga memberikan penjelasan mengapa perbaikan perlu dilakukan. Perbaikan yang dilakukan diperhitungkan dengan biaya sehemat mungkin, tapi tetap memenuhi kebutuhan orang yang ada di rumah tersebut. 1. Aspek eksternal (lingkungan dan infrastruktur) Akan dibuat taman beserta penerangannya depan rumah, dan kebun pada halaman samping kanan rumah. Hal ini bertujuan agar rumah mempunyai tanah resapan yang lebih banyak untuk menampung air hujan. Lalu akan dibuat sebuah keran di bagian depan rumah untuk memudahkan pemilik rumah jika ingin menyiram taman. 2. Aspek internal dan fisik (organisasi ruangan, kualitas, dan utilitas bangunan) Perbaikan yang akan dilakukan dilihat dari aspek internal adalah merelokasi posisi ruangan di rumah tersebut seperti denah terlampir, sehingga ruang keluarga akan lebih mendapat pencahayaan yang baik. 3. Aspek teknik (material, denah eksisting, tampak bangunan, dll)
14
Hal terpenting dari aspek teknik yang akan diubah adalah penggunaan keramik atau ubin pada seluruh ruangan. Hal ini dimaksudkan agar lantai mudah untuk dibersihkan. 4. Aspek ruang/hubungan fungsi kegiatan (sirkulasi, penghawaan, pencahayaan, dll) Pencahayaan dalam rumah akan diperbaiki dengan menambahkan jendela dan sirkulasi untuk asap di dapur. Dengan demikian, dapur tidak terlalu gelap dan penghawaan di dapur menjadi lebih baik. 5. Denah usulan/perbaikan (Terlampir)
15
BAB V PENUTUP
V.1
Kesimpulan
Rumah sebagai tempat kita berteduh dan beristirahat bersama keluarga sudah seharusnya dibuat dengan memenuhi syarat kesehatan. Ketika membangun sebuah rumah, segala aspek internal, eksternal, teknik dan ruang harus diperhatikan konstruksinya. Dengan memperhatikan dan memenuhi syarat-syarat rumah sehat, kita yang tinggal di dalam rumah sehat juga akan terjaga kesehatannya baik jiwa maupun raga. Rumah sebagai tempat kita berteduh dan beristirahat bersama keluarga sudah seharusnya dibuat dengan memenuhi syarat kesehatan. Rumah yang sehat harus memenuhi berbagai syarat dari segi konstruksi, penghawaan, pencahayaan, dan sanitasi. Meskipun rumah telah dibuat dengan memenuhi syarat kesehatan, kita juga harus memperhatikan kriteria baku yang telah dibuat oleh pemerintah. V.2
Saran
Dalam membangun rumah seharusnya harus memenuhi berbagai syarat kriteria rumah sehat dari segi konstruksi, penghawaan, pencahayaan, dan sanitasi. Setiap unsur dari rumah harus diperhatikan dengan baik dan tidak bisa diabaikan agar tercipta rumah yang memenuhi syarat sebagai rumah sehat. Selain itu, meskipun rumah yang telah dibangun dengan memenuhi syarat kesehatan, kita juga harus memperhatikan kriteria baku yang telah dibuat oleh pemerintah. Dengan demikian, rumah sehat yang kita miliki juga tidak melanggar ketentuan dari pemerintah.
16
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen Cipta Karya Nomor 111/KPTS/CK/1993 tentang Pedoman Pembangunan Bangunan Tahan Gempa. Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum Dirjen PPM dan PL (2002) Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Fitriani, Annisa (2008) Rumah Sederhana Sehat. Jakarta: UI Press. Keman, Soedjajadi (2005) Kesehatan Perumahan dan Lingkungan Pemukiman. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-1-04.pdf 13 Desember 2011, 22:50. Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Permenkes No. 416/Menkes/SK/VII/1990 tentang Pemantauan Kualitas Air Minum, Air Bersih, Air Kolam Renang dan Air Pemandian Umum. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Undang-Undang RI No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Jakarta.
17
LAMPIRAN
Gambaran A3 -
Denah Rumah : eksisting dan perbaikan
-
Tampak Bangunan (Depan dan Samping) : eksisting dan perbaikan
-
Foto-Foto
-
Lain-lain
18
19