A.
Definisi Lalat merupakan ordo diptera, menurut asal katanya “Di” artinya “dua”, “Ptera” yang artinya sayap, dan arti keseluruhannya adalah serangga yang memiliki dua sayap (sepasang sayap) atau unsecta yang bisa terbang. Adanya sepasang sayap yang mempunyai membrane tersebut merupakan sayap bagian depan , sedangkan sayap bagian belakang tidak berkembang dan mereduksi menjadi alat keseimbangan (halter). dan saat ini diseluruh dunia dapat dijumpai sekitar ± 60.000 – 100.000 spesies lalat (Santi, 2001). Ordo Diptera merupakan salah satu anggota kelas hexapoda atau insekta yang mempunyai jumlah genus dan spesies terbesar yaitu mencakup 60-70 % dari seluruh spesies arthropoda .
B.
Klasifikasi Lalat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Hexapoda Ordo : Diptera Family : Muscidae, Sarchopagidae, Challiporidae, dll. Genus : Musca, Stomoxys, Phenisia, Sarchopaga, Fannia, dll. Spesies : Musca domestica, Stomoxy calcitrans, Phenesia sp, Sarchopaga sp, Fannia sp,dll. Jenis Species dari Tiap-tiap Kelas Flies (Lalat) adalah Houseflies (lalat rumah, Musca domestica), Sandflies (lalat pasir, genus Phlebotomus), Tsetse flies (lalat tsetse, genus Glossina), Blackflies (lalat hitam, genus Simulium).
C.
Siklus hidup
Lalat adalah insekta yang mengalami metamorfosa yang sempurna, dengan stadium telur, larva, kepompong dan stadium dewasa. Perkembangan lalat memerlukan waktu antara 7-22 hari, tergantung dari suhu dan makanan yang tersedia. lalat betina umumnya telah dapat menghasilkan telur pada usia 4-8 hari, dengan 75-150 butir sekali bertelur. Semasa hidupnya lalat bertelur 5-6 kali. Pada siang hari lalat bergerombol atau berkumpul dan berkembang biak di sekitar sumber makanannya. Penyebaran lalat sangat dipengaruhi oleh cahaya, temperatur, kelembaban. Untuk istirahat lalat memerlukan suhu sekitar 35º- 40ºC, kelembaban 90%. Aktifitas terhenti pada temperatur < 15ºC. Kebanyakan spesies lalat adalah ovipar, tetapi ada beberapa lalat yang melahirkan larva dalam berbagai stadium perkembangan. Telur atau larva diletakan dalam air, tanah, kotoran, atau dalam badan veterbrata. Larva berbentuk cacing, panjang, tanpa kaki, hidup dalam air atau di darah. Larva ini mengambil makanan dari bahan organik secara rakus menggunakan bagian mulut untuk mengunyah atau telah menyesuaikan diri untuk hidup sebagai parasit. Setelah 3-4
kali pergantian kulit, larva menjadi pupa yang tidak mengambil makanan lagi dan pada waktunya menjadi lalat dewasa (imago). Lalat berkembang biak dengan bertelur, berwarna putih dengan ukuran lebih kurang 1 mm panjangnya. Setiap kali bertelur akan menghasilkan 120–130 telur dan menetas dalam waktu 8–16 jam .Pada suhu rendah telur ini tidak akan menetas (dibawah 12 –13 º C). Telur yang menetas akan menjadi larva berwarna putih kekuningan, panjang 12-13 mm. Akhir dari phase larva ini berpindah tempat dari yang banyak makan ke tempat yang dingin guna mengeringkan tubuhnya, Setelah itu berubah menjadi kepompong yang berwarna coklat tua, panjangnya sama dengan larva dan tidak bergerak. Phase ini berlangsung pada musim panas 3-7 hari pada temperatur 30– 35 º C, Kemudian akan keluar lalat muda dan sudah dapat terbang antara 450–900 meter, Siklus hidup dari telur hingga menjadi lalat dewasa 6-20 hari Lalat dewasa panjangnya lebih kurang ¼ inci, dan mempunyai 4 garis yang agak gelap hitam dipunggungnya. Beberapa hari kemudian sudah siap untuk berproduksi, pada kondisi normal lalat dewasa betina dapat bertelur sampai 5 (lima) kali. Umur lalat pada umumnya sekitar 2-3 minggu, tetapi pada kondisi yang lebih sejuk biasa sampai 3 (tiga) bulan Lalat tidak kuat terbang menantang arah angin, tetapi sebaliknya
lalat
akan
terbang
jauh
mencapai
1
kilometer.
Secara umum, dalam kehidupan lalat dikenal ada 4 (empat) tahapan yaitu mulai dari telur, larva, pupa dan dewasa.
a. Fase Telur Bentuk telur lalat adalah oval panjang dan berwarna putih dengan ukuran lebih kurang 1 mm. Setiap kali bertelur akan menghasilkan 120– 130 telur dan menetas dalam waktu 8–16 jam . Pada suhu rendah telur ini tidak akan menetas (dibawah 12 –13 º C). Telur yang menetas akan menjadi larva berwarna putih kekuningan, panjang 12-13 mm. b. Fase Larva / Tempayak
Tingkat I : Telur yang baru menetas disebut instar I, berukuran panjang 2 mm, berwarna putih, tidak bermata dan berkaki, sangat aktif dan ganas terhadap makanan, setelah 1-4 hari melepas kulit dan menjadi instar II.
Tingkat II : Ukuran besarnya 2 kali instar I, 1 sampai beberapa hari maka kulit akan mengelupas dan keluar instar III.
