BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta dan membrane dari Rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur. Mula-mula kekuatan yang muncul kecil, kemudian terus meningkat sampai pada puncaknya pembukaan serviks lengkap sehingga siap untuk pengeluaran janin dari rahim ibu (Rukiyah dkk, dkk, 2011). Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2015, Angka Kematian Ibu di Indonesia sebesar mencapai 3598/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan jumlah kasus Angka kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015 zsebanyak 619 kasus serta di Kabupaten tegal tahun 2015 sebesar 33 kasus ( SDKI, dan Data DINKES Jawa Tengah, 2015). Penyebab kematian ibu didominasi oleh 3 penyebab utama kematian yaitu perdarahan 25%, Hipertensi dalam Kehamilan (HDK) 12%, infeksi sepsis 15%, partus macet 8%, komplikasi aborsi tidak aman 13%, dan sebab-sebab lain 8%. Salah satu penyebab kematian ibu pada sebagian besar adalah kasus perdarahan dalam masa nifas yang terjadi adalah karena retensio plasenta. Retensio plasenta merupakan komplikasi persalinan yang cukup serius, karena dalam waktu singkat ibu bisa mengalami perdarahan post partum dan hal ini juga dapat menyebabkan ibu jatuh dalam keadaan syok, anemis, anemis, infeksi, bahkan kematian ( Data DINKES Jawa Tengah, 2015). Mengingat permasalahan di atas, untuk itu Bidan sebagai ujung tombak pemberian pelayanan kesehatan dalam asuhan kebidanan pada masyarakat, supaya meningkatkan mutu pelayanan dalam bentuk “ asuhan kebidanan yang berorientasi pada ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana.(Yus Azizah, 2012). Karena hal itulah Asuhan persalinan kala I, II, III, dan IV memegang kendali penting pada ibu selama persalinan karena dapat membantu ibu dalam mempermudah proses persalinan, membuat ibu lebih yakin untuk menjalani proses
1
persalinan serta untuk mendeteksi m endeteksi komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, bersalin, dan nifas serta ketidaknormalannya (Aulia,2011). Berdasarkan dari studi penelitian diatas tingginya angka kematian ibu karena perdarahan yang terjadi pada masa nifas karena retensio plasenta maka penulis tertarik untuk melakukan Asuhan Kebidanan Bersalin Pada Ny R Usia 20 Tahun G1POA0 Uk 40 Minggu Dengan Retensio Plasenta Di RSUD Dr. Soesilo Slawi. B.
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah dapat dirumuskan “Bagaimanakah Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Kebidanan Bersalin Pada NY I Usia 22 Th P1A0 Uk 40 Minggu Dengan Retensio Plasenta Di RSUD Dr. Soesilo Slawi .
C.
Tujuan 1.
Tujuan umum Mampu melakukan menejemen kebidanan pada ibu bersalin dengan persalian dengan retensio plasenta menggunakan pendekatan Varney.
2.
Tujuan Khusus Dapat memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin Persalinan dengan retensio plasenta.
D.
Manfaat Adapun manfaat dari penulisan laporan kasus pada Ny.I Usia Usia 22 Tahun P1A0 Uk 40 Minggu Dengan Retensio Plasenta Di RSUD Dr. Soesilo Slawi adalah : 1. Tenaga kesehatan Sebagai bahan pertimbangan untuk lebih memperhatikan asuhan kebidanan bersalin dengan retensio plasenta. 2. Pasien dan keluarga ibu dan keluarga dapat mengetahui perawatan atau tindak lanjut pada ibu bersalin dengan retensio plasenta. 3. Mahasiswa Memperdalam wawasan, mengaplikasikan, dan dapat menerapkan ilmu yang didapat di bangku kuliah di lahan praktek.
2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Kala III 1. Mekanisme Pelepasan Plasenta Kala III dimulai sejak bayi lahir sampai lahir nya plasenta. Rata-rata lama kala III berkisar 15-30 menit, baik pada primipara maupun multipara. Penyebab terpisah nya plasenta dari dinding uterus adalah kontraksi uterus (spontan atau dengan stimulus) setelah kala II selesai. Berat plasenta mempermudah terlepasnya selaput ketuban, yang terkelupas, dan dikeluarkan. Tempat perlekatan plasenta menentukan kecepatan pemisahan dan metode ekspulsi plasenta. Selaput ketuban dikeluarkan dengan penonjolan bagian ibu atau bagian janin. Pada kala III, otot uterus (miometerium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahir nya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurang nya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina. Mekanisme Pelepasan Plasenta a. Mekanisme Schultze Pelepasan plasenta yang dimulai dari bagian tengah sehingga terjadi bekuan retroplasenta. Cara pelepasan ini paling sering terjadi. Tanda pelepasan dari tengah ini mengakibatkan perdarahan tidak terjadi sebelum plasenta lahir. b. Mekanisme Duncan Terjadi pelepasan plasenta dari pinggir atau bersamaan dari pinggir dan tengah plasenta. Hal ini mengakibatkan terjadi semburan darah sebelum plasenta lahir. Tanda-tanda pelepasan plasenta: a. Perubahan bentuk uterus menjadi globuler atau berbentuk seperti buah alpukat. b. Semburan darah tiba-tiba. c. Tali pusat memanjang. d. Perubahan posisi uterus.
