1
1
COVER
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur kepada Allah Swt. Yang berkat petunjuk dan hidayahNyalah makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini berjudul Permainan Tradisional Layang-Layang sebagai Media Olahraga yang disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Jasmani dan Olahraga.
Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai permainan tradisional layang-layang sebagai media olahraga di sekolah untuk membantu penyelenggaraan pendidikan.
Penyusunan makalah ini tidak sedikit menemukan hambatan dan kesulitan,namun berkat dorongan serta doa restu dari segala pihak,Alhamdulillah semua dapat teratasi.
Namun, diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya. Aamiin.
Bandung, 17 Oktober 2015
Penulis,
Daftar Isi
Contents
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Batasan Masalah 1
1.3 Rumusan Masalah 1
BAB II Pembahasan 2
2.1 Sejarah Permainan Layang-Layang 2
2.2 Fungsi Layang-Layang 2
2.3 Alat Yang Digunakan Dalam Permainan Layang-Layang 4
2.4 Cara Bermain Layang-Layang 4
2.5 Nilai Budaya Dalam Permainan Layang-Layang 10
2.6 Peran Permainan Tradisional Terhadap Pendidikan Jasmani 11
BAB III Penutup 12
3.1 Kesimpulan 12
3.2 Saran 12
Daftar Pustaka 13
BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang
Permainan tempo dulu sebenarnya sangat baik untuk melatih fisik dan mental anak. Secara tidak langsung anak-anak akan dirangsang kreatifitas, ketangkasan, jiwa kepemimpinan, kecerdasan, dan keluasan wawasannya melalui permainan tradisional. Namun sayangnya seiring kemajuan jaman, permainan yang bermanfaat bagi anak ini mulai ditinggalkan bahkan dilupakan. Anak-anak terlena oleh televisi dan video game yang ternyata banyak memberi dampak negatif bagi anak-anak, baik dari segi kesehatan, psikologis maupun penurunan konsentrasi dan semangat belajar.
Permainan Tradisional yang semakin hari semakin hilang di telan perkembangan jaman, sesungguhnya menyimpan sebuah keunikan, kesenian dan manfaat yang lebih besar seperti kerja sama tim, olahraga, terkadang juga membantu meningkatkan daya otak. Berbeda dengan permainan anak jaman sekarang yang hanya duduk diam memainkan permainan dalam layar monitor dan sebagainya. Setiap daerah, atau negara memiliki permainan tradisional berbeda-beda.
Salah satu permainan tradisional yang masih digemari hingga saat ini yaitu bermain layang-layang.
Batasan Masalah
Bagaimana Sejarah Permainan Layang-Layang ?
Apa Fungsi Layang-Layang ?
Apa Saja Alat Yang Digunakan Dalam Permainan Layang-Layang ?
Bagaimana Cara Bermain Layang-Layang ?
Adakah Nilai Budaya Dalam Permainan Layang-Layang ?
Bagaimana Peran Permainan Tradisional Terhadap Pendidikan Jasmani ?
Rumusan Masalah
Sejarah Permainan Layang-Layang.
Fungsi Layang-Layang,
Alat Yang Digunakan Dalam Permainan Layang-Layang.
Cara Bermain Layang-Layang.
Nilai Budaya Dalam Permainan Layang-Layang.
Peran Permainan Tradisional Terhadap Pendidikan Jasmani.
BAB II
Pembahasan
Sejarah Permainan Layang-Layang
Catatan pertama yang menyebutkan permainan layang-layang adalah dokumen dari Cina sekitar 2500 Sebelum Masehi. Penemuan sebuah lukisan gua di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, pada awal abad ke-21 yang memberikan kesan orang bermain layang-layang menimbulkan spekulasi mengenai tradisi yang berumur lebih dari itu di kawasan Nusantara. Diduga terjadi perkembangan yang saling bebas antara tradisi di Cina dan di Nusantara karena di Nusantara banyak ditemukan bentuk-bentuk primitif layang-layang yang terbuat dari daun-daunan. Di kawasan Nusantara sendiri catatan pertama mengenai layang-layang adalah dari Sejarah Melayu (Sulalatus Salatin) (abad ke-17) yang menceritakan suatu festival layang-layang yang diikuti oleh seorang pembesar kerajaan.