Tingkat III : Larva ukuran 12 mm lebih , tingkat ini memerlukan waktu 3 – 9 hari. Larva mencari tempat dan temperature yang dia senangi , dengan berpindah – pindah tempat. Misal : pada gundukan sampah organic.
c. Fase Pupa / Kepompong Jaringan tubuh karva berubah menjadi jaringan tubuh dewasa , stadium ini berlangsung selama 3-9 hari . Setelahstadium ini selesai akan melalui celah lingkaran pada bagian anterior akan keluar lalat muda. d.
Lalat Dewasa Proses pematangan untuk menjadi lalat dewasa kurang lebih dari 15 jam dan setelah itu siap mengadakan perkawinan . Umur lalat dewasa dapat mencapai 2-4 minggu. Pada kondisi normal lalat dewasa betina dapat bertelur sampai 5 (lima) kali. hari Lalat dewasa panjangnya lebih kurang ¼ inci, dan mempunyai 4 garis yang agak gelap hitam dipunggungnya.
D.
Morfologi Pada umumnya berukuran kecil,sedang sampai berukuran besar, kira –
kira 2- 3 mm, mempunyai sepasang sayap di bagian depan dan sepasang halter sebagai alat keseimbangan di bagian belakang,bermata majemuk dan sepasang antena yang seringkali pendek terdiri atas tiga ruas,struktur tubuh berbulu. Mata lalat jantan lebih besar dan sangat berdekatan satu sama lain sedang yang betina tampak terpisah oleh suatu celah dan berbentuk lebih besar daripada lalat jantan (Santi, 2001). Morfologi umumnya seperti pada insecta. Kepala yang relatif besar mempunyai dua mata majemuk yang bertemu digaris tengah (holoptik) atau terpisah oleh ruang muka (dikhoptik), dan biasanya tiga ocelli atau mata sederhana. Thorax seperti bentuk kotak chitin, merupakan pangkal untuk melekatnya otot-otot kuat untuk terbang. Mesothorax yang membesar (ruas kedua) merupakan bagian utama dari thorax dan memikul sayap membran yang besar. Prothorax (ruas pertama) dan metathorax (ruas ketiga) yang menjadi kecil merupakan semacam cincin yang menghubungkan thorax dengan kepala dan abdomen. Tiap ruas thorax mempunyai sepasang kaki yang berwarna dan mempunyai duri-duri serta rambut. Kaki yang beruas-ruas dapat berakhir sebagai kuku yang berambut yaitu pulvillus, yang mengeluarkan bahan perekat. Dua ruas pertama dari abdomen mengalami atrofi dan ruas lainnya tidak selalu dapat dibedakan. Antena yang dilengkapi dengan alat peraba, terdiri dari serangkaian ruas yang serupa atau tidak serupa. Jumlah, bentuk dan perangkai bulu-bulunya merupakan sifat khas untuk berbagai genus. Lalat yang lebih primitif mempunyai antena panjang dengan banyak ruas, sedangkan species yang lebih berkembang mempunyai antena pendek yang lebih kuat dengan jumlah ruas yang kurang. Berbagai penyesuaian dari bagian mulut memungkinkan lalat untuk mengambil makanan berupa darah dan cairan jaringan hewan, madu dari bunga, cairan atau makanan yang dapat dicairkan oleh zat pencernaannya. Berbagai modifikasi dari bagian mulut penting untuk membedakan genus dan species. Untuk menembus kulit digunakan mandibula yang berbentuk seperti
gergaji dan maxilla seperti kikir. Saluran makanan dibentuk oleh labium epipharynx dan hipopharnx. Pada musa penghisap darah, alat pemotong ialah gigi prostoma yang terbentuk khusus pada ujung labella daripada labium. Pada species bukan penghisap darah, lalat menghisap makanannya dalam bentuk cairan melalui labella. Lalat mempunyai pasangan sayap sejati yang berasal dari mesothorax dan “haltere” kecil sebagai gada yang dianggap homolog dengan sayap yang berasal dari metathorax pada insekta lain. Sayap sejati tipis, sebagai lanjutan tergit yang seperti membran, ditunjang oleh saluran trachea yang longitudinal dan terdiri dari chitin atau disebut pula vena yang berasal dan berjalan radier dari pangkal sayap yang disambung pada bagian tertentu oleh vena melintang. Vena ini mungkin tembus cahaya atau diliputi duri, sisik atau rambut yang memberi rupa mengkilat atau yang berbintik-bintik. Bagian diantara vena-vena disebut sel. Jumlah dan letak vena dan sel yang dilingkarinyadan distribusi rambut serta sisik sangat penting dalam menentukan genus dan species.
E.