3
2. Mekanisme Pengeluaran Plasenta dan Pengawasan Perdarahan Pengeluaran plasenta dimulai dengan penurunan plasenta ke dalam segmen bawah uterus, plasenta keluar melewati serviks keruang vagina atas, dari arah plasenta keluar. Pada saat dilakukan penarikan plasenta dengan menarik tali tal i pusat, maka plasenta akan terlahir dan terlihat di introitus vagina. Pada pengeluaran plasenta mekanisme schultze, pada saat plasenta lahir yang terlihat di introitus vagina bagian sisi janin (bagian fetal) yaitu sisi bagian plasenta yang berkilat karena diselubungi membran janin. Sedangkan pengeluaran plasenta dengan mekanisme duncan, pada saat plasenta lahir di introitus vagina terlihat bagian sisi ibu (bagian maternal) yaitu bagian plasenta yang menghadap ke arah dinding uterus yang terlihat kasar dan kemerahan. Perdarahan yang terjadi setelah setelah kala III persalinan, biasa nya berhubungan dengan plasenta dan kontraksi uterus. Perdarahan kala III terjadi terjadi akibat pelepasan plasenta sebagian, alasan yang paling umum penyebab terjadi nya pelepasan plasenta sebagian adalah karena kesalahan penatalaksanaan kala III, biasa nya mencakup masase uterus sebelum plasenta lahir yang dapat mengakibatkan terjadi nya perdarahan kala III. Perdarahan akibat tidak adanya kontraksi uterus dapat mengakibatkan ibu bersalin kehilangan darah sekitar 350-500 ml, dengan adanya kontraksi uterus akan mengakibatkan tertekan nya pembuluh darah uterus diantara anyaman miometrium yang dapat menghentikan perdarahan. 3. Manajemen Aktif Kala III Syarat manajemen kala III yaitu janin tunggal/ memastikan tidak ada lagi janin di uterus. Tujuan nya n ya yaitu membuat m embuat kontraksi uterus lebih efektif. Adapun keuntungan nya yaitu lama kala III lebih singkat, mencegah perdarahan postpartum, menurunkan kejadian retensio plasenta. Manajemen aktif kala III terdiri dari: a. Pemberian Oksitosin 1)
Setelah bayi lahir pastikan tidak ada bayi kedua dengan melakukan palpasi ada abdomen. Karena oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi, sehingga bila ada janin kedua dalam rahim akan menyebabkan berkurang nya pasokan oksigen pada bayi.
2)
Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik. 4
3)
Segera suntikan oksitosin 10 unit secara IM pada 1/3 bagian atas paha bagian luar, lakukan aspirasi sebelum oksitosin dimasukkan karena untuk menghindari masuk nya oksitosin dalam pembuluh darah.
4)
Bila 15 menit plasenta belum lahir, maka berikan oksitosin kedua, evaluasi kandung kemih apakah penuh. Bila penuh lakukan kateterisasi.
5)
Bila 30 menit belum lahir, maka berikan oksitosin ketiga sebanyak 10 mg dan rujuk pasien.
b. Penegangan Tali Pusat Terkendali 1)
Pindahkan klem 5-10 cm dari vulva.
2)
Tangan kiri diletakkan di atas perut ibu untuk memeriksa kontraksi. Ketika menegangkan tali pusat, tahan uterus.
3)
Saat ada kontraksi uterus, tangan di atas perut melakukan gerakan dorso kranial dengan sedikit tekanan. Cegah agar tidak terjadi inversio uteri.
4)
Ulangi lagi bila plasenta belum lepas.
5)
Pada saat plasenta sudah lepas, ibu dianjurkan sedikit meneran dan penolong sambil terus menegangkan tali pusat.
6)
Bila plasenta sudah tampak lahir di vulva, lahirkan dengan kedua tangan. Perlu diperhatikan bahwa selaput plasenta mudah tertinggal sehingga untuk mencegah hal itu maka plasenta ditelangkupkan dan diputar dengan hati-hati searah jarum jam.
c. Masase Fundus Uteri 1)
Tangan diletakkan di atas fundus uteri.
2)
Gerakkan tangan dengan pelan, sedikit di tekan, memutar searah jarum jam. Ibu diminta bernafas dalam untuk mengurangi ketegangan atau rasa sakit.
3)
Kaji kontraksi uterus 1-2 menit, bimbing pasien dan keluarga untuk melakukan masase uterus.
