MAKALAH
MANAJEMEN KEUANGAN
MANAJEMEN PIUTANG
Disusun oleh :
Ida Silviani (4.43.14.0.11)
Ita Alfita (4.43.14.0.13)
Solikhatin (4.43.14.0.23)
Jurusan Akuntansi
Prodi Analis Keuangan / KU-2A
Politeknik Negeri Semarang
2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN .................................................................4 444
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Masalah 1
1.4 Manfaat 1
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Piutang
2.2 Kebijakan Kredit
2.3 Pemantauan Piutang
2.4 Analisis Perubahan Kebijakan Piutang
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Investasi dalam Piutang
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Setiap pemimpin perusahaan selalu menginginkan penjualan barang dagangannya dibayar secara tunai. Namun, di lain pihak, penjualan secara kredit justru akan memberi peluang untuk perluasan pasar sehingga dapat menambah laba usaha, meski hal ini juga bukan tanpa resiko. Biasanya keberhasilan suatu perusahaan dilihat dari segi financialnya, yaitu seberapa besar laba yang diperoleh dari hasil usahanya. Sehingga setiap perusahaan berlomba-lomba menaikan besaran profit yang didapatnya. Namun untuk mencapai tujuan yang diinginkan, suatu perusahaan harus mengoptimalkan segala kegitan dalam perusahaan tersebut, baik itu produksi, pemasaran maupun penjualannya.
Masalah yang umum dihadapi perusahaan ialah penagihan piutang yang telah jatuh tempo tidak selalu dapat diselesikan seluruhnya. Jika keadaan itu terus berlangsung dalam jangka waktu yang lama maka modal perusahaaan akan semakin kecil. Dengan begitu penagihan piutang perlu mendapat perhatian dan penanganan serius agar resiko yang mungkin timbul dapat dihindari sekecil mungkin. Dalam hal ini, pimpinan seharusnya juga turut aktif mengelola penagihan piutang agar tidak sampai menghambat operasi atau kegiatan perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana menganalisis ekonomi terhadap piutang ?
2. Apa saja standar kredit dan persyaratan kredit ?
3. Apa saja kebijakan kredit dan pengumpulan piutang ?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui cara analisis ekonomi terhadap piutang
2. Untuk mengetahui standar kredit dan persyaratan kedit
3. Untuk mengetahui kebijakan kredit dan pengumpulan piutang
1.4 Manfaat
1. Mengetahui cara menganalisis perhitungan ekonomi terhadap piutang
2. Mengetahui standart kredit dan syarat kredit
3. Mengetahui kebijakan kredit dan pengumpulan piutang
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Piutang
Piutang adalah tagihan kepada pihak lain di masa yang akan datang karena terjadinya transaksi dimasa lalu. Walaupun pada dasarnya semua perusahaan dagang atau industri menginginkan penjualan tunai, tetapi karena adanya keterbatasan daya beli masyarakat atau alasan lainnya dilakukan penjualan secara kredit. Penjualan secara kredit akan dapat meningkatkan omset penjualan, akan tetapi memiliki resiko tertundanya penerimaan kas, sehingga membutuhkan investasi yang lebih besar. Selain itu dapat juga mengakibatkan kerugian karena menunggak atau bahkan tidak tertagih. Semakin lama piutang tertunggak akan semakin besar investasi yang dibutuhkan.
Piutang, salah satu jenis transaksi akutansi yang mengurusi penagihan konsumen yang berhutang pada seseorang, suatu perusahaan, atau suatu organisasi untuk barang dan layanan yang telah diberikan pada konsumen tersebut. Pada sebagian besar entitas bisnis, hal ini biasanya dilakukan dengan membuat tagihan dan mengirimkan tagihan tersebut kepada konsumen yang akan dibayar dalam suatu tenggang waktu yang disebut termin kredit atau pembayaran.
Langkah-Langkah Manajemen Piutang :
Penetapan Kebijakan Kredit
Pemantauan
Analisis Perubahan Kebijakan Piutang Usaha
2.2 Kebijakan kredit
Kebijakan kredit mencakup keputusan untuk menetapkan standar kredit, syarat kredit, dan kebijakan penagihan.
a. Standar Kredit
Standar kredit berguna untuk mengungkapkan kemampuan keuangan minimum pelanggan sehingga dapat ditetapkan pelanggan yang tergolong layak memperoleh kredit. Dengan demikian, perusahaan dapat meramalkan siapa pelanggan yang akan terlambat dalam membayar kewajibannya dan siapa pelanggan yang mungkin akan mengakibatkan kerugian piutang (piutang yang tak tertagih).
