FARMASETIKA DASAR RESEP
DOSEN
: RAHMI HUTABARAT, S.Si. M. Si. Apt KELAS
: K / P2K
NAMA KELOMPOK SELVIA RAHMI
14334026
PRAYOGO PANGESTU
14334013
APRILIA ARYANI
14334015
DIAN PUSPARINI
14334016
ABDULLOH KHOLID AL MAISAH
14334017
DIAN OKTAVIA ASTUTI
14334021
DESI GUSTIANI
14334012
DINA AYU LUPITASARI
14334036
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN FARMASI INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL JAKARTA
PENGERTIAN RESEP
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku (PERMENKES RI No.58 Tahun 2014) Yang berhak menulis resep : a. Dokter. b. Dokter gigi, terbatas pada pengobatan gigi dan mulut. c. Dokter hewan, terbatas pengobatan untuk hewan. Resep harus ditulis jelas dan lengkap. Apabila resep tidak dapat dibaca dengan jelas atau tidak lengkap, Apoteker harus menanyakan kepada dokter penulis resep. Dokter gigi diberi izin untuk menulis dari segala macam obat dengan per parenteral (injeksi) atau cara-cara pemakaian yang lain, khusus untuk mengobati penyakit gigi dan mulut. Sedangkan pembiusan/patirasa secara umum tetap dilarang bagi dokter gigi (S.E. Dep. Kes.No. 19/Ph/Circ/62, Mei 1962). Untuk menghindari perselisihan Apoteker dan Dokter Gigi mengenai macam obat-obat apa saja yang dimaksud khusus untuk mengobati gigi dan mulut diharap agar Apoteker sedapat mungkin melayani resep-resep Dokter gigi dengan kepercayaan bahwa para Dokter gigi telah memberikan resep-resep dalam batas-batas peraturan. Apabila terdapat hal-hal yang tidak pada tempatnya, diminta membuat laporan tertulis pada Kakanwil Dep. Kes.Setempat dengan tembusan Dir. Jendral. Dalam resep harus memuat: a. Nama, alamat dan nomor izin praktek Dokter, Dokter gigi dan Dokter Hewan b. Tanggal penulisan resep (inscriptio) c. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep. Nama setiap obat atau komposisi obat (invecatio). d. Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura). e. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku (subcriptio). f.
Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep Dokter hewan.
g. Tanda seru dan paraf Dokter untuk resep yang mengandung obat yang jumlahnya melebihi dosis maksimal.
h. Resep Dokter hewan hanya ditujukan untuk penggunaan pada hewan. i.
Resep yang mengandung narkotik harus ditulis tersendiri yaitu tidak boleh ada iterasi (ulangan); ditulis nama pasien tidak boleh m. I = mihi ipsi = untuk dipakai sendiri; alamat pasien dan aturan pakai (signa) yang jelas, tidak boleh ditulis sudah tahu pakainya p akainya (usus cognitus).
j.
Untuk penderita yang segera memerlukan obatnya, Dokter menulis di bagian kanan atas resep; Cito, Statim, Urgent = segera, P.I M = periculum in mora = berbahaya bila ditunda. Resep ini harus dilayani terlebih dahulu.
k. Bila Dokter tidak ingin resepnya yang mengandung obat keras tanpa sepengetahuannya diulang, dokter akan menulis tanda N.I = Ne Iteratur = tidak boleh diulang. Jadi resep yang tidak boleh diulang ialah: Resep yang mengandung obat narkotika atau obat lain yang ditetapkan oleh Menkes c.q. Dirjen. POM.harus dengan resep baru.
Menurut fungsi bahan obatnya resep terbagi atas : 1) Remidium Cardinal
: Obat yang berkhasiat utama
2) RemidiumAjuvans
: Obat yang menunjang bekerjanya bahan obat utama
3) Corrigens
: Zat tambahan yang digunakan untuk memperbaiki warna, rasa,
dan bau dari obat utama. Corrigens dapat di bedakan sebagai berikut :
Corrigens Actionis
: Digunakan untuk memperbaiki kerja zat berkhasiat utama.
Corrigens Odoris
: Digunakan untuk memperbaiki bau.
Corrigens Saporis
: Digunakan untuk memperbaiki rasa.
Corrigens Coloris
: Digunakan untuk memperbaiki warna.
Corrigens Solubillis
: Digunakan untuk memperbaiki kelarutan dari obat utama.
4) Constituens
: obat yang bersifat netral dan digunakan sebagai bahan pengisi
dan pemberi bentuk, sehingga menjadi obat yang cocok.
