KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penyusun masih diberi kesehatan sehingga makalah yang berjudul “ Konsep Perencanaan” Perencanaan” dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknisi penulisan maupun materi mengingat kemampuan yang kami mmiliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah, khususnya kepada Dosen kami yang telah membimbing dan memberi petunjuk kepada kami sehingga sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah menambah pengetahuan para mahasiswa, masyarakat dan pembaca.
Padang, Maret 2018
Tim Penulis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Kemajuan jaman menuntut perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan
untuk
bersikap
profesional.Profesionalisme
perawat
dapat
diwujudkan dibidang pelayanan kesehatan di rumah sakit.Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan profesional tersebut adalah pengembangan model praktek keperawatan profesional (MPKP) yang memungkinkan
perawat
professional
mengatur
pemberian
asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut. Banyak metode praktek keperawatan yang telah dikembangkan selama 35 tahun terakhir ini, yang meliputi keperawatan fungsional, keperawatan tim, keperawatan primer, praktik bersama, dan manajemen kasus. Setiap unit unit keperawatan mempunyai upaya untuk menyeleksi model yang paling tepat
berdasarkan kesesuaian kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan
prasarana, dan kebijakan rumah sakit. Katagori pasien
didasarkan atas,
tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan pasien , Usia, Diagnosa atau masalah kesehatan yang yang dialami pasien dan terapi yang yang dilakukan (Bron , 1987). Pelayanan yang profesional identik dengan pelayanan yang bermutu, untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan dalam melakukan kegiatan penerapan standart asuhan keperawatan
dan pendidikan
berkelanjutan.
Dalam kelompok keperawatan yang tidak kalah pentingnya yaitu yaitu bagaimana caranya metode penugasan tenaga keperawatan agar dapat dilaksanakan secara teratur, efesien
tenaga, waktu dan ruang, serta meningkatkan
ketrampilan dan motivasi kerja.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Metode Penugasan
Metode Penugasan merupakan suatu alternative metode yang akan diterapkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien/pasien dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas asuhan dan peningkatan derajat kesehatan pasien. Pada dasarnya seluruh jenis metode penugasan masingmasing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Penggunaan metode ini
memerlukan pemberian tugas dengan baik, baik ruang bahannya.
Pelaksanaannya
lingkup maupun
dapat diberikan secara individual maupun
kelompok. Penggunaan metode pemberian tugas bertujuan: 1. Menumbuhkan proses pembelajaran yang eksploratif 2. Mendorong perilaku kreatif 3. Membiasakan berpikir komprehensif 4. Memupuk kemandirian dalam proses pembelajaran
Metode pemberian tugas yang digunakan secara tepat dan terencana dapat bermanfaat untuk : 1. Menumbuhkan kebiasaan belajar secara mandiri dalam lingkungan bersama (kolektif) maupun sendiri 2. Melatih cara mencari informasi secara langsung dari sumber belajar yang terdapat di lingkungan sekolah,
rumah dan masyarakat
3. Menumbuhkan suasana pembelajaran yang menggairahkan (rekreatif)
B. Prinsip Metode Penugasan
Prinsip metode dalam keperawatan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Perkiraan kebutuhan tenaga Penetapan jumlah tenaga keperawatan harus disesuaikan dengan kategori yang akan dibutuhkan untuk asuhan keperawatan klien di setiap
unit. Beberapa pendekatan dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah staf yang dibutuhkan berdasarkan ketegori klien yang dirawat, rasio perawat dan klien untuk memenuhi standart praktek keperawatan. Kategori perawatan klien: a) Perawatan mandiiri (self care) yaitu klien memerlukan bantuan minimal dalam melakukan tindakan keperawatan dan pengobatan. Klien melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri b) Perawatan sebagian (partial care) yaitu klien memerlukan bantuan sebagian dalam tindakan keperawatan dan pengobatan tertentu misalnya pemberian obat intravena, mengatur posisi, dsb c) Perawatan total (total care) yaitu klien yang memerlukan bantuan secara penuh dalam perawatan diri dan memerlukan observasi secara ketat d) Perawatan intensif (intensive care) yaitu klien memerlukan obervasi dan tindakan keperawatan yang terus menerus.
