ABSTRAK
Banjir merupakan salah satu bentuk daya rusak air dan merupakan fenomena alam yang terjadi akibat tingginya curah hujan dan tidak cukupnya cukupnya kapasitas badan badan air (sungai atau saluran drainase) untuk menampung dan mengalirkan air. Kondisi yang terjadi pada kawasan permukiman Bumi Tamalanrea Permai (BTP), antara lain ditandai dengan genangan air di daerah dataran rendah sebagai fenomena awal terjadinya banjir dimusim hujan. Hal tersebut diperburuk dengan kondisi drainase perumahan masyarakat sekitar yang berdasarkan hasil survey, ditemukan bahwa sebagian besar drainase di kawasan perumahan BTP mengalami mengalami sedimentasi serta penyempitan penyempitan saluran drainase yang berdampak negatif pada kurangnya kapasitas atau volume air yang dapat ditampung oleh drainase tersebut. Pada kawasan perumahan perumahan BTP yang sering terjadi banjir adalah di Blok AB, AC, AD, dan AF yang terjadi setiap tahun dengan ketinggian banjir berkisar antara 50cm – 1m yang mengakibatkan rumah-rumah di sekitar Blok tersebut terendam air. Tujuan survey mitigasi bencana banjir ini untuk mencari solusi dan upaya pengendalian banjir Kawasan Perumahan Perumahan Bumi Tamalanrea Tamalanrea Permai Permai (BTP) secara
Sistem jaringan drainase di suatu kawasan permukiman semestinya dirancang untuk menanampung debit aliran yang normal, terutama pada saat musim hujan. Artinya kapasitas saluran drainase sudah diperhitungkan untuk dapat menampung debit air yang terjadi sehingga kawasan tersebut tidak mengalami genangan atau banjir. Jika kapasitas sistem saluran drainase menurun dikarenakan oleh berbagai sebab maka debit yang normal sekalipun tidak akan bisa ditampung oleh sistem yang ada. Menurunnya kapasitas sistem drainase dapat banyak disebabkan karena terdapat endapan, terjadi kerusakan fisik sistem jaringan, adanya bangunan lain di atas sistem jaringan. Pada waktu-waktu tertentu saat musim hujan sering terjadi peningkatan debit aliran, atau telah terjadi peningkatan debit yang dikarenakan oleh berbagai sebab, maka kapasitas sistem yang ada tidak bisa lagi menampung debit aliran, sehingga mengakibatkan banjir di suatu kawasan. Sedangkan penyebab meningkatnya debit antara lain, curah hujan yang tinggi di luar kebiasaan, perubahan tata guna lahan, kerusakan lingkungan pada Daerah Aliran Sungai ( DAS ) disuatu kawasan. Kemudian jika suatu perkotaan atau kawasan terjadi penurunan kapasitas sistem sekaligus terjadi peningkatan debit aliran, maka banjir akan semakin
a.
Daerah pesisir/pantai; dataran rendah yang elevasi muka tanahnya lebih rendah atau sama dengan elevasi air laut pasang rata-rata (Mean Sea Level/MSL). Potensi banjir berasal dari aliran sungai yang bermuara di pantai dan terjadinya pasang air laut.
b. Daerah dataran banjir (foodplain); daerah dataran rendah di kiri dan kanan alur ysungai, yang elevasi muka tanahnya sangat landai dan relative datar, sehingga aliran air menuju sungai sangat lambat yang mengakibatkan daerah tersebut rawan terhadap banjir, baik oleh luapan air sungai maupun karena hujan lokal di daerah tersebut. c.
Daerah sempadan sungai; daerah rawan banjir yang berada sekitar 100m di kiri-kanan sungai besar, dan 50m di kiri-kanan anak sungai atau sungai kecil.
d. Daerah cekungan; daerah yang relative cukup luas baik di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi (hulu sungai) dapat menjadi daerah rawan banjir, bila penataan kawasan atau ruang tidak terkendali dan mempunyai sistem drainase yang kurang memadai. Daerah cekungan yang dilalui sungai, pengelolaan bantaran sungai harus benar-benar dibudidayakan secara optimal, sehingga bencana dan masalah banjir dapat dihindarkan.
Peristiwa Alam Aktivitas Manusia
Tingkat Retensi Air Intensitas Curah Hujan Penyedotan Air Tanah
Tinggi >200mm/th
Sedang
Rendah
Tidak terkendali
Kurang terkendali Cukup Melanggar RTRW
Cukup terkendali
Buruk Melanggar Rencana Tata Ruang Sumber: Teknik Mitigasi Banjir dan Longsor, 2009 Sistem Drainase Pemanfaatan Ruang
Baik Sesuai RTRW
4. Pemanfaatan Ruang Kawasan Rawan Banjir Tabel 3 Pemanfaatan Ruang Kawasan Rawan Banjir Cekungan No. 1
Tipologi KRB D1 Resiko Tinggi
Pemanfaatan Ruang Kawasan Lindung Kawasan Budidaya Hutan Lindung Hutan produksi Kawasan resapan air Hutan rakyat Kawasan sekitar danau/waduk, Pertanian mata air. Perikanan Perhubungan/pelabuhan
2
D2 Resiko Sedang
Hutan Lindung Kawasan bergambut
Hutan produksi Hutan rakyat
meningkatkan dimensi palung sungai sehingga aliran air yang lewat tidak melimpah keluar dari palung sungai. Manajemen yang dapat dilakukan antara lain:
Membuat tanggul sungai yang memadai serta membuat waduk atau tendon air untuk mengurangi banjir puncak;
Menambah saluran pembuangan air dengan saluran sudetan (banjir kanal atau floodway).
