MAKALAH OCEANOGRAFI DAN SUMBERDAYA KELAUTAN
KONSEP DASAR OCEANOGRAFI DAN HIPOTESIS TERBENTUKNYA SAMUDERA
DI AJUKAN SEBAGAI TUGAS MATA KULIAH OCEANOGRAFI DAN SUMBERDAYA KELAUTAN
DOSEN : ENI YUNIASTUTI, S.Pd.,M.sc.
DISUSUN OLEH :
1. Maharani
3153131019
2. Bella Oktaviana Siregar
3151131007
3. Adelina Sormin
3151131004
KELAS : C REGULER 2015 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN MEDAN 2016
KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Konsep Dasar Oceanografi dan Hipotesis Terbentuknya Samudera. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Konsep Dasar Oceanografi dan Hipotesis Terbentuknya Samudera ini dapat memberikan manfaat maupun menambah pengetahuan dan wawasan pembaca.
Medan, 28 Agustus 2016 Penyusun
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .......................................................................
i
DAFTAR ISI ....................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................
iii
1.1. Latar Belakang ..........................................................................................
iii
1.2. Rumusan Masalah .....................................................................................
iii
1.3. Tujuan Makalah ..........................................................................................
iii
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................
1
2.1. Defenisi Oseanografi ....................................................................................
1
2.2. Konsep Oseanografi .....................................................................................
2
A. Arus Laut ...................................................................................................
2
B. Pasang Surut ..............................................................................................
3
C. Gelombang Laut ........................................................................................
5
D. Angin .........................................................................................................
5
E. Salinitas .....................................................................................................
6
F. Suhu ..........................................................................................................
7
G. Kedalaman ................................................................................................ H. Kecerahan .................................................................................................. I. Disolve Oxygen ......................................................................................... J. pH .............................................................................................................. 2.3. Hipotesis Terbentuknya Samudera ................................................................
BAB III PENUTUP .......................................................................... 3.1. Kesimpulan ................................................................................................ 3.2. Saran ...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................
ii
8 9 9 10 11
15 16 16
17
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemahaman mengenai Oceanografi dan Sumberdaya Kelautan diawali dengan kajian Konsep Dasar Oceanografi dan Hipotesis Terbentuknya Samudera adalah materi utama yang sangat penting, oleh sebab itu kami membuat makalah ini. Pada makalah ini akan diruaikan mengenai Konsep Dasar Oceanografi dan Hipotesis Terbentuknya Samudera. Kata oseanografi adalah kombinasi dari dua kata yunani: oceanus (samudera) dan graphos (uraian/deskripsi) sehingga oseanografi mempunyai arti deskripsi tentang samudera. Tetapi ruang lingkup oseanografi pada kenyataan lebih dari sekedar deskripsi tentang samudera, karena samudera sendiri akan melibatkan berbagai disiplin ilmu jika ingin diungkapkan dan ini juga mengukuhkan pentingnya disiplin ilmu oseanografi untuk lebih dilirik, dipahami, bahkan didalami oleh para intelektual yang meminatinya, kemudian oceanografi mempunyai hubungan dengan ilmu ilmu lainnya. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa Ruang lingkup dari Oseonografi? 2. Apa konsep dasar dari Oseanografi? 3. Apa saja hipotesis terbentuknya Samudera? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui defenisi Oseonografi 2. Untuk mengetahui konsep dasar dari Oseanografi 3. Untuk mengetahui hipotesis terbentuknya Samuda
iii
