1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Evaluasi pendidikan adalah suatu tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan dengan maksud untuk atau suatu proses yang berlangsung dalam rangka menentukan nilai dari segala sesuatu dalam dunia pendidikan yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan atau terjadi dilapangan pendidikan ( Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (dalam Sudjiono, Anas, 2007,hlm.1-2). Atau singkatnya evaluasi evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya. Karena evaluasi merupakan salah satu instrumen proses yang ada di dalam pembelajaran, maka hal ini menjadi bagian penting dalam pembelajaran formal yang bertujuan untuk memperoleh informasi hasil dari pembelajaran. Penting bagi sebuah pendidikan untuk melakukan evaluasi. Karena hal demikian merupakan bagian dari aspek proses agar pendidikan mencapai tujuannya. Salah satu di antaranya yakni untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan pemahaman terhadap peserta didik secara mendalam dan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik. Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan
kompetensi
pedagogik
adalah
“kemampuan
mengelola
pembelajaran peserta didik”. Depdiknas (2004:9) menyebut kompetensi ini dengan “kompetensi pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian. Pedagogik merupakan ilmu untuk mendidik dan lebih menitik beratkan kepada pemikiran, perenungan tentang pendidikan. Sehingga antara pendidikan, evaluasi pendidikan dan pedagogik memiliki keterkaitan. Agar evaluasi
2
pendidikan mencapai tujuan yang utuh, maka evaluasi pendidikan perlu dilihat dari sudut pandang pedagogiknya seperti apa dan bagai mana. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari evaluasi pendidikan ? 2. Apa pengertian dari pedagogik dan kompetensi pedagogik ? 3. Bagaimana perspektif pedagogik terhadap evaluasi pendidikan ?
C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dari evaluasi pendidikan. 2. Untuk mengetahui pengertian dari pedagogik dan kompetensi pedagogik. 3. Untuk mengetahui bagaimana perspektif pedagogik terhadapa evaluasi pendidikan.
D. Manfaat 1. Secara teoritis, makalah ini bermanfaat sebagai referensi dalam pembahasan materi tentang evaluasi pendidikan 2. Secara praktis, diharapkana makalah ini mampu memberikan gambaran dan informasi sehingga mampu memotivasi pendidik agar lebih memaknai lebih jauh lagi tentang evaluasi dari sudut pandang pedagogik.
3
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Evaluasi Dalam bidang pendidikan, Bloom c.s. (1971 : 8) menyatakan pendapatnya tentang evaluasi sebagai berikut: “evaluation is the systematics collection of evidence to determine wether in fact certain changes are taking place in the learnes as well as to determine the amount or degree of change in individual students.” Pada bagian lain ia mengemukakan pula: “evaluation as a method of acquiring and processing the evidence needed to determine the student’s level in learning and the effectiveness of the teaching.” Adapun Gay (2000:6) menyatakan bahwa “evaluation is a systematic process of collecting and analyzing data in order to determine wether, and to what degree, objectives have been or are being avhieved.” Kedua ahli tersebut menekankan bahwa evaluasi merupakan suatu proses pengumpulan dan analisa data secara sistematis untuk mengetahui bukti penguasaan peserta didik dalam belajar, ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan dan menentukan keefektifan pendidikan atau pembelajaran. Atau dapat juga dikatakan bahwa dalam batasan yang telah dikemukakan, di dalam evaluasi ikut masuk juga proses pengumpulan bukti untuk menentukan tingkat
penguasaan peserta didik dalam belajar, dan
selanjutnya memberikan pertimbangan terhadap pertumbuhan dan kemajuan peserta didik tersebut dengan membandingkan angka atau bukti-bukti yang didapat sebagai hasil belajar dengan tujuan atau nilai-nilai (indikator unjuk kerja) yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang sistim pendidikan Nasional pada Bab I, Pasal 1, dikemukakan: 1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 2. Pembelajaran suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
4
Bab XVI, Pasal 57 Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihal yang berkepentingan. Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur pendidikan formal, dan nonformal untuk jenjang, satuan dan jenis pendidikan. Pasal 58 Evaluasi belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses,
kemajuan,
dan
perbaikan
belajar
peserta
didik
secara
