BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kingdom animalia di sebut juga dunia hewan.Organisme yang tergolong dalam kingdom ini memiliki bentuk dan ukuran yang beragam.Cara bergeraknya pun berbeda-beda. Namun, semua orgnisme yang tergolong dalam animalia memiliki beberapa cirri yang sama. Animalia beranggotaakan organism eukariotik dan multiseluler. Animalia tidak memiliki klorofil sehingga tidak mampu membuat makanan sendiri, organism ini memperoleh energi dengan cara memakan organisme lain berupa tumbuhan atau hewan lain (bersifat heterotrof), sel-sel penyusun tubuh hewan tidak memiliki dinding sel,. Animalia beranggotakan jenis-jenis organism yang umumnya mampu bergerak aktif, memiliki otak dan sistem saraf, serta bereproduksi secara seksual Berdasarkan perbedaan pada simetri tubuh dan lapisan penyusun tubuhnya, kingdom animalia dibagi menjadi Sembilan filum berikut: 1.
Porifera (hewan berpori)
2.
Coenlenterata (hewan berongga)
3.
Platyhelminthes (cacing pipih)
4.
Nemathelminthes (cacing gilig)
5.
Annelida (cacing bersegmen)
6.
Mollusca (hewan bertubuh lunak)
7.
Arthropoda (hewan berbuku-buku)
8.
Echinodermata (hewan berkulit duri)
9.
Chordata (hewan bertulang belakang) Pada makalah ini kami akan mencoba sedikit membahas dua dari
Sembilan
filum
tersebut.
Yaitu,
platyhelminthes
nemathelminthes (cacing gilig) 1
(cacing
pipih)
dan
B. Rumusan Masalah Berdasarkan pembahasan di atas, maka rumusan masalah yang lahir adalah: 1.
Apa yang dimaksud filum platyhelminthes?
2.
Bagaimana ciri-ciri umum platyhelminthes?
3.
Bagaimana klasifikasi platyhelminthes?
4.
Bagaimana reproduksi platyhelminthes?
5.
Apa peranan platyhelminthes?
6.
Apa yang dimaksud filum nemathelminthes?
7.
Bagaimana ciri-ciri umum nemathelminthes?
8.
Bagaimana klasifikasi nemathelminthes?
9.
Bagaimana reproduksi nemathelminthes?
10. Apa peranan nemathelminthes? C. Tujuan Mengacu pada rumusan masalah tersebut tujuan yang diharapkan adalah: 1.
Memahami definisi filum platyhelminthes
2.
Mengetahui ciri-ciri umum platyhelminthes
3.
Memaparkan klasifikasi platyhelminthes
4.
Mengetahui reproduksi platyhelminthes
5.
Mengetahui peranan platyhelminthes
6.
Memahami definisi filum nemathelminthes
7.
Mengetahui ciri-ciri umum nemathelminthes
8.
Memaparkan klasifikasi nemathelminthes
9.
Mengetahui reproduksi nemathelminthes
10. Mengetahui peranan nemathelminthes D. Manfaat Manfaat yang diharapkan dalam pembahasan ini ada dua yaitu, manfaat teoretis dan manfaat praktis. 1. Manfaat
teoretis=
Dapat
menambah
khasana
keilmuan
platyhelminthes (cacing pipih) dan nemathelminthes (cacing gilig) 2
tentang
2. Manfaat praktis= Memberikan pengetahuan pada masyarakat (pembaca) terhadap platyhelminthes (cacing pipih) dan nemathelminthes (cacing gilig)
3
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Platyhelmintes Platyhelminthes adalah filum dalam Kerajaan Animalia (hewan).Filum ini mencakup semua cacing pipih kecuali Nemertinea, yang dulu merupakan salah satu kelas pada Platyhelminthes, yang telah dipisahkan. Platyhelminthes,adalah filum ketiga dari kingdom animalia setelah porifera dan coelenterata. Cacing ini bisa hidup bebas dan bisa hidup parasit. Yang merugikan adalah platyhelminthes yang hidup dengan cara parasite Platyhelminthes bersal dari kata : platy = pipih dan helmins = cacing atau cacing pipih adalah kelompok hewan yang struktur tubuhnya sudah lebih maju dibandingkan Porifera dan Coelenterata.Tubuh Platyhelminthes memiliki tiga lapisan sel (triploblastik), yaitu ekstoderm, mesoderm, dan endoderm. Pada Platyhelminthessudah tedapat alat atau organ sederhana seperti pharynx
yang
bersifat
musculer, ocelli dan alatalat yang lebih kompleks misalnya organ genitalia danorgan Namun
excretoria. mereka
mempunyai
masih systema
gastrovasculare diketemukan
seperti pada
Coelenterata dengan hanya satu muara keluar yang berfungsi
baik
sebagai
mulut maupun sebagaianus.