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Defenisi Oseanografi Oseanografi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu ilmu yang mempelajari lautan. Ilmu ini semata-mata bukanlah merupakan suatu ilmu yang murni, tetapi merupakan perpaduan dari bermacam-macam ilmu dasar yang lain. Ilmu-ilmu lain yang termasuk di dalamnya ialah ilmu tanah (geology). Ilmu bumi (geography), Ilmu fisika (physics), ilmu kimia (chemistry), Ilmu hayat (biology) dan ilmu iklim (metereology). Oseanografi berasal dari bahasa yunani terdiri atas dua kata, oceanos yang berarti laut dan graphos yang berarti gambaran atau deskripsi. Secara sederhana kita dapat mengartikan oseanografi sebagai gambaran atau deskripsi tentang laut. Secara kompleks oseanografi dapat diartikan sebagai studi dan penjelajahan (eksplorasi) ilmiah mengenai laut dan segala fenomenanya. Laut sendiri adalah bagian dari hidrosfer. Dalam
definisi
yang
lain
Oseanografi
berasal
dari
bahasa
Yunani oceanos yang berarti laut dan graphos yang berarti gambaran atau deskripsi
atau
biasa juga
disebut oseanologi atau ilmu
kelautan,
adalah
cabang ilmu Bumi yang mempelajari samudra atau lautan. Ilmu ini mencakup berbagai
topik
seperti organisme
laut dan
dinamika ekosistem yaitu
diantaranya arus samudera, gelombang, dan dinamika cairan geofisika, tektonik lempeng dan geologi dasar laut, serta arus berbagai zat kimia dan fisika di dalam lautan dan perbatasannya. Selain itu pula, oseanografi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu disiplin ilmu yang mempelajari lautan. Ilmu ini semata-mata bukanlah merupakan suatu ilmu yang murni, akan tetapi merupakan perpaduan dari bermacam-macam ilmu-ilmu dasar lain. Ilmu-ilmu ini yang termasuk didalamnya adalah ilmu tanah (geology), ilmu bumi (geography), ilmu fisika (physics), ilmu kimia(chemistry), ilmu hayat (biology) dan ilmu iklim (meteorology).
1
Dengan kata lain Oceanografi itu ialah Scientific study dan explorasi lautan dan laut-laut serta semua aspek-aspek dan fenomenanya. Termasuk sedimen, batuan yang membentuk dasar laut, interaksi antara laut dengan atmosfer, pergerakan air, serta faktor-faktor tenaga yang menyebabkan adanya gerakan tersebut baik tenaga dari dalam maupun tenaga dari luar, kehidupan organisme, susunan kimia air laut, serta asal mula terjadinya lautan dan laut-laut purbakala. Oleh karena ituoceanografi dikatakan sebagai suatu disiplin ilmu mengenai laut. Beberapa sumber lain berpendapat bahwa ada perbedaan mendasar yang membedakan antara oseanografi dan oseanologi. Oseanologi terdiri dari dua kata (dalam bahasa Yunani) yaitu oceanos (laut) dan logos (ilmu) yang secara sederhana dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentanglaut. Dalam arti yang lebih lengkap, oseanologi adalah studi ilmiah mengenai laut dengan cara menerapkan ilmu-ilmu pengetahuan tradisional seperti fisika, kimia, matematika, dan lain-lain ke dalam segala aspek mengenai laut. Oseanografi adalah bagian dari ilmu kebumian atau earth sciences yang mempelajari laut, samudra beserta isi dan apa yang berada di dalamnya hingga ke kerak samuderanya. 2.2 Konsep Oseonografi A.
Arus Laut Menurut Hutabarat dan Evans (1985) arus merupakan gerakan air yang terjadi
pada seluruh lautan di dunia. Perairan Indonesia secara tetap diisi oleh massa air Samudra Pasifik. Hal ini terjadi bukan hanya karena wilayah Indonesia lebih terbuka terhadap Samudera Pasifik tetapi juga karena kondisi dinamika permukaan laut. Pengukuran arus secara insitu adalah pengukuran secara langsung dengan dua metode pengukuran, yaitu pada titik tetap (Euler) dan metode dengan benda hanyut atau drifter (Langlarian). Alat pengukur paling sederhana adalah menggunakan Free-floating drogued buoy untuk mengukur kecepatan dan sebuah kompas bidik untuk mencari arah. Free-floating drogued buoy dilepas di perairan dengan diikat sebuah tali dengan jarak tertentu, lalu diukur waktunya sampai tali tersebut menegang. Kecepatan arus bisa diukur dengan membagi jarak dengan waktu.Peralatan
2
modern yang sering digunakan saat ini dalam pengukuran arus adalah ADCP (Acaoustic Doppler Current Profiler) dan Current Meter. ADCP menggunakan Azaz Doppler mengenai perambatan bunyi, dimana partikel renik didalam air dapat memantulkan bunyi. Current Meter merupakan pengembangan dari Freefloating drogued buoy yang berfungsi untuk mengukur kecepatan dan arah arus laut berdasarkan metode Eularian. Pengukuran arus laut dengan current meter ini menggunakan metode eularian dimana metode ini merupakan pengukuran arus dengan menggunakan metode gelombang sinusoidal. Prinsip kerja alat ini adalah baling-baling dimana sewaktu alat dimasukkan akan ada perputaran dari balingbaling tersebut sehingga menimbulkan percepatan. B.
