3. Biofisik Kelautan 3.1. Karakteristik planet bumi 3.1.1. Luas permukaan laut Planet bumi sebenarnya didominasi didominasi oleh lautan. Dari sisi luas, samudera jauh jauh lebih luas dari daratan seluruh benua (Gambar 2.1.a). Luas total daratan di bumi hanya 1/3 luas total samudera di bumi. Hal ini mempertegas planet planet kita sebagai “planet “planet air”. Samudera (laut) menutupi sekitar 71 % luas permukaan bumi. Sekitar 80% luas permukaan di belahan Bumi Selatan ditutupi ditutupi oleh laut, sedangkan di belahan Bumi Utara sekitar 61 % ditutupi oleh laut. Sebagian besar laut di dunia adalah dalam, dan 84 % dari dasar laut terletak di kedalaman lebih besar dari 2000 meter. Kedalaman rata-rata keseluruhan samudera samudera adalah 3.729 m, sedangkan sedangkan kedalaman terdalam adalah 11.022 m yaitu yaitu Palung Mariana di Challenger Challenger Deep dekat Guam. Ketinggian rata-rata benua adalah 840 m, dengan ketinggian tertinggi adalah 8.850 m, yakni Gunung Everest di Pegunungan Himalaya (Gambar 2.1.b). Kedalaman Palung Mariana masih lebih besar 2.172 m dari gunung tertinggi di bumi.
a
b
Gambar 2.1. Perbandingan luas dan dalam antara samudera dan daratan
3.1.2. Pembagian samudera Samudera dunia dapat dibagi menjadi 4 samudera utama ditambah satu, berdasarkan posisi benua dan bentuk samudera (Gambar 2.2; Tabel 1). Masing-masing memiliki luas dan dalam yang bervariasi, yakni: bumi, menutupi lebih dari setengah luas permukaan 1. Samudera Pasifik. Samudera ini paling besar di bumi, seluruh samudera di bumi. Unsur geografi tunggal paling besar di planet ini yang menutupi hampir sepertiga permukaan bumi. bumi. Samudera ini terletak antara benua Asia Asia dan benua Amerika sebelah Barat. Luas samudera samudera ini ini lebih lebih besar dari luas luas gabungan gabungan keseluruhan daratan di bumi. bumi. Juga Pengantar Ilmu Perikanan
1|
merupakan samudera paling dalam di antara samudera lainnya. Samudera ini diberi nama oleh Ferdinand Magellan pada 1520 M. Kata Pasifik berasal dari kata Paci = damai, karena ketika Magellan melewati samudera ini cuacanya tenang dan damai. 2. Samudera Atlantik. Samudera ini terletak antara benua Eropa, Amerika bagian Timur dan Afrika bagian Barat. Luasnya sekitar setengah dari samudera Pasifik, dan kedalamannya terdalam lebih kecil dari samudera Pasifik. Samudera ini memisahkan Dunia Lama (Eropa, Asia, dan Afrika) dengan Dunia Baru (Amerika Utara dan Selatan) 3. Samudera India. Samudera ini sedikit lebih kecil dari samudera Atlantik, namun kedalaman tetdalamnya hampir sama dengan Samudera Atlantik. Terletak di belahan bumi Selatan antara Asia dan Samudera Antartika. Nama samudera India sesuai kelanjutan dari daratan India. 4. Samudera Artik. Samudera ini terletak di Kutub Utara. Luasnya sekitar 7% dari luas Samudera Pasifik, dan memiliki kedalaman paling dangkal dibandingkan ketiga samudera lainnya. Memiliki lapisan es laut permanen di permukaannya, ketebalan es ini hanya beberapa meter. Nama ini berasal dari konstelasi utara Ursa Mayor, atau dikenal juga dengan Big Dipper , atau Beruang (arktos=bear=beruang). 5. Samudera Antartika atau Samudera Bagian Selatan . Samudera ini dikenal sebagai samudera tambahan dekat benua Antartika di belahan bumi selatan. Dibatasi oleh pertemuan arus-arus dekat Antartika yang disebut konvergensi Antartika, samudera ini sebenarnya adalah bagian dari Samudera Pasifik, Atlantik, dan India selatan sekitar 50 derajat lintang selatan. Nama samudera ini disesuaikan dengan letaknya yang di belahan bumi selatan. Tabel 1. Kedalaman rata-rata luas permukaan total empat samudera utama Nama Samudera Pasifik Alantik India Artik
Luas Permukaan (juta km2) 166,2 86,5 73,4 9,5
Gambar 2.2.