4
Platyhelminthes memiliki tubuh pipih, lunak dan epidermis bersilia. Cacing pipih ini merupakan hewan tripoblastik yang tidak mempunyai rongga tubuh (acoelomata). Hidup biasanya di air tawar, air laut dan tanah lembab.Ada pula yang hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia.Cacing parasit ini mempunyai lapisan kutikula dan silia yang hilang setelah dewasa.Hewan ini mempunyai alat pengisap yang mungkin disertai dengan kait untuk menempel. Cacing pipih belum mempunyai sistem peredaran darah dan sistem pernafasan.Sedangkan sistem pencernaannya tidak sempurna, tanpa anus.Contoh Platyhelmintes adalah Planaria.Planaria mempunyai sistem pencernaan yang terdiri dari mulut, faring, usus (intestine) yang bercabang 3 yakni satu cabang ke arah anterior dan 2 cabang lagi bagian samping tubuh. Percabangan ini berfungsi untuk peredaran bahan makanan dan memperluas bidang penguapan.Planaria tidak memiliki anus pada saluran pencernaan makanan sehingga buangan yang tidak tercerna dikeluarkan melalui mulut. B. Ciri-ciri Umum Platyhelmintes (cacing pipih) memiliki beberapa ciri-ciri/karakteristik umum antara lain sebagai berikut...
Memiliki bentuk tubuh pipih, simetris dan tidak bersegmen
Ukuran tubuh mikroskopis dan ada juga yang memiliki panjang tubuh 20 cm yaitu cacing pita.
Memiliki satu lubang yaitu di mulut tanpa dubur
Mempunyai daya regenerasi yang tinggi, dan bersifat hermafodit (dua kelamin)
Hidup parasit dan ada juga yang hidup bebas
Habitat di air tawar, air laut, tempat lembab, atau dalam tubuh organisme lain.
Melakukan perkembangbiakan (bereproduksi) secara generatif dengan perkawinan silang dan bereproduksi secara vegetatif yaitu membelah diri
Sensitif dengan cahaya 5
Tidak memiliki sistem pernapasan. Cacing pipih menggunakan pori-pori sebagai tempat masuknya oksigen. Masuknya oksigen ke pori-pori dengan cara difusi.
Tidak mempunyai rongga sejati, namun memiliki simetri bilateral
Tidak memiliki sistem pencernaan lengkap. Pencernaan platyhelmintes (cacing pipi) melalui rongga gastrovaskular
Mempunyai sistem saraf tanggal tali dan memiliki mata
Platyhelminthes (cacing pipih) tidak mempunyai pembuluh darah. Sehingga rongga gastrovaskular beperan mendistribusikan nutrisi ke seluruh tubuh.
Platyhelminthes (cacing pipih) bersifat triploblastik (memiliki tiga lapisan embrional), yaitu epidermis (lapisan luar), mesodermis (lapisan tengah), dan endodermis (lapisan dalam).