Pasang Surut Menurut Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya
lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari, revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasang surut disuatu perairan seperti, topogafi dasar laut, lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang berlainan (Wyrtki, 1961). Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu : 1. Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide) Merupakan pasang surut yang hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, ini terdapat di Selat Karimata 2. Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide) Merupakan pasang surut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama dalam satu hari, ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut Andaman.
3
3. Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal) Merupakan pasang surut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat. 4. Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal) Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur Analisa data Pasang surut dapat dilakukan dengan Menggunakan 2 metode yaitu dengan metode Doodson Rooster atau dengan Menggunakan metode Admiralty. Berdasarkan Metoda doodson rooster pengamatan pasang surut dilakukan selama 9 seri yaitu 9 x 28 jam yaitu sekitar 15 hari pengamatan secara terus menerus. Perhitungan MSL, HWl dan LWL ( Sembilan Seri ) dilakukan dengan menggunakan rumus berikut ini. Rumus duduk tengah (MSL)
ARR / LWL = MSL – Zo ATR / HWL = MSL + Zo
Dimana : MSL = Duduk Tengah Suatu Air Laut Faktor = Konstanta pengali dari jawatan hidro-oseanografi jakarta
4
Bacaan = Tinggi Bacaan / Pengamatan Pasang Surut ARR = Air Rendah Rata-Rata ATR = Air Tinggi Rata-Rata Zo = 60 cm = Elevasi Muka Air pada duduk tengah (MSL) C.
Gelombang Laut Sifat-sifat gelombang paling tidak dipengaruhi oleh tiga bentuk angin :
a. Kecepatan angin. Umumnya makin kencang angin yang bertiup makin besar gelombang yang terbentuk dan gelombang ini mempunyai kecepatan yang tinggi dan panjang gelombang yang besar. b. Waktu di mana angin sedang bertiup. Tinggi, kecepatan dan panjang gelombang seluruhnya cenderung untuk meningkat sesuai dengan meningkatnya waktu pada saat angin pembangkit gelombang mulai bergerak bertiup. c. Jarak tanpa rintangan di mana angin sedang bertiup (dikenal sebagai fetch). Pentingnya fetch dapat digambarkan dengan membandingkan gelombang yang terbentuk poada kolom air yang relatif kecil seperti danau di daratan dengan terbentuk di lautan bebas. Pengukuran visual, dilakukan jika tidak ada alat ukur lain. Untuk mengestimasi gelombangpecah dengan batang meter (palem) sebagai alat bantu. Metode ini paling mudah dilakukannamun tingkat keteliatiannya paling rendah. Pengukuran dilakukan dengan mencatat waktudan ketinggian dari gelombang saat sedang puncak dan lembah (Samudra, 2012). D.
Angin
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan angin adalah: 1) perbedaan tekanan udara di dua tempat (gradien barometris) 2) relief permukaan bumi 3) letak suatu tempat
5
4) ketinggian suatu tempat 5) lamanya siang dan malam Angin yang bertiup dapat diukur kecepatannya dengan alat yang disebut anemometer. Jika perbedaan udara di dua tempat sangat besar, maka akan bertiup angin kencang. Anemometer merupakan alat yang berguna untuk mengukur arah serta kecepatan angin. Satuan meteorologi yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin adalah Knots (Skala Beaufort), sementara untuk arah angin digunakan 0o – 360o. E.