4)
Evaluasi kontraksi uterus setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan 30 menit pada jam kedua. Tindakan yang keliru dalam pelaksanaan manajemen aktif kala II: a. Melakukan masase fundus uterus pada saat plasenta belum lahir. b. Menarik plasenta, padahal plasenta belum terlepas semua nya. c. Kurang kompeten dalam mengavaluasi pelepasan plasenta. d. Rutinitas kateterisasi. 5
e. Melakukan penegangan tali pusat terlalu kuat. Pemeriksaan plasenta meliputi: a. Selaput ketuban utuh atau tidak. b. Plasenta: ukuran plasenta (bagian maternal: jumlah kotiledon, keutuhan pinggir kotiledon; bagian fetal: utuh atau tidak). c. Tali pusat: jumlah arteri dan vena, adakah arteri atau vena yang terputus, insersi tali pusat, dan panjang tali pusat. Jika terdapat dugaan bahwa terdapat plasenta atau membran yang tidak lengkap, lakukan penatalaksanaan sesuai dengan faktor penyebab nya. d. Pemantauan Kala III 1)
Perdarahan Jumlah darah diukur, dan dilihat apakah ada bekuan darah atau tidak. Apabila jumlah darah lebih dari 500 cc, segera lakukan penatalaksanaan sesuai sebab.
2)
Kontraksi Uterus Setelah plasenta terlepas dan lahir, uterus melakukan kontraksi. Kontraksi harus terus dipantau sampai kala IV persalinan, bila didapatkan uterus yang kontraksi nya jelek atau bahkan tidak berkontraksi kemungkinan terjadi atonia uteri sebagai salah satu penyebab perdarahan setelah persalinan.
3)
Robekan Jalan Lahir Perhatikan dan temukan penyebab perdarahan dari laserasi atau robekan perineum dan vagina, nilai perluasan laserasi jalan lahir dan perineum untuk mengetahui jenis penatalaksanaan yang akan dilakukan.
4)
Tanda-tanda Vital a)
Tekanan darah: tekanan sistolik dan diastolik mulai kembali ketingkat sebelum persalinan.
b) Nadi: secara bertahap kembali ke tingkat sebelum melahirkan. c)
Suhu: suhu tubuh meningkat secara perlahan.
d)
Pernafasan: kembali bernafas normal.
e)
Aktivitas gastrointestinal: jika tidak terpengaruh obat-obatan, motilitas lambung, dan absorbsi kembali ke aktivitas normal. Ibu bersalin yang mengalami mual dan muntah selama kala III adalah hal yang abnormal. 6
B. Retensio Plasenta 1. Pengertian Retensio Plasenta Retensio Plasenta adalah lepas plasenta tidak bersamaan sehingga sebagian masih melekat pada tempat implantasi, menyebabkan terganggu nya retraksi dan kontraksi otot uterus, sehingga sebagian pembuluh darah tetap terbuka serta menimbulkan perdarahan. 2. Etiologi a. Faktor Maternal : gravida tua dan multiparitas. b. Faktor Uterus
: bekas sectio caesarea, bekas pembedahan uterus, tidak
efektif nya kontraksi uterus, bekas kuretase uterus, bekas pengeluaran plasenta manual, dan sebagai nya. c. Faktor Plasenta
: plasenta previa, implantasi cornual, cornual, plasenta akreta, dan
kelainan bentuk plasenta. 3. Klasifikasi a. Plasenta Adhesiva
: plasenta yang melekat pada desidua endometrium
lebih dalam. b. Plasenta Akreta
: villi khorialis tumbuh menembus miometrium
sampai ke serosa. c. Plasenta Inkreta
: vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus
desidua endometrium sampai ke miometrium. d. Plasenta Perkreta
: vili khorialis tumbuh menembus serosa atau
peritoneum dinding rahim. e. Plasenta Inkarserata
: tertahan nya plasenta di dalam kavum uteri
disebabkan oleh konstriksi ostium uteri. 4. Penatalaksanaan Apabila plasenta belum lahir dalam ½ -1 jam setelah bayi lahir terlebih lagi apabila disertai perdarahan, lakukan plasenta manual. C. Manual Plasenta 1. Pengertian Manual Plasenta Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasi nya pada dinding uterus dan mengeluarkan nya dari kavum uteri secara manual yaitu dengan melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang dimasukkan langsung ke dalam kavum uteri. Pada umum nya ditunggu sampai 30 menit dalam lahir nya plasenta secara spontan atau dengan 7
tekanan ringan pada fundus uteri yang berkontraksi. Bila setelah 30 menit plasenta belum lepas sehingga belum dapat dilahirkan atau jika dalam waktu menunggu terjadi perdarahan yang banyak, plasenta sebaik nya dikeluarkan dengan segera. Manual plasenta merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan retensio plasenta. Teknik operasi plasenta manual tidaklah sukar, tetapi harus diperkirakan bagaimana persiapkan agar tindakan tersebut dapat menyelamatkan jiwa penderita. 2. Etiologi Indikasi pelepasan plasenta secara manual adalah pada keadaan perdaraham pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc yang tidak dapat dihentikan dengan uterotonika dan massase, retensio plasenta setelah 30 menit bayi lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir dan tali pusat putus. Retensio plasenta adalah tertahan nya atau belum lahir nya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus. Manual plasenta dilakukan karena indikasi retensio plasenta yang berkaitan dengan: Plasenta belum lepas dari dinding uterus dikarenakan: a.
Plasenta Adhesive yaitu kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta.
b.
Plasenta Akreta yaitu implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan miometrium.
c.
Plasenta Inkreta yaitu implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai/ memasuki miometrium.
d.
Plasenta Perkreta yaitu implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
e.