berkesinambungam. Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh transparan, dan sistematik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan. Adapun dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dikemukakan: Bab 1. Ketentuan Umum< Pasal 1, point 17 dan 18 sebagai berikut: 17. Penilaian adalah proses pengumpulan data dab pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian belajar peserta didik. 18. Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggung jawaban penyelenggara pendidikan. Berdasarkan kutipan tersebut, dapat dikatakan bahwa pendidikan lebih menekankan pada usaha sadar dan terencana dalam menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran; sedangkan pembelajaran lebih ditekankan pada proses interaksi antara peserta didik pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Oleh karena itu, evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai kegiatan
5
pemberian arti, nilai dan makna terhadap hasil asesmen dalam pendidikan atau pembelajaran sesuai dengan patokan, aturan atau standar yang telah ditetapkan. Evaluasi harus dilakukan secara sistematis dan kontinu agar dapat menggambarkan kemampuan para siswa yang dievaluasi. Kesalahan utama yang sering terjadi di antara para guru adalah bahwa evaluasi hanya dilakukan pada saat-saat tertentu, seperti pada akhir unit, pertengahan dan/atau akhir suatu program pengajaran. Akibat yang terjadi adalah minimnya informasi tentang para siswa sehingga menyebabkan banyaknya perlakuan prediksi guru menjadi bias dalam menentukan posisi mereka dalam kegiatan kelasnya. Dalam pengembangan intruksional, evaluasi hendaknya dilakukan semaksimal ungkin dalam suatu kegiatan. Ini dianjurkan karena untuk mendapatkan informasi yang banyak tentang kegiatan siswa di kelas dan kemudian digunakan untuk menilai tingkat program seperti yang direncanakan. B. Prinsip-prinsip evaluasi Prinsip tidak lain adalah pernyataan yang mengandung kebenaran hampir sebagian besar, jika tidak dikatakan benar untuk semua kasus. Hal ini sesuai dengan pendapat Cross yang mengatakan bahwa a principle is a statement that holds in most, if not all cases. Keberadaan prinsip bagi seorang guru mempunyai arti penting, karena dengan memahami prinsip evaluasi dapat menjadi petunjuk atau keyakinan bagi dirinya atau guru lain guna merealisasi evaluasi dengan cara benar. Dalam bidang pendidikan, beberapa prinsip evaluasi dapat dilihat seperti berikut ini. 1. Evaluasi harus masih dalam kisi-kisi kerja tujuan yang telah ditentukan. 2. Evaluasi sebaiknya dilaksanakan secara komperhensif. 3. Evaluasi diselenggarakan dalam proses yang kooperatif antara guru dan peserta didik. 4. Evaluasi dilaksanakan dalam proses kontinu. 5. Evaluasi harus peduli dan mempertimbangkan nilai-nilai yang berlaku.
6
Sedangkan menurut Slameto (2001:16) evaluasi harus mempunyai minimal tujuh prinsip berikut: 1) terpadu, 2) menganut cara belajar siswa aktif, 3) kontinuitas, 4) koherensi dengan tujuan, 5) menyeluruh, 6) membedakan (diskriminasi), dan 7) pedagogis. Selain untuk melengkapi penilaian, secara luas evaluasi dibatasi sebagai alat penilaian terhadap faktor-faktor penting suatu program termasuk situasi, kemampuan, pengetahuan, dan perkembangan tujuan. Minimal terdapat 6 tujuan evaluasi dalam kaitannya dengan belajar mengajar. Keenam tujuan evaluasi adalah sebagai berikut. 1. Menilai ketercapaian (attainment) tujuan. Ada keterkaitan antara tujuan belajar, metode evaluasi, dan cara belajar siswa, sebaliknya tujuan evaluasi akan menetukan metode evaluasi yang digunakan oleh seorang guru. 2. Mengukur
macam-macam
aspek
belajar
yang
bervariasi.
Belajar
dikategorikan sebagai kognitif, psikomotor, dan afektif. Batasan tersebut umumnya dieksplisitkan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai. Semua tipe belajar sebaiknya dievaluasi dalam proporsi yang tepat. Jika guru menyatakan proporsi sama maka siswa dapat menekankan dalam belajar dengan proporsi yang digunakan guru dalam mengevaluasi sehingga mereka dapat menyesuaikan dalam belajar. Guru memilih sarana evaluasi pada umumnya sesuai dengan tipe tujuan. Proses ini menjadikan lebih mudah dilaksanakan, jika seorang guru menyatakan tujuan dan merencanakan evaluasi secara berkaitan. 3. Sebagai sarana (means) untuk mengetahui apa yang siswa telah ketahui. Setiap orang masuk kelas dengan membawa pengalamannya masing-masing. Siswa mungkin juga memiliki karakteristik yang bervariasi misalnya dari keluarga ekonomi menengah atau atas, keluarga yang pecah, dan keluarga yang telah memiliki keterampilan khusus. Hal yang penting diketahui oleh guru adalah asumsi hasil akhirnya mengarah pada suatu hal yang sama terhadap pengetahuan mereka, dan kemudian mendapatkan dari mereka sesuatu yang sama. Pengalaman lalu tersebut kemudian digunakan sebagai awal dalam proses belajar mengajar melalui evaluasi pretes pada para siswa. Cara yang sering dilakukan oleh guru adalah menggunakan angket dan ceklis.
