PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS
MAKALAH Untuk memenuhi tugas matakuliah Seminar Problematika Pembelajaran Matematika yang dibina oleh Bapak M. Shohibul Kahfi
Oleh: Ony Syaiful Rizal (208311411935)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA Pebruari 2011
BAB I PENDAHULUAN
1.1 1.1 Lata Latarr Be Bela laka kang ng
Selama ini dalam dalam dunia dunia pendid pendidikan ikan masih didominasi didominasi oleh oleh anggapan anggapan bahwa pengetahuan merupakan perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Selain itu praktek pembelajaran di sekolah cenderung menekankan pada kemampuan kemampuan siswa dalam menyelesaik menyelesaikan an soal-soal ujian. ujian. Kemampu Kemampuan an penalaran
yang
mengkonstruksikan
pengetahuan
lebih
sering
dikesampingkan. Padahal kemampuan tersebut akan dapat membantu siswa apabil apabilaa mengh menghada adapi pi berbag berbagai ai masalah masalah kehidu kehidupan pan dimasa dimasa yang yang akan datang datang.. Mathematic is the language of science. Engineers, physicist, and other scientists all use mathematics. Other expert, who are interested in number, quantities, shapes and space for their own sake, use pure mathematics. In modern world, mathematics is a key element in electronic and computing (Science Encyclopedia: 1997) dalam Agustina Agustina Dwi Saputri. Saputri. Belakangan ini dalam dunia pendidikan ada kecenderungan untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alami. Telah terbukti bahwa pembelajaran yang hanya berorientasi target penguasaan materi hanya mampu dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi tidak berhasil untuk membekali anak memecahkan persoalan kehidupan jangka panjang. Padahal belajar menjadi
1
2
lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajari, bukan hanya “mengetahui”. Siswa perlu mengerti mengerti tentang makna belajar, apa manfaatnya, dan bagaimana bagaimana mencapainy mencapainya. a. Pada dasarnya dasarnya anak-anak anak-anak perlu menyadari menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna bagi kehidupan kehidupan nanti. Sepert Sepertii diberikannya
dalam dalam
kurik kurikulu ulum m
pelajaran
matemat matematika ika
matematika
antara
sekol sekolah, ah, lain
agar
bahw bahwaa
tujuan tujuan
siswa
mampu
menghadapai perubahan keadaan dunia yang senantiasa berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran yang logis, rasional, cermat dan jujur serta efektif. Hal ini tidak mungkin bisa dicapai hanya dengan hafalan, latihan soal soal yang rutin rutin tanpa mengakai mengakaitkanny tkannyaa dengan kenyataa kenyataan n hidup sehari-hari. Kelas juga masih mengandalkan model-model pembelajaran yang berpusat pada guru sehingga siswa lebih mengenal pengetahuan dari “apa kata guru”, bukan datang dari “menemukan sendiri”. Pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah pada umumnya belum optimal dalam pencapaian tujuan. Salah satu faktornya adalah penggunaan pendekatan pembelajaran yang kurang tepat. Alasannya antara lain: guru tidak mempunyai cukup referensi mengenai beberapa pendekatan matematika yang dapat digunakan, waktu yang terbatas, dan alat pembelajaran yang terbatas terbatas juml jumlahny ahnya. a. Bebera Beberapa pa hal hal di atas atas mengarah mengarahkan kan pada pada kesimp kesimpula ulan n bahwa
diperlukan
sebuah
pendekatan
pembelajaran
yang
lebih
memberdayakan siswa, yang tidak mengharuskan siswa menghafal faktafakta,
tetapi
pengetahuan.
pendekatan
yang
mendorong
siswa
mengkonstruksikan
3
Ada beberapa pendekatan yang saat ini mulai dikembangkan dan diterapkan, salah satunya adalah pendekatan kontekstual atau yang lebih dikenal dengan CTL (Contextual ( Contextual Teaching and Learning ). Learning ). CTL dapat menjadi alternatif pendekatan yang digunakan sebagai solusi permasalahan yang dihadapi guru, karena hakikat pendekatan kontekstual dapat dipelajari sehingga dapat langsung diterapkan dalam proses pembelajaran. Selain itu, pengembangan startegi dalam pendekatan ini dapat menjadikan pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakana tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada.
