MAKALAH
KIMIA FARMASI 1
“STRUKTUR, “STRUKTUR, SIFAT, SIFAT, DAN ANALISIS ANALISIS OBAT OBAT SECARA UMUM UMUM” ”
OLEH KELOMPOK IV : ASRIA DIDIT SUKARDI HAZIS WA ODE KASMIDA WIDYANITA YULIANTI
AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR 2014
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr.Wb Alhamdulillah puji syukur syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunianya sehingga penyusunan makalah makalah KIMIA FARMASI 1 ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. waktunya. Makalah ini disusun disusun sebagai sebagai salah satu metode metode pembelajaran. Makalah ini dibuat dengan judul “Struktur, sifat dan analisis obat secara umum” dan harapkan bisa membuat pembaca mengerti tentang hal-hal yang berkaitan dengan obat secara umum.
Dalam penulisan dan penyusunan makalah makalah ini, sebelumnya kami kami telah mendapatkan bimbingan dari dosen pengajar, meskipun telah mendapat bimbingan dari dosen pengajar, tetapi kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan pada penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritikan serta saran dari para pembaca agar di kesempatan berikutnya kami dapat menyajikan makalah dengan isi materi yang lebih l ebih baik lagi dari sebelumnya. sebelumnya. Dan harapan kami sebagai tim penyusun, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan juga khususnya bermanfaat bagi saya.
Makassar, 20 November 2014
Penyusun
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
BAB I PENDAHULUAN Obat dapat definisikan definisikan sebagai suatu zat yang maksudkan maksudkan untuk dipakai dalam diagnosis, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah penyakit pada manusia dan hewan. Obat juga biasa diartikan sebagai bentuk-bentuk sediaan tertentu dari dari bahan obat yang digunakan pada hewan dan manusia. (istilah inggris drug identik dengan obat, jadi tidak menyangkut istilah Jerman Droge). Salah satu kualitas obat yang paling mengherankan ialah mempunyai beraneka ragam kerja dan efek pada tubuh. Sebenarnya kelompok unsur – unsur obat yang mujarab dan l uas pemakaiannya yang tersedia pada masa kini merupakan hasil penyempurnaan ilmiah yang besar. Sungguh menakutkan menakutkan bila peradaban kita tanpa unsur-unsur obat yang bermanfaat dan l uar biasa ini. Dengan menggunakan obat-obat ini banyak penyakit-penyakit yang menghantui sejarah kemanusiaan, seperti cacar dan poliomyelitis, pada masa sekarang ini telah hilang. Proses penemuan penemuan dan pengembangan pengembangan obat cukup cukup rumit dan melibatkan kerja sama penuh antara berbagai ahli il mu pengetahuan termasuk para ahli kimia organik, or ganik, fisika dan analisis kimia, biokimia, bakteriologi, fisiologi, toksikologi, hematologi, imunologi, endokrinologi, patologi, ahli biostatistika, ahli farmasetika, dokter diklinik dan lain-lainnya. Setelah suatu bahan obat baru ditemukan dan dilakukan i dentifikasi secara kimia dan fisikanya yang pasti maka sebagian besar keterangan biologinya harus dikumpulkan. Farmakologi dasar atau sifat dari mekanisme kerja obat pada sistem tubuh harus ditentukan dit entukan termasuk menentukan toksisitasnya. Suatu penyelidikan harus dikerjakan ter hadap kedudukan obat dan laju penyerapan, pola distribusinya dan konsentrasinya dalam tubuh, jangka waktu kerjanya dan metode serta kecepatan eliminasi atau ekskresinya. Keterangan- keterangan tentang degradasi metabolit metabolit obat harus di di dapatkan, demikian demikian juga aktivitas suatu metabolitnya. Suatu penyidikan yang menyeluruh tentang pengaruh jangka pendek dan panjang panjang obat ini terhadap macam-macam macam-macam sel tubuh jaringan-jaringan dan organ-organ harus harus dilakukan.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
BAB II PEMBAHASAN
II.1 II.1 STRUKTUR OBAT SECARA UMUM UMUM
Obat merupakan suatu bahan atau paduan bahan yang digunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan atau menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau bagian badan manusia. Berdasarkan strukturnya, obat dapat digolongkan menjadi dua struktur, yaitu : struktur non spesifik dan struktur spesifik. a) Stuktur Stuktur Non spesifik spesifik Obat - obat berstruktur non spesifik : Aksi farmakologi yang secara langsung tidak tergantung struktur kimianya, tapi pada sifatsifat fisika kimianya. Sifat - sifat fisika kimia : • • • • • • •
absorpsi kelarutan pka potensial oksidasi – reduksi depolarisasi membran koagulasi protein pembentukan kompleks
Di asumsikan bahwa obat-obat berstruktur non spesifik bertindak secara proses fisika kimia dengan alasan : 1. aksi biologiknya biologiknya berlangsung berlangsung dengan aktivitas termodinamik termodinamik yang biasanya biasanya tingg tinggii (1 – 0,01), 0,01), ini berarti berarti obat-oba obat-obatt bekerja bekerja dalam dosis yang relatif tinggi. 2. walaupun berbeda berbeda struktur struktur kimianya, kimianya, tetapi menyebabkan respon biologik biologik yang yang sama. sama. 3. modifikasi sedikit sedikit dalam struktur kimianya, tidak menghasilkan menghasilkan perubahan yang nyata dalam aksi biologiknya.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Ø Mekanisme aksi obat Mekanisme Mekanisme aksi obat non-spesifik Non-spesifik menghasilkan menghasilkan aksi aksi yang tidak diperantarai diperantarai interaksi obat dengan target obat spesifik (reseptor). Berdasarkan sifat kimia-fisika sederhana. •
Spesifik menghasilkan menghasilkan aksi aksi yang diperantarai interaksi obat dengan target obat obat spesifik spesifik (reseptor). Target obat spesifik spesifik : reseptor, enzim, molekul pembawa, kanal ion
•
Sifat fisika : massa fisis osmosis adsorpsi rasa radioaktivitas / radioopasitas pengendapan protein barier fisik surfaktan • • • • • • • •
Sifat kimia aktivitas asam-basa pembentukan khelat aktivitas oksidasi-reduksi • • •
Contoh aksi obat berdasarkan sifat fisika : Massa fisis laktulosa dan biji psyllium akan mengadsorpsi mengadsorpsi air jika diberikan secara peroral -> mengembangkan volumenya volumenya -> memacu memacu peristaltik peri staltik dan purgasi Osmosis manitol -> diuresis osmosis magnesium sulfat -> menyerap cairan sekitarnya-> purgative osmosis Adsorpsi kaolin dan karbon aktif -> pengobatan diare, antidotum pada keracunan Rasa gentian (senyawa pahit) ->memacu aliran asam klorida kelambung -> menambah nafsu makan Radioaktivitas / radio-opasitas senyawa senyawa 131I pada pengobatan hipertiroidisme pengendapan protein. fenol -> denaturasi protein mikroorganisme ->desinfektan •
•
•
•
•
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
•
•
Barier fisik sukralfat (kompleks Al2OH3 dg sukrosa sulfat) ->melapisi membran mukosa lambung ->melindungi lambung l ambung dari serangan pepsin-asam Surfaktan sabun ->pembersih kulit, antiseptik dan desinfektan
Contoh aksi obat berdasarkan sifat kimia, ki mia, aktivitas asam dan basa •
•
Antasida (AlOH2) (AlOH2) ->aktivitas basa ->menetralisasi kelebihan kelebihan asam lambung ->pengobatan ulser l ambung pembentukan pembentukan khelat ->EDTA (etilen diamin tetra asetat) dan dimerkaprol -> membentuk komplek kelat dengan logam-logam seperti timbal atau tembaga ->logam ->l ogam tersebut dapat dikeluarkan dari tubuh -> toksisitas berkurang. Aktivitas oksidasi - reduksi reduksi kalium permanganat (konsentrasi rendah) -> aktivitas oksidasi morfin, strychnin, akotinin dan pikrotoksin -> toksisitas berkurang -> Vitamin C -> reduktor.