7
Berangkat dari perbedaan pengalaman yang objektif dan realistis dapat dikembangkan guna memotivasi minat belajar siswa. Di samping juga pengalaman lalu siswa dalam belajar yang bervariasi. Oleh karena itu, kebutuhan siswa perlu diperhatikan disamping juga kekuatan, kelemahan, dan minat siswa sehingga mereka termotivasi untuk belajar atas dasar apa yang telah mereka miliki dan mereka butuhkan. 4. Memotivasi belajar siswa. Evaluasi juga harus dapat memotivasi belajar siswa. Guru harus menguasai bermacam-macam teknik motivasi, tetapi masih sedikit di antara para guru yang mengetahui teknik motivasi yang berkaitan dengan evaluasi. Dari penelitian menunjukkan bahwa evaluasi memotivasi belajar siswa sesaat memang betul, tetapi untuk jangka panjang masih diragukan. Hasil evaluasi akan menstimulasi tindakan siswa. Rating hasil evaluasi yang baik akan dapat menimbulkan semangat atau dorongan untuk mempertahankan atau meningkatkan yang akhirnya memotivasi belajar siswa secara kontinu. Tujuan evaluasi yang realistis, yang mampu memotivasi belajar siswa dapat diturunkan dari evaluasi. Dengan merencanakan secara sistematis sejak pretes sampai ke postes, guru dapat membangkitkan semangat siswa untuk tekun belajar secara kontinu. 5. Menyediakan infromasi untuk tujuan bimbingan dan konseling. Informasi diperlukan jika bimbingan dan konseling yang efektif diperlukan, informasi yang berkaitan dengan problem pribadi seperti data kemampuan, kualitas pribadi, adaptasi sosial, kemampuan membaca, dan skor hasil belajar. Informasi juga diperlukan untuk bimbingan karier yang efektif. Identifikasi minat siswa dan pekerjaan yang disenangi adalah cara yang terbaik untuk membantu siswa memilih pekerjaan. Oleh karena itu, guru perlu juga mengetahui tingkat keuangan keluarga, guna menyesuaikan dengan kesempatan kerja atau melengkapi kegiatan lain yang berkaitan dengan bimbingan pekerjaan. Seringkali terjadi bahwa siswa minta kepada gurunya untuk membantu memecahkan problem pribadinya. Pada posisi demikian, guru perlu mengetahui informasi pribadi untuk kemudia guru mengambil keputusan terbaiknya. Proses yang berkaitan informasi pribadi tersebut dapat
8
dilakukan dengan memberikan kuisioner, atau alat rating untuk membuat kepuasan. 6. Menjadikan hasil evaluasi sebagai dasar perubahan kurikulum. Keterkaitan evaluasi dengan instruksional adalah sangat erat. Hal ini karena evaluasi merupakan salah satu bagian dari instruksional dengan kurikulum juga saling berkait seperti instruksional dapat berfungsi sebagai salah satu komponen penting suatu kurikulum. Beberapa guru sering mengubah prosedur evaluasi dan metode mengajar dengan mudah menurut kepentingan mereka, sedangkan untuk melakukan perubahan kurikulum perlu pertimbangan yang lebih luas. Follow up study dan informasi alumni merupakan informasi yang berharga untuk melakukan revisi kurikulum. Perubahan itu akan tepat, jika perubahan kurikulum didasarkan pada hasil evaluasi dengan skop yang lebih luas. Pengalaman kerja siswa, analisis kebutuhan masyarakat, dan analisi pekerjaan merupakan teknik konvensional yang sering digunakan untuk mengubah kurikulum. Evaluasi tidak hanya digunakan untuk mengevaluasi proses belajar mengajar, secara lebih luas evaluasi juga digunakan untuk menilai program dan sistem yang ada di lembaga pendidikan. C. Fungsi-fungsi evaluasi 1. Sebagai alat guna mengetahui apakah peserta didik telah menguasai pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang telah diberikan oleh seorang guru. 2. Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar. 3. Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan belajar. 4. Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru, yang bersumber dari siswa. 5. Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa. 6. Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada para orang tua siswa.
9
D. Makna Evaluasi Pendidikan Pada dasarnya evaluasi pendidikan dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan telah tercapai atau tidak. Dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan,penilaian mempunyai makna ditinjau dari berbagai segi, diantaranya : a. Makna bagi siswa : dengan diadakannya penilaian, maka siswa dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. b. Makna bagi guru : dengan penilaian, guru akan mengetahui siswa mana yang berhak melanjutkan pelajarannya, mengetahui ketepatan materi yang diajarkan dan mengetahui ketepatan metode yang digunakan. c. Makna bagi sekolah : dengan penilaian, sekolah dapat mengetahui kesesuaian antara kondisi belajar dengan harapan, mengetahui ketepatan kurikulum disekolah sebagai bahan pertimbangan bagi perbaikan dimasa yang akan datang, dan dapat dijadikan pedoman bagi sekolah untuk memenuhi standar.
E. Ciri-ciri Penilaian dalam Pendidikan Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 11-18) ada lima ciri evaluasi pendidikan, yaitu: 1.
Penilaian dilakukan secara tidak langsung. Dalam contoh ini, akan mengukur kependaian melalui ukuran kemampuan menyelesaikan soalsoal.
2.
Menggunakan ukuran kuantitatif. Artinya, menggunakan simbol bilangan sebagai hasil pertama pengukuran. Setelah itu diinterpretasikan ke bentuk kualitatif.
3.
Menggunakan unit atau satuan yang tetap.
4.
Bersifat relatif. Artinya, tidak sama atau tidak selalu tetap dari satu waktu ke waktu yang lain.
5.
Penilaian pendidikan sering terjadi kesalahan. Kesalahna terletak pada alat ukurnya, orang yang melakukan penilaian, anak yang dinilai, situasi dimana penilaian berlangsung.
