BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sebagian besar metode analitik didasari pada sifat-sifat elektrokimia larutan. Teknik analisis elektrokimia merupakan salah satu analisis instrumental, disamping teknik analisis spektroskopi. Sistem pengukuran dalam analisis elektrokimia didasarkan pada signal-signal listrik yang timbul sebagai hasil interaksi antara materi dengan listrik baik berupa potensial maupun hantaran listrik.Beragam teknik analisis elektrokimia telah banyak dipakai dalam laboratorium sebagai alat-alat instrumen dasar. Berbagai metode elektroanalitik adalah potensiometri,volltametri,Coulometri,Konduktometri,dan lain-lain. Potensiometri adalah Mengukur potensial dua elektrode yang tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol yang mengaplikasi secara langsung dari persamaan Nernst. Penyisipan elektroda tidak mengubah komposisi larutan uji seseuai dengan sifat nondesktruktif potensiometri terhadap sampel, bahkan, dapat digunakan untuk menetapkan tetapan kesetimbangan (Day, 1999). Aplikasi pada anlisis potensiometri telah banyak dilakukan, diantaranya penelitian pembuatan elektroda selektif ion Lantanum. Untuk
menguji
penerapan
kemampuan
untuk
elektroda
penentuan
ion
tersebut
Lanthanum
perlu
dilakukan
secara
titrasi
potensiometri dengan menggunakan ligan etelen diamin tetra asetat (EDTA). Pada makalah ini akan dibahas mengenai metode analisis potensiometri dan aplikasinya pada Penggunaan ESI untuk penentuan ion Lanthanum secara titrasi potensiometri dengan EDTA. 1.2 Tujuan Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mempelajari aplikasi metode potensiometri dalam analisis suatu sampel. 1.3 Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4.
Apa yang dimaksud dengan Potesiometri ? Apa saja Elektroda- Elektroda pada Potensiometri ? Apa saja jenis Metode Analisis Potesiometri ? Bagaimana Aplikasi Metode Analisis Potesiometri ?
Potensiometri dan Aplikasinya
Page 1
BAB II POTENSIOMETRI 2.1 Pengertian Potensiometri merupakan suatu metode analisis kimia, sesuai nama yang diusulkan, yang melibatkan pengukuran potensial dari suatu sel Galvani. Secara umum sel terdiri dari dua buah setengah sel dan kita dapat menggunakan persamaan Nernst untuk menghitung nilai potensial sel. Potensiometri digunakan sebagai salah satu metode untuk mengukur konsentrasi suatu larutan, dalam hal ini hubungan antara potensial sel dan konsentrasi dapat dijelaskan melalaui persamaan Nernst E = Eo – RT x ln Q nF Dimana : Eo : standar potensial reduksi R : konsanta gas T : temperatur ( K ) n : jumlah elektron yang terlibat dalam rekasi reduksi F : konstanta faraday Q : reaksi quosien. Jika temperatur dalam laboratorium 298 K ,maka ln diubah ke log, maka diperoleh persamaan berikut E = Eo – 0,05916 log Q n Dimana E dinyatakan dalam satuan volt Mengingat bahwa potensial dari sel elektrokimia potensiometri adalah : Ecell = Eind – Eref + Ej Persamaan Nernst: Eº = 0,0591/n log K
Potensiometri dan Aplikasinya
Page 2
Keterangan: Ecell : Potensial sel Eind : Potensial elektroda indikator Eref : Potensial elektroda acuan Ej : Potensial sambungan cair (liquid junction potential) Analisis potensiometri ini seringkali dipakai dalam kehidupan sehari-hari disebabkan oleh beberapa kelebihannya jika dibandingkan dengan metode analisis elektrokimiawi lainnya. Kelebihan dari analisis potensiometrik ini adalah ekonomis (membutuhkan biaya yang kecil disebabkan harga-harga komponen penyusunnya yang relatif murah), kompak, kuat, dan tahan lama, mudah dirangkai, tidak merusak dan mempengaruhi komposisi larutan analit yang ingin diuji, mudah dipantau dan diamati, dan bersifat stabil pada berbagai tingkatan konsentrasi analit. Meskipun begitu, analisis potensiometrik ini cenderung memiliki kekurangan dalam hal akurasi dan presisinya dikarenakan adanya potensial sambungan cair yang muncul di antara pertemuan larutan elektroda acuan dan larutan analit yang berkontribusi juga pada potensial sel yang terukur pada voltmeter. 2.2 Skema Alat Secara umum teknik potensiometri menggunakan cara dan peralatan yang pada dasarnya dapat dilihat pada gambar 2.1
