MAKALAH KOMUNITAS 2 KONSEP KEPERAWATAN PADA KOMUNITAS KELOMPOK ANAK USIA SEKOLAH
Fasilitator : Makhfudli , S.Kep., Ns., M.Ked.Trop . Disusun oleh : Kelompok Kelompok 3 (Kelas B)
1. Viky Rohmantisa P
131211131006 131211131006
2. Firda Isnantri
131211131022 131211131022
3. Wahyu Hanung P
131211131100 131211131100
4. Mirna lidyana
131211132009 131211132009
5. Ria Fitriani
131211132026 131211132026
6. Nurul Istiqomah
131211133002 131211133002
7. Elfrida Kusuma P
131211133018 131211133018
8. Dimas Hadi Prayoga
131211133004 131211133004
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2014
DAFTAR ISI
.................................................................. ............................................. ........................... ..... i Halaman Judul ........................................... Daftar Isi .......................................... ................................................................. ............................................. ...................................... ................ ii BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ............................................ .................................................................. ................................... ............. 1 1.2 Tujuan ......................................... ............................................................... ............................................. ............................ ..... 2 1.3 Manfaat ............................................ .................................................................. ............................................ ........................ .. 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Anak Usia Sekolah .......................................................... .......................................................... 3 2.2 Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah..................................... Sekolah..................................... 3 2.3 Tugas Orang Tua dalam Perkembangan Anak Usia Sekolah ........ 6 2.4 Tipologi Gaya Ga ya Asuh Orang Tua .................................................. .................................................... .. 7 2.5 Dampak Gaya Asuh Orang Tua terhadap Perkembangan Kompetensi Sosial Anak ............................................. .................................................................... ....................................... ................ 9 2.6 Cara Mencapai Tugas Perkembangan Anak.................................. .................................. 10 2.7 Masalah Kesehatan Anak Usia Sekolah di Indonesia ................... 13 2.8 Upaya Peningkatan Kesehatan Anak Usia Sekolah di Indonesia .. 17 2.9 Peran Perawat Upaya Peningkatan Kesehatan Anak Usia Sekolah………………………..…………………………………...22 2.10 Masalah Kesehatan Anak Usia Sekolah di Luar Negeri………...23 2.11 Upaya Peningkatan Kesehatan Anak Usia Sekolah di Luar Negeri23 2.12 Fungsi Perawat…………………………………………………..27 BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
3.1 Asuhan Keperawatan pada Kelompok Anak Usia Sekolah .......... 28 3.2 Asuhan Keperawatan Kasus ................................................. .......................................................... ......... 38 BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan .......................................... ................................................................ .......................................... .................... 46 4.2 Saran ............................................ ................................................................... ............................................. ........................... ..... 46 Daftar Pustaka ............................................ ................................................................... ............................................. ........................... ..... 47
BAB I PENDAHULUAN 1.1
LATAR BELAKANG
Anak merupakan bagian atau anggota keluarga, sering dikatakan sebagai potret atau gambar dari orang tuanya saat masih kecil. Namun tidaklah demikian, karena anak merupakan individu tersendiri yang tumbuh dan berkembang secara unik dan tidak dapat diulang setelah usianya bertambah. Menurut UU No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, yang dimaksud anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin (menikah). Saat ini yang disebut anak bukan lagi yang berumur 21 tahun, tetapi berumur 18 tahun seperti yang ditulis Hurlock (1980), maka dewasa dini dimulai umur 18 tahun. Meskipun demikian, anak masih dikelompokkan lagi menjadi tiga sesuai dengan kelompok usia, yaitu ; usia 2-5 tahun disebut usia prasekolah, usia 6-12 tahun disebut usia sekolah, usia 13-18 tahun disebut usia remaja.
1.2
TUJUAN 1. Tujuan Umum Agar mahasiswa mampu memahami memahami tentang keperawatan keluarga anak usia sekolah
dan melaksanakan asuhan keperawatan pada keluarga
dengan anak usia sekolah.
2. Tujuan Khusus. a. Agar mahasiswa memahami definisi anak usia sekolah
b. Agar mahasiswa
memahami Tahap Perkembangan Anak Usia
Sekolah c. Agar
mahasiswa
memahami
Tugas
Orang
Tua
dalam
Perkembangan Anak Usia Sekolah d. Agar mahasiswa memahami Tipologi Gaya Asuh Orang Tua e. Agar mahasiswa
memahami Dampak Gaya Asuh Orang Tua
terhadap Perkembangan Kompetensi Sosial Anak f. Agar mahasiswa memahami Cara Mencapai Tugas Perkembangan Anak g. Agar mahasiswa
memahami Masalah Kesehatan Anak Usia
Sekolah di Indonesia h. Agar mahasiswa memahami Peran Perawat Upaya Peningkatan Kesehatan Anak Usia Sekolah i. Agar mahasiswa
memahami Masalah Kesehatan Anak Usia
Sekolah di Luar Negeri j. Agar mahasiswa memahami definisi anak usia sekolah Masalah Kesehatan Anak Usia Sekolah di Luar Negeri k. Agar mahasiswa memahami Peran Perawat Upaya Peningkatan Kesehatan Anak Usia Sekolah di Luar negri l. Agar mahasiswa
dapat melakukan Asuhan Keperawatan pada
Kelompok Anak Usia Sekolah
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Anak Usia Sekolah
Anak sekolah menurut definisi WHO (World Health Organization) yaitu golongan anak yang berusia antara 7-15 tahun, sedangkan di Indonesia lazimnya anak yang berusia 7-12 tahun. Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan
masa
anak
memperoleh
dasar-dasar
pengetahuan
untuk
keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu. Anak usia sekolah merupakan anak yang berumur 6-18 tahun (Soetjiningsih, 1995). Anak usia sekolah dengan cirinya masa pertumbuhan masih sangat cepat dan aktif belajar, sehingga kerja otak harus mendapat makanan yang bergizi dalam kuantitas dan kualitas yang tepat. Faktor yang mempengaruhi pola pertumbuhan secara umum yaitu: a. Keturunan b. Lingkungan c. Hormon d. Nutrisi atau asupan zat gizi yang bervariasi antar individu.
2.2 Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah
2.2.1 Pertumbuhan
1. Tinggi dan berat badan Pertumbuhan fisik anak pada usia SD cenderung lebih lambat dan konsisten bila dibandingkan dengan masa usia dini. Rata-rata anak usia SD mengalami penambahan berat badan sekitar 2,5 - 3,5 kg, dan penambahan tinggi badan 5 - 7 cm per tahun (F.A Hadis, 1996). 2. Proporsi dan bentuk tubuh Anak SD kelas-kelas awal umumnya memiliki proporsi tubuh yang kurang seimbang. Kekurangseimbangan ini sedikit demi sedikit mulai berkurang sampai terlihat perbedaannya ketika anak mencapai kelas 5 atau 6. Pada kelas akhir lazimnya proporsi tubuh anak sudah mendekati seimbang. 3. Otak Bila
dibandingkan
dengan
pertumbuhan
bagian
tubuh
lain,
pertumbuhan otak dan kepala jauh lebih cepat. Menurut Santrock dan Yussen, sebagian besar pertumbuhan otak terjadi pada usia dini. Menjelang umur lima tahun, ukuran otak anak mencapai 90% dari ukuran otak dewasa. Kematangan otak yang dikombinasikan dengan pengalaman berinteraksi dengan lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak.
2.2.2 Perkembangan
1. Perkembangan biologis Pada usia sekolah pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan, pada anak laki-laki lebih tinggi dan kurus, pada anak
perempuan
lebih
pendek
dan
gemuk.
Pada
usia
ini
pembentukan lemak lebih cepat daripada otot. 2. Perkembangan psikososial Pada masa ini anak-anak selalu melakukan aktivitas bersama atau kelompok.