Pengetatan larangan penggunaan lahan di bantaran sungai untuk bangunan.
Larangan pembuangan sampah ke saluran drainase.
Teknik pengendalian banjir di daerah tangkapan air bertumpu pada penurunan koefisien limpasan melalui konservasi tanah dan air, yakni:
Upaya peningkatan resapan air hujan yang masuk ke dalam tanah.
Mengendalikan limpasan air permukaan pada pola aliran yang aman.
b. Peringatan Dini Bencana Banjir
tinggal di daerah rawan banjir diintruksikan agar lebih waspada dan bersiap untuk pindah ke tempat yang lebih tinggi. Peringatan dini di hulu tersebut secra berurutan diteruskan ke hilir secara sistematis dan disempurnakan dengan perkembangan teknologi setempat seperti: penggunaan system telematri (pengamatan jarak jauh dan tempat waktu), komunikasi via telepon (radio komunikasi), akses telepon dan via sms setiap warga posko ke Pengendalian banjir secara baik dan lancar.
6. Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Rawan Banjir (KRB)
Pengelolaan pemanfaatan ruang kawasan rawan banjir dilakukan melalui 3 kegiatan utama, yaitu: a.
Sistem perjanjian Kebijakan system perizinan yang dikeluarkan instasnsi pemerintah dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang, terdiri dari:
Sesuai dengan kriteria penggunaan bangunan yang ditetapkan untuk KRB;
Memiliki rencana evakuasi darurat (emergency exit plan).
b. Pengawasan Pengawasan merupakan bagian dari pengendalian pemanfaatan ruang yang bertujuan untuk mengamati, memeriksa kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang. Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang dapat dilakukan dengan menggunakan norma, standar, pedoman dan manual bidang penaatan ruang KRB. Pengawasan perlu dilakukan agar pemanfaatan ruang tidak menyimpang dan melanggar rencana tata ruang. Penyimpangan terhadap tata ruang KRB dapat berpotensi menimbulkan bahaya banjir. Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang dapat dilaksanakan oleh lembaga terkait seperti: lembaga pemerintah (pusat, provinsi, kabupaten/kota),maupun lembaga non pemerintah (LSM) yang peduli lingkungan. Tabel 4 Perizinan KRB Cekungan
Perizinan Tipologi KRB
Penutupan lokasi;
Pembongkaran bangunan;
Pencabutan izin;
Pemulihan fungsi ruang;
Pembatalan izin;
Pidana dan Denda;
7. Sistem Drainase Permukiman
Sistem drainase untuk permukiman padat dapat menggunakan dsistem drainase perkeerasan yang dapat dibuat menggunakan perkerasan (batu kali, beton dll) atau tanpa perkerasan. Drainase di komplek permukiman banyak dibuat bersamaan dengan drainase jalan. Kriteria Desain
Gambar 1 Tipikal Drainase dengan
Baik digunakan pada tanah yang mudah tererosi.
Pada lahan yang terbatas, dapat digunakan
penampang
saluran
Perkerasan
tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa Perumahan BTP
merupakan
salah satu lokasi rawan banjir pada setiap musim penghujan. Waktu Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2013. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis spasial berbasis System Informasi Geografis (SIG) untuk mengkaji faktor penyebab banjir dan upaya penanggulangannya secara keruangan. D. PEMBAHASAN
Banjir yang terjadi di Perumahan BTP juga disebabkan oleh drainase yang mengalami sedimentasi. Hal tersebut menyebabkan pengurangan dimensi drainase sehingga saluran yang ada tidak mampu menampung dan mengalirkan air hujan menuju ke sungai ataupun ke tempat pengeluaran terakhir.
Gambar 3 drainase yang mengalami sedimntasi
Gambar 4 dimensi drainase
Pada saat mengungsi, masyarakat tidak mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah, bantuan yang ada datang berasal dari swadaya masyarakat di sekitar lokasi banjir. Untuk mengantisipasi terjadinya banjir secara swadaya masyarakat menaikan pondasi rumah mereka
masing-masing
untuk
mengurangi
kemungkinan air masuk kedalam rumah. Selain itu, secara swadaya masyarakat menimbun jalan untuk
Gambar 5 Masjid Yang Dijadikan Posko Pengungsian Warga Saat Banjir
menaikkan elevasi kawasan.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Kawasan permukiman Perumahan BTP berada pada kawasan dengan tipologi dataran rendah cekungan dengan elevasi lahan rata-rata lebih rendah daripada elevasi muka air banjir maksimum dengan resiko tinggi terhadap banjir, maka perencanaan pengendalian pencegahan banjir yang dapat dilakukan antara lain:
Regulasi:
Melakukan pemanfaatan ruang yang sesuai untuk daerah rawan banjir di kawasan cekung;
Melakukan pengawasan yang ketat terhadap pemanfaatan ruang di kawasan rawan banjir dengan melakukan perizinan, pengawasan, penertiban agar sesuai dengan peruntukan lahan setempat.
Mengurangi aktifitas aspek yang terkait faktor-faktor kerentanan sebagai berikut : -
Posisi jauh-dekatnya permukiman/aktifitas penduduk dari sungai (peraturan garis sempadan sungai harus diperhatikan).
-
Posisi tinggi rendahnya suatu wilayah pada saat melakukan aktifitas
-
Perlu dilakukan pemerataan persentase bangunan, sehingga tidak terjadi bangunan yang terkonsentrasi hanya pada satu wilayah saja.
-
Perlu dilakukan penyelamatan terutama pada penduduk usia tua dan balita
-
Keselamatan penduduk di sektor rentan seperti pertanian
Lampiran Peta:
13
14
15
16