Spesies spesies Lalat 1. Genus Musca Genus musca adalah spesies yang sering terdapat di sekitar rumah dan di dalam rumah,. Adapun tanda-tanda dari lalat rumah (Musca domestica) tubuh berwarna coklat dan kehitam-hitaman, pada thorax terdapat 4 garis hitam dan 1 garis hitam medial pada abdomen punggung, vein ke empat dari sayap berbentuk sudut, antena mempunyai 3 segmen, mata terpisah, methamorphosenya sempurna serta tubuh lalat jantan lebih kecil dari tubuh lalat betina. Lalat rumah, Musca domestica, hidup disekitar tempat kediaman manusia di seluruh dunia. Jenis lalat ini yang paling banyak diantara jenis-jenis lalat rumah. Karena fungsinya sebagai vektor tranmisi mekanis dari berbagai bibit penyakit disertai jumlahnya yang banyak dan hubungannya yang erat dengan lingkungan hidup manusia, maka jenis lalat Musca domestica ini merupakan jenis lalat yang terpenting ditinjau dari sudut kesehatan manusia. Lalat rumah, musca domestica, menempati tempat kediaman manusia di seluruh dunia. Telur diletakkan dalam kelompok kira-kira sebanyak 100 butir dalam pupuk atau sampah. Seluruh lingkaran hidup berlangsung 10 sampai 14 hari dan lalat deawasa hidup kira-kira satu bulan. Larvanya kadang menyebabkan myiasis usus dan saluran kencing dan saluran kelamin. Lalat adalah vector mekanis bakteri pathogen, protozoa dan telur serta larva cacing, khususnya yang menyebabkan penyakit usus. Luasnya penularan penyakit oleh lalat di alam sukar ditentukan. Morfologi Musca domestica adalah lalat yang bersifat kosmopolitan dan selalu ditemui dalam setiap aktivitas manusia, khususnya di dalam rumah. Karena itulah lalat ini secara umum dikenal sebagai lalat rumah (house fly). Sesuai dengan namanya lalat ini lebih aktif pada tempat yang terlindung cahaya. Lalat jenis ini banyak ditemukan di peternakan ayam, kandang kuda, sampah, feses hewan dan peternakan lainnya (Borror et al. 1992). Musca domestica atau lalat rumah adalah serangga berukuran sedang dengan panjang tubuh 6-7 mm (West 1951). Menurut Soulsby (1974), ukuran tubuh lalat jantan yaitu 5,6-6,5 mm, sedangkan lalat betina berukuran 6,5-7,5 mm. Secara umum lalat rumah dibagi atas tiga bagian yaitu kepala, dada (toraks) dan perut (abdomen). M. domestica mempunyai kepala yang besar dan berwarna hitam kecoklatan. Kepala dilengkapi dengan sepasang mata besar dan menonjol, sepasang sungut terletak di depan mata dan tiap sungut terdiri atas ruas dasar berbentuk gada dengan sehelai rambut yang bercabang-cabang tumbuh di atasnya (Kadarsan et al. 1983 ). Bagian mulut terdapat probosis. Di bagian posterior dari probosis terdapat labella yang akan melebar saat lalat makan. Labella inilah yang berfungsi untuk menghisap dan mengabsorbsi cairan atau makanan yang bersifat cair. Bahan makanan yang keras terlebih dahulu dibasahi dengan sekresi air liur lalat (Service 1996).
Antena seekor lalat rumah (Musca domestica) terdiri atas tiga ruas. Ruas pertama yaitu ruas dasar disebut batang dasar (scape) , ruas kedua adalah tungkai pedikal (pedikel) dan sisanya adalah ruas ketiga yaitu flagellum. Antena merupakan alat sensorik yang penting untuk mendeteksi keberadaan udara dan bau-bauan (Axtell 1986). Untuk membedakan jenis kelamin lalat ini bisa diamati dari matanya, lalat jantan memiliki mata holoptic (kedua perangkat mata majemuk berdekatan) dibandingkan dengan lalat betina dengan mata dichoptic (kedua perangkat mata majemuk berjauhan). Toraks pada lalat rumah berwarna kuning kehijauan sampai hijau gelap.Pada sisi dorsalnya terlihat 4 garis longitudinal berwarna gelap yang berjalan hingga perbatasan skutum (Soulsby 1974). Daerah toraks terbagi atas tiga ruas yaitu protoraks, mesotoraks, dan metatoraks. Pada tiap ruas terdapat sepasang kaki, sedangkan pasangan sayap terdapat pada bagian mesotoraks. Sayap pada lalat rumah sangat transparan dan mengandung bebera pa buah vena. Tiga pasang kaki yang dimiliki mempunyai bagian-bagian pokok yang sama yaitu koksa, trokhanter, femur, tibia, tasus dan pretarsus. Pada pretarsus terdapat kuku dan struktur bantalan. Struktur bantalan terdiri atas arolium (bantalan diantara kuku) dan pulvili (bantalan di dasar kuku) (Partosoedjono 1992). Pulvili ditumbuhi bulubulu halus yang bisa mengeluarkan cairan lengket (West 1951). Abdomen pada lalat rumah berwarna kekuningan. Pada bagian tengahnya terdapat garis berwarna hitam memanjang sampai ruas keempat (Soulsby 1974).Ruas pertama abdomen tidak berkembang dengan baik, sedangkan ruas lainnya, yaitu ruas kedua, ketiga dan keempat berkembang. Lalat betina dilengkapi ovipositor yaitu suatu organ yang berguna untuk meletakkan telur pada tempat yang sesuai. Siklus Hidup Lalat rumah (Musca domestica) mengalami metamorfosis sempurna, diawali dengan tahap telur, larva, pupa dan dewasa. Untuk bertelur, lalat memilih tempat-tempat yang lembab dan banyak mengandung zat organik seperti sampah dan bahan busuk lainnya (Kadarsan 1983).
Telur berbentuk oval menyerupai pisang berwarna putih sampai krem, berukuran panjang 1 mm dan lebar 0,26 mm. Kedua ujung-ujungnya tumpul dan bulat, ujung anterior lebih lonjong (West 1951). Telur menetas kurang dari 24 jam setelah diletakkan, tergantung pada keadaan cuaca. Pada suhu 15-20 oC, periode menetas telur berkisar 24 jam. Sedangkan pada suhu 25-35 oC hanya 812 jam.