Dari Cina, permainan layang-layang menyebar ke Barat hingga kemudian populer di Eropa.
Layang-layang terkenal ketika dipakai oleh Benjamin Franklin ketika ia tengah mempelajari petir.
Fungsi Layang-Layang
Terdapat berbagai tipe layang-layang permainan (di Sunda dikenal istilah maen langlayangan). Yang paling umum adalah layang-layang hias (dalam bahasa Betawidisebut koang) dan layang-layang aduan (laga). Terdapat pula layang-layang yang diberi sendaringan yang dapat mengeluarkan suara karena hembusan angin. Layang-layang laga biasa dimainkan oleh anak-anak pada masa pancaroba karena kuatnya angin berhembus pada saat itu.
Di beberapa daerah Nusantara, layang-layang dimainkan sebagai bagian dari ritual tertentu, biasanya terkait dengan proses budidaya pertanian. Layang-layang paling sederhana terbuat dari helai daun yang diberi kerangka dari bambu, kemudian diikat dengan serat rotan. Layang-layang semacam ini masih dapat dijumpai di Sulawesi. Diduga beberapa bentuk layang-layang tradisional asal Bali berkembang dari layang-layang daun karena bentuk ovalnya yang menyerupai daun.
Di Jawa Barat, Lampung, dan beberapa tempatlain di [[Indonesia], layang-layang digunakan sebagai alat bantu memancing. Layang-layang ini terbuat dari anyaman daun sejenis anggrek tertentu dan dihubungkan dengan mata kail. DiPangandaran dan beberapa tempat lain misalnya, layang-layang dipasangi jerat untuk menangkap kalong atau kelelawar.
Penggunaan layang-layang sebagai alat bantu penelitian cuaca telah dikenal sejak abad ke-18. Contoh yang paling terkenal adalah ketika Benjamin Franklin menggunakan layang-layang yang terhubung dengan kunci untuk menunjukkan bahwa petir membawa muatan listrik.
Layang-layang raksasa dari bahan sintetis sekarang telah dicoba menjadi alat untuk menghemat penggunaan bahan bakar kapal pengangkut. Pada saat angin berhembus kencang, kapal akan membentangkan layar raksasa seperti layang-layang yang akan "menarik" kapal sehingga menghemat penggunaan bahan bakar.
Terdapat berbagai tipe layang-layang permainan (di Sunda dikenal istilah maen langlayangan). Yang paling umum adalah layang-layang hias (dalam bahasa Betawidisebut koang) dan layang-layang aduan (laga). Terdapat pula layang-layang yang diberi sendaringan yang dapat mengeluarkan suara karena hembusan angin. Layang-layang laga biasa dimainkan oleh anak-anak pada masa pancaroba karena kuatnya angin berhembus pada saat itu.
Di beberapa daerah Nusantara, layang-layang dimainkan sebagai bagian dari ritual tertentu, biasanya terkait dengan proses budidaya pertanian. Layang-layang paling sederhana terbuat dari helai daun yang diberi kerangka dari bambu, kemudian diikat dengan serat rotan. Layang-layang semacam ini masih dapat dijumpai di Sulawesi. Diduga beberapa bentuk layang-layang tradisional asal Bali berkembang dari layang-layang daun karena bentuk ovalnya yang menyerupai daun.
Di Jawa Barat, Lampung, dan beberapa tempatlain di [[Indonesia], layang-layang digunakan sebagai alat bantu memancing. Layang-layang ini terbuat dari anyaman daun sejenis anggrek tertentu dan dihubungkan dengan mata kail. DiPangandaran dan beberapa tempat lain misalnya, layang-layang dipasangi jerat untuk menangkap kalong atau kelelawar.
Penggunaan layang-layang sebagai alat bantu penelitian cuaca telah dikenal sejak abad ke-18. Contoh yang paling terkenal adalah ketika Benjamin Franklin menggunakan layang-layang yang terhubung dengan kunci untuk menunjukkan bahwa petir membawa muatan listrik.
Layang-layang raksasa dari bahan sintetis sekarang telah dicoba menjadi alat untuk menghemat penggunaan bahan bakar kapal pengangkut. Pada saat angin berhembus kencang, kapal akan membentangkan layar raksasa seperti layang-layang yang akan "menarik" kapal sehingga menghemat penggunaan bahan bakar.