Lima aspek (5 C) yang biasanya dijadikan dasar untuk menetapkan kelayakan kredit meliputi hal berikut:
Character, kemungkinan dari para pelanggan secara jujur berusaha memenuhi kewajibannya. Sejauh mana reputasi pelanggan dapat dipercaya, yang dapat dinilai dari catatan masa lalu atau informasi dari berbagai pihak yang patut diperhatikan
Capacity, pendapat subjektif mengenai kemampuan pelanggan. Ini diukur dari record tahun sebelumnya, atau dengan observasi fisik pada pabrik dan toko pelanggan.
Capital, diukur oleh posisi finansial perusahaan secara umum, dimana hal ini ditunjukkan dengan analisis rasio finansial. Rasio utang terhadap ekuitas dan rasio profitabilitas sering digunakan mengukur aspek kapital ini.
Collateral, cerminan dari aktiva yang dijaminkan bagi keamanan kredit.
Conditions, menunjukkan pengaruh langsung dari trend ekonomi pada umumnya terhadap perusahaan atau perkembangan khusus dalam bidang ekonomi yang mempengaruhi efek terhadap kemampuan pelanggan untuk memenuhi kewajibannya.
b. Syarat Kredit
Syarat Kredit (Credit Term) mencakup dua hal, yakni: 1. Periode kredit (kapan penagihan dimulai serta berapa lama batas waktu penagihan), dan 2. Berapa besar diskon yang akan diberikan kepada pelanggan yang membayar pada periode diskon.
c. Kebijakan Penagihan
Kebijakan penagihan (collection policy) adalah prosedur yang meliputi waktu dan cara-cara penagihan agar pelanggan membayar tepat waktu. Misalnya, perusahaan akan melakukan langkah-langkah penagihan: 1. Menegur via telepon kepada pelanggan yang belum membayar pada satu hari setelah batas akhir penagihan. 2. Menegur via surat kepada pelanggan yang belum membayar sesudah tujuh hari dari batas akhir penagihan. 3. Menyerahkan tugas penagihan kepada penagih utang (debt collector) dari luar perusahaan bagi perusahaan yang belum membayar pada satu bulan setelah batas akhir penagihan.
2.3 Pemantauan Piutang
Pemantauan piutang adalah proses evaluasi atas kebijakan kredit yang telah dijalankan, khususnya pemantauan apabila terjadi perubahan pola pembayaran pada pelanggan. Misalnya, pelanggan yang semula tergolong patuh dalam membayar kini mulai terlambat membayar kewajibannya. Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian dalam kaitannya dengan pemantauan piutang usaha:
a. DSO (Days Sales Outstanding)
DSO adalah nama lain dari average collection period (ACP) yang mengungkapkan berapa lama piutang tertagih. DSO merupakan ukuran termudah untuk mengamati arus penagihan piutang dari pelanggan. Meningkatnya DSO menunjukkan pelanggan makin lambat membayar kewajibannya yang dapat dijadikan indikator awal kemungkinan timbulnya piutang tak tertagih atau kredit macet.
Kendati DSO merupakan ukuran term udah untuk memantau kondisi piutang, diperlukan sikap hati-hati dalam menafsirkan angka DSO. DSO atau ACP (yang dinyatakan dalam hari) akan makin menurun apabila piutang menurun. Menurunnya piutang belum tentu disebabkan oleh penerimaan yang lebih cepat, mungkin saja disebabkan oleh turunnya penjualan akibat kondisi ekonomi yang melesu.
b. Skedul Umur Piutang (aging schedule)
Skedul umur piutang merupakan tabel yang memuat informasi tentang umur, jumlah, proporsi, dan periode penagihan piutang. Berikut contoh tabel skedul umur piutang:
Umur (hari)
Jumlah
Proporsi
Periode penagihan (hari)
0-30
Rp 405.000.000
45 %
20 hari
31-60
Rp 450.000.000
50 %
51 hari
61-90
Rp 27.000.000
3 %
80 hari
Lebih dari 90
Rp 18.000.000
2 %
96 hari
Rp 900.000.000
Contoh analisis pemantauan piutang. Misalnya, suatu perusahaan menetapkan batas waktu pembayaran piutang 30 hari. DSO rata-rata = 45% (20) + 50 % (51) + 3% (80) + 2% (96) = 52 Hari. Hal itu berarti bahwa secara rata-rata pelanggan membayar kewajibannya pada bulan kedua dari batas waktu penagihan yang ditentukan. Pelanggan yang membayarnya hingga batas akhir penagihan hanya mencapai 45%. Sisanya (55%) justru tergolong pelanggan yang membayar melebihi batas waktu penagihan. Analisis sederahana ini menunjukan bahwa pola penerimaan penagihan piutang dari pelanggan perusahaan kurang baik karena lebih dari separuhnya tergolong sebagai pelanggan yang tidak tepat waktu. Untuk memperbaiki kondisi tersebut, perusahaan perlu mengkaji ulang kebijakan kreditnya secara menyeluruh.