Gambar 2.1 Skema alat analisis secara potensiometri
Potensiometri dan Aplikasinya
Page 3
Komponen sel potensiometri bersifat sederhana yaitu terdiri dari sebuah elektroda acuan, elektroda indikator, rangkaian jembatan garam, dan pengukur tegangan (voltmeter). Dari skema pada gambar 2.1 tampak jelas bahwa apabila kita akan mengukur suatu analit dalam larutan maka diperlukan suatu elektroda kerja yang spesifik dan selektif. Besarnya potensial (emf) diukur dengan membandingkan dengan elektroda pembanding. Besarnya emf ini dicatat dengan alat voltmeter atau potensiometer. 2.3 Elektroda 1. Elektroda Pembanding / Acuan (Refference electrode) Di dalam beberapa penggunaan analisis elektrokimia, diperlukan suatu elektrode pembanding (refference electrode) yang memiliki syarat harga potensial setengah sel yang diketahui, konstan, dan sama sekali tidak peka terhadap komposisi larutan yang sedang selidiki.. Pasangan elektrode pembanding adalah elektrode indikator (disebut juga working electrode) yang potensialnya bergantung pada konsentrasi zat yang sedang diselidiki Syaratnya adalah:
Mematuhi persamaan Nersnt bersifat reversible
Memiliki potensial elektroda yang konstan oleh waktu
Segera kembali keharga potensial semula apabila dialiri arus yang kecil
Hanya memiliki efek hysterisis yang kecil jika diberi suatu siklus suhu
Merupakan elektroda yang bersifat nonpolarisasi secara ideal
Elektroda pembanding ada beberapa macam, diantaranya : a. Elektroda hidrogen standard (Elektroda Pembannding Primer) Elektroda ini terbuat dari platina yang dilapisi platina hitam dengan maksud agar absorpsi gas hidrogen pada permukaan elektroda dapat berlangsung sempurna, sehingga reaksinya : H2 2H+ + 2e Dapat berlangsung cepat dan reversibel. Potensial setengah sel dari elektroda pembanding primer adalah nol Volt. Notasi setengah sel dari elektroda hidrogen adalah : Pt/H2 (atm), H+(M) atau H+(M), H2 (atm) / Pt Potensiometri dan Aplikasinya
Page 4
b. Elektroda Kalomel / Saturated Calomel Electrode (Elektroda Pembanding Sekunder) Elektroda Kalomel merupakan elektrode yang terdiri dari lapisan Hg yang ditutupi dengan pasta Merkuri (Hg), Merkuri Klorida /Komel (Hg2Cl2) dan kalium klorida (KCl). Setengah sel elektrode kalomel dapat ditunjukan sebagai berikut: KCL || HG 2 CL 2 (SAT’D), KCI (X M) | HG Dengan x menunjukkan konsentrasi KCl didalam larutan. Reaksi elektroda dapat dituliskan sebagai: HG 2 CI 2 (S) + 2 E¯ È 2 HG (L) + 2 CI ¯ Potensial sel ini akan bergantung pada konsentrasi klorida x (pada kalomel yang tidak jenuh), dan harga konsentrasi ini harus dituliskan untuk menjelaskan elektroda. Elektroda kalomel terbuat dari tabung kaca atau plastik dengan panjang 5 – 15 cm dan garis tengah 0,5 – 1 cm. Pasta Hg/HgCI terdapat di dalam tabung yang lebih dalam, dihubungkan dengan larutan KCI jenuh melalui lubang kecil. Kontak elektroda ini dengan larutan dari setengah sel lainnya melalui penyekat yang terbuat dari porselen atau asbes berpori. c. Elektroda perak / perak klorida (Elektroda Pembanding Sekunder) Elektroda perak / perak klorida merupakan electrode yang terdiri dari suatu elektroda perak yang dicelupkan kedalam larutan KCI yang dijenuhkan dengan AgCI. Setengah sel elektroda perak dapat ditulis : KCl | | AgCI (sat’d), KCI (xM) | Ag Reaksi setengah selnya adalah AgCI (s) + e- è Ag (s) + CIBiasanya elektroda ini terbuat dari suatu larutan jenuh atau 3,5 M KCI yang harga potensialnya dalah 0,199 V (jenuh) dan 0.205 V (3,5M) pada 25 0 C. Kelebihan elektroda ini dapat digunakan pada suhu yang lebih tinggi sedangkan elektroda kalomel tidak.