Salinitas Salinitas merupakan bagian dari sifat fisik- kimia suatu perairan, selain suhu,
pH, substrat dan lain-lain. Salinitas dipengaruhi oleh pasang surut, curah hujan, penguapan, presipitasi dan topografi suatu perairan. Akibatnya, salinitas suatu perairan dapat sama atau berbeda dengan perairan lainnya, misalnya perairan darat, laut dan payau. Kisaran salinitas air laut adalah 30-35‰, estuari 5-35‰ dan air tawar 0,5-5‰ (Nybakken,1992). Faktor – faktor yang mempengaruhi salinitas : (Hutabarat, 1985). 1. Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan air lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya. 2. Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan yang turun salinitas akan tinggi. 3. Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, makin banyak sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendah, dan sebaliknya makin sedikit sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitasnya akan tinggi. Untuk menghitung salinitas di laut dapat di bagi 2, yaitu dapat di tentukan secara fisika dan kimia :
6
A. Secara Fisika Daya hantar listrik (konduktivitas) adalah sifat air laut yang sangat ditentukan oleh jumlah kadar garam di laut. Oleh karena itu pengukuran salinitas dapat dilakukan berdasarkan pengukuran konduktivitas dengan menggunakan beberapa alat. B. Secara Kimia Cara kimia yang biasa digunakan untuk menentukan salinitas adalah dengan menghitung kadar klorida yang ada dalam contoh air laut karenadianggap klorida adalah komponen yang paling penting dan dalam jumlahyang paling banyak. Kandungan klorida ditetapkan sebagai jumlah gram ion pada satu kilogram air laut, dengan menganggap semua halogen ekuivalen dengan klorida. Penentuan kandungan klorida dalam sampel air laut disebut klorinitas. Hubungan antara salinitas dan klorinitas ditentukan denganpengukuran dasar laboratorium pada contoh air laut di seluruh dunia yang dinyatakan dengan persamaan. Menurut Nyabakken (1992) alat pengukur salinitas yang memiliki keteltian tinggi adalah konduktivitimeter yang bekerja berdasarkan daya hantar listrik. Makin besar kandungan salinitas dalam suatu perairan maka semakin besar pula datya hantar listriknya. F. Suhu Suhu adalah suatu besaran fisika yang menyatakan banyaknya bahang yang terkandung dalam suatu benda. Secara alamiah sumber utama bahang dalam air laut adalah matahari. Setiap detik matahari memancarkan bahang sebesar 1026 kalori dan setiap tempat dibumi yang tegak lurus ke matahari akan menerima bahang sebanyak 0.033 kalori/detik. Pancaran energi matahari ini akan sampai kebatas atas atmosfir bumi rata- rata sekitar 2 kalori/cm2/menit. Pancaran energi ini juga sampai ke permukaan laut dan diserap oleh massa air (Nontji, 1987). Kisaran suhu pada daerah tropis relatif stabil karena cahaya matahari lebih banyak mengenai daerah ekuator daripada daerah kutub. Hal ini dikarenakan cahaya matahari yang merambat melalui atmosfer banyak kehilangan panas
7
sebelum cahaya tersebut mencapai kutub. Suhu di lautan kemungkinan berkisar antara -1.87°C (titik beku air laut) di daerah kutub sampai maksimum sekitar 42°C di daerah perairan dangkal (Hutabarat dan Evans, 1985). Suhu menurun secara teratur sesuai dengan kedalaman. Semakin dalam suhu akan semakin rendah atau dingin. Hal ini diakibatkan karena kurangnya intensitas matahari yang masuk kedalam perairan. Pada kedalaman melebihi 1000 meter suhu air relatif konstan dan berkisar antara 2°C – 4°C (Hutagalung, 1988). Faktor yang memengaruhi suhu permukaan laut adalah letak ketinggian dari permukaan laut (Altituted), intensitas cahaya matahari yang diterima, musim, cuaca, kedalaman air, sirkulasi udara, dan penutupan awan (Hutabarat dan Evans, 1986).Pengukuran suhu dapat dilakukan dengan menggunakan alat thermometer skala. G. Kedalaman Tingkat kedalaman yang sangat tinggi akan mengurangi penyerapan cahaya matahri oleh badan air, dimana cahaya matahari sangat dibutuhkan oleh tumbuhtumbuhan hijau dalam proses fotosintesis yang akan menghasilkan oksigen yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan hewan khususnya makrozoobentos. Pada daerah yang dalam tingkat kecerahan menetukan mutu perairan sebagai daerah asuhan bentos, tetapi pada tingkat kedalaman 15–40 meter masih tergolong baik sebagai habitat makrozoobentos. Kedalaman dasar laut dapat diamati dari nilai garis kontur pada peta batimetri daerah yang bersangkutan. Kedalaman laut mencerminkan roman muka dasar laut atau bisa disebut morfologi yang pada hakekatnya berkaitan dengan proses pembentukan dan perkembangan dasar laut dan samudera. Jika sudut muka bias ombak datang secara menyudut terhadap tepi pantai, yang kemiringan dasarnya landai dengan kontur kedalaman yang sejajar garis pantai, maka muka ombak akan mengalami proses pembiasan atau refraksi. Arah perambatan berangsur-angsur berubah dengan berkurangnya kedalaman sehingga dapat diamati bahwa ombak cenderung sejajar dengan kedalaman.