Menurut Freud perkembangan psikososial pada anak usia sekolah digolongkan dalam fase laten, yaitu ketika anak berada dalam fase oidipus. 3. Perkembangan kognitif Menurut Pieget anak berada dalam tahap operasional konkret, yaitu anak mengekspresikan apa yang dilakukan dengan verbal dan simbol kemampuan anak yang dimiliki pada tahap operasional konkret, yaitu: a. Konservasi: menyukai sesuatu yang dapat dipelajari secara konkret bukan magis b. Klasifikasi: mulai belajar mengelompokkan, menyusun dan mengurutkan c. Kombinasi: mulai mencoba belajar dengan angka dan huruf sesuai dengan keinginan yang dihubungkan dengan pengalaman yang sebelumnya. 4. Perkembangan spiritual Pada usia anak-anak mulai tertarik terhadap surga dan neraka, sehingga mereka mematuhi semua peraturan karena takut masuk neraka. 5. Perkembangan bahasa Kosa kata anak bertambah, kealahan pengucapan mulai berkurang karena
bertambahnya
pengalaman
dan
telah
mendengarkan
penguapan yang benar. Pembicaraan yang dilakukan dalam tahap ini lebih
terkendali
dan
terseleksi
karena
anak
menggunakan
pembicaraan sebagai alat komunikasi. 6. Perkembangan seksual Pada masa ini anak mulai menyesuaikan penampilan, pakaian, dan gerak-geriknya sesuai dengan peran seksnya. 7. Perkembangan konsep diri Dipengaruhi oleh hubungan dengan orangtua, saudara dan saudara lainnya. Dan anak membentuk konsep diri sehingga membentuk ego
ideal yang berfungsi sebagai standar perilaku umum yang di internalisasi. 2.3 Cara Mencapai Tugas Perkembangan Anak
Peroide usia antara 6-12 tahun merupakan masa peralihan dari prasekolah ke masa Sekolah Dasar (SD). Masa ini juga dikenal dengan masa peralihan dari kanak-kanak awal ke masa kanak-kanak akhir sampai menjelang masa pra-pubertas. Pada umumnya setelah mencapai usia 6 tahun perkembangan
jasmani
dan
rohani
anak
telah
semakin
sempurna.
Pertumbuhan fisik berkembang pesat dan kondisi kesehatannya pun semakin baik, artinya anak menjadi lebih tahan terhadap berbagai situasi yang dapat menyebabkan terganggunya kesehatan mereka. Dengan kita mengetahui tugas perkembangan anak sesuai dengan usianya maka sebagai orang tua dapat
memenuhi
kebutuhan
apa
yang
diperlukan
dalam
setiap
perkembangannya agar tidak terjadi penyimpangan perilaku. Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1980) tugas perkembangan masa kanak-kanak akhir dan anak sekolah (umur 6 -12 tahun) yaitu: 1. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan. 2. Belajar membentuk sikap positif, yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis (dapat merawat kebersihan dan kesehatan diri). 3. Belajar bergaul dengan teman sebayanya. 4. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya. 5. Belajar ketrampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung. 6. Belajar mengembangkan konsep (agama, ilmu pengetahuan, adat istiadat) sehari-hari. 7. Belajar mengembangkan kata hati (pemahaman tentang benar-salah, baik buruk). 8. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi (bersikap mandiri). 9. Belajar mengembangkan sikap positif kehidupan sosial. 10. Mengenal dan mengamalkan ajaran agama sehari-hari.
Sedangkan menurut kajian Psikologi tugas perkembangan anak usia sekolah dasar meliputi:
a. Perkembangan Kognitif 1. Pengurutan, mampu untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. 2. Klasifikasi, mampu untuk memberi nama dan mengidentifikasi benda. 3. Decentering,
mempertimbangkan
beberapa
aspek
untuk
memecahkan masalah. 4. Reversibility, memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. 5. Konservasi, memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. 6. Penghilangan sifat Egosentrisme kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain b. Perkembangan Moral 1. Usia 6-9 tahun, menempati posisi apa untungnya buat saya, perilaku yang benar didefinisikan dengan apa yang paling diminatinya. Penalaran tahap dua kurang menunjukkan perhatian pada kebutuhan orang lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap kebutuhannya sendiri.
semua tindakan dilakukan untuk
melayani kebutuhan diri sendiri saja. 2. Usia 9-12 tahun, seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran
sosial.
ketidaksetujuan merefleksikan
Individu dari
mau
menerima
orang-orang
persetujuan
lain
masyarakat
persetujuan
karena terhadap
hal
atau
tersebut
peran
yang
dimilikinya. Mereka mencoba menjadi seorang anak baik untuk memenuhi harapan tersebut, karena telah mengetahui ada gunanya melakukan hal tersebut. Penalaran tahap tiga menilai moralitas dari suatu tindakan dengan mengevaluasi konsekuensinya dalam bentuk hubungan interpersonal, yang mulai menyertakan hal seperti rasa hormat, rasa terimakasih, dan golden rule. c. Perkembangan Mental Emosional dan Social
1. Melalui interaksi sosial, anak-anak mulai mengembangkan rasa bangga dalam prestasi dan bangga pada kemampuan mereka. 2. Anak-anak yang didorong dan dipuji oleh orang tua dan guru mengembangkan
perasaan
kompetensi
dan
kepercayaan
keterampilan mereka. Mereka yang menerima sedikit atau tidak ada dorongan dari orangtua, guru, akan meragukan kemampuan mereka untuk menjadi sukses. 3. Mereka yang layak menerima dorongan dan penguatan melalui eksplorasi pribadi akan muncul dari tahap ini dengan perasaan yang kuat tentang diri dan rasa kemerdekaan dan kontrol. Mereka yang tetap yakin dengan keyakinan dan keinginan mereka akan tidak aman dan bingung tentang diri mereka sendiri dan masa depan. d. Perkembangan Psikomotor 1. Mampu melompat dan menari 2. Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan, dan badan 3. Dapat menghitung jari-jarinya 4. Mendengar dan mengulang hal-hal penting dan mampu bercerita 5. Mempunyai minat terhadap kata-kata baru beserta artinya 6. Memprotes bila dilarang apa yang menjadi keinginannya 7. Mampu membedakan besar dan kecil 8. Ketangkasan meningkat 9. Melompat tali 10. Bermain sepeda 11. Mengetahui kanan dan kiri 12. Mungkin bertindak menentang dan tidak sopan 13. Mampu menguraikan objek-objek dengan gambar Kegagalan mencapai tugas-tugas perkembangan ini akan melahirkan perilaku yang menyimpang (delinquency). Penyimpangan yang terjadi pada anak yang berusia sekolah dasar antara lain: 1. Suka membolos dari sekolah 2. Malas belajar 3. Keras kepala
2.4 Masalah-Masalah Kesehatan yang Timbul pada Kelompok Usia Sekolah 2.4.1 Menular
a. Cacingan Cacing merupakan parasit atau organisme yang hidup pada organisme lain. Cacing yang ada pada tubuh manusia akan merampas zat makanan dari tubuh yang dijasikan tempat tinggalnya. Jika terjadi pada anak-anak akan mengganggu pertumbuhan dan menurunkan daya tahan tubuh. Umumnya cacing masuk ke dalam tubuh manusia melalui tanah. Anak-anak yang masih belum mengerti tentang kebersihan diri, sering bermain di tempat-tempat yang kotor seperti di got atau bermain pasir, sehingga mudah diserang penyakit cacingan. Jenis cacing yang biasa menjadi parasit dalam tubuh manusia adalah cacing gelang, cacing kremi dan cacing tambang. Keluhan akibat cacingan antara lain perut kembung, mual, muntah, sakit perut, nafsu makan menurun, diare, dan gatal didubur terutama malam hari. b. Campak Penyakit campak adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus campak.Penularannya terjadi melalui udara ataupun kontak langsung dengan penderita.Virus campak menyebar lewat percikan ludah penderita.Virus cacar air bisa pindah ke tubuh orang sehat lewat bersentuhan langsung dengan cacarnya.Untuk itu maka penderita campak dan cacar air dilarang masuk sekolah. Gejala-gejalanya adalah demam, batuk, pilek dan timbul bercak merah di kulit 3-5 hari setelah anak menderita demam.Bercak mulamula timbul di pipi di bawahtelinga yang kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota tubuh lainnya.Komplikasi dari penyakit campak adalah pneumonia (radang paru-paru), infeksitelinga, neuritis (radang pada syaraf), artritis (radang sendi) dan ensefalitis
(radangotak) yang dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen. c. Mumps (Gondong) Penyakit gondong adalah penyakit menular yang di sebabkan oleh virus gondong.Penularannya terjadi melalui udara.Gejala-gejalanya adalah demam 3-5 hari,pembengkakan di daerah pipi yang berdekatan dengan telinga bagian bawah, rasakurang enak badan, nyeri kepala dan rasa sakit bila menelan atau mengeluarkanair liur.Komplikasi paling sering adalah radang otak dan radang buah pelir ataukandung telur (14-35%) yang dapat mengakibatkan kemandulan. d. Rubella Penyakit rubela atau campak jerman adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh
virus
rubela.Penularannya
adalah
melalui
udara.Gejala-gejala yang khasadalah demam, timbulnya bercak merah di kulit (hampir serupa dengan campak),pembesaran kelenjar getah bening di leher dan bagian belakang kepala.Komplikasi rubela adalah artritis (radang sendi) dan neuritis (radang syaraf). e. Cacar air Cacar air atau varisela memang merupakan penyakit anak-anak yang sudah ratusan tahun dikenal orang. Diawali dengan gejala melemahnya kondisi tubuh,pusing, demam yang kadang-kadang diiringi batuk, dalam waktu 24 jam timbulbintik-bintik yang berkembang menjadi lesi (mirip kulit yang terangkat karenaterbakar) dan terakhir menjadi benjolan-benjolan kecil berisi cairan. Virus penyebab penyakit cacar air ini berpindah dari satu orang ke orang lain melalui percikan ludah yang berasal dari batuk atau bersin penderita dan diterbangkan melalui udara atau kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi. Komplikasi yang langka tapi bisa terjadi berupa radang paru, radang otak, radang sumsum tulang, kegagalan hati, hepatitis serta sindrom Reye (kelainan pada otak sekaligus hati). 2.4.2 Tidak menular
a. Karies Gigi
Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang paling sering memengaruhi individu pada segala usia dan merupakan masalah oral utama yang terjadi pada anak-anak dan remaja. Usia yang paling rentan menderita karies gigi adalah usia 4-8 tahun untuk gigi primer dan 12-18 tahun untuk gigi sekunder atau permanen. Karies gigi merupakan penyakit yang multifaktor, hal ini melibatkan kerentanan gigi, mikroflora koriogenik, dan lingkungan oral yang sesuai. Jumlah anak yang tidak mendapatkan pengawasan gigi secara teratur sangat mengkhawatirkan, dan terdapat jumlah signifikan untuk anak yang mencapai usia dewasa tanpa mendapatkan pemeriksaan atau pengobatan oleh pelayanan kesehatan. b. Retardasi Mental Retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal. Anak tidak mampu belajar dan beradaptasi karena intelegensi rendah dan biasanya IQ di bawah 70. Anak dengan retardasi mental akan mengalami gangguan perilaku adaptasi sosial, yaitu dimana anaka mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitarnya, tingkah laku kekanak-kanakan tidak sesuai dengan umurnya. Retardasi mental memiliki kriteria sebagai berikut: 1. Fungsi intelektual umum di bawah normal 2. Terdapat kendala dalam perilaku adaptif 3. Gejalanya timbul dalam masa perkembangan, yaitu dibawah usia 18 tahun.