Pengantar Ilmu Perikanan
Kedalaman rata-rata (m)
4.188 3.736 3.872 1.330
Tempat Terdalam Palung Mariana 11.022 m Palung Puerto Rico 8.605 m Palung Jawa 7.725 m Kedalaman Moloy 5.608 m
Perbandingan luas dan dalam empat samudera utama
2|
3.1.3. Laut Dalam penggunaan sehari-hari, kata samudera dan laut sering diartikan sama, karena itu sering dipertukarkan penggunaanya. Secara teknis laut didefinisikan sebagai berikut: i. Luasnya lebih kecil dan lebih dangkal dari samudera ii. Tersusun oleh air asin (ada laut yang tersusun dari air tawar seperti Laut Kaspia di Asia) iii. Di beberapa tempat dikelilingi oleh daratan (tetapi ada laut, seperti laut Saragasso di samudera Atlantik dibatasi oleh arus samudera yang kuat). Indonesia sebagai negara kepulauan terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia dan mempunyai tatanan geografi laut yang rumit dilihat dari topografi dasar lautnya. Wilayah perairan laut teritorial Indonesia terdiri dari tiga tipe ekosistem utama, yaitu : (1) perairan dangkal di wilayah Barat (Paparan Sunda), (2) perairan dangkal di wilayah Timur (Paparan Sahul), (3) wiayah laut dalam (jeluk) yang mencakup Selat Makassar dan Laut Banda. Laut jeluk lainnya yang berada di perairan Indonesia adalah Selat Bali, Laut Flores, Laut Sulawesi, dan Laut Maluku. Luas wilayah periaran laut teritorial Indonesia seperti tercantum pada tabel ber ikut ini. Tabel 2. Luas wiayah perairan teritorial Indonesia (Dwiponggo, 1987). Wilayah dan Sub-Wilayah Selat Malaka Laut Cina Selatan (Bagian Indonesia) Laut Jawa (termasuk Selat Sunda) Laut Jawa (termasuk Selat Sunda) Paparan Sahul Laut Arafura Perairan sekitarnya Laut Hindia Sumatera, Pantai Barat Jawa, Pantai Selatan Selat Bali Pulau-pulau Sunda Kecil bagian Selatan Laut-laut Jeluk (Dalam ) Selat Makassar, perairan sekitar Sulawesi, pulau-pulau Sunda Kecil bagian Utara Laut Flores Laut Banda Maluku (termasuk Irian Jaya bagian Utara dan Barat)
Luas (km2) 686.000 55.000 250.000 381.000 160.000 143.500 16.500 132.000 70.000 30.000 2.500 30.000 1.694.000 594.000
100.000 100.000 900.000
Perairan Segitia Indo-Malaysia yang mencakup sebagian besar Asia Tenggara ditambah dengan Papua New Guinea dianggap sebagai pusat distribusi biota laut bagi perairan disekitarnya (Ekman, 1953 dalam Dahuri, 2002). Perairan Indonesia dipengaruhi oleh Samudera Hindia dan Pasifik. Massa air yang berasal dari Samudera Pasifik masuk dari arah Utara kemudian ke Samudera Hindia melalui selat-selat, terutama di Nusa Tneggara. Karena posisinya terletak di antara dua benua yaitu Asia dan Australia, perairan Indonesia menjadi sangat strategis sebagai kawasan lintasan berbagai macam kapal laut. Lalu lintas ini dapat menimbulkan pengaruh negatif terhadap kelestarian sumber daya alam hayati perairan. Bentuk dasar laut yang majemuk tersebut beserta lingkungan air di atasnya, memberi kemungkinan munculnya keanekaragaman hayati yang tinggi, dengan sebaran yang luas, baik secara Pengantar Ilmu Perikanan
3|
mendatar maupun menegak. Sekarang banyak ilmuan kelautan yang mengetahui bahwa di setiap lapisan air laut sampai ke dasar laut yang sangat jeluk atau dasar abisal pun selalu terdapat kemungkinan adanya kehidupan.