Musca domestica bertelur secara berkelompok pada bahan organik yang basah tetapi tidak cair (Chong dan Zairi 1995 dalam Permatasari 2002). Setiap kelompoknya mengandung 100-150 butir telur. Dalam waktu sekitar 10-20 jam telur menetas menjadi larva (Kadarsan 1983).
telur
larva Larva berukuran 6-12 X 1-2 mm, dan mempunyai 12 segmen (satu segmen kepala, 3 segmen thorak, dan 8 segmen abdomen). Larva berwarna putih dan berbentuk silindris dengan bagian posterior lebar dan tumpul, sedangkan di bagian anterior berbentuk runcing. Kulit pembungkus larva terbentuk dari selaput luar (kutikula) dan lapis dalam yaitu epitelium. Larva tidak mempunyai mata atau anggota badan walaupun mempunyai beberapa duri di bagian ventral yang berfungsi membantu pergerakan (Axtell 1986). Dalam perkembangan larva terdapat 3 bentuk instar. Instar I dan II lamanya 24 jam. Instar ketiga lamanya 3 hari atau lebih. Larva I dan II tembus cahaya dan larva III putih kekuningan. Larva tersebut mempunyai sepasang spirakel posterior yang bersklerosis yang berbentuk khusus dan dapat menjadi ciri identifikasi larva. Larva memakan bakteri, jamur dan bahan yang membusuk. Sebelum menjadi pupa, larva tersebut tidak makan dan migrasi ke tempat kering dan dingin (Chong dan Zairi 1995 dalam Permatasari 2002). Ketika pupa terbentuk, kulit larva akan mengkerut dan membentuk puparium yang silinder. Selanjutnya kutikula mulai mengeras. Stadium pupa berlangsung 4-5 hari pada suhu 30 oC. Pupa lebih suka hidup pada kelembaban rendah daripada larva (West 1951).
Lalat dewasa muncul dari puparium dengan membuka ujung bagian depan pupa, dengan cara memompa kantong yang berisi udara (ptilinium) yang berada di depan kepala pupa. Pada mulanya, lalat tersebut lunak, berwarna abu-abu dan sayapnya kuncup. Selama lalat beristirahat sayapnya direntangkan kemudian kutikula mengeras dan menjadi gelap. Lalat muda mulai aktif dan mencari makan setelah sayapnya direntangkan yaitu 2-24 jam setelah keluar dari pupa (Chong dan Zairi 1995 dalam Permatasari 2002).
lalat dewasa Perilaku Lalat Rumah (Musca domestica) Aktivitas lalat dewasa lebih banyak dilakukan pagi dan siang hari yaitu mulai pukul 06.00-12.00 dengan aktivitas puncaknya pukul 09.00-11.00. Aktifitas lalat terutama adalah mencari makanan untuk kelangsungan hidupnya dan berkembangbiak. Lalat mencari makanan biasanya di sampah-sampah organik yang mulai membusuk, feses, bahkan makanan manusia. Kebiasaan lalat untuk bolak-balik antara feses dan makanan manusia serta mencari makanan di tempat yang kotor menyebabkan lalat ini berbahaya bagi kesehatan. Lalat jantan melakukan perkawinan segera setelah kemunculannya dari pupa sedangkan lalat betina memberikan respon paling cepat tiga hari setelah kemunculannya (Kettle 1984). Pola kopulasi lalat rumah didahului oleh proses pendekatan yang dilakukan oleh lalat jantan pada saat terbang. Bila lalat betina siap ma ka kopulasi dilakukan di darat, dengan posisi jantan berada diatas betina dengan arah yang sama (West 1951). Pola percumbuan lalat jantan yaitu mula -mula lalat jantan melakukan pendekatan kemudian hinggap di punggung betina. Pada saat hinggap sayapnya mengembang keluar dan kaki terangkat. Maksudnya untuk mencegah betina menolak percumbuan (Tobin dan Stofafalano 1973 dalam Permatasari 2002).
Lingkaran hidup Metamorphosis sempurna: telur-larva-pupa-dewasa Lalat setelah kawin, jenis yg betina bertelur Telur diletakkan dlm kelompok didlm habitatnya (sampah yg lembab),
warnanya putih kekuningan, bentuk seperti pisang, panjang 1-1,2 mm Dlm waktu 6-12 jam akan menetas menjadi larva
Semasa hidupnya lalat betina mampu bertelur: 5-6 kali Telur lalat mempunyai sifat: o Tidak tahan terhadap kekeringan o Tidak tahan pada suhu rendah (<150 C) o Tidak tahan pada suhu tinggi ( > 400 C)
Sifat / morfologi stadium larva / maggot
Bentuknya silindris Badannya bersegmen yg ta 11 segmen Bag anterior tdp kepala yg ukurannya <, dan tdp mulut Bag post tdp spirakel yg bentuknya menyerupai huruf D, mempunyai dinding tebal disebut peritreme Makanan berupa cairan & zat organik yg membusuk Mempunyai 3 stadium larva, larva stad. III panjangnya 14mm, dlm kondisi yg cocok 3-5 hari kemudian berubah menjadi pupa, tetapi pd suhu rendah setelah 24 hari berkembang menjadi pupa pd waktu magot akan berubah menjadi pupa bergerak ketempat yg kering, kulit larva mengkerut & mengeras berubah warna menghitam, ukurannya < pendek (6mm) 5-6 hari kemudian berubah menjadi dewasa Perkembangan dari pupa ke dewasa dipengaruhi suhu, makin rendah suhu perkembangannya makin lambat, tetapi pd suhu 450C, telur, larva maupun pupa akan mati Lalat dewasa selalu menghindarkan diri dari sinar matahari langsung & selalu bersembunyi disekitar habitatnya Lalat dewasa mampu terbang pd jarak 1-5 km
2. Sandfly (Lalat Pasir) Lalat pasir ialah vektor penyakit leishmaniasis, demam papataci dan bartonellosisi. Leishmania donovani, penyebab Kala azar; L. tropica, penyebab oriental sore; dan L. braziliensis, penyebab leishmaniasis Amerika, ditularkan oleh Phlebotomus. Demam papataci atau demam phlebotomus, penyakit yang disebabkan oleh virus banyak terdapat di daerah Mediterania dan Asia Selatan, terutama ditularkan oleh P. papatsii, yang menjadi infektif setelah masa perkembangan virus selama 7-10 hari. Bartonellosis juga terdapat di Amerika Selatan bagian Barat Laut sebagai demam akut penyakit Carrion dan sebagai keadaan kronis berupa granulema verrucosa. Basil penyebab adalah Bartonella bacilliformis, ditularkan oleh lalat pasir yang hidup di daerah pegunungan Andes. Anggota dari genus Phlebotomus,
disebut lalat pasir (sandflies), lalat pasir yang bongkok (humpbacked sandflies), “owl midges” dan “ moth flies”.