C. Macam metode penugasan
1. Metode F ungsional Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan. Perawat ditugaskan untuk melakukan tugas tertentu untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di suatu ruangan. Model ini digambarkan sebagai keperawatan yang berorientasi pada tugas dimana fungsi keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap anggota staff. Setiap staff perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan pada semua pasien dibangsal.
Misalnya
seorang
perawat
bertanggung
jawab
untuk
pemberian obat-obatan, seorang yang lain untuk tindakan perawatan luka,seorang lagi mengatur pemberian intravena, seorang lagi ditugaskan pada penerimaan dan pemulangan, yang lain memberi bantuan mandi dan tidak ada perawat yang bertanggung jawab penuh untuk perawatan seorang pasien.
Seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer perawat. Perawat senior menyibukan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat dilakukan
pelaksana pada
pada
model
tindakan ini
keperawatan.
berdasarkan
kriteria
Penugasan
yang
efisiensi,
tugas
didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing perawat dan dipilih perawat yang paling murah. Kepala ruangan terlebih dahulu mengidentifikasm tingkat kesulitan tindakan, selanjutnya ditetapkan perawat yang akan bertanggung jawab mengerjakan tindakan yang dimaksud. Model fungsional ini merupakan metode praktek keperawatan yang paling tua yang dilaksanakan oleh perawat dan berkembang pada saat perang dunia kedua. Kelebihan :
Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu singkat dengan pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik
Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja-udah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai kerja
Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman untuk tugas sederhana.
Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu.
Kelemahan :
Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga kesulitan dalam penerapan proses keperawatan.
Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas pekerjaan
Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja
Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya.
Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat
Hubungan perawat dank klien sulit terbentuk
Gambar 1.1 : Sistem pemberian asuhan keperawatan fungsional (Marquis & Huston, 1988)
2 .Metode TI M Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja serta memiliki pengetahuan dibidangnya (RegesteredNurse).Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok/ ketua group dan ketua group bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota group / tim.Selain itu ketua group bertugas memberi pengarahan dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan dan selanjutnya ketua tim melaporkan pada kepala ruang tentang kemajuan pelayanan / asuhan keperawatan terhadap klien. Keperawatan Tim berkembang pada awal tahun 1950-an, saat berbagai pemimpin keperawatan memutuskan bahwa pendekatan tim dapat menyatukan perbedaan katagori perawat pelaksana dan sebagai upaya untuk menurunkan
masalah yang timbul akibat penggunaan model fungsional. Pada model tim, perawat bekerja sama memberikan asuhan keperawatan untuk sekelompok pasien di bawah arahan/pimpinan seorang perawat profesional (Marquis & Huston, 2000). Dibawah pimpinan perawat professional, kelompok perawat akan dapat bekerja bersama untuk memenuhi sebagai perawat fungsional. Penugasan terhadap pasien dibuat untuk tim yang terdiri dari ketua tim dan anggota tim. Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai
kontriibusi
dalam
merencanakan
dan
memberikan
asuhan
keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi. Setiap anggota tim akan merasakan kepuasan karena diakui kontribusmnya di dalam mencapai tujuan bersama yaitu mencapai kualitas asuhan keperawatan yang bermutu. Potensi setiap anggota tim saling melengkapi menjadi suatu kekuatan
yang
dapat
meningkatkan
kemampuan
kepemimpinan
serta
menimbulkan rasa kebersamaan dalam setiap upaya dalam pemberian asuhan keperawatan. Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada filosofi ketua tim apakah berorientasi pada tugas atau pada klien. Perawat yang berperan sebagai ketua tim bertanggung jawab untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan semua pasien yang ada di dalam timnya dan merencanakan perawatan klien. Tugas ketua tim meliputi: mengkaji anggota tim, memberi arahan perawatan untuk klien, melakukan pendidikan kesehatan, mengkoordinasikan aktivitas klien. Menurut Tappen (1995), ada beberapa elemen penting yang harus diperhatikan: -Pemimpin tim didelegasikan/diberi otoritas untuk membuat penugasan bagianggota tim dan mengarahkan pekerjaan timnya. - Pemimpin diharapkan menggunakan gaya kepemimpinan demokratik atau partisipatif dalam berinteraksi dengan anggota tim. -Tim bertanggung jawab terhadap perawatan total yang diberikan kepada kelompok pasien.