3.1.4. Teluk (gulf, bay, embaykment) Teluk adalah daerah atau areal perairan yang diapit oleh dua daratan yang menjorok ke laut (tanjung). Teluk berdasarkan ukurannya dibedakan atas gulf dan bay. Gulf teluk yang lebih besar dari bay. Embaykment adalah wilayah perairan semi tertutup, yang memiliki saluran keluar menuju laut. Wilayah teluk yang terdapat muara sungai disebut estuari. Pada wilayah estuari, kadar garam (salinitas) bervariasi umumnya merupakan pencampuran antara air tawar (salinitas 0 ppt) dengan air laut yang bersalinitas 34 ppt sehingga membentuk air bersalinitas sedang atau payauh. Selain itu banyak saluran pembuangan air limbah, baik limbah pemukiman, perkotaan, pabrik, dan air pendingin pembangkit listrik dibuang/dialirkan ke perairan teluk. Wilayah perairan teluk (gulf dan terutama bay) merupakan wilayah yang terlindung. Banyak aktifitas perikanan seperti budidaya ikan dan penangkapan berlangsung di wilayah ini. Selain itu, sarana pelabuhan dan jetty banyak dibangun pula di wilayah ini. Hal ini menyebabkan wilayah teluk penting secara ekonomi, namun juga rentan mengalami pencemaran hingga kerusakan habitat.
3. 2. Mintakat Laut Lingkungan laut terdiri dari dasar laut dan kolom air di atasnya maka lingkungan ini dapat dibagi menjadi dua bagian utama yaitu pelagis meliputi seluruh kolom air dimana hewan dan tumbuhtumbuhan mengapung atau berenang dan bagian dasar laut atau bentik yang meliputi seluruh lingkungan dasar laut dimana biota laut hidup melata, memendamkan diri atau meliang, mulai dari pantai sampai dasar laut terdalam. Yang pertama menyangkut zonasi atau pemintakatan laut secara horizontal dan yang kedua secara menegak (Gambar 2.3.a, b.).
3.2.1. Lingkungan Pelagis Semua biota yang hidup di lingkungan laut tetapi tidak hidup di dasar laut dinamakan biota pelagis. Lingkungan perairan dimana biota ini hidup, disebut lingkungan pelagis. Lingkungan ini mencakup kolom air mulai dari permukaan laut sampai permukaan dasar laut. Secara horizontal kawasan pelagis dapat dibagi menjadi dua zona, yaitu : (1) Zona Neritik , mencakup massa air yang terletak di atas paparan benua. (2) Zona Oseanik , meliputi semua perairan terbuka lainnya. Sedangkan secara vertikal kawasann pelagik dapat dibagi berdasarkan daya tembus cahaya matahari ke dalam perairan laut, yaitu zona fotik (eufotik ) dan zona afotik. Zona fotik merupakan perairan pelagis yang masih mendapatkan cahaya matahari. Batas bawah zona ini tergantung pada batas kedalaman tembus cahaya, dan biasanya bervariasi berdasarkan tingkat kejernihan air. Umumnya terletak pada kedalaman 100 – 200 meter. Istilah lain untuk zona ini adalah zona epipelagis, merupakan daerah tempat berlangsungnya proses produksi primer di lautan. Sebaliknya zona afotik adalah zona yang tidak dapat ditembusi cahaya matahari (selalu dalam keadaan gelap), pada zona ini tidak terjadi proses fotosintesis sehingga tidak dihasilkan produksi primer.
Pengantar Ilmu Perikanan
4|
Air Pasang Pelagik
Supralitoral
Neritik
Fotik
Oseanik Epipelagik
100-200
Litoral
` Mesopelagik
Sublitoral/ Paparan benua
700 to 1000
Batipelagik
ki t of
Batial 2000 to 4000
A
Abisal pelagik
Bentik Abisal
6.000 Pelagik hadal
Hadal 10.000
Gambar 2.3.a. Pembagian zona laut (Hedpegth, 1957)
Gambar 2.3.b.