1.2 1.2 Rumu Rumusa san n Mas Masal alah ah
1.2.1 1.2.1 Bagaim Bagaimana ana pembela pembelajar jaran an Matema Matematik tikaa konstek konstekstua stuall itu? itu? 1.2. 1.2.2 2 Baga Bagaim iman anaa pene penera rapa pan n contextual teaching and learning (CTL (CTL)) pada pada materi teorema teorema Pythagoras Pythagoras itu?
1.3 1.3 Tu Tuju juan an Masa Masala lah h
Tujuan Tujuan penulisan penulisan makalah ini ini ialah: 1.3.1 1.3.1
Untuk Untuk menget mengetahu ahuii pembel pembelajar ajaran an Matemat Matematika ika konstek konstekstu stual al
1.3. 1.3.2 2
Untu Untuk k meng menget etah ahui ui pene penera rapa pan n contextual teaching and learning (CTL) (CTL) pada materi teorema teorema Pythagoras. Pythagoras.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pembela Pembelaja jaran ran Mate Matemat matika ika
Menu Menuru rutt kam kamus us besa besarr Baha Bahasa sa Ind Indon onesi esia, a, Matem Matemat atik ikaa adala adalah h ilm ilmu u tentang bilangan-bilangan bilangan-bilangan dan angka-angka. angka-angka. Matematika sendiri berasal dari bahasa latin Manthanen atau Mathema yang berarti belajar atau hal yang dipela dipelajari jari.. Dalam Dalam bahasa bahasa Beland Belandaa Matemat Matematika ika disebu disebutt Wiskunde atau ilmu pasti, dan kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Ciri utama Matematika adalah penalaran dedukatif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya, sehingga kaitan antar konsep konsep dalam dalam Matematika Matematika bersifat bersifat konsisten konsisten.. 2.1. 2.1.1 1
Bela Belaja jarr Mate Matema mati tika ka Menu Menuru rutt Winke Winkell (1999 (1999:10 :10)) dalam dalam Suki Sukirn rno o (200 (2009: 9: 6) dise disebu butk tkan an belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya, yang menghasilkan perubahan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Belajar merupakan suatu tindakan untuk mendapatkan informasi, pengetahuan, pemahaman, pengalaman sehingga tingkah laku dan kualitas individu dapat berkembang. Seseorang dikatakan belajar apbila dalam diri orang itu terjadi terjadi perubahan perubahan tingka tingkah h laku (perubahan (perubahan hasil belajar). belajar). Dengan Dengan demikian belajar akan menyangkut proses belajar dan hasil belajar.
4
5
Menurut Menurut Oemar Hamali Hamali (1995: (1995: 35) dalam Sukirno Sukirno (2009: (2009: 7) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman, yang artinya belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan belajar yang dibutuhkan ingatan dan pengalaman. Menurut Morgen (1978) dalam Sukirno (2009: 7) belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dan latihan atau pengalaman. Menurut Hilgard dan Marquis dalam Sukirno (2009: 7) belajar merupakan proses proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran dan sebagainya sehingga terjadi perubahan dalam diri. Berdasarkan Berdasarkan pendapat-pe pendapat-pendap ndapat at yang dikemuk dikemukakan akan oleh para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan proses perkembangan mental dan tingkah tingkah laku individu sehingga sehingga terjadi perubahan-pe perubahan-perubah rubahan an dalam individu untuk dapat berkembang sebagai hasil dari belajar. Dari beberapa beberapa referensi referensi diatas diatas maka dapat disimpulkan disimpulkan bahwa bahwa belajar matematika adalah proses interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan untuk melatih berfikir, bernalar, memecahkan masalah, dan menyampaikan informasi atau gagasan yang dapat diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu.