Penyebaran. Kosmopolit di daerah tropik dan subtropik. Morfologi. Lalat pasir yang langsing, bongkok, berwarna kekuning-kuningan atau kuning tua mempunyai ciri khas yaitu ukuran kecil (3mm), badan dan sayap sangat berbulu, posisi sayap pada keadaan istirahat berdiri tegak menyerupai huruf “V”. Sayap berbulu yang lonjong, tanpa sisik dan vena longitudial kedua bercabang dekat pertengahannya dengan percabangan kedua di dekat cabang anterior sebelum mencapai pinggir. Antena yang beruas 16 adalah panjang dan berbulu. Bagian mulut mempunyai alat berupa pisau untuk memotong. Kebiasaan. Banyak species mengambil makanan dari mamalia, hanya beberapa dari reptilia. Pada umumnya yang betina mengisap darah tetapi pada beberapa species yang jantan mempunyai alat penusuk. Kebanyakan species mengisap pada malam hari, terutama pada malam yaang panas dan lembab. Pada siang hari, lalat istirahat dalam celahcelah dalam batu, beton, dalam bangunan dari tanah, atau dalam terowongan binatang pengerat. Jangka terbang lalat ini terbatas hanya sampai kurang dari 1 mil dari tempat perindukannya. Lalat memasuki rumah dalam serangkaian terbang pendek secara berulang dan beristirahat pada dinding sebelum menggigit orang. Lingkaran hidup. Dalam waktu 30-36 jam sesudah menghisap darah lalat betina meletakan 30-50 butir telur panjang-panjang dalam celah-celah gelap, lembab, dekat sampah yang mengandung nitrogen. Setelah 6-12 hari telur berkembang menjadi larva yang menjadi ulat, bergerak lambat, beruas-ruas, mempunyai rambut, ekor dan makan daun-daunan mati dan sampah yang mengandug nitrogen. Larva mengalami 4 kali pergantian kulit dalam waktu 25-35 hari sebelum menjadi pupa yang berwarna kuning tua dengan kepala berbentuk segitiga dan abdomen yang melengkung. Lalat dewasa yang keluar dari pupa dalam waktu 6-12 hari mempunyai jangka hidup kira-kira 14 hari. Waktu seluruhya dari telur sampai dewasa berlangsung 5-9 minggu. Patogenitas Gigitan lalat menyebabkan papula warna merahmuda, dikelilingi oleh daerah eritem dengan diameter 10-20 mm. Timbul rasanyeri yang menusuk dan gatal menetap untuk beberapa
waktu. Pada orang yang sensitif reaksi lokal dapat
lebihhebat dan dapat disertai nausea, demam dan malaise.
Vektor penyakit Lalat pasir ialah vektor penyakit leishmaniasis, demam pappataci dan bartonellosis. Lishmania donofani, penyebab Kala-azar, L. Tropica, penyebab oriental sore, dan L. Braziliensis, penyebab Leishmaniasis Amerika, ditularkan oleh Phlebotomus. Demam pappatasi atau demam Phebotomus, penyakit yang disebabkan virus banyak terdapat di daerah mediterania dan Asia Selatan, terutama ditularkan oleh P. Papatasii, yang menjadi infektif setelah masa perkembangan virus selama 7-10 hari. Bartonellosis terdapat di Amerika selatan bagian Barat laut sebagai demam akut penyakit Carrion dan sebagai keadaan kronis berupa granuloma verrucosa. Basil penyebabnya, Bartonella bacilliformis, ditularkan oleh lalat pasir dari Andes. 3. Tsetse Flies (Lalat Tsetse) Lalat tsetse adalah vektor penting penyakit trypanosomiasis pada manusia dan hewan peliharaan. Paling sedikit ada tujuh species sebagai vektor infeksi trypanosoma pada hewan peliharaan, species Trypanosoma rhodesiense yang menjadi penyebab trypanosomiasis, adalah Glossina morsitans, G. swynnertoni, dan G. Pallidipes. Vektor utama .pada Penyakit Tidur (Sleeping Sickness) di Gambia adalah species G. palpalis fuscipes dan pada daerah - daerah tertentu adalah species G. tachhinoides. Klasifikasi ilmiah lalat Tsetse yaitu : Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Upafilum : Hexapoda Kelas : Insecta Upakelas : Pterygota Infrakelas : Neoptera Superordo : Endopterygota Ordo : Diptera Upaordo : Brachycera Upaseksi : Caliptratae Superfamili : Hippoboccoidea Famili : Glossinidae Genus : Glossina Spesies : Glossina morsitans, G.fusca, G.palpalis.