Plasenta Inkarserata yaitun tertahan nya plasenta di dalam kavum uteri yang disebabkan oleh konstriksi ostium uteri. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan dan dapat terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkan nya. Menggangu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan. Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan. Darah penderita terlalu banyak hilang,
8
keseimbangan baru terbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan tidak terjadi, kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam. 3. Patofisiologi Manual plasenta dapat segera dilakukan apabila terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang. Terjadi perdarahan postpartum melebihi 400 cc pada pertolongan persalinan dengan narkosa. Plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah jam. Manual plasenta dalam keadaan darurat dengan indikasi perdarahan di atas 400 cc dan terjadi retensio plasenta (setelah menunggu ½ Jam). Seandai nya masih terdapat kesempatan penderita retensio plasenta dapat dikirim ke Puskesmas atau rumah sakit sehingga mendapat pertolongan yang adekuat. Dalam melakukan rujukan penderita dilakukan persiapan dengan memasang infus dan memberikan cairan dan dalam persalinan diikuti oleh tenaga yang dapat memberikan pertolongan darurat. Tanda dan gejala manual plasenta yaitu anamnesis meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi mengenai episode perdarahan postpartum sebelum s ebelum nya, paritas, serta riwayat multipel m ultipel fetus dan polihidramnion. Serta riwayat postpartum sekarang dimana plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan. Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus. Perdarahan yang lama > 400 cc setelah bayi lahir, plasenta tidak segera lahir > 30 menit. 4. Teknik Manual Plasenta Untuk mengeluarkan plasenta yang belum lepas jika masih ada waktu dapat mencoba teknik menurut Crede yaitu uterus di massase perlahan sehingga uterus berkontraksi dengan baik, dan dengan meletakkan 4 jari di belakang uterus dan ibu jari di depan nya, uterus dipencet diantara jari-jari tersebut dengan maksud maks ud untuk melepaskan plasenta dari dinding uterus dan menekan nya keluar. Tindakan ini tidaklah selalu berhasil dan tidak boleh dilakukan secara kasar. Sebelum mengerjakan manual plasenta, pasien disiapkan pada posisi litotomi. Keadaan umum penderita diperbaiki sebesar mungkin dengan dipasang infus NaCl atau Ringer Laktat. Anestesi ini berguna untuk mengatasi rasa nyeri. Operator berdiri atau duduk dihadapan vulva dengan salah satu tangan nya (tangan
9
kiri) meregang tali pusat, tangan yang lain (tangan kanan) dengan jari-jari dikuncupkan membentuk kerucut Tindakan 1. Meregang tali pusat dengan jari-jari membentuk kerucut Dengan ujung jari menelusuri tali pusat sampai plasenta. Jika pada waktu melewati serviks dijumpai tahanan dari lingkaran kekejangan (constrition ring), ini dapat diatasi
dengan
mengembangkan
secara
perlahan-lahan
jari
tangan
yang
membentuk kerucut tadi. Sementara itu tanga kiri diletakkan di atas fundus fundus uteri dari luar dinding perut ibu sambil menahan atau mendorong fundus itu ke bawah. Setelah tangan yang di dalam sampai ke plasenta, telusurilah permukaan fetal nya ke arah pinggir plasenta, pada perdarahan kala tiga, biasa nya telah ada bagian pinggir plasenta yang terlepas. Tindakan 2. Ujung jari menelusuri tali pusat, tangan kiri diletakkan di atas fundus Melalui celah tersebut, selipkan bagian ulnar dari tangan yang berada di dalam antara dinding uterus dengan bagian plasenta yang telah terlepas itu. Dengan gerakan tangan seperti mengikis air, plasenta dapat dilepaskan seluruh nya (kalau mungkin), sementara tangan yang di luar tetap menahan fundus uteri supaya jangan ikut terdorong ke atas. Dengan demikian, kejadian robekan uterus (perforasi) dapat dihindarkan. Tindakan 3. Mengeluarkan plasenta Setelah plasenta berhasil dikeluarkan, lakukan eksplorasi untuk mengetahui kalau ada bagian dinding uterus yang sobek atau bagian plasent a yang tersisa. Pada waktu eksplorasi sebaik nya sarung tangan diganti yang baru. Setelah plasenta keluar, gunakan kedua tangan untuk memeriksa nya, segera berikan uterotonik (oksitosin) satu ampul intramuskuler, dan lakukan masase uterus. Lakukan inspeksi dengan spekulum untuk mengetahui ada tidak nya laserasi pada vagina atau serviks dan apabila ditemukan segera di jahit. Jika setelah plasenta dikeluarkan masih terjadi perdarahan karena atonia uteri maka dilakukan kompresi bimanual
sambil
mengambil
lain
untuk
menghentikan
perdarahan
dan
memperbaiki keadaan ibu bila perlu. Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta. Pada umum nya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis 10
dibandingkan dengan kuretase pada abortus. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral. Pemberian antibiotik apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan infeksi sekunder. 5. Komplikasi Komplikasi dalam pengeluaran plasenta secara manual selain infeksi/ komplikasi yang berhubungan dengan tranfusi darah yang dilakukan, multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan penurunan perfusi organ dan sepsis, ialah apabila ditemukan plasenta akreta. Dalam hal ini villi korialis menembus desidua dan memasuki miometrium dan tergantung dari dalam nya tembusan itu dibedakan antara plasenta inkreta dan plasenta perkreta. Plasenta dalam hal ini tidak mudah untuk dilepaskan melainkan sepotong demi sepotong dan disertai dengan perdarahan. Jika disadari adanya plasenta akreta sebaik nya usaha untuk mengeluarkan plasenta dengan tangan dihentikan dan segera dilakukan histerektomi dan mengangkat pula sisa-sisa dalam uterus.