-Komunikasi di antara anggota tim adalah penting agar dapat sukses. Komunikasi meliputi: penu!isan perawatan klien, rencana perawatan klien, laporan untuk dan dari pemimpin tim, pertemuan tim untuk mendiskusikan kasus pasien dan umpan balik informal di antara anggota tim. Kelebihan :
-Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif. -Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan. -Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan ef ektif untuk belajar. -Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal. -Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda secara efektif. -Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim dapat menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yang diberikan Akan
menghasilkan
kualitas
asuhan
keperawatan
yang
dipertanggungjawabkan -Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas
dapat
Gambar1.2 : Sistem pemberian asuhan keperawatan tim (Marquis & Huston, 1998)
3.Metode Primer . Model primer dikembangkan pada awal tahun 1970-an, menggunakan beberapa konsep dan perawatan total pasien. Keperawatanprimer merupakan suatu metode pemberian asuhankeperawatan di mana perawat primer bertanggung jawab selama 24 jam terhadap perencanaan pelaksanaan pengevaIuasi satu atau beberapa klien dan sejak klien masuk rumah sakit sampai pasien dinyatakan pulang. Selama jam kerja, perawat primer memberikan peraatan langsung secara total untuk klien. Ketika perawat primer tidak sedang bertugas, perawatan diberikan/didelegasikan
kepada
perawat
asosiet
yang
mengikuti
rencana
keperawatan yang telah disusuni oleh perawat primer. Pada model ini, klien, keluarga,stafmedik dan staf keperawatan akan mengetahui bahwa pasien tertentu akan merupakan tanggung jawab perawat primer tertentu. Setiap perawat primer mempunyai 4-6 pasien. Seorang perawat primer mempunyai kewenangan untuk melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial masyarakat membuat jadual perjanjian klinik, mengadakan kunjungan rumah, dan lain sebagainya. Dengan diberikannya kewenangan tersebut, maka dituntut akontabilitas yang tinggi terhadap hasil pelayanan yang diberikan.Tanggung jawab mencakup periode 24 jam, dengan perawat kolega yang memberikan perawatan bila perawat primer tidak ada. Perawatan yang yang diberikan direncanakan dan ditentukan secara total oleh perawat primer. Metode keperawatan primer mendorong praktek kemandirian perawat, yang ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat Perawat primer bertanggung jawab untuk membangun komunikasi yang jelas di antarapasien, dokter, perawat asosiet, dan anggota tim kesehatan lain. Walaupun
perawat primer membuat rencana keperawatan, umpan balik dari orang lain diperlukan untuk pengkoordinasian asuhan keperawatan klien Dalam menetapkan seseorang menjadi perawat primer perlu berhati-hati karena
memerlukan
beberapa
kriteria,
di
antaranya
dalam
menetapkan
kemampuan asertif, self direction kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntabel serta mampu berkolaborasi dengan baik antar berbagai disiplin ilmu. Di negara maju pada umumnya perawat yang ditunjuk sebagai perawat primer adalah seorang perawat spesialis klinik yang mempunyai kualifikasi master dalam bidang keperawatan.
K arakteristik modalitas keperawatan primer adalah : -Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan keperawatan pasien selama 24 jam sehari, dari penerimaan sampai pemulangan -Perawat
primer
melakukan
pengkajian
kebutuhan
asuhan
keperawatan,
kolaborasi dengan pasien dan professional kesehatan lain, dan menyusun rencana perawatan. -Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh perawat primer kepada perawat sekunder selama shift lain. -Perawat primer berkonsultasi dengan perawat kepala dan penyelia. -Autoritas, tanggung gugat dan autonomi ada pada perawat primer
K elebihan : -Perawat
primer
mendapat
akontabilitasyang
tinggi
terhadap
hasil
dan
memungkinkan untuk pengembangan diri. -Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi meningkatkan motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat -Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan perawat primer dalam memberikan atau mengarahkan perawatan sepanjang hospitalisasi. -Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran manajer operasional dan
administrasi -Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberiikan asuhan keperawatan secara
holistik.