b) Struktur Struktur spesifik spesifik Obat-obat berstruktur spesifik : Obat-obat dalam aksi biologiknya secara esensial sebagai hasil dari struktur kimianya, yang akan mengadaptasi diri ke dalam struktur 3 dimensi. dimensi. Obat ini bergantung pada : • • • • • •
reaktivitas kimia bentuk, ukuran ukuran stereokimia stereokimia dalam dalam molekul distribusi gugus fungsional efek resonansi, induksi distribusi elektron ikatan reseptor reseptor dan dan kemungkinan kemungkinan lain.
Ciri-ciri obat berstruktur spesifik : 1. Aksi biologik tidak hanya tergantung pada aktivitas termodinamik, yang biasanya rendah (< 0,00 < 1) ini berarti bahwa obat-obat berstruktur spesifik adalah efektif dalam konsentrasi yang lebih kecil daripada daripada obat-obat yang berstruktur non spesifik. 2. Biasanya punya beberapa struktur karakteristik dan struktur fundamental.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
3. Modifikasi akan menghasilkan perubahan aktivitas farmakologi, sehingga senyawa-senyawa yang diperoleh dapat mempunyai aksi dari antagonis sampai sama dengan senyawa indukn
Ø Mekanisme aksi spesifik Aksi yang diperantarai diperantarai interaksi obat dengan target obat spesifik target aksi spesifik : enzim kanal ion molekul pembawa reseptor • • • •
a. Enzim Enzim Obat bekerja pada enzim dibagi di bagi menjadi 2 berdasarkan mekanisme mekanisme aksinya : inhibitor kompetitif, kompetitif, Menghambat Menghambat secara kompetitif kerja kerja enzim sebagai substrat analog neostigmin, organofosfat menghambat enzim kolinesterase aspirin dan NSAID menghambat menghambat enzim siklooksigenase substrat palsu Fluorourasil mengganti urasil sebagai intermediet pada biosintesis purin ->menghambat sintesis DNA ->pembelahan sel terhenti. •
• • •
b. Kanal Kanal ion Suatu saluran saluran yang menjadi menjadi tempat tempat masuk keluarnya ion melalui membran Bersifat selektif selektif terhadap terhadap ion tertentu tertentu •
•
obat bekerja pada kanal ion dibagi menjadi 2 : pengeblok kanal : (efek anti kejang) Mengeblok secara fisik Contoh : Fenitoin mengeblokkanal mengeblokkanal natrium Penurunan eksitabilitas sel Modulator/pembuka Modulator/pembuka kanal : (efek sedatif) Memacu pembukaan kanal Contoh : Benzodiazepin Benzodiazepin dan barbiturat Memodulasi terbukanya kanal klorida Penurunan eksitabilitas sel • • •
• • • •
c. Molekul Molekul Pembawa Pembawa Transport molekul molekul organik kecil kecil dan ion menembus menembus membran sel – terlalu polar -> membutuhkan protein pembawa •
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
• •
protein pembawa pembawa mempunyai mempunyai sisi aktif aktif spesifik contoh : hemikolinium hemikolinium beraksi sebagai sebagai penghambat penghambat pada transporter kolin ujung syaraf autonom
d. Resept Reseptor or Suatu makromolekul makromolekul seluler seluler yang secara secara spesifik spesifik dan langsung berikatan dengan agonis/ligan untuk memicu signaling kimia antara dan dalam sel ->menim - >menimbulkan bulkan efek •
. Spesifik - Mekanisme kerja : • • • •
Bekerja pada enzim Antagonis Menekan fungsi gen Bekerja pada memban
Contoh : senyawa kolinergik O R
C H
O
–
C H
2
C H
2
N
+
(C H
3)3
R = CH3 = Asetilkolin =
kolinergik masa kerja pendek –
R = NH2 = Karbamilkolin =
kolinergik masa kerja
II. II.2 SIFAT OBAT SECARA UMUM UMUM
Obat merupakan bentuk-bentuk sediaan tertentu dari bahan obat yang diginakan pada hewan dan manusia. Bahan obat adalah zat aktif yang dapat berfungsi untuk mencegah, meringankan, meringankan, menyembuhkan, atau mengenali penyakit. (Dengan demikian bahan obat mempunyai arti yang lebih bernilai dibandingkan dengan zat aktif). Selain bersifat sebagai racun, obat juga mempunyai beberapa sifat, yaitu memili ki potensi kerja, aktivitas intrinsik dan khasiat.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
a. Racun (bahan (bahan perusak perusak)) Racun (bahan perusak) ialah zat aktif yang menyebabkan menyebabkan kerja yang merusak. Apabila pada sejumlah senyawa, terutama obat, dosislah yang menentukan apakah timbul kerja yang berguna atau yang merusak, maka dalam arti yang sempit, sempit, racun r acun hanya merusak. Suatu zat dinyatakan sebagai racun jika ia dapat menimbulkan kerja yang merusak. Dalam prakteknya senyawa yang disebut racun hanyalah jika resiko kerusakan yang ditimbulkan relatif besar. Yang harus har us dicamkan adalah : Semua zat adalah racun dan tidak ada zat yang bukan racun. Hanya dosislah yang membuat suatu zat buka racun (paracelsus). Ini berarti, adanya suatu zat racun potensial, di dalam suatu organisme belum tentu menimbulkan keracunan. Hampir dalam tiap individu dapat terdeteksi adanya sejumlah sejumlah tertentu timbal, air raksa dan DDT, akan tetapi zat ini tidak menimbulkan gejala keracunan, selama selama sejumlah sejumlah yang diterima masih masih dibawah konsentrasi toksik. Jadi barulah pada dosis toksik suatu zat dapat bertindak sebagai racun. Sebaliknya jika jika suatu zat digunakan dalam dalam jumlah amat besar, maka pada umumnya umumnya tiap zat beracun, bahkan air air sekali pun. Karena itu pembuktian adanya racun dalam konsentrasi subtoksik mempunyai arti yang penting, karena dengan mengetahui bahaya yang mungkin timbul secara dini, akan dapat dihindari pendedahan selanjutnya dan dicegah terjadinya kerusakan toksik, misalnya dengan mengawasi air minum. Disamping dosis atau konsentrasi zat, yang penting untuk kerja racun adalah frekuensi dan lama pendedahan. Jadi konsentrasi racun yang rendah pada kontak yang lama dapat menimbulkan efek toksik yang sama seperti konsetrasi yang tinggi dengan waktu kontak yang singkat. Konsentrasi atau dosis racun yang juga pada waktu kontak yang l ama masih tidak menimbulkan efek toksik dinamakan nilai ambang (harga effect ct lev level atau no obser observ ved effe effect ct lev level). batas, no effe Antara kerja (atau mekanisme mekanisme kerja) suatu bahan obat dan suatu racun tidak terdapat perbedaan mendasar, melainkan hanya secara relatif. Kerja suatu bahan obat dikatakan tak diingini jika keluhan yang menyebabkan digunakannya obat tidak sembuh. Semua kerja yang tak diingini i ni dapat dikatakan merupakan efek toksik. Karena itu menyatakan kerja kerja terapeutik dan kerja kerja toksik tidak pernah boleh dinilai secara absolut.