6
2.2 Pembelaj Pembelajaran aran Matematik Matematika a Kontek Kontekstua stuall
Matematika Matematika adalah adalah salah satu satu ilmu ilmu dasar dasar yang yang akhir-akhir akhir-akhir ini mulai mulai berkembang pesat, baik materi maupun kegunaan. Perkembangan ini diiringi dengan dengan adany adanyaa pembarua pembaruan n kuriku kurikulum lum pada pada pembel pembelajar ajaran an di sekol sekolah ah dalam dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Dala Dalam m rangk rangkaa menc mencap apai ai tuju tujuan an pemb pembel elaja ajaran ran,, saat saat ini ini mul mulai ai bermunculan penemuan atau pengembangan strategi pembelajaran. Penelitian telah banyak dilakukan untuk menemukan strategi pembelajaran yang tepat. Masing-masing Masing-masing strategi memiliki memiliki ciri khas dan keunggula keunggulan. n. Strategi Strategi pembelajaran yang saat ini sedang berkembang adalah strategi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Di Belanda pembelajaran ini dikenal dengan nama Realistic Mathematics Education (RME), sedangkan di Amerika lebih dikenal dengan sebutan Contextual Teaching and Learning (CTL). Learning (CTL). Pendekatan kontekstual adalah pendekatan dengan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dimiliki dan penerapanny penerapannyaa dalam dalam kehidupa kehidupan n (Nurhad (Nurhadi,200 i,2002:1). 2:1). Pendekatan ini mengakui bahwa belajar hanya terjadi jika siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan dengan kerangka berpikir berpikir yang dimilikinya. dimilikinya. Proses Proses pembelajaran pembelajaran berlangsung berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pendekatan kontekstual kontekstual juga berpijak pada aliran psikologis kognitif, kognitif, menurut aliran ini belajar terjadi karena pemahaman individu akan
7
lingkungan. Belajar bukanlah peristiwa mekanis seperti keterkaitan Stimulus dan respons. Belajar tidak sesederhana itu. Belajar melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi, dan kemampuan atau pengalaman. Menurut Sanjaya (2005:114) dalam Hertika Agustina dkk, pengertian CTL antara lain: 1. Belajar
bukanlah bukanlah
menghafal, menghafal,
akan
tetapi
proses proses
mengonstru mengonstruksi ksi
pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka me reka miliki. Oleh karena itulah, semakin banyak pengalaman maka akan semakin banyak pula pengetahuan yang mereka peroleh. 2. Belajar bukan bukan sekedar sekedar mengumpu mengumpulkan lkan fakta. fakta. Pengetah Pengetahuan uan itu pada dasarnya merupakan organisasi dari semua yang dialami, sehingga dengan pengetahuan yang dimiliki akan berpengaruh terhadap pola-pola perilaku manusia, manusia, seperti pola berpikir, berpikir, pola bertindak, bertindak, kemampuan kemampuan memecahkan memecahkan persoalan termasuk penampilan atau performance seseorang. Semakin pengetahuan seseorang luas dan mendalam, maka akan semakin efektif dalam berpikir. 3. Belajar adalah proses pemecahan pemecahan masalah, masalah, sebab dengan dengan memecahkan memecahkan masalah anak akan berkembang secara utuh yang bukan hanya perkembangan intektual akan tetapi juga mental dan emosi. Belajar secara seca ra Kontekstual adalah belajar bagaimana anak menghadapi persoalan. 4. Belajar adalah proses pengalaman pengalaman sendiri sendiri yang yang berkembang berkembang secara bertahap dari sederhana menuju kompleks. Oleh karena itu belajar tidak dapat sekaligus, akan tetapi sesuai dengan irama kemampuan siswa.