11
BAB III TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY I G2P1A0 UK 40 MINGGU DENGAN RETENSIO PLASENTA BERKAITAN DENGAN KEGAGALAN PENEGANGAN TALI PUSAT
Tanggal Masuk
:12 Juli 2017
Jam
: 13.00 Wib
Tanggal Pengkajian
:12 Juli 2017
Jam
: 13.10 Wib
Pengumpulan Data Dasar A. Biodata
Ibu
Suami
Nama
: Ny. I
Tn. H
Umur
: 22 Tahun
22 Tahun
Alamat
:Baniwah
Baniwah
Pekerjaan
:Ibu Rumah Tangga
Karyawan pabrik
Status Perkawinan :Sah
Sah
Lama Perkawinan 2 Tahun
2 Tahun
Telp
:-
-
Agama
:Islam
Islam
Pendidikan
:SMP
SMA
Kewarganegaran :Indonesia
Indonesia
B. Alasan Masuk RS Ibu mengatakan ssudah melahirkan bayinya 40 menit yang lalu di puskesmas tapi ari-arinya belum lahir. C. Riwayat Kehamilan Sekarang 1. Keadaan Kehamilan
Gravida : G1
Para: P1
HPHT :10-10-2016
HPL
Umur Kehamilan: 40 minggu
Imunisasi TT : 2 Kali
ANC
:16-7-2017
: TI 3 Kali TII 3 Kali
12
Abortus: A0
TIII 4 Kali
Tempat Pemeriksaan
: BPM
Keluhan Utama
: Ari-ari belum keluar
Keluhan Tambahan
: Lemes
2. Pengeluaran Pervaginam:
Darah
: Ada
D. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu N o
Persalinan
Umur GPA
Kehamil
Tempat
an P1A0
Tangga
Penolon
l
g
40
puskes
12 juli
minggu
mas
2017
Bidan
Cara spont an
Penyu
Keadaan
Keadaa
Nifas
n Bayi
Retensio
Normal
lit -
plasenta
E. Riwayat Kesehatan Ibu Penyakit yang pernah dialami Ibu Ibu mengatakan tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit berat seperti hipertensi, DM, ja ntung, TBC, dll. F. Riwayat Kesehatan Keluarga
Asma
: Tidak Ada
DM
: Tidak Ada
Jantung
: Tidak Ada
TBC
: Tidak Ada
Hipertensi : Tidak Ada
Hepatitis
: Tidak Ada
Kanker
Keturunan Kembar: Ada
Lain-Lain : -
: Tidak Ada
G. Riwayat Menstruasi
Menarche
:13 Tahun
Lama
: 7 Hari
Siklus
:28 Hari
Banyaknya
: 2 Kali Ganti Pembalut/ Hari
Keluhan
: Sakit Perut Bagian Bawah Dan Pusing
H. Kehidupan Seksual & Kontrasepsi
Kehidupan Seksual:
-
Frekuensi Seksual :2 Kali/ Minggu 13
Umur An Sekarang
50 menit
-
Keluhan
:-
Kontrasepsi
- Alat Kontrasepsi Yang Dipakai Sebelumnya :- Keluhan : - Rencana Setelah Persalinan: IUD - Alasan : Masih Trauma jadi agar jaraknya panjang. I. Data Kebiasaan Sehari-Hari
Pola Nutrisi 1. Sebelum Hamil : Ibu mengatakan makan 3 kali dalam sehari menghabiskan setengah porsi setiap makan. Jenis makanan : Nasi , s ayur, lauk pauk. Minum 5-6 gelas dalam sehari. 2. Sewaktu Hamil : Ibu mengatakan makan 3 kali dalam sehari menghabiskan setengah porsi setiap makan. Jenis makanan : Nasi , sa yur, lauk pauk. Minum 5-6 gelas dalam sehari.
Pola Eliminasi 1. Sebelum Hamil
: Ibu mengatakan BAB 1X sehari, BAK 5X sehari.