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Tergantung tujuan penggunaan suatu senyawa senyawa maka dapat kita ki ta bedakan apakah suatu zat memberikan kerja obat atau r acun, karena suatu zat yang bekerja secara farmakologis juga potensial sebagai senyawa toksik. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa dalam beberapa hal beberapa komponen kerja suatu farmakon merupakan efek samping yang diinginkan dan pada kasus yang lain berguna secara terapeutik. Sebaliknya kadang-kadang pemeriksaan toksikologis dapat menelurkan pengembangan obat nabati atau obat sintetik. Sebagai contoh adalah antikogulasia yang bekerja tak langsung, yang merupakan turunan dari racun yang terdapat dalam Melilotus albus (semanggi) (Klee) yang rusak. Pada masa yang lalu keracunan karena kejahatan cukup berarti. Saat ini toksikolgi semacam ini sudah jauh berkurang dibandingkan dengan risiko yang mungkin timbul akibat senyawa kimia ataupun lingkungan yang sudah terpengaruh zat-zat kimia. Jika kita mengamati mengamati statistik keracunan yang berlangsung dalam periode yang panjang, dapat diamati dua jenis perkembangan : 1. Jenis keracunan bergeser 2. Jumlah keracunan selalu meningkat meningkat terus dinegara industri. Berbeda dengan dulu, keracunan akut umumnya terjadi karena logam berat (timbal, air raksa, raksa, thallium) atau methaloid methaloid (misalnya arsen arsen dan antimon). Secara persentase keracunan yang sering terjadi saat ini adalah karena penggunaan obat terutama obat tidur dan penenang, umumnya dengan maksud bunuh diri. Disamping toksisitas kronis yang terjadi karena meningkatnya pencemaran lingkungan dan penggunaan obat dalam jangka waktu yang panjang dengan konsentrasi yang kecil. Karena itu pengetahuan yang terinci tentang sifat toksikologik zat kimia yang dibuat amatlah diperlukan. (Di dunia barat saat ini digunakan sekitar 500.000 senyawa senyawa kimia, hanya sebagian sebagian kecil diantaraya yang mempunyai data yang toksikologi yang pasti). Dalam hal ini yang terutama harus diperhatikan adalah logam berat (misalnya timbal dari asap mobil, raksa dalam buangan limbah), peptisida serta hi drokarbon terhalogenasi terhalogenasi dan hidrokarbon polisiklik. Dengan adanya berbagai peraturan dan meningkatkan kesadaran akan kebersihan lingkungan haruslah diusahakan untuk sedapat mungkin memperkecil pendedahan dengan zat yang berbahaya yang potensial. Disamping konsentrasi di tempat kerja, dimasa yang akan datang juga harus lebh diperhatikan beban zat yang berbahaya dalam ruang tinggal. Untuk risiko toksikologik tidak hanya
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
harus diperhatikan manusia yang juga terkena risiko ter sebut, melainkan juga harus dilihat kerusakan umum umum pada lingkungan dan biosfer. biosfer. Dengan demikian seluruh makhluk hidup di alam, hewan, tumbuhan, organisme rendah dan sebagainya diperhatikan. Bersamaan dengan peningkatan yang pesat kebutuhan akan energi terjadi pula kebutuhan yang besar akan bahan makanan dan produk industri yang dapat memenuhi standar hidup yang lebih tinggi. Tentu saja dengan meningkatnya produksi dan meningkatnya penggunaan, akan terjadi produk sisa yang amat banyak, yang merupakan salah satu masalah masa kini. Perkataan yang sering terdengar ‘Kembali ke alam’ untuk dapat memecahkan memecahkan masalah ini hanyalah hanyalah merupakan fiksi fiksi saja, karena yang bersangkutan sama sekali tidak mengetahui sifat toksikologik bahan alami. Yang saat ini merupakan racun dan konserogen yang paling kuat berasal dari tanaman. Tidak disadari pula keinginan dan harapan dari masyarakat modern. Untuk menjaga agar dicapapi standar hidup yang agak baik dalam masyarakat yang padat ini, tidaklah dapat dihindari untuk menggunakan segala ksempatan deangan amat baik. Umat manusia haruslah belajar, hidup dengan ilmu kimia sedemikian sedemikian sehingga akan didapat keuntungan penuh, sedangkan pengaruh yang negatif, misal pencemaran lingkungan diperkecil sampai batas yang masih dapat diterima. Sudalah menjadi tugas para ahli farmakologi, untuk ikut ambil bagian menyelesaikan persoalan ini. Titik berat aktivitas harus dilakukan bukan dengan menghilangkan pencemaran ini melainkan mencegah terjadinya pencemaran. Karena itu amatlah penting untuk mendapatkan kerja senyawa toksik potensial. Interaksi yang mendasari zat aktif biologik baik obat maupun racun dengan objek biologik terjadi dalam tingkat molekul. Karena itu untuk mengetahui apakah risiko yang dimiliki suatu zat ki mia, hanya dapat diperoleh dari farmakologi molekul atau toksikologi molekul. Suatu zat baik obat maupun racun sepwrti juga objek bilogik terdiri atas molekul-molekul. Suatu efek baik terapeutik maupun efek t oksik hanya dapat terjadi karena interaksi antara molekul ber khasiat dan molekul objek biologiknya. Karena itu untuk toksikologi, ilmu bi okimia makin banyak berperan. •
Bidang toksikologi Ada beberapa kemungkinan kemungkinan untuk menggolongkan menggolongkan toksikologi antara lain dapat dibedakan atas
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
-
-
Efek toksik akut, yang yang langsung berhubungan berhubungan dengan pengambilan zat toksik Efek toksik kronis, kronis, yang pada umumnya umumnya zat dalam jumlah jumlah sedikit diterima tubuh dalam jangka waktu yang lama sehingga akan terakumulasi mencapai konsentrasi toksik dan dengan demikian menyebabkan terjadinya gejala keracunan.