C. Klasifikasi Platyhelminthes 1. Kelas Turbellaria TURBELLARIA Turbellaria
merupakan
kelompok
platyhelminthes yang dapat bergerak dengan
menggetarkan
bulu
getarnya.Cacing pipih jenis ini hidup secara bebas (bukan parasit) dan tidak memiliki alat hisap.Tempat hidupnya di air atau tempat lembab, dan tidak hidup pada tempat yang terkena cahaya matahari langsung. Salah satu hewan jenis ini yang sangat dikenal adalah planaria, kami akan berusaha menjelaskan kelas ini dengan mencontohkan planaria.Tubuh Planaria memiliki panjang 1 – 2 cm. Planaria memakan protista dan hewan kecil lainnya, planaria memakan mangsanya dengan menggunakan faring. Setelah ditangkap, makanan akan dipecah dan didorong masuk ke lambung oleh faring. Umumnya hewan jenis ini melakukan reproduksi secara seksual.Warna tubuhnya gelap dan pada 6
bagian kepala terdapat bintik mata untuk membedakan keadaan gelap dan terang.Mulutnya terdapat di permukaan ventral juga bisa di tengah tubuh.Pada mulut terdapat struktur seperti taring yang disebut probosis, probosis berfungsi untuk menangkap mangsa. Turbellaria mampu beregenerasi dengan cara memotong tubuh, dan daya regenerasi ini sangat baik. Epidermis bersilia dan tubuh berbentuk seperti tongkat. Umumnya berwarna coklat kehitaman. Contoh Turbellaria antara lain Planaria (Dugesia), Geoplama, Bipalia, Pseudobicero, Prostheceraeus. Planaria merupakan tipe umum untuk mempelajari platyhelmintes yang mempunyai panjang tubuh kira-kira 5-25 mm. Permukaan tubuh bersilia dan mempunyai sepasang bintik mata. Terdapat celah mulut yang dilengkapi dengan proboscis, yaitu faring yang dapat ditonjolkan ke luar. Faring berlanjut ke ruang digesti yang terdiri dari 3 cabang utama, dua anterior dan satu posterior.Saluran pencernaannya berupa rongga gastrovaskular sehingga tidak terdapat anus. Sistem pencernaan planaria sebagai berikut: Anggota kelas ini tidak memiliki sistem respirasi dan sistem sirkulasi darah
khusus,
tubuhnya.Mampu
sehingga bergerak
bernapas secara
aktif
melalui
seluruh
sebab
memiliki
permukaan silia
yang
membantunya berpindah tempat.Mekanisme gerak berkaitan dengan sistem saraf dan sistem indera. Sistem saraf terdiri dari 2 batang saraf yang membujur memanjang, yang di bagian anteriornya berhubungan silang, dan dua ganglion anterior yang terletak di dekat bintik mata.Sistem indera pada hewan kelas ini berkembang cukup baik. Terdapat indera peraba dan sel kemoreseptor yang terletak di sisi kepala. Beberapa spesies mempunyai statosis sebagai alat keseimbangan dan reoreseptor untuk mengetahui arah aliran air. Sistem ekskresi terdiri dari 2 tabung ekskresi longitudinal yang dimulai dari sel-sel nyala (flame cell) yang di bagian anteriornya berhubungan 7
silang. Seluruh sistem terbuka ke luar melalui porus ekskretorius. Sistem eksresi Dugesia terdiri dari saluran bercabang-cabang yang disebut protonefridia, memanjang dari pori-pori pada permukaan tubuh bagian dorsal sampai ke sel-sel api dalam tubuhnya. Sel-sel api yang berbentuk seperti bola lampu dan memiliki silia di dalamnya. Pergerakan silia berfungsi untuk menggerakkan air dalam sel menyerupai nyala api sehingga sel tersebut dinamakan sel api. Sistem reproduksi majemuk karena bersifat hermafrodit dan dapat melangsungkan pembuahan sendiri. Secara aseksual dengan fragmentasi karena memiliki daya regenerasi yang besar. Fragmen tersebut dapat tumbuh menjadi individu baru. 2. Kelas Trematoda (Cacing Hisap) Tremotoda merupakan kelompok platyhelminthes yang memiliki alat hisap dan alat kait untuk menempelkan diri pada inangnya.Trematoda merupakan platyhelminthes
yang
hidupnya
parasit.Tubuh bagian luarnya ditutupi oleh kutikula yang berfungsi agar tubuhnya tidak tercerna oleh sel tubuh inangya.Hewan
jenis
ini
tidak
memiliki silia pada permukaan luar tubuh.Makanan
dari
trematoda
merupakan cairan atau jaringan tubuh inangnya.Dinding tubuhnya memiliki otot dan saraf.Contoh hewan ini adalah cacing hati.Semua anggota Trematoda hidup parasit, terutama pada Vertebrata. Ada yang hidup sebagai ektoparasit, ada yang sebagai endoparasit. Permukaan tubuh tidak bersilia, tetapi tertutup dengan kutikula. Tidak memiliki alat gerak. Umumnya berwarna gelap, dengan ukuran yang beragam. Contoh hewannya antara lain Fasciola hepatica,
8