Langkah-langkah Pencegahan Resiko Tidak Tertagihnya Piutang:
- Penentuan besarnya resiko yang akan ditanggung perusahaan, hal ini ditentukan atas dasar pengalaman-pengalaman tahun-tahun sebelumnya. Misalnya resiko ditetapkan 10% dari piutang, jika perusahaan berencana meningkatkan penjualan dengan Rp100.000 dan akan menyebabkan tambahan biaya Rp50.000, maka tambahan keuntungannya adalah sebesar Rp 40.000 (100.000-50.000-(10%x100.000))
- Kemampuan debitur memenuhi kewajibannya, hal ini dapat diukur dengan likuiditas dan rentabilitas. Selain itu perlu dipertimbangkan "soliditas":
Soliditas komersiil, kejujuran debitur/direkturnya dalam memenuhi kewajibannya tepat pada waktunya.
Soliditas finansiil, memiliki modal kerja yang cukup dalam memenuhi kewajibannya tepat pada waktunya
Soliditas moril, sifat-sifat dan moril yang baik dari debitur/direkturnya.
Membuat klasifikasi kredit tiap pelanggan, hal ini dapat digunakan daftar analisis umur piutang (aging schedule) sehingga diketahui sejarah kredit tiap-tiap pelanggan.
Mengadakan seleksi calon pelanggan, berdasar sejarah kredit dapat ditentukan pelanggan mana yang dapat ditambah plafon kredit, diturunkan, atau tetap.
2.4 Analisis Perubahan Kebijakan Piutang
Langkah terakhir yang harus dilakukan oleh manajer keuangan dalam hubungannya dengan manajemen piutang adalah melakukan analisis perubahan piutang. Inti analisis adalah menetukan apakah syarat kredit yang berlaku saat ini perlu diubah ataukah tidak perlu.
Ada dua pendekatan untuk menganalisis perubahan kebijakan piutang usaha:
Pertama, pendekatan pertambahan laba, yakni membandingkan pertambahan pendapatan dengan pertambahan biaya. Pendekatan ini mudah dipahami, tetapi tidak konsisten dengan tujuan maksimisasi nilai perusahaan.
Kedua, pendekatan nilai (net present value atau NPV), yakni pembandingan nilai sekarang arus kas masuk dari piutang dengan arus kas keluar dari biaya. Pendekatan itu lebih konsisten dengan tujuan maksimisasi nilai perusahaan.
Pendekatan pertambahan laba
Langkah 1. Menghitung penerimaan penjualan untuk setiap kebijakan
Langkah 2. Menghitung biaya-biaya untuk setiap kebijakan
bd = Piutang tak tertagih / bad debt (%)
S = Penjualan / sales
d = Diskon (%)
D = Probabilitas pelanggan yang memanfaatkan periode diskon (%)
VC = Rasio biaya variabel per unit terhadap harga jual per unit (%)
DSO = Jangka waktu penagihan piutang (hari)
k = Bunga per tahun (%)
Langkah 3. Menyusun laporan laba rugi sederhana untuk setiap kegiatan
Langkah 4. Membandingkan antara laba bersih kebijakan lama dan laba bersih kebijakan baru. Jika laba bersih kebijakan baru lebih besar daripada laba bersih kebijakan lama, maka perubahan kebijakan piutang layak dijalankan.
Pendekatan nilai
Langkah 1. Menghitung NPV untuk setiap kebijakan
NPV = Nilai sekarang bersih
D = Probabilitas pelanggan yang memanfaatkan periode diskon (%)
P = Harga jual per unit
Q = Kuantitas penjualan
d = diskon (%)
i = Bunga Harian (%), k/360
t1 = Batas akhir periode diskon
t2 = Jangka waktu penagihan piutang (dalam hari)
bd = Piutang tak tertagih
C = Biaya variabel per unit
Langkah 2. Membandingkan NPV kebijakan lama dan baru. Apabila NPV kebijakan baru lebih besar (dan positif) daripada NPV kebijakan lama, maka perubahan kebijakan piutang layak dijalankan.