toksisitas jangka jangka panjang panjang Yang mempunyai arti penting yaitu toksisitas atau (kronis). Yang dimaksud di sini adalah efek toksik yang baru dapat dipastikan setelah periode laten yang cukup panjang, misalnya kerja mutagenik dan kerja karsinogen. Pada pembagian lain toksikologi dapat dilakukan berdasarkan jenis zat dan keadaan pada saat kerja toksik terjadi. Berdasarkan ni toksikologi dibagi atas : o o o o o o o o
Toksikologi obat Toksikologi bahan makanan Toksikologi pestisida Toksikologi industri Toksikologi lingkungan Toksikologi kecelakaan Toksikologi perang, dan Toksikologi penyinaran
bagian toksikologi obat mencangkup : -
-
-
uji obat yang potensial terhadap toksisitas atau keamanannya keamanannya dalam fase praklinik efek samping samping (yang tak diingini) dari dari obat, kombinasi kombinasi obat obat dan kosmetika .pada penggunaan sesuai petunjuk serta. Keracunan akut akut dan kronis pada penggunaan obat berlebih.
b. Potens Potensii kerja kerja potensi kerja suatu senyawa ialah ukuran untuk dosis dan konsentrasi, konsentrasi, yang dibutuhkan untuk mencapai efek tertentu : makin besar potensi kerja, makin rendah dosis (konsentrasi) yang di butuhkan. Kerja suatu obat merupakan hasil dari banyak sekali proses dan kebanyakan proses sangat rumit. rumit. Umumnya ini didasari suatu rangkaian rangkaian reaksi, yang dibagi dalam tiga fase :
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
•
•
fase farmaseutik, meliputi hancurnya bentuk sediaan obat dan melarutnya bahan obat, dimana kebanyakan bentuk sediaan obat padat yang digunakan. Karena itu fase ini terutama ditentukan oleh sifat-sifat galenik obat. armakokinetika, termasuk proses invasi dan proses fase f armakokinetika, elim eliminasi inasi (evasi). Yang dimaksud dengan invasi ialah prosesproses yang berlangsung pada pengambilan suatu bahan obat ke dalam organisme (absorpsi, distribusi), sedangkan eliminasi merupakan proses-proses yang menyebabkan penurunan konsentrasi obat dalam organisme (biotransformasi, ekskresi). Prinsip farmakokinetik yaitu bagaimana tubuh menangani obat. Konentrasi obat dalam plasma dan jaringan tubuh tergantung cara obat diperlakukan oleh tubuh, tubuh menangani menangani obat melalui 4 tahap : o absorpsi o distribusi o metabolisme (biotransformasi) o eliminasi 1) Absorp Absorpsi si yang dimaksud dengan absorpsi suatu obat ialah pengambilan obat dari permukaan tubuh (di sini termasuk juga mukosa saluran cerna) atau atau dari tempat-tempat tertentu dalam organ dalaman ke dalam aliran darah atau ke dalam sistem pembuluh pembuluh limfe. Dari aliran darah darah atau sistem pembuluh limfe terjadi distribusi obat ke dalam organisme keseluruhan. Karena obat, baru dapat berkhasiat apabila berhasil mencapai konsentrasi yang sesuai pada tempat kerjanya maka suatu absorpsi yang cukup merupakan syarat untuk suatu efek terapeutik, sejauh obat tidak digunakansecara intravasal atau tidak langsung dipakai pada tempat kerjanya. Absorpsi kebanyakan obat terjadi secara pasif melalui difusi. Kecepatan absorpsi dan kuosien absorpsi (hubungan bagian yang diabsorpsi terhadap jumlah yang diberikan) bergantung kepada banyak faktor. Diantaranya yang terpenting ialah : o sifat fisikokimia bahan obat, obat, terutama sifat stereokimia stereokimia dan kelarutannya o besar partikel dan dan dengan demikian permukaan permukaan jenis jenis o sediaan obat
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
o o o o o o o
dosis rute pemberian pemberian dan tempat pemberian waktu kontak kontak dengan permukaan absorpsi besarnya luas permukaan yang mengabsorpsi mengabsorpsi nilai pH dalam darah yang mengabsorpsi mengabsorpsi integritas membran serta aliran darah organ yang yang mengabsorpsi mengabsorpsi
Untuk dapat diabsorpsi, bahan obat harus berada dalam bentuk terlarut. Umumnya, kecepatan larut bahan aktif (misalnya dalam saluran cerna atau dalam tempat intamuskular) menentukan laju absorpsi. Ini tentukan, selain oleh sifat-sifat senyawa (seperti misalnya bentuk kristal, besarnya partikel, solvatasi), ditentukan juga ooleh sifat sediaan obat (antara lain bahan pembantu yang digunakan, bahan penyalut). 2) Distribusi Distribusi Apabila obat mencapai mencapai pembuluh darah, obat akan akan ditranspor lebih lanjut bersama aliran darah dalam sistem sirkulasi. Akibat landaian konsentrasi darah terhadap jaringan, bahan obat mencoba mencoba untuk meninggalkan pembuluh darah dan terdistribusi dalam organisme keseluruhan. Penetrasi pembuluh darah ke dalam jaringan dan dengan demikian distribusinya, seperti halnya absorpsi, bergantung pada banyak peubah. Khususnya ukuran molekul ikatan pada protein plasma dan protein pr otein jaringan, kelarutan dan sifat kimia. ki mia. Selanjutnya bergantung pada pasokan darah dari organ dan jaringan masing-masing, masing-masing, ketelapan membran dan perbedaan pH antara plasma dan jaringan. Berdasarkan fungsinya, fungsinya, organisme dapat dibagi dalam ruang distribusi yang berbeda (kompartemen). o ruang intrasel dan o ruang ekstrasel Dalam ruang intrasel (sekitar 75 % dari bobot badan) termasuk cairan intrasel dan komponen sel yang padat. Ruang ekstrasel (sekitar 22 % dari bobot badan) dibagi lagi atas : o o o
air plasma ruang usus dan cairan transsel