Kedalam genus glossina termasuk kira-kira 20 species atau lebih lalat tsse tse dari Afrika, beberapa diantaranya adalah hospes perantara Tripanosoma manusia dan binatang. Penyebaran Daerah katulistiwa Afrika dari lintang utara 18” sampai lintang selatan 31”. G. thacinoides juga ditemukan di Arabia bagian selatan. Morfologi Lalat yang berwarna kuning, tengguli atau hitam dengan ukuran 6-13 mm, dapat dibedakan berdasarkan: 1. Sikap sayap waktu istirahat yang saling menutupi seperti gunting, 2. Proboscis yang horizontal, langsing dengan pangkalnya yang membulat, 3. Duri-duri lengkung yang bercabang pada arista antenna yang terdiri dari 3 ruas dan, 4. Venasi nyata pada sayap yang tengguli muda G. palpalis adalah lalat yang berwarna tenggulli kehitam-hitaman dengan gambar pucat pada bagian lateral abdomen. G. morsitants, lalat berwarna kelabu, dengan garis lebar transversal pada abdomen ruas keetiga sampai keenam yana berwarna kunig jingga. Bagian mulut dari tipe labium-tusuk dengan seluruh robocis masuk kedalam luka. Kebiasaan Berbagai species mempunyai tempat hidup yang luas, tiap species masing-masing memiliki iklim, tumbuh-tumbuhan dan hewan tapi semua memerlukan musim panas dan kelembaban. Ada dua golongan umum: 1. Species golongan sungai seperti G. palpalis yang mendatangi daerah panas lembab di pinggir selokan, sungai dan danau, di Afrika barat dan tengah. 2. Species golongan semak seperti G. morsitans yang ditemukan di daerah semak dan berpohon yang menyediakan cukup tempat teduh, di Afrika timur. “Fly belt” adalah daerah dengan batas tidak teratur dan bermacam dimensi dikelilingi oleh daerah yang praktis bebas lalat. Untuk species golongan semak, puncak bukt yang tidak berpohon, dan belukar dilembah atau sepanjang lereng bukit adalah tempat hidup yang baik tetapi masing-masing species berlainan kesukaanya. Jangka hidup lalat jantan separuh dari yang betina, untuk G. palpalis kira-kira 13 minggu (dalam laboratorium). Keduanya, yang jantan dan yang betina menggiggit binatang atau manusia pada siang hari. Indra penglihatan dan untuk sebagian kecil
indra pencium adalah factor-faktor umum untuk mengarahkan lalat kepada hospesnya. G. palpalis tertarik oleh kain berwaarna hitam dan biru, terutama bila berkibar-kibar oleh angin. Jangka terbang yang efektif adalah pendek; munngkin kurang dari setengah mil untuk G. morsitans, tetapi G. palpalis mampu untuk melewati penghalanng lebih dari 3 mil. Lingkaran hidup Tempat perindukan species golongan sungai ialah pantai pasir dan tanah gembur dekat air Species golongan semak memilih tanah gembur dekat pohon tumbang atau dahan yang tergantung rendah Yang betina melahirkan seekor larva stadium 3 yang besar, stadium lanjut dalam waktu kira-kira 10 hari seekor. G. palpalis menghasilkan 9 ekor larva. Larva berwarna kuning, berbenjol, hampir sepanjang abdomen lalat dewasa, mempunyai sepasang tonjolan berwarna gelap yaitu bibir bengkak pada ruas terakhir. Larva masuk kedalam tanah sampai sedalam 2 inci dan langsung menjadi pupa. Lalat dewasa keluar kira-kira dalam 5 minggu. Patogenitas Gigitan lalat hanya kecil akibatnya orang mungkin jadi rentan dengan air liurnya. Vector penyakit
Lalat tsetse adalah vector penting untuk trypanosomiasis pada manusia dan
hewan
peliharaan.
Vector
Trypanosome
rhodesiense,
penyebab
trypanosomiasis adalah G.morsitans, dan G.swynnertoni, dan G.pallidipes. vector utama T.gambiense, penyakit tidur Gambia, adalah dari golongan sungai G.palpalis fuscipes dan di daerah-daerah tertentu G.tachinoides.
4. Blackflies (Lalat Hitam) Adalah vektor penyakit Oncheocerciasis Di Afrika adalah species Simulium damnosum dan S. neavei dan di Amerika adalah S. metallicum, S. ochraceum dan S. callidum. Species lain mungkin adalah vektor yang tidak penting dan menularkan onchocerciasis pada ternak dan penyakit protozoa pada burung.
Nama umum. Lalat hitam (black fly), lalat kerbau (bufallo gnat), “turkey gnat”, dan “kolumbtz fly”.
Penyebaran. Kosmopolit. Morfologi. Lalat hitam berkembangbiak dlam suungai dengan aliran cukup deras di daerah hutan pegunungan. Lalat tinggal berdekatan dengan atau berpindah sepanjang aliran air yang teduh. Jarak migrasi biasanya 2-3 mil, jarang melebihi 3 mil. Yang betina menggigit pada siang hari, terutama pagi hari menjelang malam di tempat-tempat terbuka pada pinggiran daerah tumbuh-tumbuhan lebat.lalat mungkin memasuki rumah gelap, dan menggigit manusia di sekitar bangunan. Pada musim tertentu lalat ini merupakan gangguan utama bagi nelayan. Lingkaran hidup Telur berbentuk segitiga diletakkan dalam kelompok 300-500 butir dan terlekat oleh sekret seperti gelatin dahan. Dalam waktu 3-5 hari larva yang berbentuk silindris, berwarna hijau kekuning-kuningan dengan bagian-bagian mulut yang berbulu dan insang anal seperti jari-jari keluar dan melekatkan diri dalam posisi tegak terhadap batu karang, tumbuh-tumbuhan air dan sampah lain. Di Afrika larva dan pupa S. neavei ditemukan pada permukaan ketam air tawar (potamon). Larva berganti kulit 7 kali dalam waktu 13 hari sebeum memintal kepompong dengan kantong etrbuka, di dalamnya pupa berwarna tengguli tua melekat dangan kait-kait posterior dan filamen panjang untuk bernafas. Bentuk dewasa keluar dalam waktu kira-kira 3 hari, yang betina hidup hanya beberapa minggu saja. Patogenitas Luka gigitan pada permulaan tidak nyeri, sering mengeluarkan darah terusmenerus. Kemudian timbul pembengkakan, gatal dan nyeri yang terus berlangsung untuk beberapa hari. Pada individu yang rentan, gigitan sedikit saja dapat menyebabkan peradangan setempat dan kelainan umum. Vektor penyakit Di Afrika S. damnosum dan S. neavei dan di Amerika S. metallicum, S. ochraceum dan S. callidum adalah vektor onchocerciasis. Species lain mungkin adalah vektor yang tidak penting dan species lain lagi menularkan onchocerciasis pada ternak dan penyakit protozoa pada burung.