Pembagian utama lingkungan laut berdasarkan jarak dari darat, kedalaman air, dan habitat organisme bentik dan pelagis.
Pengantar Ilmu Perikanan
5|
Setelah zona mesoplagis, terdapat pula zona batipelagis, abisalpelagis, dan hadalpelagis . Zona batipelagis, sifat-sifat fisik pada zona ini seragam atau hampir tidak terjadi perubahan sifat fisik. Zona abisal pelagis dan hadal pelagis meluas sampai ke dasar laut terdalam yang disebut palung. Biota laut yang hidup di zona perairan ini mengalami kegelapan, suhu dingin, dan tekanan air yang tinggi. Biota laut melakukan adaptasi untuk menyesuaikan diri dengan kegelapan dan tekanan yang tinggi, antara lain dengan bioluminisens (bio pendar cahaya) dan memperbesar gelembung renang pada ikan. Suhu yang rendah akan memperlambat berbagai rekasi kimia. Faktor lain yang sangat penting adalah sumber makanan. Sumber makanan berasal dari lapisan atas berupa bangkai atau sisa-sisa berbagai biota laut yang mati dan tengelam ke dasar laut.
3.2.2. Lingkungan Bentik Lingkungan bentik dibagi menjadi zona litoral yang meluas mulai dari garis pasang tertinggi sampai ke pinggir paparan benua, dan zona abisal (dasar laut dalam) yang meluas mulai dari pinggir paparan benua sampai ke dasar laut paling dalam dari samudera. Zona litoral, secara periodik mengalami pengeringan dan perendaman air dalam sehari semalam, terdiri dari berbagai jenis substrat dasar perairan (lumpur, batu atau cadas, pasir dan tumpukan benda) yang mempengaruhi jenis hewan yang dapat hidup pada atau di dalam dasar laut ini. Zona ini dibagi lagi atas 3 bagian yaitu; litoral (intertidal), supralitoral, dan sublitoral . Zona abisal, dasar lautnya menyerupai dasar lumpur yang terdapat pada dasar laut litoral. Terdapat endapan mineral seperti bola-bola mangan (nodule mangan) serta benda keras seperti tulang telinga paus dan gigi hiu. Dasar samudera dalam terdiri dari endapan kapur terutama dari kerangka foraminifera, endapan silika terutama dari kerangka diatom dan lempung merah. Kehidupan hewanhewan di dasar laut seperti ini berkaitan langsung dengan tipe endapan dasar laut dan keadaan fisik dasar laut ini. Makin padat endapan dasar laut makin banyak epifauna yang terdapat. Pemakan penyaring memilih dasar yang keras dengan partikel halus dari lumpur yang tidak dapat menyebabkan tersumbatnya alat penyaring. Jika partikel sangat halus sehingga dapat menyumbat alat penyaring maka tipe hewan yang tinggal di habitat ini adalah pemakan endapan yang mengambil dan mencerna zat organik yang terdapat dalam lumpur. Selain itu terdapat hewan pemangsa dan pemakan bangkai yang memakan hewan apa saja, hidup atau mati.
3.3.