10
Menurut Arikunto (2009) Proses penilaian dalam pendidikan meliputi 4 unsur yaitu input, transformasi, output dan feedback (umpan balik). -
Input
Adalah bahan mentah yang dimasukkan ke dalam transformasi. -
Output
Adalah bahan jadi yang dihasilkan oleh transformasi. -
Transformasi
Adalah mesin yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi. -
Umpan balik
Adalah informasi baik yang menyangkut output maupun transformasi.
F. Teknik-teknik Evaluasi Secara garis besar, teknik evaluasi yang digunakan dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu: teknik tes dan teknik non tes. 1) Teknik non tes Ada beberapa teknik non tes yaitu: a. Skala bertingkat ( rating scale) Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu hasil pertimbangan. b. Kuesioner (Quesionare) Sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). c. Daftar cocok (check list) Deretan pertanyaan , dimana responden yang di evaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok (√ ) di tempat yang sudah disediakan. d. Wawancara (interview) Wawancara atau interviu (interview) adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak.
11
e. Pengamatan (Observation) Pengamatan atau observasi (observation) adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. f. Riwayat Hidup Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya. 2) Teknik tes Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi yang bersifat resmi karena penuh dengan batasan-batasan. Diukur dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka ada tiga macam tes, yaitu: a. Tes Diagnostik Tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat. b. Tes Formatif Untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti suatu program tertentu. Contohnya ulangan harian. c. Tes Sumatif Tes ini dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekolompok program atau sebuah program yang lebih besar. Contohnya ulangan akhir semester.
G. Jenis-jenis evaluasi pendidikan Evaluasi merupakan tahapan penting dalam suatu kegiatan. Di bawah ini diuraikan secara singkat dua jenis evaluasi, yaitu evaluasi hasil belajar dan evaluasi program pengajaran (Soetjipto & Kosasi, 2009, hal. 162-164). 1. Evaluasi Hasil Belajar Evaluasi hasil belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guna memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang telah dicapai siswa.
12
Tujuan dan fungsi penilaian hasil belajar adalah : a) Memberikan umpan balik kepada guru dan siswa dengan tujuan memperbaiki cara belajar-mengajar, mengadakan perbaikan dan pengayaan bagi siswa, serta menempatkan siswa pada situasi belajarmengajar yang lebih tepat sesuai dengan tingkat kemauan yang dimilikinya. b) Memberikan informasi kepada siswa tentang tingkat keberhasilannya dalam belajar dengan tujuan untuk memperbaiki, mendalami atau memperluas pembelajarannya. c) Menentukan nilai hasil belajar siswa yang antara lain dibutuhkan untuk pemberian laporan kepada orang tua, penentuan kenaikan kelas, dan penentuan kelulusan siswa. 2. Evaluasi Program Pengajaran Evaluasi program merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program, serta faktorfaktor yang mendukung atau menghambat keberhasilan tersebut. Tingkat keberhasilan program diukur dengan membandingkan hasil dengan target yang dirumuskan dalam rencana. Hasil perbandingan ini menujukkan tingkat efektivitas program. Apabila, misalnya, guru menargetkan 5 dari 40 orang siswa dapat memperoleh nilai 10, dan setelah ulangan hanya ada 2 orang aja yang memperoleh nilai 10, maka tingkat keberhasilannya hanya 2/5 x 100% yaitu 40%. Disamping tingkat efektivitasnya, perolehan juga dapat diukur dari tingkat efisiensinya. Yang dimaksud dengan tingkat efisiensi adalah perbandingan antara hasil dengan sumber yang dipergunakan. Jika 2 orang siswa yang mendapat nilai 10 itu memerlukan pelajaran tambahan 4 jam sehari, maka program guru itu dapat dikatakan kurang efisien jika dibandingkan dengan program guru lain, yang dengan hasil yang sama, hanya memerlukan tambahan 4 jam seminggu. Guru perlu mempelajari evaluasi program karena dua alasan, pertama, evaluasi program memberikan umpan balik tentang hasil kerjanya, sehingga berdasarkan itu ia dapat memperbaiki unjuk kerjanya; kedua, evaluasi
13
program merupakan bentuk pertanggungjawaban guru atas tugas yang dibebankan sekolah dan masyarakat kepadanya. Sasaran evaluasi program dapat diidentifikasikan dengan model masukanproses-keluaran. Siswa yang mengikuti proses dipandang sebagai bahan mentah (masukan mentah) yang akan diolah melalui proses pengajaran. Siswa ini memiliki karakteristik atau kekhususan sendiri-sendiri, yang nantinya banyak memperngaruhi keberhasilan mereka dalam belajar. Disamping itu, ada masukan lain yang juga berpengaruh dalam keberhasilan belajar siswa, yaitu masukan instrumental dan masukan lingkungan. Termasuk masukan instrumental adalah: guru, materi/kurikulum, metode mengajar, dan sarana pendidikan (alat, bahan dan media belajar) dan masukan lingkungan adalah antara lain teman bermain, keluarga, dan kelompok masyarakat lainnya. Siswa yang sudah melampaui proses transformasi, merupakan keluaran sekolah itu. H. Pengertian Pedagogik Istilah