Kepuasan
yang
dirasakan
oleh
perawat
primer
adalah
memungkinkan pengembangan diri melalui penerapan ilmu pengetahuan. -Stafmedis juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi tentang kondisi klien selalu mutakhir dan komprehensif serta informasi dapat diperoleh darisatu perawat yang benar-benar mengetahui keadaan kliennya. -Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas mereka.Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan supervisi dan lebih banyak waktu untuk aktivitas langsung kepada klien. -Pasien terlihat lebih menghargai. Pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhi kebutuhannya secara individu. -Asuhan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien. -Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkonsultasi dengan perawat yang mengetahui semua tentang kliennya. -Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan. -Meningkatnya hubungan antara perawat dan klien. -Metode ini mendukung pelayanan profesional. -Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan tetapi harus berkualitas tinggi
K elemahan : -Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional -Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri, memiliki akontabilitas dan kemampuan untuk mengkaji serta merencanakan asuhan keperawatan untuk klien.Akontabilitas yang total dapat membuat jenuh. -Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama. -Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.
-Ketenagaan metode primer. Setiap perawat primer adalah perawat “bedside”Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer -Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal -Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun non professional sebagai perawat asisten
Gambar 1.3 : Diagram system asuhan keperawatan primer (Marquis & Huston, 1998)
Tanggung jawab Kepala Ruang dalam metode primer -Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer -Mengorganisir pembagian pasien kepada perawat primer -Menyusun jadual dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten -Orientasi dan merencanakan karyawan baru -Merencanakan dan menyelenggarakan pengembangan staff
Tanggung jawab perawat primer : -Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif -Membuat tujuan dan rencana keperawatan -Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas -Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain
maupun perawat lain -Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai -Menyipakan penyuluhan untuk pulang -Melakukan rujukan kepada pekarya sosial, kontak dengan lembaga sosial dimasyarakat -Membuat jadual perjanjian klinis -Mengadakan kunjungan rumah
4. Metode Kasus
Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab terhadap pasien tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu pasien dengan pemberian perawatan konstan untuk periode tertentu. Metode penugasan kasus biasa diterapkan untuk perawatan khusus seperti isolasi, intensive care, perawat kesehatan komunitas.
K elebihan : -Perawat lebih memahami kasus per kasus -Sistem evaluasi da
Kekurangan : -Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanngung jawab -Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama
5. Metode Modifikasi
Metode modifikasi adalah penggunaan metode asuhan keperawatan dengan modifikasi antara tim dan primer. Menurut Sudarsono (2000), MPKP dikembangkan beberapa jenis sesuai dengan kondisi sumber daya manusia yang ada, antara lain adalah: a. Model Praktek Keperawatan Profesional III Melalui pengembangan model PKP III dapat berikan asuhan keperawatan profesional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan doktor dalam keperawatan
klinik yang berfungsi untuk melakukan riset dan membimbing para perawat melakukan riset serta memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan b. Model Praktek Keperawatan Profesional II Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan spesialis keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan kepada perawat primer pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan Keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer (1:10) c.Model Praktek Keperawatan Profesional I. Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat I dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan . Pada model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim disebut tim primer. d.Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKP) merupakan tahap awal untuk
menuju model PKP. Model ini mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat pemula. Pada model ini terdapat 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi asuhan keperawatan. Menurut Ratna S. Sudarsono (2000), bahwa penetapan sistem model MAKP ii diasarkan pada beberapa alasan, yaitu : a.Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan SI keperawatan atau setara b.Keperawatan tim tidak digunakan secara murni , karena tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim c.Melalui kombinasi kedua model ini diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan akountabilitasnya terdapat pada primer. Disamping itu karena saat ini perawat yang ada di rumah sakit sebagaian besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat primer atau ketua tim tentang asuhan keperawatan. Nilai-nilai profesional dari penatalaksanaan kegiatan keperawatan diaplikasikan dalam bentuk aktifitas pelayanan profesional yang dipaparkan dalam 4 pilar sebagai berikut : 1.Pendekatan Manajemen (Management Approach) 2.Penghargaan karir ( compensatory rewards) 3.Hubungan Profesional ( professional relationship) 4.Sistem pemberian asuhan pasien ( patient care delivery system) Kegiatan yang ditetapkan pada tiap pilar merupakan kegiatan dasar MPKP yang dapat dikembangkan jika tenaga keperawatan yang bekerja berkualitas