Karakteristik air laut
3.3.1. Suhu, Suhu merupakan refleksi kecepatan molekul. Makin cepat molekul bergerak makin tinggi suhunya. Dalam Satuan Internasional (SI), suhu dinyatakan dalam derajat Celcius ( oC). Suhu di laut dipengaruhi secara langsung oleh adanya radiasi dan perambatan cahaya matahari. Panas yang berasal dari cahaya matahari akan meningkatkan suhu perairan. Sebaran spasial suhu perairan mengikuti sebaran spasial radiasi cahaya matahari yang menimpa permukaan bumi. Suhu perairan di daerah tropis panas sepanjang tahun, karena cahaya matahari bersinar sepanjang tahun. Di daerah temperate, suhu air hangat hanya terjadi sepanjang musim semi dan panas, dan dingin pada musim gugur dan dingin. Di daerah kutub, suhu perairan cenderung dingin sepanjang tahun. Suhu juga menyebar secara berbeda dari permukaan perairan ke bagian yang lebih dalam. Akibat penyinaran matahari, suhu di permukaan perairan hangat sampai pada kedalaman tertentu kemudian suhu menurun dan cenderung konstan pada kedalaman yang lebih dalam. Antara kedua lapisan tersebut terdapat lapisan batas disebut lapisan Termoklin yang pada lapisan ini suhu berubah Pengantar Ilmu Perikanan
6|
secara cepat dengan bertambahnya kedalaman. Suhu alami air laut berkisar antara 0 dan 33 oC, sedangkan diperkiran setiap penurunan 10 m suhu juga menurun 1 oC. Pada permukaan laut, air murni berada dalam keadaan cair pada suhu tertinggi 100 o C dan suhu terendah 0 oC, sedangkan air laut mulai membeku pada suhu -1,9 OC. Perubahan suhu memberi pengaruh besar kepada sifat-sifat air laut lainnya dan kepada biota laut. Kenaikan suhu akan menurunkan densitas air laut, akibatnya massa air yang dingin dengan densitas lebih berat akan tenggelam dan menempati perairan bagian bawah, sedangkan massa air yang bersuhu dingin dengan densitas lebih ringan akan mengambang dan menempati perairan bagian atas. Kelarutan oksigen dipengaruhi secara tidak linier oleh suhu, dan meningkat dalam air dingin. Hubungan antara kadar oksigen terlarut jenuh dan suhu ditunjukkan dalam Tabel 3, yang menggambarkan bahwa semakin tinggi suhu, kelarutan oksigen semakin berkurang.
Tabel 3. Hubungan Antara Kadar Oksigen Terlarut Jenuh dan Suhu pada Tekanan Udara 760 mm Hg Suhu ( oC)
Kadar Oksigen Tertarut (mg/litter)
Suhu (°C)
Kadar Oksigen Terlarut (mg/liter)
Suhu (°C)
Kadar Oksigen Terlarut (mg/liter)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
14,62 14,22 13,83 13,46 13,11 12,77 12,45 12,14 11,84 11,56 11,29 11,03 10,78 10,54
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
10,31 10,08 9,87 9,66 9,47 9,28 9,09 8,91 8,74 8,58 8,42 8,26 8,11 7,97
28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
7,83 7,69 7,56 7,43 7,30 7,18 7,06 6,95 6,84 6,73 6,62 6,51 6,41
Sumber: Cole, 1983. Perubahan suhu memberi pengaruh pula kepada biota laut. Suhu berpengaruh terhadap kecepatan metabolisme organisme-organisme laut. Semakin tinggi suhu, kecepatan metabolisme semakin cepat. Semakin tinggi suhu semakin tinggi pula kecepatan respirasi hewan laut, akibatnya konsumsi oksigen juga meningkat. Perubahan suhu juga merupakan salah satu stimulan perpindahan/migrasi serta stimulasi pemijahan dari hewan-hewan laut. Berdasarkan pada kemampuan adaptasi organisme laut terhadap suhu dikenal adanya istilah “Eurythermal” (Eury = Luas) dan “Stenothermal” (Steno = sempit). Hewan yang tidak mampu mengatur suhu tubuhnya atau hewan berdarah dingin disebut hewan “poikilotermik” atau “ektotermik” contohnya Ikan.
3.3.2. Salinitas, Salinitas adalah jumlah total materi terlarut (garam) di dalam air laut, dengan kata lain, salinitas merupakan takaran bagi keasinan air laut. Secara lebih lengkap, salinitas didefinisikan sebagai berat zat padat terlarut dalam gram per kilogram air laut, jika zat padat telah dikeringkan sampai beratnya tetap pada 480 OC, dan jumlah klorida dan bromida yang hilang diganti dengan sejumlah klor yang ekivalen dengan berat kedua halida yang hilang.