pedagogik
(bahasa
Belanda:
paedagogiek,
bahasa
Inggris:
pedagogy) berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani kuno, yaitu paedos yang berarti anak dan agogos yang berarti mengantar, membimbing atau memimpin. Dari dua kata tersebut terbentuk beberapa istilah yang masing-masing memiliki arti tertentu. Istilah-istilah yang dimaksud yakni paedagogos, pedagogos (paedagoog atau pedagogue), paedagogia, pedagogi (paedagogie), dan pedangogik (paedagogiek). Dari kata paedos dan agogos terbentuk istilah paedagogos yang berarti seorang pelayan atau pembentu pada zaman Yunani kuno yang tugasnya mengantar dan menjemput anak majikannya ke sekolah, selain juga bertugas untuk selalu membimbing atau memimpin anak-anak majikannya. Selanjutnya
terjadi
perubahan
istilah,
yang
dulunya
sebagai
pelayanan atau pembantu menjadi pedagog yang memiliki arti sebagai ahli didik atau pendidik. Namun secara prinsipil, bahwa dalam pendidikan anak ada kewajiban untuk membimbing hingga mencapai kedewasaan (Syaripudin & Kurniasih, 2008). Di sisi lain, ada juga paedagogia, yaitu pergaulan dengan anak-anak yang kemudian berubah menjadi paedagogie atau pedagogi yang
14
berarti praktik pendidikan anak atau praktik mendidik anak; dan terbentuklah istilah paedagogiek atau pedagogik yang berarti ilmu pendidikan anak atau ilmu mendidik anak. Dalam beberapa literatur, ditemukan di antara pendidik dan ahli ilmu pendidikan menyatakan pedagogik sebagai ilmu pendidikan atau ilmu mendidik. Berdasarkan perspektif pengertian pendidikan secara “luas”, maka tujuan itu tidak terbatas, tujuan pendidikan sama dengan tujuan hidup (Mudyaharjo, dalam Syaripudin & Kurniasih, 2008). Oleh karena itu, pendidikan dapat berlangsung pada tahapan anak usia dini, anak, dewasa dan bahkan tahapan usia lanjut. Mengacu pada asumsi ini, maka terdapat beberapa cabang ilmu pendidikan yang dikembangkan oleh para ahli, yaitu pedagogik, andragogi, dan gerogogi (Sudjana dalam Syaripudin & Kurniasih, 2008). Jadi, mengacu pada pengertian pendidikan dalam arti luas, yang benar dalam konteks ini, bahwa Pedagogik adalah ilmu pendidikan anak. Akan tetapi, Langeveld (dalam Syaripudin & Kurniasih, 2008) dalam bukunya “Beknopte Theoritiche Paedagogiek” pendidikan dalam arti yang hakiki ialah proses pemberian bimbingan dan bantuan rohani kepada orang yang belum dewasa; dan mendidik adalah tindakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian, pendidikan adalah suatu upaya yang dilakukan secara sengaja oleh orang dewasa untuk membantu atau membimbing anak (orang yang belum dewasa) agar mencapai kedewasaan. Lanjut Langeveld, pendidikan baru terjadi ketika anak mengenal kewibawaan. Syaratnya anak mengenal kewibawaan adalah ketika anak memiliki kemampuan dalam memahami bahasa. Oleh karena itu, batas bawah pendidikan atau pendidikan mulai berlangsung yakni ketika anak mengenal kewibawaan. Sedangkan batas atas pendidikan atau saat akhir pendidikan adalah ketika tujuan pendidikan telah tercapai, yaitu kedewasaan. Bila anak belum mengenal kewibawaan, pendidikan belum dapat dilaksanakan, dan dalam kondisi ini yang dapat dilaksanakan adalah pra-pendidikan atau pembiasaan. Dengan demikian, menurut tinjuaan pedagogik tidak ada pendidikan untuk orang dewasa, apalagi untuk manusia lanjut. Pendidikan hanyalah bagi anak. Jadi, apabila mencau pada pengertian pendidikan menurut tinjauan pedagogik, maka pernyataan “pedagogik adalah
15
ilmu pendidikan anak” sama maknanaya dengan “pedagogik adalah ilmu pendidikan. Tetapi ketika mengacu pada pengertian pendidikan secara luas di awal, tidak benar apabila pedagogik dimaknai sebagai ilmu pendidikan.(Fadilah, Nurul 2015, hlm.15-17). Sedangkan pengertian kompetensi pedagogik menurut Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”. Berdasarkan definisi tesebut diatas, maka dapat disimpulkan kompetensi pedagogik adalah kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru dalam memahami peserta didiknya dan kemampuan dalam melaksanakan proses pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Depdiknas (2004:9) menyebut kompetensi ini dengan “kompetensi pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi penyusunan rencana pembelajaran meliputi (1) mampu mendeskripsikan tujuan, (2) mampu memilih materi,
(3)
mampu
metode/strategi
mengorganisir
pembelajaran,
materi,
(5)
(4)
mampu
mampu
menentukan
menentukan
sumber
belajar/media/alat peraga pembelajaran, (6) mampu menyusun perangkat penilaian, (7) mampu menentukan teknik penilaian, dan (8) mampu mengalokasikan waktu. Berdasarkan uraian di atas, merencanakan program belajar mengajar merupakan proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan
siswa
selama
pembelajaran
berlangsung,
yang
mencakup:
merumuskan tujuan, menguraikan deskripsi satuan bahasan, merancang kegiatan belajar mengajar, memilih berbagai media dan sumber belajar, dan merencanakan penilaian penguasaan tujuan Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi melaksanakan proses belajar mengajar meliputi (1) membuka pelajaran, (2) menyajikan materi, (3) menggunakan media dan metode, (4) menggunakan alat peraga, (5) menggunakan bahasa