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
air plasma (sekitar 4 % dari bobot badan) meliputi cairan intravasal. Ruang usus (sekitar 16-20% dari bobot badan) meliputi cairan yang mudah berdifusi dalam intestinum serta cairan yang sukar berdifusi dalam jaringan ikat i kat tebal dari kulit, otot, persendian dan tulang. Dalam cairan transsel (sekitar 1,5% dari bobot badan) termasuk cairan serebrospinalis, air humor (Aqueous humor), perilimfe dan endolimfe serta cairan dalam rongga tubuh dan organ berongga. Bergantung pada sifat fisiko-kimianya, berdasarkan distribusi kedalam berbagai ruang distribusi, kita membedakan 3 jenis bahan obat : obat yang hanya terdistribusi terdistribusi dalam plasma. obat yang terdistribusi dalam plasma dan ruang o ekstrasel sisa. Obat yang terdistribusi dalam ruang ekstrasel ekstrasel dan o juga dalam ruang intrasel. 3) Biotransform Biotransformasi asi Karena senyawa lipofil sebagian besar direabsorpsi kembali kedalam tubuli ginjal setelah filtrasi fil trasi glomerulus, maka senyawa ini hanya dapat diekskresi dengan lambat melalui ginjal. Karena itu seandainya senyawa senyawa ini tidak diubah secara kimia, mungkin berbahaya karena bahan-bahan demikian menetap dalam tubuh dan terakumulasi terutama dalam jaringan lemak. Karena itu tidaklah mengherankan mengherankan bahwa organisme memiliki sistem enzim yang dapat mengubah xenobiotika lipofil menjadi bahan yang lebih hidrofil dan lebih mudah dapat diekskresi. Laju eliminasi bahan yang larut dalam lemak bergantung, sebagian besar, kepada berapa cepat senyawa ini dimetabolisme menjadi senyawa-senyawa senyawa-senyawa yang lebih larut l arut dalam air dalam dal am organisme. Proses perubahan senyawa asing disebut biotransformasi. Biotrasformasi terjadi terutama dalam hati dan hanya dalam jumlah yang sangat rendah terjadi terjadi dalam organ lain (misalnya dalam usus, ginjal, paru-paru, limpa, otot, kulit atau dalam darah). Reaksi biotransformasi biotransformasi yang mengubah molekul obat secara oksidasi, reduksi atau hidroli sis disebut reaksi fase I. Sedangkan pada reaksi fase II terjadi penggabungan (konjugasi) molekul-molekul obat dan juga metabolit-metabolit yang terjadi pada reaksi fase I dengan o
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
senyawa tubuh sendiri. Reaksi oksidasi yang sangat penting untuk biotrasformasi ialah reaksi oksidasi yang melibatkan oksidase, monooksigenase dan dioksigenase. 4) Ekskresi Ekskresi Seperti halnya biotransformasi, ekskresi suatu obat dan metabolitnya menyebabkan penurunan konsentrasi bahan berkhasiat dalam tubuh. Ekskresi dapat terjadi , brgantung kepada sifat fisikokimia (bobot molekul, harga pKa, kelarutan, tekanan uap) senyawa yang diekskresi, melalui : o ginjal (dengan urin) o empedu dan usus (dengan feses) atau o paru-paru (dengan udara ekspirasi). Ekskresi obat melalui kulit dan turunannya, tidak begitu penting. Sebaliknya pada ibu yang menyusui, eliminasi obat dan metabolitnya dalam air susu dapat menyebabkan intoksifikasi yang membahayakan pada bayi.
•
armakodinamika, merupakan interaksi obat-reseptor dan fase f armakodinamika juga proses-proses yang yang terlibat dimana akhir dari efek farmakologi terjadi. Tujuan pokok percobaan farmakologi adalah penjelasan terhadap pertanyaan, apakah senyawa yang diuji merupakan obat yang bekerja spesifik atau tidak spesifik. Senyawa yang bekerja tidak spesifik zat berkhasiat ini mempunyai ciri : tidak bereaksi bereaksi dengan dengan reseptor reseptor spesifik, spesifik, o dosis yang yang relat relatif if besar, besar, karena itu bekerja bekerja hanya pada dosis o o menimbulkan efek yang mirip mirip walaupun strukturnya berbeda dan o kerjanya hampir hampir tidak berubah pada modifikasi yang tidak terlalu besar. Dalam kebanyakan hal, khasiatnya berhubungan dengan sifat lipofilnya. Oleh karena itu perbedaan kerjanya dapat dijelaskan dengan koefisien distribusi yang berbeda. Kemungkinan besar kerja senyawa demikian menyangkut interaksi dengan struktur lipofil organisme, khususnya struktur membran, dalam hal i ni fungsi struktur diubah. Yang termasuk dalam obat yang bekerja tidak spesifik , antara lain, anestetika inhalasi, demikian juga zat desinfektan.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Senyawa dengan kerja spesifik senyawa golongan ini bekerja melalui interaksi dengan reseptor-spesifik. Efeknya sangat bergantung kepada bentuknya, besarnya dan pengaturan stereokimia molekul. Selain iru bergantung juga pada letak gugus fungsinya serta distribusi elektronnya. Senyawa Senyawa demikian, berkhasiat dalam konsentrasi yang lebih kecil pada stuktrur kimianya dapat sangat mempengaruhi khasiat farmakologinya. Senyawa yang berkaitan dengan reseptor yang sama memiliki banyak unsur struktur yang umum, yang di sebut gugus farmakofor, dalam tata susun ruang yang sesuai.
c. Aktivitas Aktivitas intrins intrinsik ik (aktivitas (aktivitas kerja) kerja) aktivitas kerja menyatakan efek maksimum dalam suatu sistem biologi yang dapat dicapai dengan suatu senyawa (yang menstimulasi sistem tersebut). d. Khasiat Khasiat Seperti halnya bahan obat atau obat merupakan istilah (klinik) yang dapat diukur, menyatakan penyembuhan, penyembuhan, penguranagn, peringanan atau profilaksis suatu penyakit yang dapat dicapai dengan obat.