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Investasi dalam Piutang
a. Volume penjualan kredit, semakin besar volume penjualan kredit, makin besar investasi yang tertanam dalam Piutang
b. Syarat pembayaran (termin), semakin lama masa kredit, semakin besar invesatasinya.
c. Ketentuan tentang pembatasan kredit, batasan kredit dapat berupa kuantitatif (plafon kredit, semakin besar plafon kredit per pelanggan makin besar investasi yang diperlukan) dan kualitatif (selektif terhadap pelanggan kredit, makin ketat seleksi akan semakin memperkecil investasi dalam piutang).
d. Kebijakan pengumpulan piutang, pengumpulan piutang dapat bersifat aktif (menggunakan debt collector) pengumpulan piutang lebih tepat waktu tetapi perlu tambahan biaya pengumpulan piutang, atau pasif yaitu keyakinan bahwa debitur menepati janji, maka resiko tertunggaknya piutang lebih besar.
e. Kebiasaan membayar dari para langganan, apabila sebagian besar pelanggan membayar pada masa diskon (termin 2/10;n/30), maka membutuhkan investasi lebih kecil, tetapi jika pelanggan membayar pada hari ke 30 atau bahkan menunggak, perlu investasi yg besar
2.6 Perputaran piutang
Perputaran piutang (receivable turn over) dipengaruhi oleh syarat pembayaran dan kecenderungan debitur untuk menepat i janji pembayarannya.
Tingkat perputaran piutang = penjualan netto kredit
Rata-rata piutang
Rata-rata pengumpulan piutang = 360
receivable turnover
Apabila rata-rata hari pengumpulan piutang lebih lama dari batas pembayaran, maka cara pengumpulan piutang kurang efisien.
Contoh:
2002
2003
Net credit sales
Rp 100.000
Rp 100.000
Receivable: awal th
Rp 20.000
Rp 30.000
akhir th
Rp 30.000
Rp 10.000
Average receivable
Rp 25.000
Rp 20.000
Receivable turnover
4 kali
5 kali
Average collection period
90 hari
72 hari
Penjualan secara kredit akan berdampak positif (kenaikan omset penjualan) dan negatif, seperti kerugian karena piutang tak tertagih dan atau biaya kesempatan (opportunity cost).Pertimbangan untuk memperketat atau mempermudah pemberian kredit, dapat dilakukan dengan memperhatikan cost dan benefit bila akan mengambil keputusan seperti contoh berikut ini:
Selama ini perusahaan menjual secara tunai, omset penjualannya sebesar Rp 800 juta, keuntungan 15% dari penjualan. Jika perusahaan berencana untuk menjual secara kredit dengan syarat pembayaran n/60. hal ini ditaksir akan meningkatkan omset penjualan menjadi 1.050 juta pertahun. Dana yang dibutuhkan untuk membiayai piutang tersebut ditaksir sebesar Rp148,75 juta pertahun.
Apakah manejemen menerima alternatif penjualan kredit tersebut?
· Manfaat : tambahan keuntungan = (1.050 jt – 800 jt) x 15% = Rp 37,5 jt
· pengorbanan :
perputaran piutang = 360/60 = 6 kali
rata-rata piutang = 1.050/6 = 175 jt
dana untuk membiayai piutang = 148,75jt
biaya dana yang ditanggung 148,75 x 15% = 22,31 jt
manfaat bersih = Rp 15,19 jt
Benefit > cost, layak untuk diterapkan
Perusahaan menawarkan syarat penjualan 2/20 ; n/60. ditaksir 50% pelanggan akan membayar pada hari ke 20, dan sisanya pada hari ke 60. Maka:
Rata-rata periode pembayaran piutang = 0,5(20) + 0,5(60) = 40 hari
Perputaran piutang = 360/40 = 9 kali
Rata-rata piutang = 1.050/9 = 116,67 juta
Rata-rata dana yang diperlukan untuk membiayai piutang = 116,67 jt x 85% = 99,17 jt
Penurunan biaya dana 116,67 jt – 99,17 jt = 17,5 jt
· Manfaat : penurunan biaya dana = 17,5 jt
· Pengorbanan: diskon = 2% x 50% x 1.050 jt = 10,50 jt
manfaat bersih = 7,00 jt
Benefit > cost, layak untuk diterapkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://manajemena2011.blogspot.co.id/2013/04/manajemen-piutang.html#sthash.KXORhW9U.dpuf
http://sepnazyik.wordpress.com/makalah-pendidikan/manajemen-piutang/?like=1&_wpnonce=5ce63ba138
http://www.downloadprovider.me/search/contoh%20kasus%20manajemen%20piutang.html?aff.id=1087&aff.subid=1