yang komunikatif,
(6) memotivasi
siswa, (7)
mengorganisasi kegiatan, (8) berinteraksi dengan siswa secara komunikatif, (9)
16
menyimpulkan pelajaran, (10) memberikan umpan balik, (11) melaksanakan penilaian, dan (12) menggunakan waktu.Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa melaksanakan proses belajar mengajar merupakan sesuatu kegiatan dimana berlangsung hubungan antara manusia, dengan tujuan membantu perkembangan dan menolong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Pada dasarnya melaksanakan proses belajar mengajar adalah menciptakan lingkungan dan suasana yang dapat menimbulkan perubahan struktur kognitif para siswa Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi penilaian belajar peserta didik, meliputi (1) mampu memilih soal berdasarkan tingkat kesukaran, (2) mampu memilih soal berdasarkan tingkat pembeda, (3) mampu memperbaiki soal yang tidak valid, (4) mampu memeriksa jawab, (5) mampu mengklasifikasi hasil-hasil penilaian, (6) mampu mengolah dan menganalisis hasil penilaian, (7) mampu membuat interpretasi kecenderungan hasil penilaian, (8) mampu menentukan
korelasi
soal
berdasarkan
hasil
penilaian,
(9)
mampu
mengidentifikasi tingkat variasi hasil penilaian, (10) mampu menyimpulkan dari hasil penilaian secara jelas dan logis, (11) mampu menyusun program tindak lanjut hasil penilaian, (12) mengklasifikasi kemampuan siswa, (13) mampu mengidentifikasi kebutuhan tindak lanjut hasil penilaian, (14) mampu melaksanakan tindak lanjut, (15) mampu mengevaluasi hasil tindak lanjut, dan (16) mampu menganalisis hasil evaluasi program tindak lanjut hasil penilaian. Menurut Kunandar (2009:76) kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
hasil
belajar,
dan
pengembangan
peserta
didik
untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial, yaitu: a. Memahami peserta didik secara mendalam, memiliki indikator esensial : 1. Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif. 2. Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian. 3. Mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.
17
b. Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran, memiliki indikator esensial: 1. Memahami landasan kependidikan. 2. Menerapkan teori belajar dan pembelajaran. 3. Menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai dan materi ajar. 4. Menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih. c. Melaksanakan pembelajaran, memiliki indikator esensial: 1. Menata latar (setting) pembelajaran. 2. Melaksanakan pembelajaran yang kondusif. d. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran, memiliki indikator esensial: 1. merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode. 2. Menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning). 3. Memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum. e. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya, memiliki indikator esensial: 1. Memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik 2. Memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik. Menurut Peraturan Pemerintah tentang Guru No.19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional (pasal 28 ayat 3), bahwasanya kompetensi pedagogik guru merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi:
18
1. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan. Guru memiliki latar belakang pendidikan keilmuan sehingga memiliki keahlian secara akademik dan intelektual. Merujuk pada sistem pengelolaan pembelajaran yang berbasis subjek (mata pelajaran), guru seharusnya memiliki kesesuaian antara latar belakang keilmuan dengan subjek yang dibina. Selain itu, guru memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam penyelenggaraan pembelajaran di kelas. Secara otentik kedua hal tersebut dapat dibuktikan dengan ijazah akademik dan ijazah keahlian mengajar (akta mengajar) dari lembaga pendidikan yang diakreditasi pemerintah. 2. Pemahaman terhadap peserta didik Guru memiliki pemahaman akan psikologi perkembangan anak, sehingga mengetahui dengan benar pendekatan yang tepat yang dilakukan pada anak didiknya. Guru dapat membimbing anak melewati masa-masa sulit dalam usia yang dialami anak. Selain itu, Guru memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap latar belakang pribadi anak, sehingga dapat mengidentifikasi problemproblem yang dihadapi anak serta menentukan solusi dan pendekatan yang tepat. 3. Pengembangan kurikulum/silabus Guru memiliki kemampuan mengembangkan kurikulum pendidikan nasional yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lingkungan sekolah. 4. Perancangan pembelajaran Guru memiliki merencanakan sistem pembelajaran yang memamfaatkan sumber daya yang ada. Semua aktivitas pembelajaran dari awal sampai akhir telah dapat direncanakan secara strategis, termasuk antisipasi masalah yang kemungkinan dapat timbul dari skenario yang direncanakan.