Clonorchis sinensis, Paragonimus westermani, Schistosoma. Gambar anatomi Fasciola hepatica: Beberapa ada yang memiliki alat isap mulut dan alat isap perut yang dilengkapi dengan kait untuk melekatkan diri pada inangnya. Beberapa jenis cacing hati yang dapat menginfeksi manusia antara lain sebagai berikut : - Opisthorchis sinensis ( Cacing hati cina ) cacing dewasa hidup pada organ hati manusia.Inang perantaranya adalah siput air dan ikan. - Schistosoma japonicum Cacing ini hidup di dalam pembuluh darah pada saluran pencernaan manusia.Manusia merupakan inang utamanya, namun hewan juga dapat terinfeksi seperti tikus, anjing, babi, dan sapi.Inang perantaranya adalah siput amphibi Oncomelania hupensis.Cacing ini menyebabkan penyakit skistosomiasis dengan ciri demam, anemia, disentri, berat badan turun, dan pembengkakan hati. - Paragonimus westermani Cacing ini hidup dalam paru-paru manusia.Inang perantaranya adalah udang air tawar. Saluran pencernaannya berupa rongga gastrovaskular. Mulut melanjut ke faring dan esofagus yang bercabang dua, yang kemudian masing-masing bercabang banyak. Sisa metabolisme yang berupa cairan akan dikeluarkan melalui pori ekskresi. Anggota kelas ini tidak memiliki sistem respirasi dan sistem sirkulasi darah khusus, sehingga bernapas melalui seluruh permukaan tubuhnya. Hewan-hewan kelas ini tidak memiliki alat gerak, gerakan terjadi akibat aliran dalam cairan tubuh inangnya. Jika hewan tersebut telah menempel pada inangnya melalui alat isap mulut dan alat isap perut, maka gerakan akan mengikuti arah dari aliran tubuh inangnya.
9
Sistem saraf serupa dengan sistem saraf pada kelas Turbellaria. Sistem saraf ini bersifat primitif, yaitu berupa ganglion otak yang memanjang. Sistem indera tidak berkembang. Sistem ekskresi dimulai dari flame cell, terus ke saluran ekskresi dan bermuara di bagian posterior. Cacing kelas ini bersifat hermafrodit. Inang perantaranya adalah siput air dan inang tetapnya adalah sapi. Berikut daur hidupnya 3. Kelas Cestoda (Cacing Pita) Cestoda merupakan kelompok platyhelminthes yang berbentuk seperti pita dan bersifat parasit.Pada bagian kepala hewan ini terdapat kait yang berfungsi untuk mengaitkan tubuhnya pada usus inang.Kepala cacing pita disebut skoleks dan bagian di bawah kepala
disebut
strobilus.Bagian
Strobilus berfungsi untuk membentuk progtolid pada hewan ini. Progtolid merupakan bagian tubuh yang akan menjadi individu baru nantinya. Cestoda terus membentuk progtolid dan semakin ke ujung progtolid tersebut semakin besar dan semakin matang.Selama siklus hidupnya mereka dapat melibatkan lebih dari satu inang. Cacing pita dapat ditularkan ke manusia melalui daging babi atau sapi terinfeksi yang tidak dimasak dengan matang Cestoda juga disebut sebagai cacing pita karena bentuknya pipih panjang seperti pita.Tubuh Cestoda dilapisi kutikula dan terdiri dari bagian anterior yang disebut skoleks, leher (strobilus), dan rangkaian proglotid.Pada skoleks terdapat alat pengisap.Skoleks pada jenis Cestoda tertentu selain memiliki alat pengisap, juga memiliki kait (rostelum) yang berfungsi untuk melekat pada organ tubuh inangnya.Dibelakang skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid. 10
Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin betina (ovarium).Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri.Proglotid yang dibuahi terdapat di bagian posterior tubuh cacing.Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang utama bersama dengan tinja. Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makan dari usus halus inangnya.Sari makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan tubuhnya karena cacing ini tidak memiliki mulut dan pencernaan (usus).Manusia dapat terinfeksi Cestoda saat memakan daging hewan yang dimasak tidak sempurna.Inang perantara Cestoda adalah sapi pada Taenia saginata dan babi pada taenia solium. Reproduksi dan daur hidup Taenia solium dimulai dari lepasnya proglotid tua bersama feses dari tubuh manusia.Tiap ruas berisi ribuan telur yang telah dibuahi.Kemudian, ruas-ruas tersebut hancur dan telur yang telah dibuahi bisa tersebar ke mana-mana.Zigot terus berkembang membentuk larva onkosfer di dalam kulit telur.Jika telur termakan babi, kulit telur dicerna dalam usus, dan larva onkosfer menembus usus masuk ke pembuluh darah atau pembuluh limfe dan akhirnya masuk ke otot lurik.Di otot, larva onkosfer berubah menjadi kista yang terus membesar membentuk cacing gelembung (sistiserkus).Pada dinding sistiserkus berkembang skoleks.Jika seseorang memakan daging tersebut yang belum matang, kemungkinan sistiserkus masih hidup. Di dalam usus manusia yang memakannya, skoleks akan keluar dan akan menempel pada dinding usus, sedangkan bagian gelembungnya akan dicerna. Dari “leher”, kemudian akan tumbuh proglotid-proglotid. Selanjutnya, proglotid tua akan menghasilkan telur yang telah dibuahi. D. Reproduksi Platyhelminthes Platyhelminthes bisa bereproduksi dengan cara aseksual dan seksual. Secara aseksual dilakukan dengan pembelahan tubuh. Tiap-tiap hasil pembelahan akan meregenerasi bagian tubuh yang hilang. Cara reproduksi aseksual tersebut biasanya dilakukan oleh Tubellaria sp. Platyhelminthes juga bisa bereproduksi secara seksual dengan cara perkawinan silang meskipun cacing pipih bersifat hermafrodit. Zigot dan
11
kuning telur yang terbungkus kapsul akan menempel pada batu atau tumbuhan, kemudian menetas menjadi embrio yang mirip induknya.