II. II.3 ANALISIS ANALISIS OBAT
Menurut urutan waktu waktu kerja obat, fase farmakodinamik farmakodinamik ini didahului oleh fase farmakokinetik, yang menyangkut fisikokimia yang memungkinkan obat mencapai sisi kerjanya. Obat bentuk padat mulamula harus melarut, llalu alu harus diserap pada tempat pemberian, kemudian diangkut keseluruh tubuh. Tetapi melalui proses ini, obat mencapai berbagai sasarannya dengan sangat tidak saksama saksama dan bergantung pada banyak parameter. Selain berikatan dengan reseptor khas yang menghasilkan efek yang diharapkan, obat juga terikat secara tidak khas, dan teroerangkap pada sisi depot, bergerak ke si stem lain, dan menimbulkan efek samping dan toksisitas yang tidak diinginkan. Bersama dengan fase farmakokinetik dan fase farmakodinamik kerja obat harus diperhatikan metabolisme molekul obat. Obat t erpajan pada banyak sistem enzim yang berperan dalam urusan dalam sel yang biasa. Sistem ini mengenali mengenali molekul asing ‘xenobiotik’, menjadkan menjadkan sebagai bahan biotransformasi, sering dengan cara tidak khas dengan maksud untuk menghilangkan zat xenobiotik itu. Disamping itu, metabolit yang
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
terbentuk dari transformasi tr ansformasi mungkin mempunyai aktivitasfarmakologi sendiri. Metabolisme dapat juga menyebabkan pengaktifan yang diperlukan untuk mengubah suatu praobat lembam menjadi senyawa aktif. Aktivitas suatu obat berakhir berakhir setelah zat tersebut terekskresi, terekskresi, baik sebelum mengalami biotransformasi ataupun sesudahnya. Hal ini dapat terjadi melalui berbagai cara, diantaranya dapat berakibat lebih lanjut bila eliminasi terjadi melalui plasenta atau air susu. Farmakokinetika dan metabolisme obat sama pentingnya seperti farmakodinamika molekul dan biokimiawi untuk memahami seluruh aktivitas farmakologi suatu obat. Kemajuan yang umumnya cepat dalam metodologi serta tuntutan badan pengawas obat telah snagat meningkatkan kegiatan dalam bidang ini. Disamping itu, telah diketahui bahwa perancangan obat yang rasional tidak mugkin dilakukan tanpa mempertimbangkan dengan baik penyebaran dan metabolisme metabolisme obat, serta berbagai cara yang dapat meperbaiki keseluruhan kemanjuran kerja obat 1. Penyebaran Penyebaran obat Obat diberikan secara oral (obat dalam) atau melalui rute bukan oral (parenteral). Penyerapan obat adalah pristiwa pertama yang vitro. Obat parenteral biasanya berupa mempengaruhi aktivitas obat in vit larutan dan dapat diserap dengan cepat. Sebaliknya, obat oral biasanya dalam bentuk padat, membawa sejumlah peubah yang menentukan pelarutan, penyerapan, ketersediaan hayati, dan kecepatan obat mencapai sasarannya. Pelarut dan pembagian dalam bi ofase merupakan fenomena fisika. Karena semua faktor tersangkut dalam aktivitas farmakologiakhir suatu obat, maka obat yang struktur kimianya serupa, ketersediaan hayati serta laju kerjanya tidak selau sepadan. Parameter yang menentukan hasil akhit pemakaian obat dibicarakan di sejumlah asal berikut. 1.1 Pelaruta Pelarutan n obat obat Laju pelarutan obat merupakan langkah penentu laju pada kerja obat bila obat ditelan dalam bentuk padat atau bentuk suspensi. Laju pelarutan ditentukan oleh : 1) kelarutan kelarutan obat obat dalam dalam air 2) pH medium medium 3) pKa obat obat 4) bentuk, luas spesifik, dan dan kepadatan kepadatan kridtal kridtal atau butiran obat obat 5) formulasi obat (jenis (jenis pengikat, penambah, penambah, serta penyalut tablet atau kapsul) Laju pelarutan dapat digambarkan digambarkan dengan persamaan persamaan Noyes-Ehitney : dC / dt =kS =kS (Cs – C) dengan dC dC / dt adalah laju pelarutan, S luas permukaan zat padat, Cs kelarutan obat, dan C konsentrasi pada saat t. Tetapan k sebanding dengan kekentalan medium, karena pelarutan
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
dibatasi oleh difusi dan tergantung ter gantung pada ketebalan lapisan difusi, yaitu lapis tipis larutan jenuh yang tidak terduk pada permukaan kristal. Luas permukaan obat dapat ditingkatkan dengan ‘pemikronan’ yaitu pengecilan ukuran butiran dengan menggilingnya sampai ukuran dari 10 um. Dengan cara cara ini laju pelarutan dapat dapat ditingkatkan beberapa kali kali lipat, tetapi kadang-kadang diperoleh diperoleh hasil yang kebalikan kebalikan dari efek yang yang dikehendaki : pemikronan dapat meningkatkan meningkatkan pengerundulan serbuk atau butiran dapat memadat sewaktu pembuatan tablet. Kadang-kadang pemikronan lebih memudahkan memudahkan penguraian obat obat dalam lambung, lambung, seperti halnya pemakaian pada penisilin oral. Pemakaian bentuk amorf, alih-alih bentuk kristal, dapat sangat meningkatkan kelarutan secara mencolok karena untuk terjadinya pelarutan tidak ada kisi kristal yang memerlukan masukan energi. Senyawa hidrofob dapat ditangani dengan zat pembasah untuk mempermudah masuknya fase air ke permukaaan kristal. Pada pelarutan obat, pH pelarut sangat penting. 1.2 Pemberian Pemberian obat obat melalui melalui salura saluran n cerna cerna Cara pemakain obat yang apling umum dan nyaman adalah rute oral. Setelah pelarutan, obat harus mengatasi rintangan membran semipermeabel antara lubang saluran cerna dan peredaran sistemik. Pori berair memungkinkan perjalanan yang bebas bebas untuk air, air, ion monovalen dan molekul kecil hidrofil, senyawa hidrofob dapat melintasi fase lipid pada membran. Banyak molekul penting berupa bahan gizi dan obat melintasi membran dengan cara difusi pasif – zat tersebut bergerak mengikuti perbedaan konsentrasi (dari konsentrasi yang lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah). Laju difusinya sebanding dengan perbedaan konsentrasi, seperti dijelaskan oleh hukum Fick. Karena zat linarut terhanyut oleh aliran darah, konsentrasi konsentrasi disini selalu sel alu lebih rendah. Banyak senyawa lain, baik bahan makanan maupun obat, tidak daoat berdifusi secara bebas. Zat tersebut harus dibawa oleh pengangkut yang bekerja berdasarkan sistem port-antiport, jadi kesetimbangan ‘impor-ekspor’ harus dipertahankan. Sistem cerna terdiri dari lambung, duodenum, jejunum, jejunum, ileum, kolon, dan rektum. Setiap bagian komponen ini berbeda anatomi, histologi, dan faalnya. 1.3 Pemberian Pemberian obat secara secara parent parenteral eral Pemberian obat secara parenteral (bukan oral) sering lebih efisien dan leih cepat dibandingkan dengan pemberian secara oral, tetapi mungkin saja kurang nyaman. Masalah dalan penyerapan obatnya lebih sedikit dibandingkan dengan masalah pada obat oral, dan pemakaian secara topikal dapat dilakukan.