Alat Yang Digunakan Dalam Permainan Layang-Layang
Layangan. Layangan merupakan alat utama dalam bermain layang-layang. Layang-layang banyak dijual di warung, toko hingga super dan atau minimarket. Sebetulnya kita juga bisa membuat layang-layang jika kita ingin lebih berkreasi dalam membuat layang-layang dengan motif yang kita inginkan.
Benang gelasan. Jenis benang yang tajam, kenapa disebut gelasan? Karena benang ini udah dicampur sama beling-beling gelas, jadi benang ini sedikit tajam. Benang tersebut sangat cocok untuk melawan layang-layang yang lain atau istilah sunda ngadu layangan
Tali kamah. Sebuah simpul yang digunakan untuk membuat layang-layang bisa terhubung ke benang. Tanpa ada tali kamah mustahil jika layangan bisa terbang dan dikendalikan. Tali kamah dibagi dua yaitu tali kamah lilit yang berfungsi untuk ngelilit layang-layang yang juntai. Dan tali kamah anteng yang berfungsi agar layanga-layang mudah dikendalikan.
Gulungan benang layang-layang. Alat untuk menggulung benang layang-layang biasanya berbentuk bulat dan bolong di tengan dengan pengangan di tengahnya.
Cara Bermain Layang-Layang
Layang-layang atau layangan adalah permaianan populer yang sudah ada sejak jaman dahulu hingga sekarang. Layang-layang biasanya terbuat dari kertas atau plastik dan memiliki rangka yang biasanya terbuat dari bambu.
Layang-layang membutuhkan tenaga angin agar bisa terbang dan menerbangkan layang-layang itu gampang-gampang susah. Faktor terbesar yang membuat layang-layang terbang adalah penerbang layang-layang, rangka layangan dan tentu saja agin yang bagus.
Berikut ini merupakan tips atau cara agar saat kita menerbangkan layang-layang, layang-layangannya bisa terbang tinggi di angkasa.
Memilih kondisi yang tepat
Siapkan layang-layang Anda. Ada beberapa variasi layang-layang yang bisa Anda pilih dan Anda pun bisa membuatnya sendiri. Bentuk-bentuk standar paling mudah diterbangkan, tetapi jika Anda mencari tantangan, pilihlah yang lebih besar dan terbangkan lebih tinggi.
Angin dengan kecepatan ringan dan sedang (sekitar 9-24 km/jam) paling baik untuk menerbangkan layang-layang berbentuk segitiga, berlian/wajik, dan ular naga. Bila tiupan angin cukup kuat (sekitar 13-40 km/jam), jenis layang-layang yang mudah dikendalikan adalah layang-layang 3D berbentuk kotak ataustickless parafoil (layang-layang fleksibel tanpa rangka yang digelembungkan, terbuat dari kain parafoil seperti parasut).[1]
Pilihlah hari yang tepat. Jika angin sepoi-sepoi bertiup tetapi Anda tidak merasa tertarik maka itulah saatnya pergi ke bukit tempat menerbangkan layang-layang. Hal terakhir yang perlu Anda lakukan adalah pergi keluar dan menghabiskan waktu memegang kendali layang-layang. Dengan angin yang bagus, Anda dapat membuat layang-layang menari-nari dan membubung tinggi bahkan mungkin menukik atau melakukan trik (gerakan sulit).
Apabila terlihat dedaunan terombang-ambing lembut di atas tanah, itu pertanda sempurna. Pada saat itu mestinya kecepatan angin sekitar 8-40 km/jam, kisaran ideal yang Anda cari. Agar Anda tidak kecewa, pastikan kondisi tersebut. Gunakan bendera atau windsock (kain berbentuk tabung/kerucut) untuk mengetahui kekuatan dan arah angin.
Terbangkan layang-layang hanya saat kondisi aman, artinya tidak sedang hujan atau ada petir. Sesungguhnya di dalam awan terdapat arus listrik yang akan ditarik oleh benang layang-layang yang basah. Ketahuilah, dengan menerbangkan layang-layang saat badai, Benjamin Franklin (penemu penangkal petir) membuktikan bahwa petir adalah listrik.