8
H. Kecerahan Kecerahan air merupakan ukuran kejernihan suatu perairan, semakin tinggi suatu kecerahan perairan semakin dalam cahaya menembus ke dalam air. Kecerahan air menentukan ketebalan lapisan produktif. Berkurangnya kecerahan air akan mengurangi kemampuan fotosintesis tumbuhan air, selain itu dapat pula mempengaruhi kegiatan fisiologi biota air, dalam hal ini bahan-bahan ke dalam suatu perairan terutama yang berupa suspensi dapat mengurangi kecerahan air (KLH dan LON-LIPI, 1983 dalam Effendi, 2000). Kecerahan air merupakan ukuran kejernihan suatu perairan, semakin tinggi suatu kecerahan perairan semakin dalam cahaya menembus ke dalam air. Kecerahan air menentukan ketebalan lapisan produktif. Berkurangnya kecerahan air akan mengurangi kemampuan fotosintesis tumbuhan air, selain itu dapat pula mempengaruhi kegiatan fisiologi biota air, dalam hal ini bahan-bahan ke dalam suatu perairan terutama yang berupa suspensi dapat mengurangi kecerahan air (Effendi, 2000). Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi disk yang dikembangkan oleh Profesor Secchi pada abad ke-19. Nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, padatan tersuspensi dan kekeruhan serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Tingkat kecerahan air dinyatakan dalam suatu nilai yang dikenal dengan kecerahan secchi disk. I. Disolved Oxygen Oksigen terlarut adalah jumlah oksigen dalam miligram yang terdapat dalam satu liter air (ppt). Oksigen terlarut umumnya berasal dari difusi udara melalui permukaan air, aliran air masuk, air hujan, dan hasil dari proses fotosintesis plankton atau tumbuhan air. Oksigen terlarut merupakan parameter penting karena dapat digunakan untuk mengetahui gerakan masssa air serta merupakan indikator yang peka bagi proses-proses kimia dan biologi . Kadar oksigen yang terlarut bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer.