E. Peranan Platyhelminthes Karena kebanyakan platyhelminthes hidup sebagai parasit, pada umunya filum ini akan merugikan manusia, selain manusia, ada pula cacing pita inag domba dan anjing, dulu amat banyak orang-orang cina, jepang dan korea yang menderita karena penyakit parasit, clonorchis, disamping belum berkembang ilmu kesehatan, maka mereka juga suka makan ikan mentah atau setengah matang. Usaha-usaha untuk mencegah infeksi cacing pita pada manusia dan pada inag lain biasanya dengan memutuskan daur cacing pita, baik dengan cara mencegah jangan sampai inang perantara terkena infeksi maupun dengan jalan mencegah jangan sampai inag sendiri terkjena infeksi, selain itu juga pembuangan tinja manusia perlu diatur menurut syarat-syarat kesehatan sehingga tidak memungkinkan heksakan yang keluar bersama tinja-tinja itu sampai tertelan babi, sementara itu semua daging babi, sapid an ikan yang mungkin mengandung sisteserkus harus dimask sebaik-baiknya oleh manusia. F. Pengertian Nemathelminthes Nama lain Nemathelminthes adalah Nematoda. Cacing yang tergolong dalam filum Nemathelminthes bentuk tubuhnya gilig (bulat panjang), bilateral 12
simetris, tidak bersegmen, triploblastik, dan memiliki rongga tubuh semu (pseudoselomata).Sebagian cacing gilig hidup bebas di air atau di tanah, dan sebagian parasit pada hewan atau manusia.Cacing ini berukuran kecil (mikroskopis), dan tubuh dilapisi kutikula. Nemathelminthes adalah kelompok hewan cacing yang mempunyai tubuh bulat panjang dengan ujung yang runcing.Secara bahasa, Kata Nemathelminthes berasal dari bahasa yunani, yakni “Nema” yang artinya benang, dan “helmintes” yang artinya cacing.Nemathelminthes sudah memiliki rongga pada tubuhnya walaupun rongga tersebut bukan rongga tubuh sejati. Rongga tubuh pada Nemathelminthes disebut pseudoaselomata.Cacing ini mempunyai tubuh meruncing pada kedua ujung sehingga disebut dengan cacing gilig. Ukuran tubuh Nemathelminthes umumnya miksroskopis, tapi ada juga yang mencapai ukuran 1 m. Cacing Nemathelminthes kebanyakan hidup parasit pada tubuh manusia, hewan, atau tumbuhan, namun adapula yang hidup bebas. Ukuran dari cacing betina lebih besar dari cacing jantan. Saluran pencernaan sempurna, mulut di ujung anterior dilengkapi gigi pengait dan anus di ujung posterior.Cacing ini bernapas secara difusi melalui seluruh permukaan tubuh dan memiliki cairan mirip darah sebagai alat transportasi.Reproduksi cacing gilig secara seksual, ovipar, dan jenis kelamin terpisah (gonochoris).Cacing jantan berukuran lebih kecil daripada cacing betina. G. Ciri-ciri Umum Nemathelminthes 1. Memiliki tubuh yang berbentuk bulat panjang seperti benang dengan ujungujung yang meruncing, berbentuk gilig/silindris memanjang , tidak beruasruas, tidak bersilia, dan simetris bilateral 2. Merupakan anggota dari kelompok hewan pseudoselomata ( Hewan yang memiliki rongga tubuh (selom) yang bersifat semu ) 3. Tergolong triploblastik karena tubuhnya terdiri dari 3 lapisan yaitu ektoderm , mesoderm dan endoderm denga rongga tubuh / selom yang masih bersifat semu 13