8
5. Belajar pada hakikat hakikatnya nya adalah adalah menangk menangkap ap pengetahu pengetahuan an dari kenyata kenyataan. an. Oleh karena itu pengetahuan yang diperoleh adalah pengetahuan yang memiliki makna untuk kehidupan anak ( Real World Learning). Proses pengembangan konsep dan gagasan pembelajaran matematika kontekstual bermula dari dunia nyata. Menurut Hauvel-Panhuizen (dalam Astuti:2003:12) dunia dunia nyata nyata takhanya berarti konkret secara fisik dan kasat mata, tapi juga dapat dibayangkan oleh alam pikiran. Hal ini berarti masalah yang digunakan dapat berupa masalah-masalah aktual (sungguh-sungguh ada dalam kehidupan siswa) atau masalah yang dapat dibayangkan oleh siswa. Beberapa ciri khas dalam pembelajaran matematika kontekstual, antara lain, sebagai berikut. 1) Titik awal proses pembelajarannya adalah penggunaan masalah berkonteks kehidupan nyata (kontekstual) yang konkret atau yang ada dalam alam pikiran siswa. Masalah-masalah yang ada dapat disajikan dengan dengan cerita, cerita, lambang, lambang, model, model, atau gambar. gambar. Dalam hal hal ini siswa diharapkan dapat menemukan alat matematis atau model matematis sekaligus memahami konsep atau prinsipnya. 2) Pembelajaran ini menghindari cara mekanik yaitu berfokus pada prosedur penyelesaian soal. Meskipun begitu belum sepenuhnya dapat diterapkan
karena
belum
dapat
dihilangkan,
sehingga
dalam
pelaksanaannya masih dijumpai meskipun tidak dominan. Siswa diharapkan dapat menemukan alat atau model matematis untuk dapat menyelesaikan masalah.
9
3) Siswa diperlakuakn sebagai peserta aktif dengan diberi keleluasaan menemukan sendiri atau mengembangkan alat, model dan pemahaman matematis melalui penemuan dengan bantun guru atau diskusi bersama teman. Menurut Slavin (dalam Astuti: 2003:19) kegiatan pembelajaran ini dapat dilakukan dengan diskusi kelompok antara siswa dengan orang dewasa atau dengan teman sebaya. Interaksi tersebut dapat diakomodasikan melalui belajar dalam kelompok heterogen (kelompok kooperatif yang beranggotakan 2-6 orang).menurut Slavin hal ini dapat mengakibatkan siswa yang berkemampuan “lemah” dapat belajar dari pemikiran teman sebayanya yang berkemampuan “lebih”, sehingga belajar akan teras mudah. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen, yaitu sebagai berikut. a. Contructivism (Kontruktivisme) Proses pembelajaran mengarahkan siswa untuk membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif. Siswa dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Sedangkan guru bertugas untuk memfasilitasi sehingga pengetahuan menjadi bermakna dan relevan bagi siswa b. Inquiry (Menemukan) Inquiry merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidik menyelidikii secara sistemati sistematis, s, kritis, logis dan analisis, analisis, sehing sehingga ga
10
mereka dapat merumuskan merumuskan sendiri sendiri penemuanny penemuannyaa dengan dengan penuh percaya diri. Sasaran utama pembelajaran dengan inquiry adalah sebaga sebagaii berikut: berikut: 1) Keterli Keterlibat batan an siswa siswa secara maksi maksimal mal,, yang melibatkan melibatkan mental intelektual intelektual sosial sosial emosional emosional siswa. siswa. 2) Keterarah Keterarahan an kegiatan kegiatan secara logis logis dan sistematis pada pada tujuan tujuan pembelajar pembelajaran. an. 3) Mengembangkan
sikap
percaya
diri
siswa
tentang
apa
yang
pembelajaran
yang
ditemukannya dalam proses inquiry. inquiry. c. Questioning (Bertanya) Questioning (Bertanya) Bertanya
merupakan
salah
satu
kegiatan
berlangsung secara informatif untuk mendorong, membimbing dan menilai
kemampuan
berpikir
siswa.
Kegiatan
bertanya
akan
mendorong siswa sebagai partisipan aktif dalam proses pembelajaran. Kegiatan ini menurut Nurhadi (2002) berguna untuk: 1) menggali informasi, baik administratif maupun akademis, 2) mengecek pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, 8) menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
11
d. Learning Community (Masyarakat belajar) Konsep ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama
dengan
teman
atau
orang
lain
(Nurhadi,2002:15).