Potensiometri dan Aplikasinya
Page 5
2. Elektroda Indicator (Indicator electrode) Elektroda indikator (elektroda kerja) adalah suatu elektroda yang potensial elektrodanya bervariasi terhadap konsentrasi (aktivitas) analit yang diukur. Elektroda indikator harus memenuhi beberapa syarat antara lain harus memenuhi tingkat kesensitivan yang terhadap konsentrasi analit. Tanggapannya terhadap keaktifan teroksidasi dan tereduksi harus sedekat mungkin dengan yang diramalkan dengan persamaan Nernst. Sehingga adanya perbedaan yang kecil dari konsentrasi analit, akan memberikan perbedaan tegangan. a. Elektroda Ion Logam – Logam Elektroda Jenis Pertama Elektroda jenis ini adalah elektroda yang dapat bertindak sebagai elektroda indiklator terhadap ion – ion mereka. Ion analit pada lektroda ini berpartisipasi langsung dengan logamnya dalam suatu reaksi paruh yang dapat balik. Contoh elektroda ini diantaranya, perka, raksa, tembaga, kadmium, seng dan timah. Elektroda Jenis Kedua Suatu elektroda dimana potensialnya yang dikaitkan dengan reaksi transfer elektron (Mn+ + ne = M ) diatur oleh aktivitas suatu spesies lain yang berinteraksi dengan Mn+, misalnya, elektroda kalomel. Elektroda Jenis Ketiga Elektroda suatu raksa bersangkut secara reversibel dengan ion-ion logam lain dalam larutan. Misal elektroda raksa-EDTA b. Elektroda Inert Logam mulia seperti platina, emas, dan paladium bertindak sebagai elektroda indikator pada reaksi redoks. Fungsi logam semata-mata untuk membangkitkan kecenderungan system tersebut dalam mengambil atau melepaskan electron; logam itu sendiri
Potensiometri dan Aplikasinya
Page 6
tidak ikut serta secara nyata dalam reaksi redoks, potensialnya merupakan fungsi Nersnt dari rasio aktivasiaFe2+/aFe3+. Tentu saja, inert merupakan ukuran relatif, dan platina tidak kebal dari serangan-seranga oksidator kuat, terutama dalam larutan dimana kompleksasi bias menstabilkan Pt(II) melalui pembentukan spesies. Platina juga bisa menimbulkan masalah dengan reduktor-reduktor yang sangat kuat: reduksi H+ (atau H2O) kadang-kadang berlangsung sedemikian lambat sehingga analit-analit bias direduksi lebih dahulu dalam larutan air tanpa interfensi dari pelarutnya, tetapi karena H + e = ½ Hkek2dikatalis oleh platina, keuntungan kinetik ini mungkin hilang. Contoh potensial elektroda platina di dalam larutan yanfg mengandung ion-ion Ce 3+ dan Ce4+ adalah, E = E0 – 0,059 LOG [CE 3 + ]/[CE 4 + ] Dengan demikian elektroda platina dapat bertindak sebagai elektroda indikator di dalam titrasi cerimetri. c. Elektroda Membran Merupakan suatu elektroda yang menggunakan membran, melintasi suatu potensial bila aktivitas suatu ion tertentu dalam larutan di kiri dan di kanan membran itu berbeda. Elektroda membran diantaranya Eletroda Membran Kaca / Elektroda Gelas Penggunaan yang utama elektroda kaca adalah di laboratorium adalah untuk mengukur pH. Meskipun ada beberapa sistem elektroda yang lain untuk mengukur pH, elektroda kaca sejauh ini merupakan pilihan yang paling tepat., pengukuran pH hanya merupakan salah satu penerapan dari elektroda kaca. Dengan beberapa modifikasi elektroda ini dapat digunakan pula untuk menganalisis ion logam lain seperti, ion Na+, K+ dan NH4+. Pada bagian ini akan dibahas lebih dahulu tentang elektroda kaca untuk pH dan seterusnya langkah-langkah modifikasi yang lain.