4. Sistem pencernaan tubuh yang lengkap mulai dari mulut, faring, usus, dan anus 5. Alat ekskresi berupa protonefridia (Tubulus/pembuluh bercabang-cabang yang memanjang pada bagian samping kiri dan kanan disepanjang tubuh Sel ) 6. Belum memiliki sistem peredaran darah, jantung, dan sistem pernafasan 7. Sistem Pernapasan Pernapasan dengan pertukaran gas secara difusi melalui permukaan tubuh 8. Habitat cacing ini berada di tanah becek dan di dasar perairan tawar atau laut Hidupnya ada yang bebas dan ada pula yang bersifat parasit pada manusia, hewan, dan tumbuhan lain. Nemathelminthes yang hidup secara bebas berperan sebagai pengurai sampah organik, sedangkan yang hidup secara parasit memperoleh makanan berupa sari makanan dan darah dari tubuh inangnya. 9. Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi, mulai dari yang bersifat mikroskopis hingga yang panjangnya 1 meter. Umumnya, Individu betina berukuran lebih besar daripada individu jantan 10. Permukaan tubuh pada Nemathelminthes dilapisi oleh lapisan kutikula yang berfungsi untuk melindungi diri dari enzim pencernaan inang . 11. Sistem Syaraf Sistem syaraf berupa cincin syaraf yang menelilingi esofagus yang dihubungkan 6 serabut syaraf ke bagian anterior dan posterior. 12. Sistem Reproduksi bereproduksi secara seksual. Umumnya cacing betina lebih besar daripada cacing jantan. Perbedaan lain terdapat pada bagian ekor. Pada hewan jantan, di dekat lubang anal terdapat tonjolan yang disebut penial setae yang digunakan untuk kopulasi, sedangkan pada betina tidak ada. Fertilisasi berlangsung secara internal
14
H. Klasifikasi Nemathelminthes 1. Adenophorea Anggota kelas dari Adhenophorea tidak mempunyai phasmid (organ kemosreseptor) sehingga disebut dengan Aphasmida.Banyak dari anggota Adenophorea yang hidup bebas, tetapi menjadi parasit di berbagai hewan. Contohnya Trichuris ovis sebagai parasit di domba Cacing Trichinella spiralismenjadi parasit di usus karnivor dan manusia.Cacing yang menyebabkan penyakit trikinosis.Setelah cacing dewasa kawin, cacing jantan mati, sedangkan cacing betina menghasilkan larva.Larva memasuki sel-sel mukosa dinding usus kemudian mengikuti peredaran darah hingga ke otot lurik.Dalam otot lurik, larva membentuk sista.Manusia mengalami infeksi cacing jika cacing dimakan yang kurang matang dan mengandung sista.Penyakit trikinosis ditandai dengan rasa mual yang hebat dan terkadang menimbulkan kematian ketika larva menembus otot jantung.
Larva Trichinella spiralis 2. Secernentea Secernentea disebut dengan Phasmida, karena terdapat anggota spesiesnya mempunyai phasmid.Banyak anggota kelas hidup dalam tubuh vertebrata, serangga dan tumbuhan.Contoh spesies dan Secernentea adalah sebagai berikut:
15
A. Ascaris Lumbricoides (Cacing Pita) Ascaris lumbricoides adalah parasit usus halus manusia yang menyebabkan penyakit askariasis.Infeksi cacing perut menyebabkan penderita mengalami kekurangan gizi.Tubuh pada bagian anterior cacing mempunya mulut yang dengan dikelilingi tiga bibir dan gigi-gigi kecil.
Ascaris Lumbricoide Cacing betina memiliki ukuran panjang sekitar 20-49 cm, dengan diamater 46 mm, di bagian ekor runcing lurus, dan dapat menghasilkan 200.000 telur per hari. Cacing jantan berukuran panjang sekitar 15-31 cm, dengan diameter 2-4 mm, bagian ekor runcing melengkung, dan di bagian anus terdapat spikula yang berbentuk kait untuk memasukkan sperma ke tubuh betina. Setelah terjadi perkawinan, cacing betina menghasilkan telur.Telur kemudian keluar bersama tinja.Telur mengandung embrio terletan bersama-sama dengan makanan yang terkontaminasi.Di dalam usus inang, telur menetas menjadi larva.Larva selanjutnya menembus dinding usus dan masuk ke daerah pembuluh darah, jantung, paru-paru, faring, dan usus halus hingga cacing dapat tumbuh dewasa.