19
5. pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis Guru menciptakan situasi belajar bagi anak yang kreatif, aktif dan menyenangkan. Memberikan ruang yang luas bagi anak untuk dapat mengeksplor potensi dan kemampuannya sehingga dapat dilatih dan dikembangkan. 6. Pemanfaatan teknologi pembelajaran. Dalam menyelenggarakan pembelajaran, guru menggunakan teknologi sebagai media. Menyediakan bahan belajar dan mengadministrasikan dengan menggunakan teknologi informasi. Membiasakan anak berinteraksi dengan menggunakan teknologi. 7. Evaluasi hasil belajar Guru memiliki kemampuan untuk mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan meliputi perencanaan, respon anak, hasil belajar anak, metode dan pendekatan. Untuk dapat mengevaluasi, guru harus dapat merencanakan penilaian yang tepat, melakukan pengukuran dengan benar, dan membuat kesimpulan dan solusi secara akurat. 8. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya Guru memiliki kemampuan untuk membimbing anak, menciptakan wadah bagi anak untuk mengenali potensinya dan melatih untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan ini adalah dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas, berbasis pada perencanaan dan solusi atas masalah yang dihadapi anak dalam belajar. Sehingga hasil belajar anak dapat meningkat dan target perencanaan guru dapat tercapai. Pada prinsipnya, Kesemua aspek kompetensi pedagogik di atas senantiasa dapat ditingkatkan melalui pengembangan kajian masalah dan alternatif solusi.
20
Contoh kompetensi pedagogik (Ketrampilan Intelektual) yang diterapkan dalam pembelajaraan matematika adalah: 1. Memahami pendekatan, metodologi, dan teknik pembelajaran geografi, dan aplikasinya dalam pembelajaran. 2. Menguasai pelaksanaan pembelajaran geografi. 3. Memahami sistem evaluasi pembelajaran geografi dan aplikasinya dalam pembelajaran. 4. Menguasai pemahaman dan potensi peserta didik dalam pembelajaran geografi. 5. Menguasai penelitian dalam bidang pembelajaran geografi. I. Perspektif Pedagogik Terhadap Evaluasi Pendidikan Evaluasi pendidikan merupakan suatu proses secara sistematis yang berguna untuk menentukan atau membuat keputusan yang dapat dijadikan indikator untuk mengetahui sejauh mana tujuan-tujuan pendidikan yang telah dlaksanakan, apakah tercapai atau tidak oleh sisiwa. Kesimpulan lain mengenai pengertian evaluasi pendidikan adalah pendidikan merupakan prediksi terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa ke arah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah di tetapkan di dalam kurikulum sebelumnya.
Ada pun fungsi evaluasi pendidikan di bagi ke dalam 4 kelompok fungsi : 1. Untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan serta keberhasilan bagi para siswa setelah mengalami atau menjalani kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu. 2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran yang telah di jalankan. 3. Untuk keperluan BK atau Bimbingan dan Konseling pada para siswa. 4. Untuk keperluan dalam perbaikan dan pengembangan kurikulum sekolah yang bersangkutan tersebut.
21
Dari keempat fungsi di atas perlu adanya sentuhan dari substansi pedagogik terhadap evaluasi pendidikan. Karena ada dua alasan kenapa pedagogik perlu diaplikasikan dalam dunia pendidikan. Pertama, bahwa pedagogik sebagai suatu system pengetahuan tentang pendidikan anak karena pedagogik akan menjadi dasar atau landasan bagi praktek pendidikan anak. Selain itu bahwa pedagogik akan menjadi standar (kriteria) keberhasilan praktek pendidikan anak. Kedua, manusia memiliki motif utuk mempertanggungjawabkan pendidikan bagi anak-anaknya, karena itu agar dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan logis, maka praktik pendidikan terhadap anak memerlukan keberadaan pedagogik sebagai landasannya. Selain itu, terdapat kegunaan pedagogik bagi pendidik dalam melakukan evaluasi pendidikan sekurang-kurangnya ada empat, yaitu: (1) Pedagogik berguna bagi pendidik dalam rangka memahami fenomena pendidikan (situasi pendidikan) secara sistematis. (2) Pedagogik berguna dalam rangka memberikan petunjuk tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh pendidik. (3) Pedagogik berguna bagi pendidik dalam rangka menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan dalam praktek mendidik anak. (4) Pedagogik berguna untuk mengenal diri sendiri dan melakukan koreksi diri demi menyempurnakan” diri sendiri. Dengan memahami kegunaan pedagogik bagi pendidik,maka dalam melakukan evaluasi pendidikan pun seorang pendidik akan mengetahui batasanbatasannya, seorang pendidik akan memahami objek studinya yakni kondisi dan situasi siswa yang dididiknya, seorang pendidik akan mampu mengantisipasi kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam proses pendidikan dan evaluasi pendidikan, dan pendidik pun akan menjadi pribadi yang mengenali dirinya sendiri, sehingga tidak mudah menyalahkan atau men-judge orang lain terutama siswa yang dididiknya. Dan hal itu terkait pula dengan evaluasi pendidikan yang pendidik lakukan terhadap siswa didikannya. Setelah sorang pendidik mengetahui dan memahami urgensi penerapan dan kegunaan pedagogik, maka sorang pendidik dalam melakukan evaluasi