5. Lalat rumah kecil (jenis Fannia)
Lalat rumah kecil ini menyerupai lalat rumah biasa, tetapi ukuran mereka jauh lebih kecil. Mereka membiak di kotoran manusia dan hewan dan juga dibagianbagian tumbuhan yang membusuk, misalnya di tumpukan rumput yang membusuk. Keterangan Gambar a. Tarsus b. Antena c. Torax d. Mata e. Sayap Lalat rumah berukuran sedang, panjangnya 6-7,5 mm, berwarna hitam keabuabuan dengan empat garis memanjang pada bagian punggung. Mata lalat betina mempunyai celah lebih lebar dibandingkan lalat jantan (lihat Gambar 1). Antenanya terdiri atas 3 ruas, ruas terakhir paling besar, berbentuk silinder dan memiliki bulu pada bagian atas dan bawah Bagian mulut atau probosis lalat seperti paruh yang menjulur digunakan untuk menusuk dan menghisap makanan berupa cairan atau sedikit lembek. Bagian ujung probosis terdiri atas sepasang labella berbentuk oval yang dilengkapi dengan saluran halus disebut pseudotrakhea tempat cairan makanan diserap. Sayapnya mempunyai empat garis (strep) yang melengkung ke arah kosta/rangka sayap mendekati garis ketiga. Garis (strep) pada sayap merupakan ciri pada lalat rumah dan merupakan pembeda dengan musca jenis lainnya. Pada ketiga pasang kaki lalat ini ujungnya mempunyai sepasang kuku dan sepasang. Bantalan disebut pulvilus yang berisi kelenjar rambut. Pulvilus tersebut memungkinkan lalat menempel atau mengambil kotoran pada permukaan halus kotoran ketika hinggap di sampah dan tempat kotor lainnya.
6. Lalat kandang yang menggigit (= biting stable fly) = stomaxys caleitrans Mereka menyerupai lalat rumah biasa, tetapi meraka mempunyai kebiasaan untuk menggigit. Tempat pembiakan hanya di tumbuhan-tumbuhan yang membusuk. Siklus hidupnya 21-25 hari. Jenis lalat ini tidak penting untuk transmisi penyakit manusia tetapi mereka bisa memindahkan penyakit-penyakit pada binatang. Lalat ini berkembang biak di tempat kotoran basah hewan piaraan, orangutan, unggas atau buah-buahan yang sedang membusuk. Lalat ini lebih menyukai keadaan lebih
sejuk dan lebih lembab. Lalat ini menghabiskan waktunya lebih banyak di dalam hunian manusia. Lalat ini tidak pernah melimpah populasinya di daerah tropika. Nama umum: Lalat kandang (stable fly, stinging fly, storm fly) Lalat kandang yang kosmopolit S. calcitrans, adalah wakil daari genus stomoxys yang khas, yang mencakup 10 species yang sejenis atau lebih. Lalat ini pengganggu manusia dan hewan serta merupakan vektor mekanis bagi penyakit hewan. Morfologi Lalat yang berbentuk lonjong, berwarna agak kelabu, menyerupai lalat rumah tetapi sedikit lebih besar. Ia dapat dibedakan oleh proboscisnya yang berbentuk bayonet, wujudnya yang kuat, berwarna gelap, thorax dengan 4 garis longitudinal, da abdomen yang bergaris-garis lebar. Labium yang pada lalat lain membentuk selubung untuk bagan mulut sendiri merupakan alat penusuk. Lingkaran hidup Lalat biasanya mendatangi kandangdan halaman petani, tertarik oleh hewan dan tumbuh-tumbuhan yang membusuk. Keduanya yang jantan dan betina, menyerang hewan peliharaan dan manusia waktu siang hari. Lalat memasuki rumah selama atau setelah hujan lebat. Jangka hidup stadium dewasa kira-kira 17 hari. Yang betina meletakan telur sampai 275 butir selama hidupnya, dalam kelompok 20-50 butir, pada tumbuh-tumbuhan yang membusuk yang lembab di halaman gudang, tanah yang berawa atau pada tepi sungai. Telur yang panjang berwarna putih susu, bentuknya seperti pisang berkembang dalam 1-3 hari menjadi larva tanpa kaki. Larva ini berwarna putih susu dan tembus cahaya, dalam waktu 1-3 minggu tumbuh menjadi pupa. Dalam keadaan baik, lingkaran hidup diselesaikan dalam waktu 3-4 minggu. Patogenitas Luka pada permukaan menimbulkan nyeri pedas, dan diikuti oleh nyeri menusuk, tetapi setelah darah dikeluarkan, hanya tinggal sedikit perasaan tidak enak. Vektor penyakit Kebiasaan lalat kandang untuk meninggalkan seekor hewan untuk mengambil makanan dari hewan berikutnya, membuat lalat ini menjadi vektor mekanis yang ideal untuk suatu penyakit. S. calcitrans adalah vektor mekanis alami dari Trypanosoma evansi (surra) pada sapi dan kuda. Beberapa penyakit manusia secara eksperimen telah ditularkan oleh lalat kandang, misalnya penyakit tidur Afrika, “oriental sore” dan oliomyelitis.