Pengantar Ilmu Perikanan
7|
Satuan salinitas adalah pro mil ( O/OO), atau ppt (part per thousand=bagian per seribu). Jika 1% adalah satu bagian dalam 100, maka 1 O/OO adalah 1 bagian dalam 1000. Jika dinyatakan salinitas air adalah 3,5% berarti terdapat 3,5 g zat terlarut dalam 100 ml air, atau jika dituliskan salinitas 35 O/OO berarti terdapat 35 g zat terlarut di dalam 1000 ml (1 liter) air. Salinitas air laut sekitar 3,5% atau 35 O/OO, kurang lebih 220 kali lebih asin dari air tawar. Air laut yang bersalinitas 3,5% mengindikasikan bahwa terdapat 96,5% air murni. Kadar salinitas air laut dipengaruhi oleh masukkan air tawar (melalui hujan, air sungai, maupun runoff), evaporasi, dan sirkulasi massa air. Semakin kecil masukan air tawar, semakin tinggi evaporasi, dan semakin terbatas sirkulasi massa air, menyebabkan salinitas meningkat. Sebaliknya, semakin besar masukkan air tawar, semakin kecil evaporasi, dan semakin lancar sirkulasi massa air, menurunkan nilai salinitas perairan. Kadar salinitas bervariasi secara spasial di laut. Salinitas pada perairan terbuka yang jauh dari pantai cenderung tetap pada nilai 33-38 O/OO. Di perairan pantai, teluk, dan estuari salinitas lebih berfluktuasi. Pada estuari nilai salinitas menurun (dapat membentuk air payau) akibat masukkan air tawar dari sungai. Pada perairan pantai dan teluk yang juga menerima aliran air tawar, kadar salinitas lebih kecil dibandingkan laut lepas. Nilai salinitas juga berfluktuasi secara musiman. Pada musim hujan, volume air tawar yang memasuki laut meningkat sedangkan evaporasi menurun sehingga nilai salinitas rendah dari musim panas (kemarau). Sebaliknya pada musim kemarau, evaporasi meningkat sementara volume air tawar yang memasuki perairan laut berkurang menyebabkan nilai salinitas lebih besar dari musim hujan. Sebaran vertikal salinitas di laut juga bervariasi. Massa air pada permukaan perairan memiliki nilai salinitas lebih kecil dari massa air di perairan lebih dalam. Sebaliknya massa air pada perairan dalam memiliki nilai salinitas yang lebih tinggi dibandingkan di bagian permukaan perairan. Salah satu penyebabnya adalah, terjadinya evaporasi massa air di bagian permukaan sehingga meninggalkan garam yang tenggelam ke perairan lebih dalam dan meningkatkan salinitas massa air dalam tersebut. Halocline (haloklin) adalah suatu lapisan massa air yang salinitas berubah secara cepat dengan bertambahnya kedalaman Salinitas memiliki hubungan dengan densitas. Semakin tinggi salinitas, densitas massa air semakin berat. Massa air dengan densitas yang lebih berat akan tenggelam dan menempati bagian perairan yang lebih dalam. Dengan demikian massa air dalam memiliki salinitas dan densitas lebih tinggi dari massa air di permukaan. Salinitas air laut akan memengaruhi organisme laut. Salinitas air laut memengaruhi pengaturan osmosis dan difusi biota laut. Kelarutan oksigen dan gas-gas lain juga berkurang dengan meningkatnya salinitas (Tabel 4) sehingga kadar oksigen di laut cenderung lebih rendah (20%) daripada kadar oksigen di perairan tawar. Tabel 4. Hubungan Antara Kadar Oksigen Terlarut Jenuh dan Salinitas pada Tekanan Udara 760 mm Hg.
Suhu
Salinitas (%o)
(°C)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
20 22 24 26 28 30 32
8,9 8,6 8,3 8,1 7,8 7,6 7,3
8,6 8,4 8,1 7,8 7,6 7,4 7,1
8,4 8,1 7,8 7,6 7,4 7,1 6,9
8,1 7,9 7,6 7,4 7,2 6,9 6,7
7,9 7,6 7,4 7,2 7,0 6,7 6,5
7,7 7,4 7,2 7,0 6,8 6,5 6,3
7,4 7,2 6,9 6,7 6,5 6,3 6,1
7,2 6,9 6,7 6,5 6,3 6,1 5,9
6,9 6,7 6,5 6,3 6,1 5,9 5,7
6,8 6,6 6,4 6,1 6,0 5,8 5,6
Sumber: Richard dan Corwin (1956) dalam Weber, 1991.