16
Operasi Ascaris Lumbricoide Cacing ini parasit pada usus halus manusia.Dikenal sebagai cacing gelang atau cacing perut.Cacing betina berukuran lebih panjang daripada cacing jantan. Panjang tubuhnya dapat mencapai 25 cm, diameter tubuh sekitar 0,5 cm. Dalam sehari cacing betina mampu menghasilkan sampai 200.000 telur.Daur hidup Ascaris lumbricoides: Telur keluar bersama feses penderita => termakan oleh manusia => menetas menjadi larva dalam usus halus => larva menembus dinding usus => ikut aliran darah ke jantung => masuk ke paru-paru => trakea => tertelan lagi => lambung => di usus halus menjadi cacing dewasa.
17
B. Ancylostoma Duodenale (Cacing Tambang)
Anylostoma duodenale / Necator americanus Anylostoma duodenale disebut cacing tambang karena sering ditemukan didaerah pertambangan, misalnya di Afrika.Spesies cacing tambang di Amerika yaitu
18
Necator americanus.Cacing yang hidup parasit di usus halus manusia dan mengisap darah sehingga dapat menyebabkan anemia bagi penderita ankilostomiasis. Cacing tambang dewasa betina yang berukuran 12 mm, mempunyai organorgan kelamin luar (vulva), dandapat menghasilkan 10.000 sampai 30.000 telur per hari. Cacing jantan yang berukuran 9 mm dan mempunyai alat kopulasi di ujung posterior.Di ujung anterior cacing terdapat mulut yang dilengkapi 1-4 pasang gigi kitin untuk mencengkeram dinding usus inang. Setelah terjadi perkawinan, cacing betina menghasilkan telur.Telur keluar bersama feses (tinja) penderita.Di tempat yang becek, telur menetas dan menghasilkan larva.Larva masuk ke tubuh manusia dari pori-pori telapak kaki.Larva mengikuti aliran darah menuju jantung, paru-paru, faring, dan usus halus hingga yang tumbuh dewasa. C. Wuchereria bancrofti Wuchereria bancrofti disebut juga Filaria bancrofti (cacing filaria).Cacing ini menyebabkan penyakit kaki gajah (filariasis, elefantiasis), yang ditandai dengan pembengkakan
di
daerah
kaki
(dapat
juga
di
organ
lain,
misalnya
skrotum).Banyaknya populasi cacing ini dalam saluran getah bening mengakibatkan penyumbatan pada saluran kelenjar getah bening.Dengan adanya penyumbatan ini menyebabkan penumpukan cairan getah bening di suatu organ.Jika penumpukan terjadi di daerah kaki maka kaki membengkak sehingga menyerupai kaki gajah.
19
Penyakit kaki gajah
Wuchereria bancrofti
D. Onchorcerca Volvulus Onchorcea vovulus merupakan cacing mikroskospis penyebab onchocerciasis (river blindness) yang mengakibatkan kebutaan.Vektor pembawa adalah lalat kecil pengisap darah black fly (simulium).Cacing banyak terdapat di Afrika dan Amerika Selatan.
20
Larva Onchorcea vovulus
3. Enterobios vermicularis Enterobios vermicularis disebut juga Oxyuris vermicularis atau cacing kremi.Parasit pada usus besar manusia. Jika akan bertelur cacing betina bermigrasi ke daerah sekitar anus sehingga menimbulkan rasa gatal. Bila tanpa sengaja kita menggaruknya, kemudian tanpa cuci tangan maka telur cacing ini dapat tertelan kembali. Cacing betina panjangnya sekitar 1 cm, sedangkan cacing jantan panjangnya sekitar 0,5 cm.