2. Sewaktu Hamil
: Ibu mengatakan BAB 1X sehari, BAK 2X sehari
Pola Istirahat Tidur 1. Sebelum Hamil
: Ibu mengatakan tidur siang 2 jam, tidur malam 8
jam 2. Sewaktu Hamil
: Ibu mengatakan tidur siang 1 jam, tidur malam 4
jam
Kebersihan Diri 1. Sebelum Hamil
: Ibu mengatakan mandi 3X sehari
2. Sewaktu Hamil
: Ibu mengatakan mandi 2X sehari
B. Riwayat Sosial
Respon ibu terhadap persalinan Keluarga sangat mendukung dan sangat menantikan kelahiran bayi tersebut
Dukungan suami dan keluarga terhadap persalinan Suami dan keluarga sangat mendukung persalinan dan saling bergantian untuk menunggui
Status sosial ekonomi Ny. I mengatakan merasa cukup dengan dengan yang diberikan oleh suaminya. 14
Kehidupan spiritual Ny. I mengatakan selalu berusaha menjalankan ibadah dan dan mendekatkan diri pada yang kuasa
Kebiasaan mengkonsumsi vitamin Selalu mengonsumsi vitamin yang diberikan oleh bidan
Kebiasaan hidup sehat (merokok, minuman keras, obat-obatan terlarang) Ny. I mengatakan selalu hidup sehat dan suaminya juga bukan perokok
Pengambil keputusan dalam keluarga Pengambil keputusan pertama adalah suami yang kedua adalah dia atau ibunya
Beban kerja dan kegiatan sehari-hari Beban kerja sehari-hari adalah beban kerja ibu rumah tangga
C. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum
-
Kesadaran
:compos mentis
-
Pernafasan
:21 Kali/ Menit
- Nadi
:88 Kali/ Menit
-
Tekanan Darah:100/60 Mmhg
-
Suhu
2. Rambut
- Tinggi Badan -
Bb
:36.2 Oc : Bersih : Mudah Dicabut
3. Muka
: Tidak Oedem
4. Mata
: Pandangan Tidak Kabur
-
Rangsang pupil : Mengecil
-
Conjungtiva : pucat
-
Lain-Lain
:-
-
Hidung
: Polip ( -)
- Sklera
Lain-Lain
:-
Cloasma
: Tidak Ada
Mulut
: Sariawan ( -), Caries Gigi ( -)
Lidah
: Bersih
- Lain-Lain
:-
5. Leher
15
: Tidak kuning
:160 Cm :65 Kg
- Pembesaran Kelenjar Thyroid : Tidak Ada
- Parotitis
: Tidak
Ada
- Lain-Lain :6. Kulit
- Turgor
: Baik
- Lain-Lain: 7. Payudara
- Putting Susu
: Menonjol
- Nyeri
- Cairan Susu
: Belum Keluar
- Massa/ Tumor
TidakAda
- Kelainan
:-
8. Jantung 9. Ritme
: Reguler
10. Paru-Paru
- Wheezing
: Tidak Ada
- Ronkhi
: Tidak Ada
11. Abdomen
- Hepar
: Tidak Teraba
- Linea Alba
: Ada
- Luka Bekas Operasi: Tidak Ada - Kekuatan Otot Abdomen : Lemah - Px. Palpasi 1.Kandung kemih :Teraba 2.TFU
: 3 Jari Diatas Pusat
3. Leopold:4. Tanda-tanda Pelepasan Plasenta: a. Uterus Globuler: b. Semburan Darah:c. Uterus Naik:d. Tali Pusat Memanjang:-
- Px. Auskultasi 1. DJJ: 2. Punctum Maksimum: 3. Frekuensi: 16
: Tidak Ada :
12. Ekstremitas: Superior :
- Oedema
: -
- Varices
: -
: -
- Varices
: -
Inferior :
- Oedema
- Reflek Pattela : Normal 13. Pemeriksaan Genitalia Interna
- Pengeluaran Cairan Per Vaginam : Darah - Labia Majora
: Normal
- Labia Minora
: Normal
- Klitoris
: Normal
- Vestibulum
: Normal
- Perineum
: Robek Derajat 3
- Kekuatan Musculus Pubococygyus: Lemah - Anus
: Tidak Hemoroid
- Ph Vagina
: 3.5
14. Pemeriksaan Dalam
- Vagina
: Hangat
- Portio
: Normal
- Kulit Ketuban
:-
- Pembukaan
:10 cm
- Presentasi
:-
- Penurunan Bagian Terbawah:- Bidang Hodge
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
II.
:-
- Hb
:9.8 gr%
- Protein urine
:-
- Glukosa urine
:-
- Leukosit
:11.7 ᶺ3/ul
Pemeriksaan Lain-lain :-
Interprestasi Data
17
A. Diagnosa Kebidanan Ny I P1A0 dengan Menejemen Aktif kala III retensio plasenta berkaitan dengan kegagalan penegangan tali pusat. Dasar
:
Subyektif : ibu mengatakan mengatakan sudah melahirkan bayinya bayinya 40 menit yang lalu dan ariarinya belum keluar. Obyektif
: ibu terlihat kelelahan dan plasenta plasenta belum keluar serta tidak ada ada tanda pelepasan plasenta.
Kesadaran
:compos mentis
-
Kesadaran
:compos mentis
-
Pernafasan
:21 Kali/ Menit
- Nadi
:88 Kali/ Menit
-
Tekanan Darah:100/60 Mmhg
-
Suhu
-
Px. Palpasi
- Tinggi Badan -
Bb
:160 Cm :65 Kg
:36.2 Oc
5.Kandung kemih :Teraba 6.TFU
: 3 Jari Diatas Pusat
7. Leopold:8. Tanda-tanda Pelepasan Plasenta: a. Uterus Globuler: b. Semburan Darah: c. Uterus Naik: d. Tali Pusat Memanjang: Masalah ............................................. .................................................................... ............................................. ............................................ ............................................. ............................... ........