Masyarakat belajar terjadi bila ada komunikasi dua arah yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. e. Modelling (Pemodelan) Modelling (Pemodelan) Pemodelan dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu maksudnya adanya model yang ditiru. Model bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, contoh: cara melakukan pengukuran yang benar. Model tak hanya dari guru guru tapi juga dari siswa atau ahli. f. Reflection (Refleksi) Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang dilakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima (Nurhadi,2002:18). Realisasinya dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut. 1) Pernyataan langsung, tentang apa-apa yang diperoleh hari itu. 2) Catatan atau jurnal di buku siswa. 3) Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu. 4) Diskusi. 5) Hasil karya. g. Authentic Assessment (Penilaian Assessment (Penilaian yang sebenarnya) Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran
mengenai
perkembangan
belajar
siswa
12
(Nurhadi,2002:19). Penilaian yang dilakukan bukan hanya karena bisa menjawab
serangkaian
pertanyaan
di
atas
kertas,
tapi
juga
kemampuannya dalam mengaplikasikannya, inilah yang disebut authenthic. authenthic. Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa antara lain: proyek kegiatan dan laporannya, presentasi atau penampilan siswa, demonstrasi, dan tes tulis. The Northwest Regional Education Laboratory USA (dalam Asikin, 2003) mengidentifikasi adanya 6 kunci dasar yang menentukan kualitas dari pembelajaran konteksatual, yakni: 1) Pembelajaran bermakna Dalam pembelajaran bermakna, pemahaman, relevansi dan penilaian pribadi sangat terkait dengan kepentingan siswa si swa dalam mempelajari isi materi pelajaran. Pembelajaran dirasakan sangat terkait dengan kehidupan nyata atau siswa mengerti manfaat isi pembelajaran, jika mereka merasakan berkepentingan untuk belajar demi kehidupan di masa mendatang. 2) Penerapan pengetahuan Jika siswa memahami apa yang dipelajari maka siswa mendapat menerapkannya dalam tatanan kehidupan. 3) Berpikir tingkat tinggi Siswa diminta diminta untuk berpikir berpikir kritis dalam pengumpu pengumpulan lan data, pemahaman suatu isu dan pemecahan suatu masalah.
13
4) Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan kepada standar Isi pembelajaran harus dikaitkan dengan standar lokal, nasional dan perkembangan IPTEK dan dunia kerja. 5) Responsif terhadap budaya Guru harus memahami dan menghormati nilai, kepercayaan, dan kebiasaan siswa, sesama rekan guru dan masyarakat tempat ia mendidik. Setidaknya ada empat perspektif yang harus diperhatikan yaitu individu siswa, kelompok siswa, tatanan sekolah dan tatanan masyarakat. 6) Penilaian autentik Berbagai macam strategi penilaian digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang sesungguhnya meliputi: penilaian proyek dan kegiatan siswa, dan panduan pengamatan disamping memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif menilai pembelajaran mereka sendiri.
2.3 Teorem Teorema a Pythag Pythagor oras as
Teorema Pythagoras Pythagoras adalah suatu teori yang ditemukan oleh seorang ahli Matematika bangsa yunani bernama Pythagoras pada abad ke ke enam SM. Dia adalah seorang tokoh yang yang sangat berjasa dibidang matematika. Berkat penemuannya, terutama terkait dengan segitiga siku-siku, telah membawa manfaat yang cukup besar besar dibidang apapun. Untuk mengabadikan mengabadikan namanya namanya penemuan tersebut dikenal dengan Teorema Pythagoras. Pythagoras menyatakan bahwa:
14
Jumla Jumlah h luas luas buju bujurr sang sangka karr pada pada kak kakii sebu sebuah ah segiti segitiga ga sik sikuu-sik siku u sama sama dengan dengan luas luas bujur bujur sangkar sangkar di hipotenus. hipotenus. Sebuah segitiga segitiga siku-siku siku-siku adalah segitig segitigaa yang yang mempu mempunya nyaii sebuah sebuah sudut sudut siku-s siku-siku iku,, kakiny kakinyaa adalah adalah dua dua sisi sisi yang membentuk membentuk sudut sudut siku-sik siku-siku u tersebut, tersebut, dan dan hipotenus hipotenus adalah sisi ketiga ketiga yang berhadapan dengan sudut siku-siku tersebut. Pada gambar di bawah ini, a dan b adalah adalah kaki kaki segit segitiga iga siku-sik siku-siku u dan dan c adalah adalah hipote hipotenus nus..