9
Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman, tergantung pada pencampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dam limbah (effluent) yang masuk ke badan air. Selain itu, kelarutan oksigen dan gas-gas lain berkurang dengan meningkatnya salinitas sehingga kadar oksigen di laut cenderung lebih rendah daripada kadar oksigen di perairan tawar. Menurut Effendi (2000), kadar oksigen yang terlarut dalam perairan alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian (altitude) serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil. Kadar oksigen juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman, tergantung pada percampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah (effluent) yang masuk ke badan air. Dalam penentuan kadar oksigen terlarut suatu perairan kita gunakan metode analisis yang umum digunakan untuk menganalisis kadar oksigen dalam air laut yakni metode titrasi iodometri. Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu botol BOD 300 ml berfungsi sebagai wadah air sampel. J. pH Derajat keasaman atau pH merupakan suatu indeks kadar ion hidrogen (H+) yang mencirikan keseimbangan asam dan basa. Derajat keasaman suatu perairan, baik tumbuhan maupun hewan sehingga sering dipakai sebagai petunjuk untuk menyatakan baik atau buruknya suatu perairan. Nilai pH juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktifitas perairan. Biasanya angka pH dalam suatu perairan dapat dijadikan indikator dari adanya keseimbangan unsur-unsur kimia dan dapat mempengaruhi ketersediaan unsur-unsur kimia dan unsur-unsur hara yang sangat bermanfaat bagi kehidupan vegetasi akuatik. Besaran pH berkisar antara 0 – 14, nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang masam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa, untuk pH =7 disebut sebagai netral. Perairan dengan pH < 4 merupakan perairan yang sangat asam dan dapat menyebabkan kematian makhluk hidup,
10
sedangkan pH > 9,5 merupakan perairan yang sangat basa yang dapat menyebabkan kematian dan mengurangi produktivitas perairan. Perairan laut maupun pesisir memiliki pH relatif lebih stabil dan berada dalam kisaran yang sempit, biasanya berkisar antara 7,7 – 8,4. pH dipengaruhi oleh kapasitas penyangga (buffer) yaitu adanya garam-garam karbonat dan bikarbonat yang dikandungnya. Alat elektronik yang digunakan untuk mengukur pH (kadar keasaman atau alkalinitas) ataupun basa dari suatu larutan (meskipun probe khusus terkadang digunakan untuk mengukur pH zat semi padat). PH meter yang biasa terdiri dari pengukuran probe pH (elektroda gelas) yang terhubung ke pengukuran pembacaan yang mengukur dan menampilkan pH yang terukur. Prinsip kerja dari alat ini yaitu semakin banyak elektron pada sampel maka akan semakin bernilai asam begitu pun sebaliknya, karena batang pada pH meter berisi larutan elektrolit lemah. 2.3 Hipotesis Terbentuknya Samudera Samudera adalah kumpulan air yang sangat banyak, menutupi hamper 71 persen Bumi dan memisahkan benua. Jutaan tahun yang lalu ketika Bumi mendingin, uap air di atmosfer mengembun membentuk air. Air yang terbentuk lalu terkumpul di sebuah cekungan yang besar dan dalam. Terbentuklah samudera. Air yang berada di daratan mengalir ke samudera melalui sungai. Air tersebut membawa bahan-bahan mineral yang membuat air menjadi asin Samudera di Bumi memengaruhi iklim Bumi. Samudera juga menyediakan makanan bagi manusia karena merupakan tempat berbagai tumbuhan, ikan, dan makhluk hidup lainnya. Dalam membicarakan tentang terjadinya samudera, para ahli biasanya tidak terlepas dari hipotesis terjadinya bumi itu sendiri. Menurut hipotesis Nebula, bumi berasal dari pecahan matahari yang panas dan pijar terlempar kemudian membeku di Jagat raya ini serta mengorbit (beredar) mengelilingi matahari sebagai induknya.
11