Dasar
:
Subyektif : .......................................................................................................................... ........................................... ................................................................. ............................................ ............................................. ................................... ............
Obyektif
: ...................................................... ............................................................................ ............................................. ............................................. ........................ ........................................... ................................................................. ............................................ ............................................. ................................... ............
18
III. Diagnosa/
Masalah Potensial( bila ada)
Diagnosa Potensial Syok Hipovolemik IV. Kebutuhan
Langsung / Konsul/ Kolaborasi (bila ada)
Konsul Dr. Jaenudin dengan Advise injeksi oxytocin 1 ampul IM dan drip Oxytocin 2 ampul dengan 30 tpm dilanjutkan dengan manual plasenta. V.
Rencana Tindakan A. Tujuan : Melahirkan plasenta B. Cara : Menejemen aktif kala III C. Teknik : Memberikan oxytosin injeksi IM 1 ampul dan drip Oxytocin 2 ampul dengan 60 tpm serta Manual plasenta.
VI. Pelaksanaan
Tindakan
Pada
tanggal 12 juli 2017 pukul
13.10 dilakukan pemberian injeksi
oxytosin IM . Keadaan umum penderita diperbaiki sebesar mungkin dengan dipasang
infus
Ringer
Laktat
dan
melakukan
manual
plasenta.
Untuk
mengeluarkan plasenta yang belum lepas. Sebelum mengerjakan manual plasenta, pasien disiapkan pada posisi litotomi. Bidan berdiri atau duduk dihadapan vulva dengan salah satu tangan nya (tangan kiri) meregang tali pusat, tangan yang lain (tangan kanan) dengan jari-jari dikuncupkan membentuk kerucut. Tindakan kedua, meregang tali pusat dengan jari-jari membentuk kerucut Dengan ujung jari menelusuri tali pusat sampai plasenta. Jika pada waktu melewati serviks dijumpai tahanan dari lingkaran kekejangan (constrition ring), ini dapat diatasi
dengan
mengembangkan
secara
perlahan-lahan
jari
tangan
yang
membentuk kerucut tadi. Sementara itu tanga kiri diletakkan di atas fundus fundus uteri dari luar dinding perut ibu sambil menahan atau mendorong fundus itu ke bawah. Setelah tangan yang di dalam sampai ke plasenta, telusurilah permukaan fetal nya ke arah pinggir plasenta, pada perdarahan kala tiga, biasa nya telah ada bagian pinggir plasenta yang terlepas. Tindakan ketiga, ujung jari menelusuri tali pusat, tangan kiri diletakkan di atas fundus. Melalui celah tersebut, selipkan bagian ulnar dari tangan yang berada di dalam antara dinding uterus dengan bagian plasenta yang telah terlepas itu. Dengan gerakan tangan seperti mengikis air, plasenta dapat dilepaskan seluruh nya (kalau mungkin), sementara tangan yang di luar te tap menahan fundus uteri supaya
19
jangan ikut terdorong ke atas. Dengan demikian, kejadian robekan uterus (perforasi) dapat dihindarkan. Tidakan keempat, Mengeluarkan plasenta, Setelah plasenta berhasil dikeluarkan, lakukan eksplorasi untuk mengetahui kalau ada bagian dinding uterus yang sobek atau bagian plasenta yang tersisa. Pada waktu eksplorasi sebaik nya sarung tangan diganti yang baru. Setelah plasenta keluar, gunakan kedua tangan untuk memeriksa nya, segera berikan masase uterus. Lakukan inspeksi untuk mengetahui ada tidak nya laserasi pada vagina atau serviks dan apabila ditemukan segera di jahit dan beri lidocain 1 ampul sebelum penjaitan. Evaluasi
VII.
Pada tanggal 13 Juli 2017 pukul 13.28 telah lahir plasenta lengkap dan tidak terjadi perdarahan primer setelah itu langsung dilakukan heacting. VIII.
Proses Ibu cukup Kooperatif.
