MAKALAH INDIKATOR PELAYANAN FLEBOTOMI
Disusun oleh Kelompok 2 Indah
P17334117410
Bayu Dwi Rianto
P17334117401 P17334117401
Adindya Sekar Putri
P17334117416 P17334117416
Asti Nur Susilawati
P17334117437 P17334117437
Della Hashfi Anzhari
P17334117415 P17334117415
Nada Hudzaifah
P17334117424 P17334117424
Nikky Aufa L
P17334117411 P17334117411
Vanisa Sekar
P17334117420 P17334117420
2018
PROGRAM STUDI D-IV ANALIS KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Pengambilan darah di laboratorium sering diasumsikan dengan nama flebotomi. Flebotomi (bahasa inggris : phlebotomy) berasal dari kata Yunani phleb dan tomia. Phleb berarti pembuluh darah vena dan tomia berarti mengiris/memotong (“cutting”). Dahulu dikenal istilah venasectie (Belanda),
venesection
atau
venisection
(Inggris).
Dalam
proses
pengambilan darah, selain bertujuan untuk mengambil darah secara aman, tetapi juga harus memerhatikan etika dalam berkomunikasi dengan pasien, oleh sebab itu perlu adanya penjelasan petugas kepada pasien agar pasien merasa tenang saat akan dilakukan pengambilan darah.
Pelayanan laboratorium merupakan salah satu bagian terpenting dari sektor
pelayanan
kesehatan.
Dalam
menunjang
pelayanan
medis,
laboratorium mempunyai tugas dan tanggung jawab penting sekitar 6070% tertutama dalam diagnosis, tindak lanjut pengobatan, mentoring , keputusan rawat inap serta pasien pulang. Oleh karena itu peningkatan mutu pelayanan pemeriksaan laboratorium harus selalu terjamin dengan didasari quality management science (QMS) yang meliputi quality planning, quality laboratory practice, quality control, quality assurance, dan
quality
improvement.
Mutu
pemeriksaan
laboratorium
dapat
didefinisikan sebagai derajat pemeriksaan yang sesuai dengan hasil pengukuran yang telah ditetapkan oleh laboratorium terhadap nilai sebenarnya dengan memerhatikan akurasi dan presisi.
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, ma ka masalah yang diajukan untuk dilakukan pembahasan :
2
1. Apa saja indikator dalam pelayanan flebotomi? 2. Bagaimana cara melakukan pelayanan yang baik terhadap pasien? 3. Apa yang diperoleh jika melakukan pelayanan yang benar? 1.3. Tujuan penulisan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, indikator pelayanan flebotomi diharapkan dapat mewujudkan pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada pasien . 1.4. Manfaat penulisan
a. Sebagai bahan untuk dapat dikaji dan diteliti lebih dalam. b. Sebagai bahan untuk dibicarakan dalam seminar atau semacamnya. 1.5. Batasan Masalah
Dari rumusan masalah yang didapatkan secara singkat, maka batasan masalah adalah sebagai berikut : 1. Faktor yang memengaruhi indikator kualitas pelayanan flebotomi 2. Meningkatkan kualitas pelayanan flebotomi 3. Melakukan pelayanan dengan cara yang tepat
3
BAB II PEMBAHASAN
Pelayanan
laboratorium
harus
sangat
diperhatikan
karena
akan
berhubungan baik secara langsung ataupun tidak langsung dengan hasil akhir dari pemeriksaan. Diantaranya ada beberapa indikator dalam pelayanan flebotomi. 2.1. Pelayanan dilakukan secara konsisten
Pelayanan laboratorium harus dilakukan dengan konsisten dan juga dapat dipercayai untuk mengetahui berbagai penyakit yang diderita oleh pasien. Konsisten maksudnya adalah taas akan asas yang digunakan. Terpercaya
maksudnya
adalah
bahwa
pemeriksaan
yang
dilakukan
mengahasilkan sesuatu yang benar atau nyata adanya. Tanpa pelayanan laboratorium yang baik, maka akan memngaruhi hasil dari penelitian yang berkemungkinan akan mengalami kesalahan.
Semua penelitian
yang
dilakukan harus bisa diterima sesuai dengan standar yang ada. Dalam pemeriksaan darah, jika tidak dilakukan secara konsiste, maka dapat menyebabkan kesalahan dari pemeriksaan sampel darah yang akan berimbas buruk kepada sang pasien itu sendiri. Hasil yang tidak bisa dipercaya dapat memengaruhi aspek yang akan dijalankan selanjutnya seperti diagnosis yang salah oleh dokter dan juga pemberian obat yang salah dan tentu akan merugikan pasien, 2.2. Komunikasi yang baik kepada pasien 2.3. Adanya persiapan untuk pertanyaan yang diajukan pasien 2.4. Pemberian hasil yang lengkap 2.5. Hasil pemeriksaan dapat dipercaya 2.6. Ketentuan waktu dalam pelayanan 2.7. Pemeriksaan menghasilkan hasil yang tepat 2.8. Pemeriksaan harus menggunakan alat-alat yang direkomendasikan
4
2.9. Pengetahuan yang luas tentang flebotomi
Dalam pelayanan flebotomi, harus dilakukan oleh para ahli yang sudah mampu di bidangnya, karena akan berkaitan langsung dengan hasil yang akan diterima oleh pasien. Saat dilakukannya pemeriksaan, tentu akan menemukan berbagai pertanyaan dari pasien. Seseorang yang melakukan pemeriksaan harus mampu memberikan pelayanan dalam menjawab pertanyaan secara lengkap dan memberikan jawaban yang memuaskan terhadap pasiennya. 2.10.
Menjaga privasi dan menjunjung tinggi kepercayaan
5
BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan
Pelayanan yang baik harus dapat dilakukan dan diterapkan dengan baik dalam menghadapi pasien. Pelayanan yang baik dan terpercaya harus dilakukan dengan pengetahuan yang baik tentang flebotomi dan harus dikuasai dengan benar. Kualitas pelayanan yang baik dapat memengaruhi hasil yang diterima oleh pasien. Pendidikan yang baik sangat memengaruhi kualitas oelayanan. Demikian juga dengan pelayanan di laboratorium, pengetahuan yang baik tentang flebotomi memengaruhi kualitas spesimen. Oleh karena itu peningkatan pengetahuan tentang fleboyomi perlu mendapat perhatian khusus. 3.2. Saran
Pelayanan flebotomi di laboratorium harus dapat ditingkatkan agar mampu menghasilkan dan melakukan penelitian yang lebih baik untuk kedepannya. Pelayanan di laboratorium harus mampu menghasilkan hasil yang berkualitas dan terpercaya sehingga tidak merugikan pihak manapun terutama pasien.
6
Guna mewujudkan pelayanan flebotomi yang lebih baik, harus adanya bantuan dari berbagai pihak terutama dalam pemberdayaan sumber daya manusia sehingga mempunyai kemampuan yang baik dalam melakukan pemeriksaan flebotomi di laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Manual for procurement of diagnostics and related laboratory items and quipment ; WHO Operations Manual for Delivery of HIV Prevention, Care and Treatment at Primary Health Centres in High-Prevalence, Resource-Constrained Settings ; WHO
7