Bumi pada mulanya viscous seperti magma yang dikelilingi atmosfer yang merupakan gas. Dalam waktu yang lama bumi kehilangan gasnya sehingga bumi mendingin dan pada permukannya terbentuk kulit bumi. Menurut Hill (geolog Inggris) kulit bumi itu mula-mula terjadi di kutub yang terdiri dari feldspar yang tebalnya kira-kira 1,5 km. Sesudah meluas di permukaan bumi ini maka terbentuklah kontinen-kontinen. Akibat proses radio aktif yang sangat kuat dibarengi dengan panas yang terdapat di bawah muka bumi mengakibatkan permukaan bumi tersebut mengmbung dan terjadilah kontinen. Magma basaltis yang lebih berat terdapat di bawah benua dan menjadi dasar samudera. J.H.F.Umgrove berpendapat bahwa asal mula kulit bumi itu tidak hanya di daerah kutub saja tetapi seluruh permukaan bumi, kemudian menekan permukan bumi yang menyebabkan kulit bumi ini retak-retak. Menurutnya retakan-retakan inilah yang kemudian menjadi samudera. V.J. Vernansky (sarjana geochemist Uni Sovyet) menduga bahwa pemisahan bulan dari kulit bumi yang masih plastis. Karena rotasi bumi sejumlah massa magma dan kulit bumi tersebut terlempar keruang angkasa, akibatnya pada kulit bumi tersebut terdapat basin yang luas yang kemudian menjadi samudera Pasifik. V.V. Belousov (sarjana Geophysika Uni Sovyet) menduga bahwa dasar samudera terjadi akibat pemerosotan tanah daratan. Karena itu samudera meluas kearah daratan Menurutnya samudera Atlantik dan Hindia meluas pada periode Tertier, sedangkan samudera Pasifik pada periode Quarter. Teori terjadinya samudera Ada bebera teori tentang terjadinya samudera, antara lain adalah sebagai berikut : 1. Contraction theory (teori kontraksi)
12
Beberapa waktu setelah bumi terbentuk, bumi masih dalam keadaan panas. Kemudian mulai mendingin dan terbentuklah kulit bumi. Dalam waktu jutaan tahun terjadi perubahan-perubahan di dalam bumi di bawah kulit bumi. Karena terjadi pengerutan kulit bumi menyebabkan batuan yang ringan dari kulit bumi melengkung dan retak maka magma keluar ke permukaan bumi. Semua perubahan-perubahan tersebut menyebabkan terjadinya continent dan cekungan samudera. Kita mengetahui bahwa kulit bumi di bawah samudera yang dalam sangat tipis. Di bawah batuan kulit bumi itu terdapat batuan yang lebih berat yang disebut Astenosfer (mantel). 2. Gravity theory (teori Gravitasi) Beberapa sarjana mengira bahwa cekungan samudera terbentuk ketika suatu bintang besar melintas dekat bumi. Karena gravitasi maka terjadi tarik menarik antara bintang tersebut dengan bumi. Diduga karena bumi masuh panas dan lunak maka sebagian kulit bumi tertarik ke angkasa luar. Bekasnya menjadi cekungan samudera yang menurut teori ini adalah cekungan samudera Pasifik. Sedangkan bagian bumi yang terlepas adalah bulan. 3. Meteorit theory (teori Meteorit) Menurut teori meteorit terjadinya cekungan samudera akibat jatuhan dari meteor. Diduga bahwa lekukan-lekukan danau kawah di bulan dan samudera di bumi terjadi oleh hal yang sama. Karena adanya benturan meteor yang begitu kuat maka pinggir- pinggir tempat meteor itu jatuh terjadi peninggian. Itulah yang menyebabkan terjadinya pegunungan pantai di sekitar beberapa samudera, seperti pegunungan Andes yang memanjang di sepanjang pantai Pasifik di Amerika Selatan. 4.Contonental Drift theory (teori pergerakan benua) Teori ini dikembangkan oleh Alfred Wegener. Dalam teorinya ia mengatakan bahwa ketika kulit bumi mendingin terjadi satu kontinen besar. Karena kontinen itu ringan maka terapung di atas batuan yang lebih berat yang ada di bawahnya. Setelah itu mulai terbagi menjadi dua blok. Satu blok di belahan
13
utara dan yang lain di belahan selatan. Kedua blok itu dipisahkan oleh samudera yang disebut Tethys. Karena blok-blok ini terapung dan bergerak maka pecah menjadi bagian yang lebih kecil. Blok Utara membentuk Amerika Utara dan Erasia. Blok Selatan menjadi Amerika
Selatan,
Afrika,
Australia
dan
Antartika.