Tujuan Penulisan Resep : 1. Memudahkan dokter dalam pelayanan kesehatan di bidang farmasi/ farmasi/ obat. 2. Meminimalkan kesalahan dalam pemberian obat. 3. Terjadi control silang (Cross check) dalam pelayanan kesehatan bidang farmasi/obat. 4. Instalasi farmasi/ apotek waktu bukannya lebih panjang dalam pelayanan dibandingkan dibandingkan praktik dokter. 5. Di tuntut peran dan tanggung jawab dokter dalam pengawasan distribusi obat Kepada masyarakat. 6. Pemberian obat lebih rasional saat dispensing. dispensing. Pelayanan lebih berorientasi kepada pasien dan menghindarkan material oriented.
Contoh Resep yang lengkap :
Dr. Supriyadi
Keterangan
SIP. No. 228/ K/ 84
Resep yang mengandung narkotika,
Jl. Budi Kemulyaan No. 8A Telp. 1234567
psikotropika dan obat keras tidak boleh di beri
Jakarta
tanda :
Jakarta, 20-10-2015
1. Iter/ Iterasi = Dapat diulang
R/
Acetosal
500mg
2. m. i/ i/ mihi ipsi = Untuk dipakai sendiri
CodeinHCl
20mg
3. u.c/ usus. Cognitus = Pemakaian
CTM
4mg
S.L
q.s
diketahui. 4. Tidak boleh di berikan salinan resep
m. f. Pulv.dtd. No. XV
(bila obat sedang tidak tersedia di
da. in. Caps
Instalasi farmasi/apotek)
S. tdd. Caps 1
Resep yang memerlukan penanganan segera. Dokter dapat memberi tanda di Bagian kanan atas resep dengan kata-kata
paraf/ tandatangandokter tandatangandokter
sebagai berikut : - Cito
= Segera
Pro: Fn (dewasa)
- Statim
= Penting
Jl. Merdeka 10, jakarta
- Urgent
= Sangat penting
- PIM
= Periculum in mora (berbahaya bila ditunda)
COPIE RESEP ( SALINAN RESEP ) Kopi resep ialah Salinan tertulis dari suatu resep (Istilah lain dari kopi resep ialah apograph,
exemplum atau Afschrift ). ). Salinan resep selain memuat semua keterangan yang termuat dalam resep asli harus memuat pula: a. Nama dan alamat apotek. b. Nama dan nomor SIPA Apoteker pengelola apotek. c. Tanda tangan atau paraf Apoteker pengelola apotek. d. Tanda det = detur untuk obat yang sudah diserahkan, atau tanda ne det = ne detur untuk obat yang belum diserahkan. e. Nomor resep dan tanggal pembuatan. f.
Salinan resep harus ditanda-tangani Apoteker.
g. Apabila Apoteker pengelola apotek berhalangan, penandatanganan atau paraf pada Salinan resep dapat dilakukan oleh Apoteker pendamping atau Apoteker pengganti dengan mencantumkan nama terang dan status yang bersangkutan. h. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotik dengan baik selama waktu 5 tahun, untuk Resep Narkotika selama 3 tahun. i.
Resep atau Salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada Dokter penulis resep atau yang merawat penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut peraturan-peraturan yang berlaku
COPI E RESEP CONTOH COPI RESEP
Resep p.p. adalah resep pro paupere artinya resep untuk orang miskin, dengan tanda ini
dimaksud agar apotik dapat meringankan masalah harga obatnya, bila dapat diberi gratis. Yang berhak membuat resep atau meracik obat tialah: a. Apoteker b. Asisten Apoteker di bawah pengawasan Apoteker.
PENGELOLAAN RESEP YANG TELAH DIKERJAKAN
a. Resep yang telah dibuat disimpan menurut urutan tanggal dan nomor penerimaan/pembuatan resep. b. Resep yang mengandung narkotik harus dipisahkan dari resep resep lainnya, tandai dengan garis merah di bawah nama obatnya. c. Resep yang telah disimpan melebihi lima tahun dapat dimusnakan dan cara pemusnahannya adalah dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang memadai. d. Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker pengelola bersama dengan sekurang-kurangnya seorang petugas apotek. Pada pemusnahan resep harus dibuat berita acara pemusnahan sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan dalam rangkap empat dan ditandatangani oleh Apoteker pengelola apotek dan seorang petugas apotek yang ikut memusnahkan. Berita acara pemusnahan ini harus disebutkan: a. Hari dan tanggal pemusnahan. b. Tanggal yang terawal dan terakhir dari resep. c. Berat resep yang dimusnakan dalam kilogram.
DAFTAR PUSTAKA : 1. ILMU MERACIK OBAT – TEORI DAN PRAKTIK (GadjahMada University Press) penyusun Prof. Drs. Moh. Anief, Apt. 2. Bukuilmuresepkelas 1 smkfarmasitahunajaran 2010