2.5 Masalah kesehatan anak di luar negeri
Parasetamol Menyebabkan Asma pada Anak. Bayi dan balita yang diberi obat penurun panas dan nyeri parasetamol memiliki kemungkinan besar terserang asma atau eksem ketika mereka menginjak usia sekolah dasar. Hal ini disimpulkan oleh suatu penelitian terbaru. "Akan tetapi para orang tua
tidak perlu cemas, dan jangan pula berhenti menggunakan parasetamol bila anak mereka demam, karena penelitian ini belum terlalu jelas menjelaskan apakah parasetamol saja yang menyebabkan asma dan eksem ini", kata seorang ahli pernafasan di Australia. Penelitian ini, yang dipublikasikan oleh The Lancet, menunjukkan bahwa
penggunaan parasetamol
pada
anak
umur satu
tahun dapat
meningkatkan risiko terkena penyakit alergi (asma/eksem) ketika anak tersebut menginjak umur 7 tahun. Kemungkinannya adalah 50%. "Anak yang lebih sering diberi parasetamol memiliki kemungkinan sebesar 3 kali lipat terkena asma dan reaksi alergi pada hidung (rhino conjunctivitis), serta kemungkinan terkena eksem sebesar 2 kali lipat", kata Prof. Richard Beasley, ketua tim peneliti pada Medical Research Institute di Selandia Baru. Penelitian ini melibatkan 200 ribu anak dari 31 negara, dan dianggap dapat menjelaskan misteri mengenai meningkatnya kasus asma pada anakanak di Australia dan Selandia Baru sepanjang masa 50 tahun terakhir ini. Namun Prof. Beasley mengatakan juga bahwa penelitian ini masih harus ditopang oleh penelitian sejenis yang lain, sehingga saat ini hasil penelitian tersebut belum dianggap cukup kuat untuk menghentikan pemakaian parasetamol. Hasil penelitian Prof. Beasley tersebut mendukung rekomendasi World Health Organization (WHO) baru-baru ini yang menyatakan agar parasetamol tidak digunakan secara rutin, namun hanya untuk kondisi demam yang benar benar tinggi. Dr. Raymond Mullins, seorang konsultan kesehatan dan presiden pada Australasian Society for Clinical Immunology and Allergy mengatakan bahwa penemuan ini adalah fenomena yang menarik yang berpotensi mengubah metode pengobatan demam. Akan tetapi peneliti lain, yaitu Dr. Adrian Lowe, menyatakan bahwa mungkin ada penjelasan lain mengenai penyebab asma ini. "Ada sejumlah infeksi yang dikaitkan juga dengan terjadinya asma pada anak-anak, jadi pada penelitian
demikian
adalah
sangat
sukar
untuk
menentukan
apakah
parasetamol ataukah juga infeksi tertentu yang menyebabkan kasus asma tersebut". 2.5.1 Upaya peningkatan kesehatan anak di LN
Wabah HIV/AIDS adalah bencana besar yang sangat cepat berdampak bagi anak-anak. Hampir 3 juta anak-anak telah terjangkiti virus HIV atau hidup dengan AIDS. Lebih dari 14 juta anak-anak berusia di bawah 15 tahun telah kehilangan salah satu atau kedua orang tua mereka akibat AIDS, dan sebagian besar dari mereka tinggal di benua Sub-Sahara Afrika. Pada tahun 2010, jumlah anak yatim akibat AIDS secara global diperkirakan lebih dari 25 juta anak. Namun angka ini hanya sebagian dari jumlah anak-anak yang kehidupannya telah berubah drastis akibat dampak HIV/AIDS terhadap keluarga mereka, masyarakat, sekolah, sistem layanan kesehatan dan kesejahteraan serta perekonomian nasional maupun lokal. Dengan tingkat penyebaran infeksi HIV yang semakin meningkat di beberapa kawasan di dunia ini, maka krisis bagi anak-anak ini diperkirakan akan terus berlangsung selama beberapa dekade, meskipun program pencegahan dan perawatan telah diperluas. Reaksi keluarga dan masyarakat terhadap nasib anak-anak ini adalah merasa kasihan dan sangat tabah. namun mereka berjuang di bawah tekanan. Hingga saat ini, beberapa sumber tengah berupaya menjangkau beberapa keluarga dan masyarakat yang berperan dalam memberikan respon di garis terdepan, dan hanya sedikit perhatian yang diberikan pada anak yatim dan anak-anak yang rentan di sebagian besar agenda pembangunan nasional. Di samping itu, para pendonor belum menetapkan program-program yang komprehensif terhadap persoalan ini. Respon terhadap krisis anak-anak yang terkena dampak HIV/AIDS ini secara jelas belum dianggap sebagai suatu prioritas global. Kerangka kerja ini, yang disusun sebagai hasil kerjasama antara beberapa praktisi pembinaan dan para perwakilan dari sejumlah jajaran
lembaga pemerintah, organisasi keagamaan dan LSM, lembaga akademis, sektor swasta dan masyarakat madani, memberi peluang yang unik untuk mencapai tindakan bersama. Tak ada satupun pemerintahan atau lembaga yang dapat merespon secara efektif ribuan masalah yang diciptakan oleh wabah ini. Namun dengan kerja sama dalam suatu cara yang kreatif dan terkoordinir dengan baik – dan dengan satu agenda yang sama – maka kita dapat mengambil satu langkah besar menuju arah yang benar. Kerangka kerja ini didasarkan pada beberapa pelajaran yang dipelajari selama bertahun-tahun. Kerangka kerja ini menempatkan keluarga dan masyarakat sebagai pondasi dari respon yang efektif dan luas. Anak-anak juga dapat menjadi agen perubahan yang penting, suatu peran yang dapat meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri mereka, oleh karena mereka menjadi mitra dalam upaya memerangi HIV/AIDS. Di samping itu, kerangka kerja ini mengusulkan agar intervensi-intervensi yang dihasilkannya dapat diarahkan pada semua anak-anak yang rentan dan masyarakat dimana mereka tinggal, dan diintegrasikan dengan program-program lain untuk meningkatkan kesejahteraan anak dan mengurangi kemiskinan. Penargetan anak-anak yang hidup dengan HIV atau AIDS maupun anak-anak yang menjadi yatim akibat penyakit ini hanya akan memperburuk stigma dan perlakuan diskriminatif terhadap mereka. Beberapa strategi utama dari kerangka kerja ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Meningkatkan kapasitas keluarga untuk melindungi dan merawat
anak yatim dan anak-anak yang rentan dengan memperpanjang hidup orang tuanya dan memberi bantuan ekonomi, psikologis serta bantuan-bantuan lainnya; 2. Memobilisasi dan mendukung respon yang berbasis masyarakat. 2.6 Pelayanan Kesehatan pada anak Usia Sekolah 2.6.1 Standart Pelayanan Kesehatan Minimal untuk Anak Usia Sekolah
1. Peningkatan kesehatan a. Memberikan keteladanan di sekolah, meliputi: - Warung sekolah yang memenuhi persyaratan. - Kebersihan lingkungan sekolah yang memenuhi persyaratan, diantaranya: pengelolaan sampah, saluran air, kebersihan jamban dan kamar mandi. - Tidak ada tempat pembiakan bintang penyebaran penyakit. b. Membina kebersihan perorangan peserta didik. c. membina peran serta peserta didik dalam pelayanan kesehatan, dalam bentuk kader kesehatan sekolah (dokter kecil). 2. Pencegahan a. Penjaringan kesehatan peserta didik kelas I. b. Pemeriksaan kesehatan periodic. c. Imunisasi ulangan kelas I dan VI. d. Pengawasan keadaan air 3. Penyembuhan dan pemulihan a. Pengobatan ringan dan perawatan/pertolongan b. Rujukan medic c. Penanganan kasus anemia gizi 4. Penatalaksanaan a. Pertemuan komunikasi terpadu antar kegiatan pokok puskesmas, dalam rangka: - Perencanaan program UKS - Pemantauan dan evaluasi - Pertemuan antara puskesmas dan sekolah b. Pembinaan teknis dan pengawasan ke sekolah c. Pencatatan dan pelaporan