Pada
waktu
itu
laut thetys dipersempit dan memjadi laut Mediteran, laut Hitam dan laut Kaspia. Teori ini dapat dilihat dari bentuk-bentuk pantai kontinen, misalnya bentuk pantai antara Afrika dengan Amerika Selatan dan antara Erasia pernah satu blok. Sekitar 180 juta tahun lalu benua Afrika dan Amerika Selatan merupakan satu daratan. India diduga dari potongan-potongan benua kuno Gondowana land. Potonganpotongan ini bergerak kearah Utara sejauh 5.000 kilometer dan ahirnya bertamrakan dengan benua Asia. Proses tabrakan ini menghasilkan tekanan ke atas yang amat besar yang mengakibatkan terbentuknya pegunungan Himalaya. Alasan lain untuk membuktikan teori ini adalah fosil-fosil tumbuhtumbuhan dari batuan purba. Ternyata fosil tumbuh-tumbuhan tertentu terdapat di dalam batuan purba baik di Amerika Selatan, Afrika India dan Siberia. Bukti ini memperkuat dugaan bahwa daerah-daerah tersebut pernah bersatu (berhubungan). Para ahli geologi percaya bahwa terjadi daerah-daerah aktif dimana sering terjadi retakan-retakan besar pada kulit bumi. Retakan-retakan ini mencakup seluruh permukaan bumi dan karena itu mereka membagi kerak bumi menjadi enam bagian lempeng besar yang dinamakan tectonic plates. Keenam lempeng tersebut sebagai berikut: (1) Eura sian plate, (2) Australian plate, (3) Pasific plate, (4) American plate, (5) African plate, dan (6) Antartic plate. Bentuk lempeng-lempeng itu tidak rata, tetapi setiap lempeng cenderung untuk membentuk suatu batas dengan system mid-oceanic ridge, yaitu satu sisi dengan massa benua dan sisi yang lain dengan batas lempeng tektonik. Lempeng tektonok ini bergerak secara perlahan-lahan melintasi dasar lautan dengan kecepatan rata-rata beberapa centimeter setiap tahunnya. Gerakan lempeng ini sulit untuk diukur secara langsung oleh karena jarak yang terjadi sangat kecil dan memerlukan waktu yang lama. Walaupun demikian para ahli geologi telah
14
membuktikan secara meyakinkan tentang terjadinya kejadian-kejadian ini dengan mengadakan penelitian terhadap jenis batuan dari mana lempeng tektonik dibentuk. Dari gerakan lempeng dibelokan ke arah bawah yang kemudian bertemu dengan kerak benua melalui proses yang dinamakan subduction. Batas-batas lempeng yang merupakan subduction juga merupakan pusat dari aktivitas gunung api dan gempa bumi sehingga menyebabkan terjadinya jajaran/rangkaian gununggunung di berbagai tempat di muka bumi ini.
15
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Oseanografi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu ilmu yang mempelajari lautan. Ilmu ini semata-mata bukanlah merupakan suatu ilmu yang murni, tetapi merupakan perpaduan dari bermacam-macam ilmu dasar yang lain. Ilmu-ilmu lain yang termasuk di dalamnya ialah ilmu tanah (geology). Ilmu bumi (geography). Ilmu fisika (physics), ilmu kimia (chemistry). Ilmu hayat (biology) dan ilmu iklim (metereology). Konsep Oseanografi terbagi atas arus laut, pasang surut, salinitas, gelombang, kecerahan, angin, pH, oksigen terlarut, dan suhu yang ada di lautan (samudera). Samudera adalah kumpulan air yang sangat banyak, menutupi hamper 71 persen Bumi dan memisahkan benua. Jutaan tahun yang lalu ketika Bumi mendingin, uap air di atmosfer mengembun membentuk air. Air yang terbentuk lalu terkumpul di sebuah cekungan yang besar dan dalam. Terbentuklah samudera. Air yang berada di daratan mengalir ke samudera melalui sungai. Air tersebut membawa bahan-bahan mineral yang membuat air menjadi asin Samudera di Bumi memengaruhi iklim Bumi. Samudera juga menyediakan makanan bagi manusia karena merupakan tempat berbagai tumbuhan, ikan, dan makhluk hidup lainnya. 3.2 Saran Dengan adanya makalah ini, diharapkan para mahasiswa, khususnya bagi penulis sendiri agar lebih mudah memahami secara mendalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi diatas .
16
DAFTAR PUSTAKA Sahala, Hutabarat dan Stewart M. Evans. 1984. Pengantar Oseanografi.Jakarta : Universitas Indonesia Press. Prager, Ellen J, dan Sylvia A. Earle. 2000.The Oceans.washington DC A.Shofy Mubarak. 2009. Sejarah Kelautan. Jurnal Ilmu Pendidikan (Online), jilid 5 (http//www.semarang.ac.id, diakses 26 agustus 2016. Suhadi Purwantara. 2009. Kebijakan Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Jurnal.oseanografi-media-2009). https://id.wikipedia.org/wiki/Oseanografi , (diakses pada 26 Agustus 2016). .
17
1