7. Bottle flies dan Blow flies Jenis-jenis ini meletakkan telur-telur mereka pada daging. (Dalam hubungan ini mereka dikatakan mem ”bottle” atau ”blow” daging itu). Jenis-jenis ini mencakupi : - Black blowfly (jenis Phormia) - Green dan bonze bottle flies (jenis phaenicia dsb) - Blue bottle flies (jenis Cynomyopsis dan Calliphora) Jenis-jenis lalat ini lebih jarang masuk dalam rumah-rumah dan restoran-restoran daripada lalat rumah biasa, karena itu mereka dianggap tidak terlalu penting sebagai vektor penyakit manusia. Mereka biasanya membiak di bahan binatang yang membusuk, tetapi mereka juga bisa bertelur ditumbuhan-tumbuhan segar dan membusuk kalau tidak ada daging binatang. Siklus hidup jenis-jenis lalat ini sangat menyerupai siklus hidup lalat rumah biasa. Mereka juga dapat terbang jauh. Larva dari banyak jenis-jenis lalat ini menyebabkan myasis pada binatang dan manusia.
8. Lalat daging (Genus Sarcophaga) Jenis-jenis lalat ini termasuk dalam genus Sarcophaga, artinya pemakan daging. Ukuran mereka besar dan terdapat bintik merah pada ujung badan mereka. Larva dari banyak jenis-jenis lalat ini hidup dalam daging, tetapi pembiakan bisa juga terjadi dalam kotoran binatang. Beberapa jenis tidak bertelur tetapi mengeluarkan larva. Mereka jarang masuk dalam rumah-rumah dan restoran-restoran dan karena itu mereka tidak penting sebagai vektor mekanis penyakit manusia. Tetapi mereka bisa menyebabkan myiasis pada manusia. Lalat ini berwarna abu-abu tua, berukuran sedang sampai besar, kira-kira 6-14 mm, lalat ini bersifat viviparus dan mengeluarkan larva hidup pada tempat perkembangbiakannya seperti daging, bangkai, kotoran dan sayur-sayuran yang sedang membusuk. Siklus hidup lalat ini berlangsung 2-4 hari,umumnya ditemukan di pasar dan warung terbuka, pada daging, sampah dan kotoran tetapi jarang memasuki rumah (Nurmaini, 2001).
9. Genus Chrysops, “Deer fly” Nama umum : species Chrysopsdikenal sebagai Deer fly, lalat tabanid lain sebagai lalat kuda (horsefly), mangrov fly, breeze fly, greenheaded fly, clegs dan seroots. Penyebaran Chrysopstersebar kosmopolit, tetapi lebih banyak ditemukan di Amerika. Morfologi Lalat tabanid dapat dikenal karena tubuhnya ynag kuat dan warnanya yang mengkilat. Lalt Chrysopsialah tabanid kecil dengangambaran yang nyata, antena langsing, mata berwarna terang, abdomen bergaris kuning dengan garis-garis gelap dan sayap terang dengan satu pita gelap sepanjang pinggir anterior dan pita melintang yang lebar setinggi “discal”. Betina penghisap arah mempunyai epipharynx jarum, mandibula seperti pisau dan maxilla yang begerigi. Kebiasaan Lalt Chrysops ditemukan dalam hutan yang teduh. Di Afrika tepat hidupnya adalah hutan dan lapangan rumput savana dan species yang hidup dalam hutan lebat mungkin berasal dari sumber tadi. Betina penghisap darah menyerang manusia terutama pada pagi dan sore hari menjelang malam. Pegurangan pada tengah hari ini mungkin berhubungan dengan intensitas cahaya, karena setinggi tanah dan setinggi tenda tidak jelas ada kegiatan seperti tersebut di atas. Lingkaran hidup Yang betina meletakkan 200-800 butir telur yang berbentuk kumparan panjang, dalm kelompok yang menempel pada tumbuh-tumbuhan air, rumput atau batu karnag di atas air. Larva yang bersifat pemakan daging yang menetas dalam 4-5 hari, melewati 6 pergantian kulit alam lumpur dan air sebelum menjadi pupa di atas tanah kering. Yang dewasa keluar dari pupa dalam 10-18 hari. Lingkaran hidup dapat diselesaikan di daerah tropik dalam waktu 4 bulan atau lebih tetapi di daerah dingin dapat diperpanjang sampai 2 tahun. Patogenitas Lalat biasanya membuat beberapa tusukan dengan bagian mulut yang tajam sebelum ia mulai menghisap darah kira-kira 30 mm3dari tempat perdarahan tadi. Luka tusuk yang buruk itu tidak segera nyeri. Dalam beberapa jam timbul iritasi hebat dan serring terjadi pembengkakan yang daat berlangsung berhari-hari. Vektor penyakit Lalat Chrysops dihubungkan dengan penularan parasit Filaria Loa loa dan Pasteurella tularensis, penyebab tularemia. C. Discalis menularkan tularemia kepada manusia
maupun hewan. Vektor siklik utama loaiasis pada manusia adalah C. Silacea yang b esar jumlahnya dan C. demideata, keduanya mempunyai hubunga erat dengan manusia.