2.6.2 Standar Lingkungan Kehidupan Sekolah yang Sehat
Lingkungan kehidupan sekolah yang sehat mencakup: 1. Lingkungan fisik
a Pengawasan terhadap sumber air bersih, sampah, air limbah, tempat pembuangan tinja, dan kebersihan lingkungan sekolah. b Pengawasan kantin sekolah c Pengawasan bangunan sekolah yang sehat d Pengawasan binatang serangga dan pengerat yang ada di lingkungan sekolah e Pengawasan terhadap pencemaran lingkungan tanah, air dan udara di sekitar sekolah 2. Lingkungan psikis a Memberikan perhatian terhadap perkembangan peserta didik. b Memberikan perhatian khusus terhadap anak-anak didik yang bermasalah. c Membina hubungan khusus terhadap anak-anak didik yang bermasalah 3. Lingkungan sosial a Membina hubungan yang harmonis antara guru dengan peserta didik. b Membina hubungan yang harmonis antara peserta didik dengan peserta didik. c Membina hubungan yang harmonis antara guru, murid dan karyawan sekolah, serta masyarakat. 2.6.3 Kegiatan utama pelayanan kesehatan di sekolah
Pelayanan kesehatan di sekolah dasar diutamakan pada upaya peningkatan penyembuhan
(promotif), dan
pencegahan
pemulihan
penyakit
(kuratif
dan
(preventif),
serta
rehabilitatif)
yang
dilaksanakan melalui kegiatan berikut. 1. Peningkatan kesehatan (promotif) dilaksanakan melalui kegiatan intrakulikuler dan penyuluhan serta latihan keterampilan oleh tenaga kesehatan di sekolah. Misalnya, kegiatan penyuluhan gizi, kesehatan pribadi, penyakit menular, cara menggosok gigi yang
benar, cara mengukur tinggi dan berat badan, serta memeriksa ketajaman penglihatan. 2. Tindakan pecegahan (preventif) dilaksanakan melalui kegiatan peningkatan daya tahan tubuh, pemutusan mata rantai penularan penyakit, dan penghentian proses penyakit pada tahap dini sebelum timbul penyakit. Misalnya, imunisasi yang dilakukan oleh petugas puskesmas, pemberantasan sarang nyamuk, pengobatan sederhana oleh dokter kecil, kegiatan penjaringan (skrining) kesehatan bagi siswa SD kelas satu dan pemeriksaan berkala setiap enam bulan bagi seluruh siswa. 3. Penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif) dilakukan melalui kegiatan pencegahan komplikasi dan kecacatan akibat proses penyakit atau untuk meningkatkan kemampuan peserta didik yang cedera tau cacat agar dapat berfungsi dengan normal lagi. Kegiatan dapat berupa pengobatan ringan dan pertolongan pertama di sekolah serta rujukan medis ke puskesmas untuk mengurangi derita sakit,
kasus
kecelakaan,
keracunan
atau
kondisi
lain
yang
membahayakan nyawa, dan kasus penyakit khusus. 2.6.3 Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat
Program pembinaan lingkungan sekolah sehat mencakup pembinaan lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, masyarakat sekitar, dan unsur-unsur penunjang. Program pembinaan lingkungan sekolah: 1. Lingkungan fisik sekolah 1) Penyediaan dan pemeliharaan tempat penampungan air bersih. 2) Pengadaan dan pemeliharaan tempat pembuangan sampah. 3) Pengadaan dan pemeliharaan air limbah. 4) Pemeliharaan kamar mandi,WC,kakus,urinoar. 5) Pemeliharaan kebersihan dan kerapian ruangan kelas, ruang perpustakaan, ruang lab, dan tempat ibadah.
6) Pemeliharaan kebersihan dan keindahan halaman dan kebun sekolah (termasuk penghijauan sekolah). 7) Pengadaan dan pemeliharaan warung atau kantin sekolah. 8) Pengadaan dan pemeliharaan pagar sekolah. 2. Lingkungan mental dan sikap 3. Program pembianaan lingkungan mental dan sosial yang sehat dilakukan melalui usaha pemantapan sekolah sebagai lingkungan pendidikan (wiyata mandala) dengan meningkatkan pelaksanaan konsep ketahanan sekolah, sehingga tercipta suasana dan hubungan kekeluargaan yang akrab dan erat antara sesama wara ga sekolah. Pembinaan lingkungan keluarga Pembinaan lingkungan keluarga bertujuan untuk: 1. Meningkatkan pengetahuan orang tua peserta didik tentang hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan 2. Meningkatkan kemampuan dan partisipasi orang tua peserta didik dalam pelaksanaan hidup sehat. Pembinaan lingkungan keluarga dapat dilakukan antara lain dengan: 1. Kunjungan rumah yang dilakukan antara lain dengan : 2. Ceramah kesehatan yang dapat diselenggarakan di sekolah bekerja sama dengan dewan sekolah atau dipadukan dengan kegitan di masyarakat dengan koordinasi LKMD. Pembinaan masyarakat sekitar 1. Pembinaan dilakukan dengan cra pendekatan kemasyarakat, dapat dilakukan oleh kepala sekolah atau madrasah dan pondok pesantren, guru, ataupun pembina UKS. Misalnya dengan membina hubungan baik atau kerja sama dengan masyarakat, LKMD atau dewan
kelurahan,
ketua
kemsyarakatan lainnya.
RT/RW,
dan
organisasi-organisasi
2. Penyelenggara penyuluhan tentang keshatan dan pentingnya arti pembinaan lingkungan sekolah sebagai lingkungan belajar yang sehat. Untuk itu, masyarakat bisa diundang ke sekolah. Pembicara dapat dimintakan dari puskesmas, pemerintah daerah setempat, dan narasumber lainnya seperti lembaga swadaya masyarakat. 3. Penyuluhan massa baik secara tatp muka maupun melalui media cetak dan audio visual. 4. Menyelenggarakan proyek panduan disekolah atau madrasah dan pondok pesantren. 2.6.4 UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)
Menurut Pendidikan dan KebudayaanUsaha Kesehatan Sekolah adalah upaya membina dan mengembangkan kebiasaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan di sekolah, perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatan di lingkungan sekolah. Menurut Departemen KesehatanUsaha Kesehatan Sekolah adalah usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak didik beserta lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama.UKS merupakan wahana untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan selanjutnya membentuk perilaku hidup sehat, yang pada gilirannya menghasilkan derajat kesehatan yang optimal. 1. Alasan perlunya upaya kesehatan sekolah a Anak usia sekolah merupakan kelompok umur yang rawan terhadap masalah kesehatan. b Usia sekolah sangat peka untuk menanamkan pengertian dan kebiasaan hidup sehat. c Sekolah merupakan institusi masyarakat yang terorganisasi dengan baik. d Keadaan kesehatan anak sekolah akan sangat berpengaruh terhadap presentasi belajar yang dicapai.
e Anak sekolah merupakan kelompok terbesar dari kelompok usia anak-anak yang menerapkan wajib belajar. 2. Kegiatan Pokok Usaha Kesehatan Sekolah Nemir mengelompokkan usaha kesehatan sekolah menjadi 3 kegiatan pokok, yaitu: a Pendidikan Kesehatan di Sekolah (Health Education in School) - Kegiatan intrakulikuler Berupa mata pelajaran yang berdiri seperti mata pelajaran Ilmu Kesehatan atau disispkan dalam ilmu-ilmu seperti olah raga dan kesehatan, ilmu pengetahuan alam. - Kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan kesehatan yang dimasukkan dalam kegiatankegiatan ekstrakurikuler dalam rangka menanamkan perilaku sehat peserta didik. Kegiatan yang perlu dilakukan dapat berupa: a) Penyuluhan kesehatan berkaitan dengan: -
Higiene personal yang meliputi pemeliharaan gigi dan mulut, kebersihan kulit dan kuku, mata, telinga.