21
telur Enterobios vermicularis I. Reproduksi Nemathelminthes Alat kelamin terpisah, cacing betina lebih besar dari cacing jantan dan yang jantan mempunyai ujung berkait. Gonad berhubungan dengan saluran alat kelamin, dan telur dilapisi oleh kulit yang terbuat dari kitin. Hewan ini tidak berkembangbiak secara aseksual. Nemathelminthes umumnya melakukan reproduksi secara seksual. Sistem reproduksi bersifat gonokoris, yaitu organ kelamin jantan dan betina terpisah pada individu yang berbeda. Fertilisasi terjadi secara internal. Telur hasil fertilisasi dapat membentuk kista dan kista dapat bertahan hidup pada lingkungan yang tidak menguntungkan. J. Peranan Nemathelminthes Nemathelmintes terdiri dari dua macam ada yang bebas dan ada yang parasit.Bagi jenis nemathelmintes yang bebas berperan dalam tanah yang becek dan didasar perairan untuk menguraikan sampah-sampah organik. Sedangkan bagi nemathelmintes yang parasit manusia dan hewan dalam tubuh inangnya dan memperoleh dengan menyerap nutrisi dan darah dari inangnya yang
22
menyebabkan kerugian dengan menimbulkan penyakit ascariasis, filariasis, trichinosis, dan anemia.
23
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Platyhelminthes berasal dari Bahasa Yunani, dari kata Platy = pipih dan helminthes = cacing. Jadi berarti cacing bertubuh pipih. Platyhelminthes terbagi menjadi 3 kelas, yaitu: Turbellaria, Trematoda (cacing hisap), dan Cestoda (cacing pita).Platyhelminthes yang hidup bebas adalah di air tawar, laut, dan tempattempat yang lembab, sedangkan Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam tubuh
inangnya
(endoparasit)
pada
siput
air,
sapi,
babi,
atau
manusia.Platyhelminthes tidak memiliki rongga tubuh (selom) sehingga disebut hewan aselomata.Tubuh pipih dorsoventral, tidak berbuku-buku, simetri bilateral, serta dapat dibedakan antara ujung anterior dan posterior.Siklus hidup dari Platyhelminthes parasit yang ada hubungan dengan manusia diantaranya: dari kelas Trematoda, Clonorchis sp dan Fasciola hepatica. Dan dari kelas Cestoda, Taenia saginata dan Taenia solium.Peranan platyhelminthes dalam kehidupan adalah: Planaria menjadi salah satu makanan bagi organisme lain, cacing hati maupun cacing pita merupakan parasit pada manusia. Nemathelminthes umumnya cacing yg hidupnya parasit dan merugikan manusia.Tubuhnya terdiri atas 3 lapisan (triploblastik), yaitu lapisan luar (ektoderm),
lapisan tengah
(mesoderm),
dan
(endoderm).Nemathelminthes terbagi menjadi kelas, yaitu: Nematoda terbagi menjadi : Ø Ascaris lumbricoides (cacing perut) Ø Ancylostoma duodenale (cacing tambang) Ø Oxyuris vermicularis (cacing kremi) Ø Wuchereria bancrofti (cacing rambut) Ø Trichinella spiralis
24
lapisan
dalam
B. Saran Sebaiknya pembaca tidak menjadikan makalah ini sebagai rujukan utama, memngingat masih banyaknya kekurangan dari penulisan makalah ini.
25
DAFTAR PUSTAKA Campbell, Neil. A and Reece, Jane B.2008.Biologi edisi kedelapan.Jakarta:Erlangga. Campbell, Reece, Mitcheli, Biologi Edisi Kelima Jilid 2, Jakarta: Erlangga, 2003. Djarubito, Brotowidjoyo. M. Zoologi Dasar, Jakarta: Erlangga, 1994.Ensiklopedia Hewan (Invertebrata), Jakarta: Lentera Abadi, 2008. George H. Fried & George J. Hademenos, Biologi Edisi Kedua, Jakarta: Erlangga, 2006. Jasir, Maskoeri, Sistematik Hewan, Surabaya: Sinar Wijaya, 1984. John, W. Kimball, Biologi Edisi Kelima Jilid 3, Jakarta: Erlangga, 1999. Kastawi, Yusuf.2005.Zoologi Avertebrata.Malang:UM Press Levine, Norman. D, Parasitologi Veteriner, Yogyakarta: gajah mada university press, 1994 Natadisastra, Djaenuddin, dkk. 2009. Parasitologi Kedokteran. Jakarta : EGC Oemarjati, Boen. S dan Wardhana WIsnu.1990.Taksonomi Avertebrata Pengantar PraktikumLaboratorium.jakarta : UI Press. Rusyana, Adun.2011.Zoologi Invertebrata.Bandung:IKAPI
26