22
pendidikan perlu juga memahami fungsi pedagogik agar dalam praktik evaluasi pendidikan akan sejalan dengan tujuan pendidikan nasional. Berikut fungsi pedagogik, yakni: (1) Menyatupadukan temuan hasil studi mengenai objek tertentu. (2) Menjelaskan dan memberikan petunjuk (deskriptif) (3) Meprediksi (4) Mengontrol (5) Mengembangkan Jadi jelas bahwa seorang pendidik dalam mempraktikan evaluasi pendidikan terhadap siswa harus mengkaitkan fungsi pedagogik agar pendidik mampu menyatupadukan pengetahuan kepada siswa sebelum dilakukannya evaluasi pendidikan, sehigga ketercapaian siswa dalam evaluasi pendidikan peroleh hasil yang ideal. Selain itu dengan memahami dan menerapkan fungsi pedagogik dalam evaluasi
pendidikan,
maka
pendidik
akan
mampu
mengontrol
atau
mengendalikan agar sesuatu yang baik atau sesuatu yang diharapkan terhadap siswa dapat tercapai. Begitu juga pendidik aka mampu mengembangkan hasil temuannya setelah melakukan evaluasi pendidikan terhadap siswa.
23
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Evaluasi adalah suatu proses pengumpulan dan analisa data secara sistematis untuk mengetahui bukti penguasaan peserta didik dalam belajar, ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan dan menentukan keefektifan pendidikan atau pembelajaran. Atau dapat juga dikatakan bahwa dalam batasan yang telah dikemukakan, di dalam evaluasi ikut masuk juga proses pengumpulan bukti untuk menentukan tingkat penguasaan peserta didik dalam belajar, dan selanjutnya memberikan pertimbangan terhadap pertumbuhan dan kemajuan peserta didik tersebut dengan membandingkan angka atau bukti-bukti yang didapat sebagai hasil belajar dengan tujuan atau nilai-nilai (indikator unjuk kerja) yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Pedagogik
yang
berarti
ilmu
pendidikan
anak
atau
ilmu
mendidik anak. Dalam beberapa literatur, ditemukan di antara pendidik dan ahli ilmu pendidikan menyatakan pedagogik sebagai ilmu pendidikan atau ilmu mendidik. Sedangkan pengertian kompetensi pedagogik menurut Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”. Berdasarkan definisi tesebut diatas, maka dapat disimpulkan kompetensi pedagogik adalah kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru dalam memahami peserta didiknya dan kemampuan dalam melaksanakan proses pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi Seorang pendidik dalam mempraktikan evaluasi pendidikan terhadap siswa harus mengkaitkan fungsi pedagogik agar pendidik mampu menyatupadukan pengetahuan kepada siswa sebelum dilakukannya evaluasi pendidikan, sehigga ketercapaian siswa dalam evaluasi pendidikan memperoleh hasil yang ideal. Selain itu dengan memahami dan menerapkan fungsi pedagogik dalam evaluasi pendidikan, maka pendidik akan mampu mengontrol atau mengendalikan agar sesuatu yang baik atau sesuatu yang diharapkan terhadap siswa dapat tercapai. Begitu juga pendidik aka mampu mengembangkan hasil temuannya setelah melakukan evaluasi pendidikan terhadap siswa.
24
3.2 Saran Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disarankan : 1. Penilaian pendidikan harus tetap dilaksanakan dan harus sesuai dengan prinsipprinsip penilaian. 2. Evaluasi harus dilaksanakan secara kontinu agar pendidik bisa menilai hasil belajar siswa dan menilai tingkat keberhasilan program yang guru laksanakan. 3. Kepada para praktisi pendidikan: sebaikanya mengkaji lebih dalam mengenai evaluasi pendidikan itu sendiri karena dengan mengetahui hakikat evaluasi,
maka
akan
lebih
mengarahkan
kita
pada
tujuan
suatu
program. Karena program yang sukses adalah program yang sejalan dengan tujuannya.
25
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara Daryanto. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Depdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Tenaga Kependidikan Depdiknas. 2004. Standar Kompetensi Guru. Jakarta: Depdiknas Kunandar. 2009. Guru Profesional Implementasi Kurikulum KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers Nurul, Fadilah.2015.Kompetensi Pedagogik Guru Dalam Pembelajaran PPKN untuk Pencapaian Kompetensi Sikap Spiritual dan Sosial Peserta Didik.Pendidikan PKN, Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial.Universitas Pendidikan Indonesia. Peraturan Pemerintah tentang Guru dan Dosen No. 14 tahun 2005. Peraturan Pemerintah tenteng guru dan Dosen No. 19 tahun 2005. Soetjipto, & Kosasi, R. (2009). Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta. Sudijino, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Yusuf, A Muri. 2015. Assesmen dan Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.