Gambar 1.4 Struktur Organisasi Ruangan A
Gambar 1.4 Struktur Organisasi Ruangan A
D. Aplikasi dari metode penugasan.
Saat pasien baru masuk di ruang rawat, pasien dan keluarga akan diterima oleh ketua tim dan diperkenalkan kepada anggota tim yang ada. Kemudian ketua tim memberikan orientasi tentang ruang, peraturan ruangan, perawat bertanggung jawab (ketua Tim) dan anggota tim.Ketua tim (dapat dibantu anggota tim) melakukan pengkajian, kemudian membuat rencana keperawatan berdasarkan rencana keperawatan yang sudah ada setelah terlebih dahulu melakukan analisa dan modifikasi terhadap rencana keperawatan tersebut sesuai dengan kondisi pasien. Setelah menganalisa dan memodifikasi rencana keperawatan, ketua tim menjelaskan rencana keperawatan tersebut kepada anggota tim, selanjutnya anggota
tim
akan
melaksanakan
tindakan
keperawatan
sesuai
rencana
keperawatan dan rencana tindakan medis yang dituliskan rdi format tersendiri. Tindakan yang telah dilakukan anggota tim kemudian didokumentasikan pada format yang tersedia. Bila anggota tim menerima pasien pada sore dan malam hari atau pada hari libur, pengkajian awala dilakukan oleh anggota tim terutama yang terkait dengan masalah kesehatan utama pasien, anggota tim membuat masalah
keperawatan utama dan melakukan tindakan keperawatan dengan terlebih dahulu mendiskusikannya dengan penanggung jawab sore/malam/hari libur. Saat ketua tim ada, pengkajian dilengkapi oleh ketua timkemudian membuat rencana yang lengkap dan selanjutnya akan menjadi panduan bagi anggota tim dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.Pada dinas pagi ketua tim bersama anggota tim melakukan operan dari dians malam (hanya pasien yang dirawat oleh tim yang bersangkutan), selanjutnya dengan anggota tim pagi melakukan konferens tentang permasalahan pasien untuk tiap anggota tim, dan mengkoordinasikan tugas tiap anggota tim. Selain dengan dokter anggota tim, ketua tim juga melakukan komunikasi langsung dengan dokter, ahli gizi dan tim kesehatan lain untuk membahas perkembangan pasien dan perencanaan baru yang pelu dibuat. Selain itu mengidentifikasi pemeriksaan penunjang yang telah ada dan yang perlu dilakukan selanjutnya. Bila terdapat rencana baru atau tindakan yang perlu dilakukan, maka ketua tim akan mengkomunikasikan kepada anggota tim untuk melaksanakannya. Jika terdapat tindakan spesifik yang mungkin tidak dapat dilakukan oleh anggota tim maka ketua tima yang akan melakukan langsung tindakan tersebut. Terutama melakukan intervensi pedidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga akan dilakukan oleh ketua timyang didasarkan atas hasil pengkajian pada kebutuhan peningkatan pengetahuan. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan mandiri oleh ketua tim atau kolaborasi, misalnya ahli gizi untuk penjelasan mengenai
diet
pasien
yang
benar.
Selama anggota tim melakukan asuhan keperawatan pada pasien, ketua tim akan memonitor tindakan yang akan dilakukan dan member bimbingan pada anggota tim.