20
BAB IV PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan pengkajian pada Ny I dengan retensio plasenta penulis menemukan perbedaan-perbedaan antara teori dan praktek, yaitu: 1. Pengkajian Pada tanggal 13 Juli 2017 penulis melakukan pengkajian pada Ny I dengan Retensio Plasenta secara garis besar ditemukan Kesadaran :compos mentis, Pernafasan :21 Kali/ Menit, Tinggi Badan :160 Cm, Nadi :88 Kali/ Menit, Bb :65 Kg, Tekanan Darah:100/60 Mmhg, Suhu :36.1 Oc, Px. Palpasi, Kandung kemih :Teraba, TFU:3 Jari Diatas Pusat, Tanda-tanda Pelepasan Plasenta:, Uterus Globuler: -, Semburan Darah: -, Uterus Naik: -, Tali Pusat Memanjang: -. Dari data tersebut maka bisa disimpulkan bahwa proses pengkajian data sudah sesuai dengan teori dan tidak ada kesenjangan antara teori maupun dilahan praktek. 2. Diagnosa Diagnose pada kasus ini ditegakan berdasarkan hasil pengkajian data/anamnesa dan hasilnya Ny I Usia 22 tahun P1A0 Uk 40 Minggu Dengan Retensio Plasenta. Diagnosa retensio plasenta ditegakan setelah ditemukan tidak ada tanda – tanda tanda pelepasan plasenta setelah di injeksi IM oxytocin 1 ampul dan penegangan tali pusat terkendali selama 30 menit. Dan dalam hal ini Ny I juga termasuk rujukan dari puskesmas yang telah di lakukan Penegangan Tali Pusat Terkendali Terkendali selama 30 menit. Sehingga dalam hal ini Manual Plasenta yang dilakukan sudah sangat sesuai dengan teori. 3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial Identifikasi diagnosa dan masalah potensial yang akan terjadi bila retensio plasenta tidak ditangani dengan cepat dan tepat adalah syok hipovolemik. hipovolemik. 4. Identifikasi Kebutuhan akan Tindakan Segera/Kolaborasi Pada tahap ini penulis menemukan tindakan segera atau emergency untuk menangani pasien dengan retensio plasenta, Yaitu: Konsul dengan Dr. Obsgyne, dan melakukan Manual plasenta serta eksplorasi. Dan dalam hal ini juga telah dilakukan sesuai prosedur rumah sakit dan teori. 5.
Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh
21
Pada tahap perencanaan asuhan yang menyeluruh berpedoman pada teori yaitu: dilakukan observasi keadaan umum dan menyelesaikan fakta-fakta penyebab masalah retensio plasenta itu timbul. Asuhan yang diberikan pada ibu bersalin dengan retensio plasenta di ruang PONEK RSUD Dr.Soesilo Slawi telah sesuai dengan teori dan prosedur yang telah diterapkan di RSUD Dr. Soesilo Slawi. 6. Pelaksanaan Dalam melaksanakan asuhan menurut teori yaitu melakukan Manual Plasenta dan Eksplorasi rahim pada Ny I dilaksanakan sesuai dengan teori yaitu diberikan dosis ulangan oxytocin dan baru dilakukan manual plasenta serta eksplorasi rahim. 7. Evaluasi Pada langkah ini penulis telah berhasil melakukan observasi pada retensio plasenta. Keadaan umum dan lahirnya plasenta lengkap dan tidak terjadi syok hipovolemik maupun perdarahan.
22
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah melakukan pengkajian pada Ny I penulis tidak mengalami kesulitan karena selama penulis melakukan pengkajian pasien sangat kooperatif. Sehingga penulis mendapatkan data yang sesuai dengan yang dibutuhkan. Dalam menegakan diagnosa, identifikasi masalah, Tindakan kolaborasi, perencanaan, pelaksanaan tindakan hingga evaluasi penulis tidak mendapatkan kesulitan yang berarti dan penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori maupun yang di praktekan di RSUD Dr. Soesilo Slawi. B. Saran 1. Bagi RSUD Dr.Soesilo Slawi Agar lebih meningkatkan mutu pelayanan yang melebihi harapan terutama asuhan kebidanan yang sesuai standar yang berlaku. 2. Bagi Institusi/Pendidikan Diharapkan dapat memberikan bimbingan yang intensif sehingga mahasiswi dapat memahami dan mampu menerapkan asuhan kebidanan bersalin sesuai dengan harapan dan standar yang berlaku. 3. Bagi Ny I Diharapkan selalu menjaga kesehatan ibu maupun bayinya agar terhindar dari infeksi.
23
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati.(2008). Asuhan Asuhan Kebidanan Nifas.Yogyakarta Nifas .Yogyakarta :Nuhamedika. Baety, A.N. (2011). Biologi (2011). Biologi Reproduksi Kehamilan Dan Dan Persalinan. Persalinan . Yogyakarta:Grahailmu. Depag RI, (2010). Al (2010). Al Qurananul Karim. Jakarta : Aksara. Hidayat. A. M., Sujiyatini. (2010). Asuhan (2010). Asuhan Kebidanan Persalinan Persalinan.Yogyakarta .Yogyakarta Hidayat.
A.
M.,
Sujiyatini.
(2010). Asuhan
Kebidanan
Persalinan.Yogyakarta Persalinan .Yogyakarta
Nuhamedika. Khotijah.(2013). Hubungan Hubungan Usia Dan Paritas Dengan Kejadian Retensio Plasenta Pada Ibu Bersalin. Bersalin. Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 5 No. 1 Edisi Juni J uni 2014, Hlm. 27-32. Mayang. (2013). Hubungan Faktor Risiko Ibu Bersalin Dengan Retensio Plasenta. Plasenta . Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi. Oxorn,H Dan Forte,WR. (2010). Ilmu Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan. Persalinan . Yogyakarta:Yayasan Essentiamedika Rukiyah,Dkk. (2011). Asuhan Kebidanan IV ( Patologi Kebidanan ). Jakarta: Trans Info Media Varney. (2008). Buku (2008). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kebidanan Vol 2. 2. Jakarta: EGC
24