Pilihlah lokasi yang tepat. Jangan menerbangkan layang-layang Anda dekat dengan jalan raya, di sekitar jaringan listrik ataupun pelabuhan udara. Lokasi terbaik yang bisa Anda pilih, misalnya taman, lapangan, dan pantai. Semakin luas area, akan semakin menyenangkan.
Pepohonan mungkin tidak berbahaya, tetapi semakin sedikit pohon akan semakin baik. Beberapa jenis pohon, karena bentuk tajuk dan kerimbunannya, cenderung membuat layang-layang tersangkut di dalamnya.
Carilah teman untuk membantu Anda menerbangkan layang-layang. Menerbangkan layang-layang itu mudah, dan akan semakin lebih mudah jika dilakukan oleh dua orang. Selain itu, berdua pasti juga akan lebih menyenangkan.
Menerbangkan layang-layang
Peganglah gulungan benang, sementara seorang teman Anda memegang layang-layang. Layang-layang harus menghadap ke arah Anda, sedangkan punggung Anda menghadap arah datangnya angin. Jika angin bertiup dari arah belakang layang-layang maka layang-layang tersebut akan jatuh.
Lepaskan benang dari gulungannya kira-kira sepanjang 20 meter. Mintalah teman Anda mundur menjauhi Anda sejauh panjang benang yang Anda lepas. Pastikan tidak ada gangguan di sekitar lokasi di mana layang-layang akan dilepaskan.
Beri isyarat kepada teman Anda untuk melepaskan layang-layang. Anda mungkin perlu menunggu tiupan angin untuk membuat layang-layang Anda mengangkasa. Anda harus menarik benang untuk memberi sedikit tegangan dan meluncurkan layang-layang ke udara.
4. Perhatikan arah angin. Jika arah angin berubah maka Anda perlu beradaptasi. Pikirkan mengenai beberapa istilah berikut:
Anggaplah diri Anda sebagai "Penerbang" dan teman yang memegang layang-layang adalah "Peluncur."
Aturlah sedemikian rupa sehingga angin bertiup dari arah Penerbang ke Peluncur.
Pastikan angin bertiup dalam arah lurus dari posisi Anda ke teman Anda, si peluncur. Jika Anda tetap mewaspadai kondisi demikian, Anda akan dapat menerbangkan layang-layang jauh lebih lama.
Lepaskan benang untuk membuat layang-layang mengangkasa lebih tinggi.Berhati-hatilah untuk memantau ujung benang—jika layang-layang Anda berkualitas buruk, benang terbang mungkin putus dan terlepas dari tali kekang, sehingga Anda bisa kehilangan layang-layang tersebut.
Tariklah benang dengan ringan untuk menurunkan atau membuat layang-layang terbang lebih rendah. Lilitkan benang pada gulungan sebagaimana kondisi awal.
Buatlah permainan layang-layang jadi lebih menyenangkan. Segera setelah layang-layang mengangkasa, Anda mungkin akan berpikir, "Baiklah...sekarang apa lagi?" Bersama teman Anda, coba lakukan beberapa aksi agar lebih menyenangkan.
Catatlah seberapa cepat Anda bisa membuat layang-layang berada pada posisi 45 derajat (sudut antara tanah dan benang layang-layang dari tangan Anda ke panjang maksimum).
Catatlah seberapa cepat Anda bisa melepaskan benang sepanjang 150 meter dari tangan.
Pertahankan rekor. Perhatikan berapa lama Anda bisa mempertahankan layang-layang Anda mengangkasa, sampai 5 menit terdekat.
Turunkan layang-layang dari udara hingga sampai ke tangan Anda tanpa pernah menyentuh tanah. Jika diperlukan, tariklah benang dengan cepat dari waktu ke waktu, agar layang-layang tetap di udara.
Segera setelah Anda mengetahui cara menerbangkan layang-layang, seriuslah untuk memotretnya dari waktu ke waktu.
Nilai Budaya Dalam Permainan Layang-Layang
Nilai yang terkandung dalam permainan layang-layang ini tidak hanya kompetitif tetapi juga kreatif, sportif, dan estetik (seni).