Anggota
tim
selama
melakukan
asuhan
keperawatan
harus
mendokumentasikan seluruh tindakan yang dilakukan pada format-format yang terdapat pada papan dokumentasi. Kemudian ketua tim akan memonitor dan mengevaluasi dokumentasi yang dibuat oleh anggota tim.Setiap hari ketua tim mengevaluasi perkembangan pasien dengan mendokumentasikan pada catatan perkembangan dengan metoda SOAP, catatan perkembangan pasien ini bagi anggota tim juga menjadi panutan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.Bila ada pasien yang akan pulang
atau pindah ke unit perawatan lain, ketua tim akan membuat resume keperawatan, sebagai inormasi tentang asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada pasien selama dirawat yang berisi masalah-masalah pasien yang timbul dan masalah yang sudah teratasi, taindakan keperawatan yang telah dilakukan dan pendidikan kesehatan yang telah diberikan. Pada pergantian dinas pagi-sore dilakukan peran anggota tim sore yang didampingi oleh ketua tim. Komponen utama yang diinformasikan dalam operan antara lain keadaan umum pasien, tindakan/intervensi yang telah dilakukan dan atau tindakan yang belum dilakukan, hal-hal penting yang harus diperhatikan oleh perawat dinas sore dan malam yang berkaitan dengan perencanaan keperawatan pasien yang akan dibuat oleh ketua tim. Selanjutnya bila perlu ketua tim melengkapi informasi penting yang belum disampaikan kepada dinas sore. Anggota tim juga menulis laporan pagi/sore/malampada format yang tersedia.
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan bagian utama dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien. Oleh karena itu, kualitas pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh kualitas pelayanan keperawatan. Kualitas pelayanan keperawatan dipengaruhi oleh keefektifan perawat dalam memberikan asuhan kepada klien. Berbagai persepsi tentang kualitas asuhan perlu menjadi asupan positif bagi para manajer keperawatan. Hal ini agar tujuan rumah sakit untuk memberikan pelayanan kesehatan berkualitas dapat dipenuhi. Dalam pelaksanaan praktek keperawatan, akan selalu menggunakan salah satu metode pendekatan di bawah ini : 1. Metode fungsional. 2. Metode penugasan Tim 3. Metode penugasan Primer 4. Metode Perawatan Kasus 5. Metode Modifikasi 2. Saran
Melalui makalah yang singkat ini penulis menyarankan kepada segenap pembaca agar merujuk kepada sumber-sumber lain yang relevan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif
DAFTAR PUSTAKA
Achir Yani, Model Praktek Keperawatan di Rumah Sakit, disampaikan pada seminar keperawatan yang diselenggarakan DPD I PPNI , Jawa timur di Surabaya, 11 Desember 1999. Cobell, C. ( 1992) , The efficacy of primary Nursing as a Foundation For Patient Advocacy Nursing Practic, hal : 2-5 Douglas, LM. (1984) , the Effevtive Nurse Leader and Menager, Second edition, St. Louis, the CV Mosby. Gillies,
D. (1989) ,
Nursing Management company a Sistem Approach,
Philadelphia, W.B. Saunders. Huber,. D., (2000). Leadershi~ and nursing care management Philadelpia: W.B. Saunders Company. Kelompok
Pekerja
Keperawatan ,
Konsorsium
Ilmu
Kesehatan (1995),
Konsep Model Praktek Keperawatan, tidak dipublikasikan. Keliat, B.A., dkk (2000). Pedoman manajemen sumber daya manusia perawat ruang model praktek keperawatan profesional rumah sakit Marzoeki Mahdi Bogor . Makalah : tidak dipublikasikan
Manurung, I., (2001). Model Pemberian Asuhan Keperawatan Makalah. Bogor: tidak dipublikasi Marquis, BL & Huston, Cj (1998), Management Decision Making For Nurses, 124 Cases Studies, 3 Ed. Philadelphia : JB Lippincott Nursalam
(2007),
Manajemen
Keperawatan.
Aplikasi
dalam
Praktek
Keperawatan Proffesional . Jakarta : Salemba Medika Sitorus, R, Yulia (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit; Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat , Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta Sudarsono, R.S. (2000). Berbagai model praktek keperawatan profesional di rumah sakit. Makalah seminar dan semiloka MPKP II. Jakarta : tidak dipublikasikan Russel C. Swanburg
.(1994). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan Untuk Perawat Klinis, Jakarta : EGC Tappen, R.M., (l 995). Nursing Leadership and Management. Concepts and Practice. (3 rd edition). Philadelpia: F.A. Davis Company.