Pengantar Ilmu Perikanan
8|
3.3.3.
Tekanan hidrostatik air laut
Tekanan hidrostatik adalah tekanan pada suatu titik dalam air. Tekanan pada suatu titik berasal dari berat benda yang ada di atasnya. Ini berarti tekanan pada suatu titik dalam air berasal dari berat seluruh lapisan air di atasnya dan seluruh udara di atmosfir. Tekanan umumnya disimbolkan dengan atmosfir (atm). Tekanan tepat di permukaan air adalah sebesar 1 atm. Tekanan ini berasal dari berat semua udara di atasnya. Tekanan pada kedalaman air 10 m adalah merupakan berat lapisan air setebal 0-10 m ditambah seluruh berat udara di atasnya Tekanan berubah seiring berubahnya kedalaman perairan. Setiap penambahan kedalaman air 10 m, tekanan bertambah sebesar 1 atm. Dengan demikian pada kedalaman 30 m, tekanan akan sebesar 4 atm. Organisme yang berada di darat (di permukaan air) menerima 1 atm dari tekanan yang berasal dari berat seluruh udara di atasnya. Organisme air menerima tekanan yang berasal dari seluruh berat lapisan air di atasnya ditambah berat udara di atasnya. Air lebih berat dari udara akibatnya organisme perairan akan menerima tekanan lebih besar dari organisme di daratan. Tekanan berhubungan terbalik dengan volume. Semakin besar tekanan, volume mengecil. Organisme laut yang memiliki rongga yang berisi gas, seperti gelembung renang, paru-paru akan menyusut atau hancur begitu tekanan meningkat. Hal ini merupakan salah satu faktor lingkungan laut yang turut membatasi kedalaman penyebaran organisme.
3.3.4.
Densitas air laut
Densitas adalah berat (massa) per satuan volume sebuah zat. Densitas air laut atau massa jenis air laut atau kerapatan air laut. Densitas air laut dipengaruhi oleh suhu, salinitas, dan tekanan, yang biasanya ditulis sebagai σS.T.P. Satuan densitas adalah g cm-3 atau kg m-3. Densitas air laut berkisar 1,02400 – 1,03000 g cm-3. Umumnya para ahli oseanografi lebih menyukai menggunakan nilai densitas air dari hasil perhitungan berikut.
σS.T.P = (densitas – 1) x 103 sehingga air dengan densitas 1,02400 akan memiliki nilai σS.T.P adalah 24,0. Nilai densitas air laut akan besar ketika nilai salinitas tinggi, suhu rendah, dan tekanan tinggi. Sebaliknya akan kecil pada salinitas kecil, suhu tinggi, dan tekanan rendah.
Diperoleh dari:
σS.T.P = (densitas – 1) x 103 = (1,02400 – 1) x 1000 = 0,02400 x 1000 = 24,0
Perbedaan densitas menyebabkan terbentuknya lapisan-lapisan massa air di laut. Sebaran menegak densitas di air laut umumnya menunjukan bahwa, massa air permukaan memiliki densitas rendah, kemudian sampai pada kedalaman tertentu, terjadi perubahan densitas sangat cepat dengan berubahnya kedalaman, kemudian massa air di lapisan dalam umumnya memiliki densitas lebih besar dari permukaan. Lapisan air yang densitas berubah sangat cepat dengan pertambahan kedalaman disebut lapisan pycnocline. Perubahan densitas air laut pada salinitas sama dan kisaran perubahan suhu yang sama antara daerah lintang rendah (ekuator/torpis) dengan daerah di lintang tinggi (temperate dan kutub) berbeda. Perubahan nilai densitas pada daerah tropis lebih besar hampir 3 kali lipat dibanding daerah lintang tinggi.
Pengantar Ilmu Perikanan
9|
3.4.
Manafaat laut bagi kehidupan
3.4.1. 3.4.2. 3.4.3. 3.4.4. 3.4.5.
Penangkapan ikan Budidaya ikan Sumber tambang Sumber air tawar (desalinisai) Sumber energi
Pengantar Ilmu Perikanan
10 |