Pythagoras Pythagoras menyatak menyatakan an teorema ini dalam dalam gaya goemetris, goemetris, sebagai sebagai pernyataan tentang luas bujur sangkar: Jumlah luas bujur sangkar biru dan merah sama dengan luas bujur sangkar ungu.
2.4 Pende Pendekat katan an Konteks Kontekstua tuall Pada Pada Mater Materii Teorem Teorema a Phyta Phytagor goras as
Kegiatan mengajar merupakan salah satu kegiatan mengatur agar tercipta suatu sistem lingkungan belajar. Caranya dengan memanfaatkan media lingkungan yang ada di sekitar sekolah sehingga proses belajar menjadi menyenangkan bagi siswa dan guru, agar tercipta suatu system lingkungan belajar. Perlu diupayakan diupayakan proses belajar mengajar yang mengacu pada peserta didik yang dinamis, kreatif, suasana suasan a senang dan interaktif i nteraktif antara
15
siswa dan guru. Dengan kata lain, proses belajar mengajar merupakan proses komulatif antara guru sebagai pemberi pesan, pengetahuan, keterampilan dan sikap serta budi pekerti yang bermoral tinggi dengan siswa sebagai peserta didik.
Pada
umumnya
guru
menyampaikan
pesan
dengan
metode
konvensional yaitu dengan ceramah. Dengan metode ini siswa sukar menangkap materi atau kehilangan kebermakanaannya meskipun materi yang diberikan sedikit dan tidak banyak memerlukan hafalan. Maka diperlukan suatu pendekatan yang sesuai, salah satunya adalah pendekatan kontekstual. Lingkungan dan alat peraga dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran, selain itu yang lebih penting adalah penggunanan teknik dan metodologi pengajaran guru. Pendekatan kontekstual dapat menghilangkan kesan “seram” pada matematika, suasana mencekam, siswa pasif dan tidak interaktif. Dalam pelaksanaannya rancangan pembelajaran mengacu pada : 1) pembelajaran dimulai dari hal konkret ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke yang sulit dan dari yang sederhana ke yang kompleks, 2) siswa diarahkan memiliki kemampuan untuk menggunakan prinsip teorema Phytagoras dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan dan media yang tepat, 3) pelaksanaan pembelajaran memperhatikan pengoptimalan media yang mengarah pada pelibatan siswa secara aktif baik fisik, mental maupun sosial. Pembelajaran matematika kontekstual dapat menggunakan beberapa media antara lain: Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berkarakteristik CTL, kartu masalah dan pemanfaatan lingkungan belajar.
16
a. LKS LKS berk berkar arak akte teris ristik tik CTL CTL LKS
ini
merupakan
pendukung
pelaksanaan
pembelajaran.
Pengerjaan LKS ini dilaksanakan secara kelompok. Media ini dibuat sebagaimana LKS yang sudah ada tapi berkarakteristik CTL, dimana siswa diarahkan diarahkan untuk untuk melakukan penemuan penemuan (inquiry (inquiry)) dan pemecahan masalah ( problem problem solving ) b. Kartu masalah Media ini berupa kartu yang mencantumkan masalah untuk diselesaikan
oleh
siswa.