Nilai kompetitif tercermin dari semangat setiap pemain yang berusaha untuk menjadi pemenang. Dengan perkataan lain, setiap pemain menjadi pesaing pemain lainnya. Nilai sportif tercermin dari kesadaran bahwa dalam suatu permainan pasti akan ada yang menang dan ada yang kalah, kalah dan atau menang suatu hal yang lumrah dalam suatu permainan. Nilai kreatif tercermin dari pembuatan layang-layang yang sedemikan rupa, sehingga bisa tampil "beda". Sedangkan, nilai estetik tercermin dari tampilnya layang-layang yang tidak hanya bisa mengudara, tetapi sedap dipandang mata. Jadi, ada unsur keindahannya.
Peran Permainan Tradisional Terhadap Pendidikan Jasmani
Di dalam intensifikasi penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, peranan Pendidikan Jasmani adalah sangat penting, yakni memberikan kesempatan pada Peserta Didik terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan aktivitas olahrga secara sistematis. Hal tersebut merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap mental, emosional, spiritual dan sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbangan.
Pendidikan Jasmani menekankan aspek pendidikan yang bersifat menyeluruh (kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, ketermapilan sosial, penalaran dan tindakan moral), yang merupakan tujuan pendidikan pada umumnya. Atau secara spesifik melalui pembelajaran pendidikan jasmani, peserta didik melakukan kegiatan berupa permainan (game), dan berolahraga ( disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak). Begitu juga dalam permainan tradisional yang banyak terkandung nilai-nilai didalamnya (kerjasama, sportivitas, keberanian, toleransi, percaya diri dan sebagainya).
Permainan tradisonal merupakan simbolisasi dari pengetahuan yang turun temurun dan mempunyai bermacam-macam fungsi atau pesan di baliknya, di mana pada prinsipnya permainan anak tetap merupakan permainan anak. Dengan demikian bentuk atau wujudnya tetap menyenangkan dan menggembirakan anak karena tujuannya sebagai media permainan. Aktivitas permainan yang dapat mengembangkan aspek-aspek psikologis anak dapat dijadikan sarana belajar sebagai persiapan menuju dunia orang dewasa.
Ada beberapa mafaat dari permainan tradisional, diantaranya : anak menjadi lebih kreatif, dapat digunakan sebagai terapi terhadap anak dan mengembangkan kecerdasan majemuk anak. Permaian tradisional yang banyak menggunakan aktivitas fisik antara lain : gobak sodor, bentengan, engklek, boi-boian dan petak jongkok.
Sesuai dengan tujuan pendidikan pendidikan jasmani yang dilakukan di lingkungan sekolah peranan permainan tradisional sangat besar. Permainan tradisional dapat mempermudah guru pendidikan jasmani dalam proses pembelajaran dapat digunakan didalam pemanasan, inti ataupun penutup. Permainan tradisional tidak membutuhkan sarana dan prasarana yang banyak, dapat dimainkan secara kelompok dalam jumlah besar, dan menyenangkan. Peserta didik tidak merasa sedang dalam proses pembelajaran semuanya berjalan secara alami.
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Permainan tradisional layang-layang tidak hanya sekedar permainan yang mengandung kesenangan semata. Nilai yang terkandung dalam permainan layang-layang ini tidak hanya kompetitif tetapi juga kreatif, sportif, dan estetik (seni).
Permainan tradisonal merupakan simbolisasi dari pengetahuan yang turun temurun dan mempunyai bermacam-macam fungsi atau pesan di baliknya, di mana pada prinsipnya permainan anak tetap merupakan permainan anak. Dengan demikian bentuk atau wujudnya tetap menyenangkan dan menggembirakan anak karena tujuannya sebagai media permainan. Dalam kegiatan olaharaga pun dapat di terapkan dengan menggabungkan antara permainan tradisional dengan olahraga.
Saran
Kita sebagai generasi muda sudah saatnya kita melestarikan permainan tradisional. Kita seharusnya perkenalkan dulu pada anak kita tentang permainan tradisional walaupun di zaman globalisasi saat ini.
Tidak ada alasan lagi bagi guru pendidikan jasmani tidak dapat melaksanakan pembelajaran karena sarana dan prasarana yang tebatas, waktu yang kurang atau alasan-alasan klasik lainnya. Diharapkan guru penjas lebih peka terhadap lingkungan sekitar. Dan secara tidak langsung pendidikan jasmani ikut berperan serta melestarikan budaya agar tidak terlindas oleh lajunya roda zaman
Daftar Pustaka