-
Lomba poster sehat.
-
Perlombaan kebersihan kelas.
b Pemeliharaan Kesehatan Sekolah (School Health Service) Pemeliharaan
kesehatan
sekolah
dalam
memelihara,
meningkatkan dan menemukan secara dini gangguan kesehatan yang mungkin terjadi terhadap peserta didik. Kegiatan yang dilakukan: a. Pemeriksaan kesehatan, yang meliputi gigi dan mulut, mata telinga dan tenggorokan, kulit, dan rambut. b. Pemeriksaan perkembangan kecerdasan. c. Pemberian imunisasi Pemberian imunisasi melalui program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah). BIAS adalah bulan dimana seluruh kegiatan imunisasi di laksanakan di seluruh Indonesia dengan tujuan
agar mendapatkan perlindungan (kekebalan) dari penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi yang diberikan pada BIAS ada tiga jenis: 1. Campak pada anak kelas 1 2. DT pada anak kelas 1 3. TT pada anak kelas 2 dan 3 BIAS dilaksanakan 2 kali setahun pada: 1. Bulan September untuk pemberian imunisasi Campak pada anak kelas 1 2. Bulan november untuk pemberian imunisasi DT pada anak kelas 1, TT pada anak kelas 2 dan 3 d. Penemuan kasus-kasus dini yang mungkin terjadi e. Pengobatan sederhana f. Perolongan pertama g. Rujukan bila menemukan kasus yang tidak dapat ditanggulangi di sekolah 3. Kegiatan Petugas dalam Pelaksanaan UKS (TPUKS) Uraian Kegiatan Petugas dalam Pelaksanaan UKS (TPUKS) a. Membina sarana keteladanan gizi misalnya kantin sekolah. b. Membina sarana keteladanan lingkungan. 1. Menggerakkan pemeliharaan dan pengawasan lingkungan sekolah seperti pengelolaan sampah, saluran air limbah, kebersihan jamban dan kamar mandi, kebersihan kantin sekolah, ruang UKS dan ruang kelas. 2. Mencegah
terbentuknya
tempat
pembiakan
binatang
penyebaran penyakit, seperti lalat, nyamuk, tikus. c. Kebersihan perseorangan peserta didik. 1. Pemeriksaan rutin kebersihan kuku, telinga, rambut, gigi. 2. Mengajarkan cara gosok gigi yang benar. d. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berperan serta aktif dalam pelayanan kesehatan, dalam bentuk. 1. Kader kesehatan sekolah
2. Dokter kecil e. Penjaringan kesehatan peserta didik baru di kelas I . f. Pemeriksaan kesehatan secara periodik. g. Imunisasi. h. Pengawasan terhadap keadaan air. i. Pengobatan ringan dan pertolongan pertama di sekolah j. Rujukan medic k. Penanganan kasus anemia l. Forum komunikasi terpadu m. Pencatatan dan pelaporan c. Pengelolaan UKS 1) Pelaksana Yang terlibat dalam pelaksanaan usaha kesehatan sekolah adalah: a) Guru UKS b) Peserta didik c) Petugas kesehatan dari puskesmas d) masyarakat sekolah (BP3). 2) Prinsip-prinsip pengelolaan 1) Mengikutsertakan peran aktif masyarakat sekolah, yang meliputi: - Masyarakat sekolah yang terdiri dari guru, peserta didik, karyawan sekolah. - Masyarakat di luar sekolah, orang tua murid yang bernaung di bawah Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3) b. Kegiatan
yang
terintegrasi.
Pelayanan
kesehatan
menyeluruh yang menyangkut segala upaya kesehatan pokok puskesmas sebagai satu kesatuan yang utuh dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan peserta didik.
c. Melaksanakan
rujukan
untuk
mengatasi
masalah
kesehatan yang tidak dapat diatasi di sekolah ke fasilitas kesehatan yaitu puskesmas atau rumah sakit. d. Kolaborasi tim, karena UKS merupakan kegiatan yang melibatkan kerja sama lintas sektoral, maka diperlukan kerja sama tim yang baik dan terorganisir, dan tiap-tiap instansi mempunyai uraian tugas yang jelas sehingga tidak
terjadi
tumpang
tindih
dalam
melakukan
kegiatannya. 3) Tolak ukur keberhasilan pembinaan a. Dilihat dari peserta didik: - Sehat, tidak sakit-sakitan - Absensi sakit menurun - Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sesuai dengan golongan usia - Peserta didik telah mendapatkan imunisasi ulangan. b. Dilhat dari lingkungan sekolah: - Semua ruangan dan kamar mandi, jamban, dan pekarangan bersih - Tidak ada sampah - Ada sumber air bersih. 2.6.5 Sasaran Usaha Kesehatan di Sekolah
Sasaran pelayanan UKS adalah seluruh peserta didik dari berbagai tingkat pendidikan sekolah, mulai dari taman kanak-kanak, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan agama, pendidikan kejuruan, dan pendidikan khusus (sekolah luar biasa). Untuk sekolah dasar, UKS diprioritaskan pada kelas satu,tiga,dan enam. 2.7 Peran Perawat
Sebagai pelaksana asuhan keperawatan disekolah, perawat mempunyai peran:
1. Mengkaji masalah kesehatan dan keperawatan peserta didik dengan melakukan pengumpulan data, analisis data, serta perumusan dan prioritas masalah. 2. Menyusun perencanaan kegiatan UKS bersama tim pembina UKS 3. Melaksanakan kegiatan UKS sesuai dengan rencana kegiatan yang disusun 4. Mencatat dan melaporkan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan 5. Sebagai pengelola kegiatan UKS, perawat kesehatan yang bertugas di puskesmas menjadi salah satu anggota dalam tim pembina UKS atau dapat juga ditunjuk sebagai salah satu orang koordinator UKS di tingkat puskesmas. Bila perawat kesehatan ditunjuk sebagai koordinator maka pengelolaan UKS menjadi tanggung jawabnya atau paling tidak ikut terlibat dalam tim pengelola kesehatan UKS. 6. Sebagai penyuluh dalam bidang kesehatan, peranan perawat dalam memberikan penyuluhan kesehatan dapat dilakukan secara langsung (melalui penyuluhan kesehatan yang bersifat umum dan klasik) atau tidak langsung sewaktu melakukan pemeriksaan kesehatan peserta didik secara perorangan. 7. Memberikan pelayanan serta meningkatkan kesehatan individu dan memberikan pendidikan kesehatan kepada semua populasi yang ada disekolah. 8. Memberikan konstribusi untuk mempertahankan dan memperbaiki lingkungan fisik dan sosial. 9. Menghubungkan program kesehatan sekolah dengan program kesehatan masyarakat lainnya.
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
3.1 Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia Sekolah A. Pengkajian 1. Core
a. Sejarah Pengamatan sementara mengenai sejarah dari suatu wilayah yang mempengaruhi kesehatan anak usia sekolah yang tinggal di wilayah tersebut. b. Demografi Karakteristik anak usia sekolah yang ditemukan dalam suatu wilayah, termasuk data usia, jenis kelamin, dan piramida penduduk khususnya data anak usia sekolah. c. Statistik vital Pengamatan mengenai jenis penyakit yang diderita anak usia sekolah (tiga bulan terakhir), jenis penyebab kematian yang sering
terjadi pada anak usia sekolah di suatu wilayah, perilaku penyebab sakit, serta pola makan, pola istirahat, dan pola eliminasi. d. Kelompok etnis Pengamatan mengenai jenis, kebiasaan budaya, dan tipe keluarga dalam suatu wilayah yang dapat mempengaruhi kesehatan agregat anak usia sekolah serta identifikasi berbagai suku dan etnis yang dijumpai dalam wilayah tersebut. e. Nilai dan kepercayaan Mengkaji nilai yang dianut oleh anak usia sekolah terkait pergaulan dan agama, penilaian anak usia sekolah mengenai kenakalan yang sering terjadi pada anak usia sekolah, serta mengidentifikasi nilai dan keyakinan dalam masyarakat terkait anak usia sekolah.
2. Subsistem
a. Lingkungan fisik Kebersihan lingkungan di sekolah dan tempat tinggal anak, aktivitas anak yang dilakukan di sekolah maupun di rumah yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
anak
usia
sekolah,
serta
keberadaan dan bentuk kegiatan peer / kelompok anak usia sekolah baik di sekolah maupun di rumah. b. Pelayanan kesehatan dan sosial Ketersediaan pelayanan khusus anak usia sekolah baik di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal, bentuk dan jenis pelayanan kesehatan anak usia sekolah, keberadaan pelayanan konseling di sekolah, keberadaan UKS di sekolah, interaksi anak usia sekolah dengan petugas UKS, jenis pelayanan dan keberlangsungan UKS, serta tenaga yang terlibat dalam kegiatan pela yanan UKS. c. Ekonomi Keadaan social ekonomi keluarga, jumlah anak usia sekolah yang bekerja, jenis pekerjaan anak usia sekolah, serta pembayaran untuk mendapatkan pelayanan anak usia sekolah. d. Keamanan dan transportasi
Kebiasaan
personal
hygiene
terkait
anak
usia
sekolah,
perlindungan terhadap kecelakaan di sekolah, dan di rumah, kenyamanan dan keamanan di lingkungan sekolah dan rumah bagi anak usia sekolah, ketersediaan upaya pelayanan keamanan yang ada di sekolah, serta sarana transportasi yang biasa digunakan anak usia sekolah dan yang tersedia di lingkungannya. e. Pemerintah dan politik Kebijakan pemerintah terkait kesehatan anak usia sekolah, upaya kesehatan atau kegiatan sejenis untuk anak usia sekolah, serta kebutuhan anak usia sekolah terhadap kegiatan pelayanan kesehatan anak usia sekolah. f. Komunikasi Komunikasi formal yang sering digunakan anak usia sekolah untuk memperoleh informasi tentang kesehatan (koran, internet, radio, televisi, dsb), komunikasi informal yang diperoleh anak usia sekolah,
keinginan
anak
usia
sekolah
untuk
memperoleh
pendidikan kesehatan, serta komunikasi yang biasa digunakan orang tua dan peer terhadap anak usia sekolah.
g. Pendidikan Pendidikan formal anak usia sekolah, pendidikan informal anak usia sekolah, kegiatan informal (pengajian, perkumpulan, dsb) yang dilakukan anak usia sekolah dirumah dan disekolah, serta pemahaman anak usia sekolah terkait kesehatan. h. Rekreasi Jenis, frekuensi, dan tempat yang sering digunakan anak usia sekolah untuk melakukan kegiatan rekreasi bersama, saranan penyaluran bakat anak usia sekolah, serta pemanfaatan waktu anak usia sekolah.
3.2 Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak usia sekolah adalah (Diagnosa Keperawatan Nanda 2012-2014) : 1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 2. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh 3. Diare 4. Kerusakan gigi 5. Resiko jatuh 6. Resiko cidera
3.3 Diagnosa dan Rencana Tindakan Diagnosa
Tujuan
RencanaTindakan
Sasaran
Metode
Keperawatan
Kerusakan
gigi 1. Jangka
pada anak usia
panjang:
sekolah
Anak
1. Lakukan
usia
sekolah tidak
pendekatan
pada
Anak
usia Komunikasi
anak usia sekolah dengan
sekolah
melibatkan orang tua, guru,
(Siswa)
dan masyarakat.
guru
dan Informasi dan
lagi mengalami
2. Diskusikan
rencana
Guru dan anak
kerusakan
pembentukan kader dengan
usia
gigi
melibatkan orang tua, guru,
(siswa)
(Gigi
berlubang,
Diskusi
sekolah
dan masyarakat
karies gigi). 2. Jangka
3. Pembentukan kader kesehatan
pendek: Anak
usia
Orang
tua, Screening
dari orang tua, guru, dan
guru,
dan
masyarakat.
masyarakat.
sekolah mengetahui cara merawat 4. Diskusikan gigi
yang
benar.
rencana puskesmas
penyuluhan
Diskusi
mengenai
pemeliharaan kesehatan gigi dengan
melibatkan
yang
telah
kader
terbentuk
mengenai
pemeliharaan
kesehatan gigi
5. Beri
pendidikan
tentang
kesehatan puskesmas
Kerjasama
pemeliharaan
diskusi
kesehatan gigi
6. Perencanaan program “klinik
anak
usia komunikasi,
gigi sehat” untuk anak usia
sekolah
sekolah melalui kader yang
orang tua, dan
sudah
dengan
guru
7. Lakukan kerjasama dengan
anak
dibekali
, informasi, dan edukasi
pendidikan kesehatan
kader
baik dari orang tua,
guru,
maupun
untuk keefektifan
usia Diskusi
sekolah
Monitoring
masyarakat
dan
mengevaluasi program
evaluating
usaha
kesehatan sekolah (UKS) Resiko Alergi
respon 1. Jangka
1. Lakukan
panjang:
pendekatan
pada
Anak
usia Komunikasi
anak usia sekolah dengan
sekolah, guru
melibatkan guru, siswa dan
dan karyawan
sekolah
karyawan sekolah (Petugas
sekolah
terhindar dari
kantin
(Petugas
resiko alergi
kebersihan sekolah).
Anak
usia
dan
petugas
kantin
dan
dan Informasi
2. Jangka
petugas
pendek: Anak
kebersihan usia
sekolah)
sekolah mengetahui
2. Diskusikan
rencana
Anak
usia Diskusi
cara
pembentukan kader dengan
sekolah, guru
pencegahan
melibatkan
guru,anak
usia
dan karyawan
alergi
sekolah
(siswa)
dan sekolah
dan
penanganan
karyawan sekolah (Petugas
(Petugas
pertama yang
kantin
kantin
harus
kebersihan sekolah.
dan
petugas
dan
petugas
dilakukan
kebersihan sekolah)
3. Diskusikan
rencana
penyuluhan
mengenai
pemeliharaan
kesehatan dan karyawan
lingkungan
dengan
Anak
sekolah, guru
sekolah
melibatkan kader yang telah
(Petugas
terbentuk yaitu guru, siswa
kantin
dan
karyawan
usia Diskusi
sekolah petugas
(Petugas kantin dan petugas
kebersihan
kebersihan sekolah).
sekolah)
4. Lakukan kemitraan dengan puskesmas
untuk
mengajarkan kepada kader yaitu
guru,
siswa
dan
karyawan sekolah (Petugas kantin kebersihan
dan
dan
petugas sekolah)
mengenai pencegahan dan
Puskesmas
Kerjasama
penanganan
pertama
yang
dilakukan dalam menghadapi alergi.
5. Beri pendidikan kesehatan
Anak
usia Komunikasi,
tentang cara pencegahan dan
sekolah, guru
informasi,
penanganan
dan karyawan
danedukasi
pertama
pada
alergi.
sekolah (Petugas kantin
dan
petugas kebersihan sekolah)
6. Perencanaan program UKS bersih
lingkungan
melakukan
Anak
usia Diskusi
dengan
sekolah, guru
pengelolaan
dan karyawan
lingkungan yang bersih dan
sekolah
sehat.
(Petugas kantin
dan
petugas kebersihan sekolah)
7. Lakukan kerjasama dengan
Anak
usia Monitoring
kader yaitu guru, siswa dan
sekolah, guru
dan
karyawan sekolah (Petugas
dan karyawan
evaluating
kantin
sekolah
kebersihan
dan
petugas
sekolah)
mengevaluasi program Usaha Sekolah (UKS)
untuk
(Petugas
keefektifan kantin Kesehatan petugas kebersihan
dan
sekolah)
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA SEKOLAH 4.1
Kasus
Di Kecamatan Wonokusumo Surabaya terdapat sebuah sekolah dasar swasta Islam bernama SD Muhammadiyah 21. Sekolah ini memiliki lokasi di pinggir jalan raya yang cukup ramai. Jumlah siswa per tahun rata-rata mencapai 420 orang. Mayoritas perekonomian keluarga siswa adalah menengah ke bawah. Banyak ditemukan pedagang yang berjualan di pinggir jalan sekitar sekolah. Meskipun sekolah ini sudah memiliki satu buah kantin di dalam sekolah, namun kebanyakan siswa lebih memilih jajan di luar kantin. Mayoritas makanan yang dijual adalah makanan manis dan kebersihannya tidak terjamin. Siswa tidak dibiasakan mencuci tangan sebelum makan terlihat dari tidak adanya kran air di halaman sekolah. Di sekolah ini terdapat UKS, namun tidak ada petugas kesehatan yang bertugas di UKS sekolah. A. Pengkajian 1. Data Inti
1.1 Sejarah
SD Muhammadiyah adalah sekolah tingkat dasar yang didirikan oleh pimpinan Muhammadiyah di kota Surabaya. Sekolah ini didirikan sejak tahun 1998. Awalnya sekolah ini berlokasi di jalan Wonokusumo 37 Surabaya, namun sejak tahun 2005 sekolah ini pindah ke jalan Bulaksari 19 Surabaya karena lokasi baru yang lebih luas dan lebih strategis. 1.2 Demografi SD Muhammadiyah 21 terdiri dari 6 tingkatan kelas, yakni kelas 1 sampai dengan kelas 6 yang masing-masing tinkatan terdiri dari 2 kelas dan setiap kelas berisi maksimal 35 siswa. Jumlah siswa per kelas, kelas 1 berjumlah 92 orang, kelas 2 berjumlah 86 orang, kelas 3 berjumlah 74 orang, kelas 4 berjumlah 68 orang, kelas 5 berjumlah 55 orang, dan kelas 6 berjumlah 51 orang. Dengan 224 berjenis kelamin laki-laki dan 200 berjenis kelamin perempuan. Rentang usia siswa 713 tahun. 1.3 Kelompok Etnis Mayoritas siswa berasal dari suku Jawa. 1.4 Nilai dan Keyakinan Semua siswa di SD Muhammadiyah 21 beragama Islam dan seluruh kegiatan belajar mengajar didasarkan pada hukum-hukum islam serta berpatokan pada Al quran dan Hadist. 1.5 Kebiasaan Perilaku hidup sehat di sekolah kurang diperhatikan khususnya dalam menjaga asupan makanan. Para siswa masih gemar jajan makanan manis dan jajan sembarangan sehingga berefek pada kesehatan gigi dan berbagai permasalahan kesehatan didukung juga karena kurangnya pengawasan dari orang tua.
2. Data Subsistem
2.1 Fisik dan Lingkungan SD Muhammadiyah 21 berlokasi di Jalan Bulak Sari Masjid 19 Surabaya, terletak di pinggir jalan. Banyak sekali kendaraan yang
berlalu lalang di depan SD tersebut sehingga para siswa mengeluh sulit menyebrang jalan dan membutuhkan satpam untuk membantu menyebrang jalan. SD Muhammadiyah 21 berlokasi di kawasan yang padat penduduk. Kualitas udara di DS Muhammadiyah 21 buruk dikarenakan adanya tempat sampah yang menumpuk di depan SD tersebut. Selokan di sekitar sekolah bersih karena parit tertutup rapat sehingga tidak ada orang yang membuang sampah sembarangan di selokan. 2.2 Pelayanan Kesehatan dan Sosial Terdapat satu buah UKS di SD Muhammadiya 21, namun tidak ada petugas kesehatan yang menjaga UKS. Hanya disediakan kotak P3K dan obat-obat yang umum digunakan, seperti paracetamol di UKS. Terdapat satu puskemas yang berlokasi dekat dengan SD tersebut, namun SD tersebut cukup jauh dengan rumah sakit. 2.3 Ekonomi Mayoritas perekonomian keluarga siswa adalah menengah ke bawah. Rata-rata pengahsilan orang tua cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, seperti kebutuhan untuk makan dan membayar uang sekolah. Dengan penghasilan yang cukup jarang sekali orang tua memeriksakan
kesehatan
anaknya,
misalnya
untuk
memeriksa
kesehatan gigi ke dokter gigi. Apabila mereka sakit, orang tua hanya membelikan obat yang dijual bebas di warung sekitar rumah. 2.4 Keamanan dan Transportasi Mudah menemukan transportasi umum di sekolah ini karena letak sekolah yang berlokasi di pinggir jalan. Beberpa tranportasi umumyang terdapat di sekolah ini adalang bemo dan becak. Beberapa siswa masih diantar jemput dengan sepeda motor dan siswa yang rumahnya berlokasi dekat dengan sekolah menggunakan sepeda dan beberapa berjalan kaki. SD Muhammadiyah 21 memiliki dua orang petugas keamanan, sehingga siswa dapat meminta bantuan patugas keamanan untuk
menyebrang jalan. Dengan adanya satpam kecelakaan kendaraan bermotor dapat diminimalkan. 2.5 Pemerintah dan Politik Pemerintah daerah setempat memiliki kebijakan memakai baju batik setiap hari Jumat. Sekolah tersebut memiliki peraturan yang harus ditaati oleh setiap siswa, seperti tidak boleh datang terlambat dan harus melaksanakan shalat 5 waktu. Terdapat guru BK di SD tersebut untuk membantu siswa menentukan bakat dan minat yang dimiliki setiap siswa. 2.6 Komunikasi Para siswa tidak diizinkan membawa alat komunikasi ke sekolah karena
dikhawatirkan
akan
timbul
kesenjangan
social
dan
mengantisipasi alat komunikasi tersebut hilang. Bagi siswa yang diantar jemput oleh orang tua, siswa tersebut tidak boleh meninggalkan sekolah sebelum orang tua datang untuk menjemput. Jika suatu kali orang tua terlambat menjemput anaknya, maka orang tua berkewajiban berkoordinasi dengan pihak sekolah. 2.7 Pendidikan Pendidikan di SD Muhammadiyah 21 berlandaskan Islam, banyak mata pelajaran mengenai agama Islam diajarkan kepada siswanya, seperti fikih dan kemuhammadiyahan. Meskipun banyak mata pelajran mengenai Islam, mata pelajaran pokok tetap menjadi prioritas utama yang harus dikuasai oleh siswa di sekolah tersebut. Beberapa ekstrakulikuler ditawarkan di sekolah tersebut, seperti paduan suara, tari, pramuka, bahakan robotika. Setiap siswa berhak memilih ekstraklikuler yang diminati sesuai dengan bakat yang mereka miliki. 2.8 Rekreasi Sekolah menyediakan lapangan bagi para siswa untuk bermain meskipun lapangan yang disediakan tidak cukup luas. Sekolah juga mengadakan study tour satu tahun sekali untuk siswa kelas 4,5, dan 6.
B. Analisis Data
1. Kerusakan gigi pada agregat anak usia sekolah di SD Muhammadiyah 21 Surabaya. Data pendukung: 1) Kebiasaan Perilaku hidup sehat di sekolah kurang diperhatikan khususnya dalam menjaga asupan makanan. Para siswa masih gemar jajan makanan manis dan jajan sembarangan sehingga berefek pada kesehatan gigi dan berbagai permasalahan kesehatan didukung juga karena kurangnya pengawasan dari orang tua. 2) Pelayanan Kesehatan dan Sosial Terdapat satu buah UKS di SD Muhammadiya 21, namun tidak ada petugas kesehatan yang menjaga UKS. Hanya disediakan kotak P3K dan obat-obat yang umum digunakan, seperti paracetamol di UKS. Terdapat satu puskemas yang berlokasi dekat dengan SD tersebut, namun SD tersebut cukup jauh dengan rumah sakit. 3) Keamanan dan Transportasi Pada umumnya jika masih berada dalam lingkungan sekolah para siswa mendapat penjagaan dari para guru dan petugas keamanan sekolah. Untuk transportasi anak-anak diantar-jemput oleh pihak keluarganya
dan
sebagian
menggunakan
sepeda
sebagai
alat
transportasi mereka. 4) Ekonomi Mayoritas perekonomian keluarga siswa adalah menengah ke bawah. Rata-rata pengahsilan orang tua cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, seperti kebutuhan untuk makan dan membayar uang sekolah. Dengan penghasilan yang cukup jarang sekali orang tua memeriksakan
kesehatan
anaknya,
misalnya
untuk
memeriksa
kesehatan gigi ke dokter gigi. Apabila mereka sakit, orang tua hanya membelikan obat yang dijual bebas di warung sekitar rumah.
2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada agregat anak usia sekolah di SD Muhammadiyah 21 Surabaya. Data pendukung: 1) Lingkungan fisik SD Muhammadiyah 21 berlokasi di kawasan yang padat penduduk. Kualitas udara di DS Muhammadiyah 21 buruk dikarenakan adanya tempat sampah yang menumpuk di depan SD tersebut. Selokan di sekitar sekolah bersih karena parit tertutup rapat sehingga tidak ada orang yang membuang sampah sembarangan di selokan. 2) Ekonomi Mayoritas perekonomian keluarga siswa adalah menengah ke bawah. Rata-rata pengahsilan orang tua cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, seperti kebutuhan untuk makan dan membayar uang sekolah. Dengan penghasilan yang cukup jarang sekali orang tua memeriksakan
kesehatan
anaknya,
misalnya
untuk
memeriksa
kesehatan gigi ke dokter gigi. Apabila mereka sakit, orang tua hanya membelikan obat yang dijual bebas di warung sekitar rumah. 3) Keamanan Keamanan fasilitas sekolahnya kurang terjaga dengan baik seperti ruang UKS yang tidak terawat, kantin yang kurang terjaga kebersihannya dan banyak pedagang kaki lima yang menjual jajanan yang kurang sehat. 4) Pelayanan Kesehatan dan Sosial Terdapat satu buah UKS di SD Muhammadiya 21, namun tidak ada petugas kesehatan yang menjaga UKS. Hanya disediakan kotak P3K dan obat-obat yang umum digunakan, seperti paracetamol di UKS. Terdapat satu puskemas yang berlokasi dekat dengan SD tersebut, namun SD tersebut cukup jauh dengan rumah sakit.
C. Penapisan Masalah
Dari hasil analisis data, didapatkan data yang kemudian dilakukan penapisan masalah untuk menentukan prioritas masalah, adapun penapisan te rsebut dapat dilihat sebagai berikut : Masalah
Perhatian
Poin
Tingkat
Kemungkinan
keperwatan
masyarakat
Prevalensi
Bahaya
Untuk
1 : Sangat
Jumlah
dikelola
rendah 2 : Rendah 3 : Tinggi 4 : Sangat Tinggi Kerusakan gigi
3
4
3
3
108
Ketidakefektifa
4
3
3
4
144
n pemeliharaan kesehatan
Prioritas Diagnosa Keperawatan No Prioritas 1
Diagnosa Keperawatan
Jumlah/skor
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada agregat
anak
usia
sekolah
di
SD
Muhammadiyah 21 Surabaya.
2
Kerusakan gigi pada agregat anak usia sekolah di SD Muhammadiyah 21 Surabaya.
144
108
D. Intervensi Diagnosa
Tujuan
Rencana tindakan
Sasaran
Metode
Waktu
Tempat
PJ
keperawatan
dana
Ketidakefekti
TUM :
1. Lakukan
fan
Meningkatkan
informal pada Ketua RW Kader
pendekatan Ketua RW
pemeliharaan pemeliharaan
setempat,
kesehatan
pada
masyarakat, dan petugas masyarakat
anak
pelayanan kesehatan.
kesehatan
pada agregat agregat anak
usia usia
terhindar
Muhammadiy dari
masalah
21 kesehatan
Surabaya
1.
21
Balai RW
Informasi
Oktober
Ponkeskel
Diskusi
puskemas Kader dan
A
2014
dengan puskesmas
petugas
berdasarkan TUK :
rencana Petugas
penyuluhan
setempat
Komunikasi
tokoh Tokoh
sekolah 2. Diskusikan
sekolah di SD agar
ah
Sumber
22
Ponkeskel
Oktober
Rumah
2014
kader
23
Puskesmas
Oktober
setempat
B
kader
data
yang
diperoleh. Terjadi 3. Lakukan
peningkatan kesadaran
dengan dan
setempat
kemitraan Puskesmas Puskesmas untuk
pengetahuan
mendiskusikan
dalam
yang akan disampaikan.
berperilaku
4. Lakukan
Kerja sama
C
2014
materi
kemitraan Sponsor
Kerja sama
24
Perusahaan
D
Mahasiswa
hidup bersih dan
dengan produsen produk
Oktober
sehat pada anak
makanan/minuman untuk
2014
usia sekolah
anak usia sekolah yang
2.
berminat
Terjadi
dan
peduli
peningkatan
terhadap kesehatan anak
pengetahuan
usia sekolah.
keluarga
5. Beri
pendidikan Ibu
terhadap
kesehatan pada ibu dan Anak
pentingnya
anak usia sekolah tentang sekolah
perilaku
hidup
pemahaman
usia sekolah
makanan sehat.
3. Jumlah anak 6. Beri yang
mengalami gangguan
pada
kesehatan
usia Informasi
25
Balai RW
E
Balai RW
F
Balai RW
G
Oktober
Edukasi
2014
Diskusi
26
perilaku hidup sehat dan
sehat pada anak
sekolah
Komunikasi
tentang
penguatan
kemampuan
pada Ibu ibu
membimbing
anaknya
untuk
menjaga
selalu
Oktober 2014
perilaku hidup sehat.
menurun
7. Lakukan
4. Perilaku anak
dengan
sekolah
untuk
terkait
kerja kader
sama Kader
setempat
mengevaluasi
Monitoring
27 Oktober 2014
kebiasaan perilaku sehari-hari meningkat
atau sehat
perilaku hidup sehat anak usia sekolah.
E. Implementasi
Masalah keperawatan : Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada agregat anak usia sekolah di SD Muhammadiyah 21 Surabaya. NO KEGIATAN 1.
HASIL
Melakukan
pengkajian Ditemukan
terhadap perilaku hidup sehat siswa pada
agregat
sekolah
HAMBATAN
anak di
75% Kurangnya sumber
masih
jajan daya
sehingga
usia sembarang dan tidak butuh waktu yang SD mencuci
Muhammadiyah 21 Surabaya
tangan lama
untuk
sebelum makan. 45% melakukan siswa
masih pengkajian.
membuang bekas
sampah jajannya
sembarangan sehingga mempengaruhi kondisi
lingkungan
sekitar. 2.
Memberikan
penyuluhan 1. 100% undangan 1. Audience kurang
kesehatan pada ibu dan anak siswa serta di SD fokus usia sekolah tentang perilaku Muhammadiyah hidup sehat dan pemahaman Surabaya. tentang makanan sehat pada datang
terhadap
21 materi penyuluhan 2.
Suasana
yang
untuk kurang kondusif di
siswa SD Muhammadiyah 21 mengikuti
saat penyuluhan
Surabaya.
3.
penyuluhan.
Bahasa
yang
2. para siswa aktif digunakan pemateri bertanya selama sesi kurang komunikatif penyuluhan
bagi
anak-anak
sehingga
banyak
audience
yang
bingung 3.
Memberi
penguatan
pada Kesadaran
para Masih
minimnya
kemampuan ibu membimbing siswa
untuk fasilitas
untuk
anaknya
hidup mencuci
tangan,
untuk
selalu berperilaku
menjaga perilaku hidup sehat. sehat
mengalami seperti
peningkatan
siswa
air
yang yang hanya ada di
ditandai
dengan dalam
semakin
kran
kamar
banyaknya mandi. yang
untuk
antri
mencuci
tangan serta memilih jajan
di
daripada
kantin di
luar
sekolah 4.
Melakukan
kerja
sama Instansi
kesehatan Susahnya birokrasi
dengan kader setempat untuk terkait
turut masing-masing
mengevaluasi perilaku hidup membantu kegiatan- instansi sehat anak usia sekolah.
kegiatan berupaya
untuk
yang diajak bekerjasama untuk
meningkatkan perilaku hidup sehat
DAFTAR PUSTAKA
.Darling, N. 1999. Parenting Style and Its Correlates. ERIC Digest. Champaign IL: ERIC Clearinghouse on Elementary and Early Childhood Education. Efendi, F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika Effendy, N. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat . Jakarta: EGC Efendi, F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika Heru, Adi. 1995. Kader Kesehatan Masyarakat . Jakarta : EGC. Moore, S. G. 1992. The Role of Parents in the Development of Peer Group Competence. ERIC Digest. Jewett, J. 1992. Aggression and Cooperation: Helping Young Children Develop Constructive Strategies. ERIC Digest. Urbana IL Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam Pratik . EGC. Jakarta.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI.2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT. Imperial Bhakti Utama Yatim, Faisal. Unknown. 30 Gangguan Kesehatan pada Anak Usia Sekolah. Pustaka Populer Obor. http://www.spesialis.info/?parasetamol-menyebabkan-asma-pada-anak,1415 diakses pada tanggal 18 september 2014 pada pukul 10.48 www.unicef.org/aids/.../ diakses pada tanggal 18 september 2014 pada pukul 10.52