suntikan ikan intaven intavena a kedalam Metode yang paling umum dan cepat adalah sunt vena parifer. Cara ini menghasilkan respon ynag hampir hampir segera, dan kadar obat dalam serum dapat diramalkan di ramalkan dan diandalkan. Penyuntikan
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
tidak boleh terlalu cepat, untuk mencegah kadar obat yang tinggi di t empat penyuntikan (bolus) atau terjadi pengendapan bahan yang tidak larut yang menyebabkan embolisme.
Suntikan untikan intram intramuskula uskularr kurang dapat diandalkan dibandingkan dengan cara intravena dalam hal ketersediaan hayati, l aju penyerapan, dan efek lokalnya. Pengendapan obat di tempat penyuntikan, rasa nyeri, dan penyerapan yang tertunda sering terjadi. Suntikan untikan subkutan subkutan mempunyai kekurangan seperti suntikan intramuskular, tetapi laju penyerapannya dapat lebih mudah diatur, misalnya efek anestetika lokal dapat diperlama dengan penambahan vasokonstrikor ke dalam larutannya. 1.4 Ketersediaa Ketersediaan n hayati hayati obat Laju dan kesempurnaan penyerapan obat menentukan jumlah efektif yang mencapai sisi kerja. Banyak faktor yang mempengaruhi mempengaruhi penyerapan : kepermeabelan, kelarutan, pK a, a, cara pemberian obat, formulasi sediaan, metabolisme obat sebelum dan sesudaah mencapai sisi kerja dan bahkan posisi tubuh penderita (pengosongan lambung berlangsung lebih cepat bila penderita berbaring pada sisi kanan). Penentuan ketersediaan hayati hayati merupakan persyaratan untuk mendapatkan izin membuat obat, tetapi pabrik sakunder tidak diwajibkan menunjukkan menunjukkan kesetaraan terapi pada sediaan asli. 1.5 Penyebara Penyebaran n obat Penyebaran obat merupakan proses yang dialami obat, mulai dari penyerapan sampai ia mencapai jaringan yang terletak jauh dari tempat penyerapan itu. Obat dapat mencapai peredaran darah secara langsung atau tidak langsung, dan dalam beberapa menit terencerkan ke dalam seluruh volume darah. Karena kapiler perifer mempunyai pori-pori yang besar (fenestrae), obat yang yang berbobot molekul molekul kurang dari 600.000 600.000 berdifusi dengan cepat ke dalam cairan interstisial inter stisial yang mengisi ruang antarsel. Gabungan volume darah dan cairan interstisial disebut kompart kompartem emen en pusat, yang besarnya kira-kira 140-190ml/kg bobot badan. 1.6 Keragaman Keragaman farmakokin farmakokinetik etik Pada dosis per kilogram bobot badan yang sama, sama, keragaman respon tubuh terhadap obat pada orang yang berbeda dapat sampai sampai 10 kali lipat. Banyak penyebab terjadinya hal ini, tetapi beberapa obat menunjukkan menunjukkan keragaman efek yang lebih besar dibandingkan dengan obat lain. Obat yang menunjukkan pengosongan hati (laju eliminasi/konsentrasi dalam arteri) yang tinggi serta metabolisme prasistemik (zat perintang, timoleptika) juga menunjukkan menunjukkan keragaman perorangan yang besar. Keragaman ini dapat diperkecil dengan pemberian parenteral.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
1.7 Eliminasi Eliminasi obat Efek obat berkurang melalui beberapa cara : penyebaran ulang diantara kompartemen, penggudangan, ekskresi obat utuh, dan ekskresi metabolit. Kedua faktor yang disebutkan pertama dibicarakan pada beberapa bagian terdahulu. Obat utuh dapat dieliminasi dieli minasi melalui berbagai organ, tetapi rute eliminasi yang paling penting, baik untuk obat utuh maupun untuk metabolit, adalah ginjal dan hati. Tiga proses yang menentukan jumlah obat yang dieliminasi adalah penyaringan glomerullus, sekresi tubulus, dan penyerapan ulang. Glomeruli menyaring kira-kira 10 % dari 1,2-1,4 liter darah yang diterima setiap menit, menahan sel dan banyak protein, tetapi melewatkan air dan molekul obat kecil. Jadi, hanya obat yang tidak terikat pada protein plasma plasma ubulus s merupakan proses yang melibatkan yang dibuang. Sekresi tubulu transpor aktif, jadi tidak dipengaruhi oleh pengikatan protein, baik obat bebas maupun yang terikat diangkut.