Potensiometri dan Aplikasinya
Page 7
Suatu bahan membran kaca yang tipis berbentuk tabung, yang didalamnya diisi larutan standar internal, biasanya adalah HCl dengan konsentrasi 1,0 mol/L. Dalam larutan dicelupkan kawat perak yang dilapisi dengan perak klorida, yang berfungsi sebagai elektroda pembanding dalam.Kunci dari keselektifan elektroda ini ada pada membran kaca.Kaca yang dipakai mengandung bahan aktif oksida Na2O dan SiO2 dan sedikit Al2O3 dan B2O3 yang saling membentuk ikatan. Lapisan muka dari kaca merupakan senyawa gugus silikat yang berkeseimbangan dengan ion natrium ( -SiONa+ ) Elektroda Membran Nonkaca Elektroda kaca, bersama – sama beberapa elektrodan nonkaca sering disebut elektroda selektif ion atau ISE (Ion selectife electrode). Membran dalam suatu ISE membran tidak mesti berupa kaca dan sekarang terdpat lebih bnayak sensor nonkaca daripada jenis lainnya. Salah satu8 contoh elektroda membran nonkaca ialah Etidium tetrafenilborat, Eth+(C6H5)4B-, merupakan garam yang tak dapat larut dalam air tapi larut dalam pelarut organik, membentuk pasangan dari ion – ion gabungan.
Potensiometri dan Aplikasinya
Page 8
Elektroda selektif ion etidium Elektroda Keadaan Padat / Elektrodam Membran Padat Dalam elektroda keadaan padat, suatu kristal atau cetakan pelet berfungsi sebagai suatu membran. Semua jenis elektroda membran padat menggunakan kerangka (body) yang keras, umumnya dari bahan polimer ABS, dengan bahan membran ditempatkan pada ujungnya. Berikut ini ditunjukkan 3 jenis model elektroda padat.
Potensiometri dan Aplikasinya
Page 9
2.4 Metode Analisis Potensiometri Dalam melaksanakan analisis potensiometri, terdapat metode yang mungkin dipilih yaitu potensiometri langsung (direct potentiometry) dan titrasi potensiometri. A. Potensiometri Langsung Metode Potensiometri Langsung beradasarkan pada adanya perbedaan potensial yang terjadi saat suatu elektroda indikator dicelupkan ke dalam larutan uji dan saat elektroda indikator dicelupkan ke dalam larutan standar.Berdasarkan persamaan Nerst dan data hasil pengukuran kedua potensial tersebut makan dapat ditentukan aktivitas atau konsentrasi spesi kimia dalam larutan uji.Dibandingkan metode analisis potensiometri lainnya, metode analisis potensiometri langsung ini memiliki kelebihan yaitu pemberian perlakuannya tak merusak komposisi larutan uji.Meskipun begitu, terkadang metode ini sulit untuk diberlakukan sebab sangat sulit mendapatkan potensial stabil dari pengukuran dengan voltmeter.
Untuk melakukan metode analisis potensiometri langsung ini diperlukan elektroda standar (acuan), elektroda indikator (pembanding), dan voltmeter. Potensiometri dan Aplikasinya
Page 10
B. Titrasi Potensiometri Analisis sistem titrasi potensiometri pada prinsipnya menggabungkan antara pengukuran potensial dan volume titran.Prinsip ini sangat berbeda dengan sistem potensiometri lansung yang hanya dengan pengukuran potensial langsung. Untuk melakukan analisis secara titrasi potensiometri dapat menggunakan alat yang sifatnya manual maupun dengan sistem rangkaian yang otomatis.Berikut ini merupakan rangkaian alat titrasi potensiometri secara manual.
Dengan alat tersebut pada prinsipnya kita akan mengukur potensial setiap penambahan sejumlah volume titran. Sistem pengukuran potensial ini dapat dilakukan langsung maupun dengan sistem tidak langsung. Sistem pengukuran tidak langsung. Sebagai contoh adalah untuk sistem yang melibatkan ion H+ sebagaimana dari rumusan: E (sel) = E* + 0,0591 log [H+] Jika – log [H+] = pH, maka: E (sel) = Konstan - 0,0591 pH Maka untuk sistem ini nilai E (potensial) akan sebanding dengan pH larutan. Berdasarkan hubungan ini kita dapat menganti pengukuran emf dengan pengukuran pH larutan . Potensiometri dan Aplikasinya
Page 11
Pada sistem potensiometri tersebut.sistem pengukuran secara langsungNilai emf diukur setiap penambahan larutan standar.kemudian ditentukan saat titik ekivalen untuk mengetahui jumlah ion dalam larutan. Ada beberapa cara untuk mengetahui titik ekivalen, yang pada prinsipnya dengan membuat grafik hubungan antara variabel potensial dan volume titran. Jenis-jenis titrasi potensiometri Titrasi Potensiometri Netralisasi Titrasi asam basa dapat diikuti dengan elektroda indikatornya elektroda gelas. Tetapan ionisasi harus kurang dari 10-8. Titrasi Potensiometri Pembentukan kompleks dan pengendapan Pembentukan endapan atau kompleks akan membebaskan ion terhidrasi dari larutan. Biasanya digunakan elektroda Ag dan Hg. Berbagai logam dapat dititrasi dengan EDTA. Titrasi Potensiometri Redoks Elektroda Pt atau elektroda inert dapat digunakan pada titrasi redoks. Oksidator kuat (KMnO4, K2Cr2O7, Co(NH3)3) membentuk lapisan logam-oksida yang harus dibebaskan dengan reduksi secara katoda dalam larutan encer.
Titrasi Potensiometri Pemgemdapan Menggunakan sisrem elektroda. Dimana Elektroda sebagai penunjuk untuk titrasi pengendapan seringkali berupa logam dari kation yang diukur. Elektroda membran utnuk kation atau anion tertentu juga dapat digunakan.Kawat perak seringkali dipakai pada titrasi pengendapan.Sedangkan perak nitrat merupakan reagen yang banyak digunakan untuk titrasi pengendapan.
Potensiometri dan Aplikasinya
Page 12
BAB III APLIKASI POTENSIOMETRI “Penggunaan ESI untuk penentuan ion Lanthanum secara Titrasi Potensiometri dengan EDTA”
Telah dilakukan penelitian pembuatan elektroda selektif ion lantanum. Untuk menguji kemampuan elektroda tersebut perlu dilakukan penerapan untuk penentuan ion lantanum secara titrasi potensiometri dengan menggunakan ligan etelen diamin tetra asetat (EDTA). 3.1 Alat dan Bahan Alat Potensiometri dan Aplikasinya
Bahan Page 13
LabuUkur Erlenmeyer Buret dan Statif Pengaduk Magnetik pH meter Gelas Beker Corong Kertas Saring
Larutan standard
The plastisicer o-
lantanum (10-1 M) Ionophore 1,10Diaza-4,7,13,16-
nitro phenyl octyl
ether (NPOE) anionicside
tetraoxacyclooctadec
potassium tetrakis
ane-N,N’-
(4-chlorophenyl ) .
diaceticacid
borate (KTCPB) Larutan EDTA
3.2 Metode Kerja 1. Pembuatan elektroda Membran dibuat dengan menimbang komponen membran yang meliputi ionophor DACDA 10,0 mg 6,62 % berat), plastisicer NPOE 90,2 mg (59,69 % berat) dan PVC 45,5 mg (30,11 % berat) dan KTCPB 5,4 mg (3,57 % berat). Bahan-bahan tersebut ditempatkan dalam botol ukuran 5 mL dan ditambahkan 2,5 mL THF untuk melarutkannya. Setelah semua bahan larut (dalam beberapa jam) larutan membran diuapkan pada permukaan kaca dengan luas 1,5 x 4 cm2 hingga semua THF menguap dan kering (± 5-6 jam). Untuk pembuatan elektroda, membran ditempelkan pada bagian ujung tabung elektroda dengan cara direkatkan dengan larutan THF sebagai lem dan dibiarkan 1 hari supaya cukup rapat. Bagian dalam elektroda ini kemudian dimasuki elektroda pembanding dalam Ag/AgCl dan larutan pembanding dalam berupa campuran KCl 10-3 M dan La3+ 10-3 M. Elektroda yang telah dibuat kemudian direndam dalam larutan La3+ 10-3 M selama 24 jam sebelum digunakan. 2. Pengukuran Potensial sel Besarnya potensial yang terukur sangat ditentukan oleh sistem sel yang dipakai pada sistem potensiometri. Adapun konstruksi sel jika dituliskan adalah sebagai berikut: Hg Hg2Cl2 KCl(s) : KCl 3 M ║ larutan ║ membran larutan AgCl Ag sampel cair dalam Pengukuran potensial dengan menggunakan voltmeter merk TOA seri 410 dengan sel pembanding luar elektroda kalomel jenuh. 3.3 Hasil dan Pembahasan
Potensiometri dan Aplikasinya
Page 14
Titrasi potensiometri 25 mL larutan La3+ 10-5 M dengan larutan EDTA 3,92.10-3M dilakukan dengan penambahan jumlah volume EDTA 0,02 mL. Nilai potensial sel diukur dengan elektroda ESI-La. Nilai selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
Dari data tersebut jika dibuat grafik hubungan antara volume EDTA dengan potensial yang terukur akan diperoleh grafik seperti pada gambar 3. Sedangkan grafik turunan pertamanya sebagai hubungan antara volume EDTA dengan ΔE/ΔV dapat dilihat pada gambar 4.
Potensiometri dan Aplikasinya
Page 15
Dari gambar 3 tampak bahwa pada penambahan awal larutan EDTA grafik masih mendatar (jumlah ion La masih cukup tinggi) Pada penambahan larutan EDTA sekitar 0,60 mL grafik mulai menurun, maka ini menunjukkan jumlah ion La yang berkurang cukup signifikan. Pada grafik mulai mendatar kembali menunjukkan jumlah ion La yang sudah habis membentuk kompleks dengan EDTA. Berdasarkan grafik gambar 3 dan 4 tersebut dapat ditentukan bahwa titik ekivalen terjadi pada penambahan volume EDTA 0,65 mL. Volume teortis adalah 0,637 mL, dengan demikian konsentrasi ion La dalam larutan adalah 1,02.10-4 M dan kesalahan titrasi adalah 1,8 %. Untuk titrasi terhadap larutan La3+ 10-5 M diperoleh seperti pada gambar 5 berikut:
Dari grafik pada gambar 5, titik akhir titrasi terjadi pada penambahan EDTA 0,060 mL. Titik akhir teoritis seharusnya penambahan EDTA 0,0637 mL. Sehingga konsentrasi ion La yang terukur adalah 9,41.10-6 M dan kesalahan titrasi sebesar 5,8 %. 3.4 Kesimpulan Percobaan
Potensiometri dan Aplikasinya
Page 16
Dari hasil penelitian diperoleh pola grafik hubungan ekivalen yang menunjukkan kemampuan sensor ESI-La terhadap jumlah ion La. Besarnya konsentrasi La yang terukur masing-masing 9,41.10-6 M dan 1,02.10-4 M dari larutan baku 10-5 M dan 10-4 M. Sedangkan kesalahan titrasi untuk larutan 10-5 M dan 10-4 M masing-masing sebesar 5,8 % dan 1,8 %.
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dari makalah ini dapat disimpulkan sebagai berikut : Potensiometri dan Aplikasinya
Page 17
Potensiometri merupakan suatu metode analisis kimia yang melibatkan pengukuran potensial dari suatu sel Galvani. Elektroda Pembanding merupakan elektroda yang telah diketahui potensialnya secara pasti dan potensialnya bernilai konstan pada temperatur konstan selama pengukuran berlangsung Elektroda Indikator merupakan elektroda yang potensialnya merespons perubahan aktivitas dalam larutan uji. Elektroda indikator dapat berupa elektroda membran, elektroda inert, maupun elektroda logam. Analisis potensiometri terbagi menjadi Potensiometri Langsung dan Titrasi Potensiometri Penentuan Elektroda Selektif Ion Lanthanum dapat dilakukan secara Titrasi Potensiometri
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A., dan A.L., Underwood. 1986. “Analisis Kimia Kualitatif (terjemahan)”. Erlangga Jakarta.
Potensiometri dan Aplikasinya
Page 18
Houk, R.S., Fassel, F.A., Flesch, G.D., Svec, H.J., 1980, Anal Chem, 52, 2283- 2289. I Made Sukarna, 1995, Studi Selektivitas Pemisahan Lantanum dari Logam Tanah Jarang Serium, Neodinium, Samarium dan Galium dalam Sistem Ekstraksi Pelarut Cair-cair, Tesis S2, ITB Mazzucotelli A., De Paz F., Magi E., Franche R., Anal Sci, 1992, 8, 189-192. Chang CA., Ochaya Ven O., Inorg Chem, 1986, 25, 355-358 Choudhury DA., Obata T. and Kamato S., Anal Chem, 1996, 68, 366-378. Suyanta, Susanto I.R, Buchari, Indra N, 2004, Kinerja Elektroda Selektif ion Lantanum dengan Ionophore DACDA, Proseding Semnas FMIPA UNY. Skoog, D.A., West, M.D., and Holler, F.J., 1996, Fundamental of Analytical Chemistry, Seventh Edition, New York: Sounders College Publishing. Morf WE., Simon W., Ion Selective Electrode in Analytical Chemistry, Freiser H Ed, Plenum, New York, 1978. Bakker E., Bulhman P., Pretch E., Chem Rev, 1997, 3083-3132. Evan Alum, 1987, Potentiometry and Ion Selective Electrode, New York : John Willey and Sons.
Potensiometri dan Aplikasinya
Page 19