Permasalahan
yang
diangkat
adalah
permasalahan sehari-hari yang berhubungan dengan penggunaan teorema phytagoras. Penggunaan kartu ini dimaksudkan untuk mengatasi keterbatasan ruang, dan lingkungan belajar siswa tanpa menghilangkan esensinya. c. Ling Lingku kung ngan an bela belaja jar r Penggunaan lingkungan belajar merupakan salah satu solusi dari keterbatasan prasarana belajar. Pada pelaksanannya digunakan beberapa benda yang ada di kelas sebagai media dan alat peraga. Penggunaannya dikaitkan dengan penggunaan LKS. Beberapa benda yang digunakan antara lain: meja, buku tulis, pigura dan lain-lain yang dimanfaatkan siswa untuk menemukan prinsip Phytagoras. Phytagoras. Dari beberapa media belajar diatas diharapkan siswa dapat lebih memahami konsep Pythagoras itu sendiri. Mereka tidak hanya menghafal rumus, tetapi mengetahui sendiri dari mana rumus tersebut diperoleh dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu siswa
17
tidak akan mudah lupa karena pengetahuan tersebut sudah melekat begitu dalam dalam pikiran mereka.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpu Kesimpulan lan
Metode pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning),
menemukan
(inquary),
masyarakat
belajar
(learning
community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). Pendekatan kontekstual dapat menghilangkan kesan “seram” pada matematika, suasana mencekam, siswa pasif dan tidak interaktif. Dalam pelaksanaannya rancangan pembelajaran mengacu pada : 1) pembelajaran dimulai dari hal konkret ke hal yang yang abstrak, dari hal yang yang mudah ke yang sulit dan dari dari yang sederhana sederhana ke yang kompleks, kompleks, 2) siswa diarahkan diarahkan memiliki memiliki kemampuan untuk menggunakan prinsip teorema Phytagoras dalam kehidupan kehidupan sehari-hari sehari-hari melalui kegiatan kegiatan dan dan media media yang yang tepat, 3) pelaksanaan pelaksanaan pembelajaran memperhatikan pengoptimalan media yang mengarah pada pelibatan siswa secara aktif baik fisik, mental maupun sosial.
17
18
3.2 Saran Saran
Berdasarkan Berdasarkan kesimpula kesimpulan n tersebut adapun adapun saran-saran saran-saran kepada pihakpihak pihak yang terkait sebagai berikut: 1. Guru Guru mate matema matik tika, a, hen hendak dakny nyaa medi mediaa pemb pembela elaja jaran ran CTL CTL ini ini dapa dapatt dijadikan sebagai salah satu media media dan model pembelajaran matematika yang lebih menarik dan interaktif bagi siswa. 2. Sisw Siswa, a, hend hendak akny nyaa deng dengan an pemb pembela elaja jaran ran CTL CTL ini ini dapat dapat digu diguna naka kan n sebaga sebagaii motiva motivasi si belaja belajarr matema matematik tikaa secara secara mandiri mandiri dan dan untuk untuk meningkatkan prestasi belajar.
19
DAFTAR RUJUKAN
Astuti. 2003. Skripsi: Implementasi Pendekatan Kontekstual pada Pembelajaran Matematika SLTP . Semarang Agustina Agustina dkk, Hertika. Hertika. 2009. 2009. Makalah Makalah:: Pendekatan Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Contextual Contextual Teaching Learning. Malang Depdikbud. 1993. Kamus 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia Indonesia.. Jakarta: Balai Pustaka Dwi Saput Saputri, ri, Agust Agustina ina.. 2005. 2005. Skripsi Skripsi:: Penerapan Pembelajaran Matematika Kontekstual Pada Materi Teorema Phytagoras Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Aktivitas Siswa Mts Al Asror Semarang Tahun Pelajran 2004/2005. 2004/2005. Semarang Junaidi, S. 2002. Matematika 2002. Matematika untuk SLTP Kelas 2. 2 . Jakarta: Esis Nurhadi. 2002. Contextual Teaching and Learning (CTL). (CTL) . Jakarta: Depdiknas Nurhadi. 2004. Pendekatan 2004. Pendekatan Kontekstual dan Pendekatannya dalam KBK . Malang: UM Sukirno, 2009: 2009 : peningkatan hasil belajar siswa kelas viii melalui model pembelajaran
konstektual
Pythagoras. Malang
(CTL)
pada
pokok
bahasan
teorema