P eny enyerapa erapan n ulan ulang g di tubul ubulus us mengembalikan sejumlah sejumlah besar zat (termasuk obat) dalam ultrafiltrat ke dalam dalam peredaran darah, terutama terutama linarut yang penting untuk faal dan untuk gizi seperti glukosa, garam, asam amino, amino, dan senyawa larut lemak. lemak. Penyerapan ulang asam atau basa lemah tergantung pada pH kemih, pengasaman pembasaan kemih dengan NH4Cl atau NaHCO3 dapat meningkatkan atau memperlambat eliminasi obat, jadi mempengaruhi waktu paro serta efek farmakologi. E kskresi kskresi lewat lewat empe empedu du merupakan akibat sekresi obat oleh sel hati, yang sangat mirip dengan ekskresi lewat ginjal. Pengosongan Pengosongan empedu dapat mencapai 500 ml/menit. Senyawa yang mempunyai berat molekul kkurang dari 400 diekskresikan lewat kemih, molekul yang lebih besar dikeluarkan oleh hati. Sekre Sekresi si kedal edalam am air air su susu su tidak menonjol, menonjol, tetapi mengingat mengingat fungsi hati dan ginjal yang belum matang pada anak-anak, dianjurkan agar i bu yang menyusui tidak memakan obat, atau hanya memakan segera setelah menyusui untuk menghindari konsentrasi obat yang tinggi dalam serum dan air susu pada waktu menyusui. Dalam beberapa beber apa hal, menyusui harus betul-betul di larang. Antarak Antaraksi si obat merupakan bagian penting pada farmakologi dan farmakokinetika. 2. Metabolism Metabolisme e obat Perlu dipahami bahwa metabolisme metaboli sme tidak selalu menyebabkan senyawa menjadi tidak aktif. Sering justru metablit obat adalah yang merupakan obat , seangkan prazatnya merupakan praobat yang tidak tidak aktif, aktif, atau
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
metabolit tersebut dapat membentuk ikatan kovalen, dan dalam keadaan terikat pada ADN, dapat bertindak ber tindak sebagai mutagen atau karsinogen. 2.1 Oksida Oksidasi si Berbagai reaksi oksidasi berlangsung pada organ metabolisme utama, yaitu hati, dan dikatalisis oleh enzim tidak khas. Enzim ini terikat pada retikulum endoplasma yang halus, yang pada waktu penyeragaman menghasilkan serpihan mikrosoma yang terdiri dari butiran sangat kecil yang mengendap hanya pada kecepatan 100.000 x g. 2.2 Reduksi Reduksi dan hidrolisis hidrolisis Gugus nitro, azo, dan karbonil dapat mengalami reduksi, dengan akibat terbentuk gugus yang lebih polar, yaitu amino dan hidroksi. Ada beberapa enzim reduktase dalam hati, yang tergantung ter gantung pada NADH atau NADPH, yang mengkatalisis mengkatalisis reaksi ii. Mungkin Mungkin reduksi yang paling paling terkenal adalah reduksi pemutusan pemutusan prontosil menjadi menjadi sulfanilamida. sulfanilamida. Senyawa berhalogen berhalogen seperti anestetika umum halotan mengalami deklorinasi redukttif, i katan C-P bersifat mantap. Halogennya juga dihilangkan oleh reaksi oksidasi, menghasilkan trifluoroasetat. Proses lain yang menghasilkan senyawa yang lebih polar adalah hidrolisis enzimatik senyawa ester dan amida. Banyak enzim yang melakukan reaksi demikian, beberapa diantaranya tidak begitu khas, misalnya pseudokolinesterase pseudokolinesterase dalam serum. Laju hidrolisis ester atau amida biasanya sangat berbeda, dan ini dimanfaatkan oleh para ahli kimia medisinal dalam merancang analog amida senyawa prokain. 2.3 Reaksi Reaksi konyugas konyugasii Konyugasi yang dikenal sebagai reaksi fasi II, menyempurnakan menyempurnakan ksi penguraian obat yang mengalami metabolisme oksidatif atau reduktif. Reaksi konyugasi tidak selalu menghasilkan menghasilkan senyawa yang cukup hidrofil atau tidak aktif untuk diekskresikan dengan segera. Yang terpenting adalah glukuronidasi, yaitu pembentukan obat bentuk glikosida asam glukuronat melalui UDP-glukosa dalam mikrosoma hati. Senyawa fenol, alkohol, amina, dan amida, semuanya membentuk senyawa O – atau N – glukuronida, baik gugus fungsi tersebut melalui metabolisme atau tidak. Banyaknya zat endogen, seperti steroid, juga diekskresikan dengan cara ini. Senyawa glukuronida biasanya tidak toksis, sangat larut air dan diekskresikan dalam kemih atau cairan empedu, konyugasi sulfat kurang lazim pada manusia, tetapi terjadi pada senyawa steroid dan fenol.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Konyugasi glutation terjadi dalam sitoplasma. Konyugasi ini penting dalam eliminasi halid dan fenol polisiklik. polisikli k. Zat hasil akhirnya dapat berupa asam merkapturat. Asetilasi terlihat dalam metabolisme senyawa amina aromatik (misalnya golongan sulfanilamida), senyawa hidrasida, dan histamina. 2.4 Efek toksik toksik metabol metabolisme isme obat Biotoksifikasi dapat terpulihkan, dapat juga tidak. Fotosensitisasi dan reaksi alergi biasanya terpulihkan, tetapi reksi kovalen antara suatu metabolit dengan biomolekul dapat menjurus ke karsinogenesis, mutagenesis, atau efek teratogenik (perkembangan janin tidak sempurna). Semua ini harus dihindari, bila mungkin dengan pengubahan struktur obat yang sesuai. Ada dua jalur yang terutama berbahaya berbahaya karena menghasilkan menghasilkan zat – antara yang dapat menyebabkan kerusakan sel yang abadi. Yang pertama adalah pembentukan senyawa oksida arena dari hidrokarbon polisiklik, yang merupakan penyebab dekarsinogen senyawa tersebut dan sangat dikenal sebagai pencemar lingkungan yang berbahaya. Karsinogen ‘generasi ketiga’ dapat juga terbentuk terbentuk dari senyawa senyawa aromatik lain, salah satu cara untuk menghambat menghambat pembentukannya adalah dengan memasukkan p-fluoro ke dalam cincin senyawa obat. Metabolisme obat dan aktivitas obat dipengaruhi oleh banyak faktor l ain. Keragaman perorangan dapat sebesar 10 kali lipat, cacad yang dibawa lahir (misalnya sindrom down) atau faktor kesukusn dapat mempengaruhi ketersediaan enzim.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
DAFTAR PUSTAKA
Penganttar Bentuk Bentuk sedia sediaan an F armasi, Universitas Ansel, C. Howard.1989. Pengan Indonesia (UI-Press) : Jakarta. Kimia farm farmasi. Universitas Negeri Yogyakarta. Aznam, Nurfina. 2011. Kimia Dinamik ika a Obat. Institut Teknologi Bandung : Mutschler, Ernest. 1999.Dinam Jakarta. rnal kim kimia. Suaniti, N. M. dan Hitapretiwi Suryadhi M. A. 2007. J urnal Universitas Udayana, Bukit Jimbaran. K imia ia medisinal edisinal Th, Nogrady. 2011. Kim Kimia Farmasi - Kimia Farmasi.pdf
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer