KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya dan tidak lupa pula sholawat serta salam kami panjatkan kepa da Nabi Besar kita Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama Islam serta teman-teman yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan makal ah ini yang berjudul “Ketuhanan Yang Maha Esa” kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam makalah ini, sehingga kami senantiasa terbuka untuk menerima saran dan kritik pembaca demi penyempurnaan makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb. Penyusun
Makalah Pendidikan Agama Islam- Tauhidullah
Page 1
DAFTAR ISI
............................................................................................................................ ............................................................. 1 KATA PENGANTAR ............................................................... .......................................................................................................................................... 2 DAFTAR ISI. .......................................................................................................................................... .................................................................................................................... 3 BAB I : PENDAHULUAN .....................................................................................................................
A.
............................................................................................................................ ............................................................. 3 Latar Belakang ...............................................................
B.
...................................................................................................................... 3 Rumusan Masalah .......................................................................................................................
C.
........................................................................................................................ 3 Tujuan Penulisan .........................................................................................................................
D.
...................................................................................................................... 3 Manfaat Penulisan .......................................................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN ......................................................... ...................................................................................................................... ............................................................. 4 A.
............................................................................................. 4 Pengertian Tuhan Yang Maha Esa ..............................................................................................
B.
Iman & Takwa Kepada Allah S.W.T .......................................................................................... 5
C.
.......................................................................................... ...................... 10 Urgensi Tauhid Dan Bahaya Syirik ....................................................................
D.
Beberapa Contoh Amalan Syirik Di Sekitar Kita Yang Harus Dihindari ................................. 14
............................................................................................................................ .......................................................... 18 BAB III : PENUTUP ..................................................................
A.
............................................................................................................................... .......................................................... 18 Kesimpulan .....................................................................
B.
......................................................................................................................................... ...................................................................... 18 Saran ...................................................................
........................................................................................................................... .......................................................... 19 DAFTAR PUSTAKA .................................................................
Makalah Pendidikan Agama Islam- Tauhidullah
Page 2
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keimanan sering disalah pahami dengan 'percaya', keimanan dalam Islam di awali dengan usaha-usaha memahami kejadian dan kondisi alam sehingga timbul dari sana pengetahuan akan adanya Yang Mengatur alam semesta ini, dari pengetahuan tersebut kemudian akal akan berusaha memahami esensi dari pengetahuan yang didapatkan. Keimanan dalam ajaran Islam tidak sama dengan persangkaan tapi harus melalui ilmu dan pemahaman. Implementasi dari sebuah keimanan seseorang adalah ia mampu berakhlak terpuji. Allah sangat menyukai hambanya yang mempunyai akhlak terpuji. Akhlak terpuji dalam islam disebut sebagai akhlak mahmudah. Sebagai umat islam kita mempunyai suri tauladan yang perlu untuk dicontoh atau diikuti yaitu nabi Muhammad SAW. Ia adalah sebaik baik manusia yang berakhlak sempurna. Ketika Aisyah ditanya ditan ya bagaimana akhlak rosul, maka ia menjawab bahwa akhlak rosul adalah Al-quran. Artinya rosul merupakan manusia yang menggambarkan akhlak seperti yang tertera di dalam Al-quran.
B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Ketuhanan Yang Maha Esa? 2. Apa yang dimaksud dengan iman dan takwa kepada Allah s.w.t dan bagaimana korelasi antara keduanya? 3. Bagaimanakah urgensi tauhid dan bahaya syirik? 4. Bagaimana contoh amalan syirik disekitar kita yang perlu dihindari?
C. Tujuan Penulisan 1. Penulisan makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam tentang Ketuhanan Yang Maha Esa (Tauhidullah) 2. Untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai konsep Ketuhanan Yang Maha Esa Menurut Islam 3. Memahami dan mengimplementasikan konsep beriman dan bertakwa kepada Allah s.w.t dalam kehidupan 4. Mengetahui pentingnya tauhid dan bahaya syirik.
D. Manfaat Penulisan a. Bagi pengajar bisa dijadikan sebagai acuan dalam mengajar agar para peserta didiknya dapat berprestasi lebih baik dimasa yang akan datang. b. Bagi penulis bisa dijadikan sebagai bahan kajian belajar dalam rangka meningkatkan prestasi diri dan meningkatkan pengeahuan dan pemahaman di bidang agama sehingga diharapkan mampu menjadi manusia yang lebih baik . Makalah Pendidikan Agama Islam- Tauhidullah
Page 3
BAB II : PEMBAHASAN A. Pengertian Tuhan Yang Maha Esa Tuhan yang Maha Esa dan Ketuhanan merupakan penghayatan kepada Asmaul Husna dan Sifat Wajib Allah SWT.Penghayatan tersebut untuk menimbulkan keyakinan bahwa Allah itu Esa dalam Dzat, Sifat, dan Perbuatan-nya yang kemudian diartikan sebagai ke-Tauhid-an kepada Allah SWT.Konsep ketauhidan tersebut merupakan realisasi dari ucapan dua kalimat Syahadat. Firman Allah dalam Al Qur’an surat Al Ikhlas (112) ayat a yat 1-4 :
Artinya :“Katakanlah: Dialah Allah yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadan-Nya segala sesuatu.Dia tidak beranak dan juga tidak diperanakkan.Dan tidak ada sesuatupun yang setara dengan- Nya” (QS. Al Ikhlas (112) : 1-4).
Ibnu Taimiyah memberikan definisi bahwa Tuhan merupakan suatu Dzat yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepada-Nya, merendahkan diri di hadapan-Nya, takut, dan mengharapkan-Nya, kepada-Nya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan bertawakal kepada-Nya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingat-Nya dan terpaut cinta kepada-Nya. Atas dasar definisi ini, Tuhan bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan manusia. yang pasti, manusia tidak mungkin Atheis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Setiap manusia pasti ada sesuatu yang dipertuhankannya.Dengan begitu, orang-orang komunis pada hakikatnya ber-Tuhan juga.Adapun tuhan mereka ialah ideologi atau angan-angan (utopia) mereka sendiri.
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “La Ilaaha Illa Allah”.Susunan kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bah wa seorang muslim harus membersihkan diri dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah SWT. DR. M. Yusuf Musa mengatakan dalam ajaran Islam, Allah adalah pencipta segala sesuatu, tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa kehendak-Nya, serta tidak ada sesuatu yang kekal tanpa pemeliharaan-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang paling kecil dan paling halus sekali pun.Ia yang menciptakan alam ini, dari tidak ada kepada ada, tanpa perantara dari siapa pun. Ia memiliki berbagai sifat yang indah dan mulia (asmaul husna).
Makalah Pendidikan Agama Islam- Tauhidullah
Page 4
B. Iman & Takwa Kepada Allah S.W.T
1. Iman Kepada Allah s.w.t
Adanya alam semesta ini merupakan bukti bahwa Allah SWT. Tuhan Yang Maha Kuasa. Tuhan yang menciptakan alam semesta dan yang mengaturnya. Tidak ada Tuhan selain Allah SWT yang wajib disembah. Umat islam meyakini adanya Allah SWT dan mengetahui sifat-sifatnya, agar menjadi mukmin sejati. Dengan modal iman inilah kita akan menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. a. Pengertian Pengertian Iman Kepada Allah SWT
Iman menurut bahasa artinya percaya atau yakin terhadap sesuatu. Iman menurut istilah adalah pengakuan di dalam hati, diucapkan dengan lisan dan dikerjakan dengan anggota badan. Hal ini sesuai Hadist Nabi Muhammad SAW yang berbunyi :
(
)
Artinya : “Iman adalah pengakuan dengan hati, pengucapan dengan lisan, dan pengamalan dengan anggota badan.”(HR Thabrani) Dari penjelasan Hadits di atas dapat disimpulkan bahwa iman kepada Allah SWT membutuhkan tiga unsur anggota badan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya, yaitu hati, lisan dan anggota badan. Oleh karena itu, apabila ada seseorang yang mengaku beriman kepada Allah SWT hanya dalam hati, lisan, hati dan lisan atau anggota badan saja, maka orang tersebut belum bisa dikatakan orang yang beriman. Iman kepada Allah merupakan suatu keyakinan yang sangat mendasar. Tanpa adanya iman kepada Allah SWT, seorang tidak akan beriman kepada yang lain, seperti beriman kepada malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul Allah dan hari kiamat. b. Makna Beriman Kepada Allah s.w.t Iman kepada Allah merupakan asas dan pokok dari keimanan, yakni keyakinan yang pasti bahwa Allah adalah Rabb dan pemilik segala ses uatu, Dialah satu-satunya pencipta, pengatur segala sesuatu, dan Dialah satu-satunya yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Semua sesembahan selain Dia adalah sesembahan yang batil, dan beribadah kepada selain-Nya adalah kebatilan. Allah Ta’ala berfirman,
“(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Makalah Pendidikan Agama Islam- Tauhidullah
Page 5
Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. ” (QS. Al Hajj: 62) Dialah Allah yang disifati dengan sifat yang sempurna dan mulia, tersucikan dari segala kekurangan dan cacat. Ini merupakan perwujudan tauhid yang tiga, yatu yatu tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, dan tauhdi asma’ wa shifat. Keimanan kepada Allah mengandung tiga macam tauhid macam tauhid ini, karena makna iman kepada Allah adalah keyakinan yang pasti tentang keesaan Allah Ta’ala dalam Ta’ala dalam rububiyah, uluhiyah, dan seluruh nama dan sifat-Nya. ( Al Al Irysaad ilaa shahiihil shahiihil I’tiqaad , Syaikh Sholeh al Fauzan). c. Cakupan beriman pada Allah s.w.t Iman kepada Allah mencakup empat perkara : 1. Iman tentang keberadaan (wujud) Allah. 2. Iman tentang keesaan Allah dalam rubuiyah 3. Iman tentang keesaan Allah dalam uluhiyah 4. Iman terhadap asma’ (nama) dan sifat -Nya. Keimanan yang benar harus mencakup empat hal di atas. Barangsiapa yang tidak beriman kepada salah satu saja maka dia bukan seorang mukmin. Syarh ( Syarh al ‘Aqidah al Washitiyah, Syaikh Muhammad bin Sholih al ‘Utsaimin) Iman Tentang Keberadaan Allah
Keberadaan Allah adalah sesuatu yang sudah sangat jelas. Hal ini dapat ditunjukkan dengan dalil akal, hissi (inderawi), hissi (inderawi), fitrah, dan dalil syariat. Dalil akal menunjukkan adanya Allah, karena seluruh makhluk yang ada di alam ini, baik yang sudah ada maupun yang akan datang, sudah tentu ada penciptanya. Tidak mungkin makhluk itu mengadakan dirinya sendiri atau ada begitu saja dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan. Adapun petunjuk fitrah juga menyatakan keberadaan Allah. Seluruh makhluk telah diciptakan untuk beriman kepada penciptanya tanpa harus diajari sebelumnya. Tidak ada makhluk yang berpaling dari fitrah ini kecuali hatinya termasuki oleh sesuatu yang dapat memalingkannya dari dari fitrah itu. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Setiap anak lahir dalam keadaan fitrah (Islam, ed), lalu orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, dan Majusi ” (HR. Bukhari dan Muslim). Indera yang kita miliki juga bisa menunjukkan tentang keberadaan Allah. Kita semua bisa menyaksikan dikabulkannya permohonan orang-orang yang berdoa dan ditolongnya orang-orang yang kesusahan. Ini menunjukkan secara qath’i (pasti) qath’i (pasti) akan adanya Allah. Demikian pula ayat-ayat (tanda-tanda) para nabi yang dinamakan mukjizat yang disaksikan oleh manusia atau yang mereka dengar merupakan bukti yang nyata akan adanya Dzat yang mengutus mereka, yaitu Allah Ta’ala. Ta’ala. Sebab, kemukjizatan-
Makalah Pendidikan Agama Islam- Tauhidullah
Page 6
kemukjizatan itu di luar jangkauan manusia pada umumnya, yang memang sengaja diberlakukan oleh Allah Ta’ala untuk mengokohkan dan memenangkan para rasul -Nya. Sedangkan dari segi syariat juga menyatakan keberadaan Allah. Sebab kitab-kitab samawi seluruhnya menyatakan demikian. Apa saja yang dibawa oleh kitab-kitab samawi, berupa hukum-hukum yang menjamin kemaslahatan makhluk merupakan bukti bahwa hal itu datang dari Rabb yang Maha Bijaksana dan Maha Tahu akan kemaslahatan makhluk-Nya. Berita-berita yang berkenaan dengan alam yang terdapat dalam kitabkitab tersebut merupakan bukti bahwa kitab-kitab itu berasal dari Rabb yang Maha Kuasa untuk mencipta apa yang diberitakan itu. Iman terhadap Rububiyah
Maksudnya adalah beriman bahwa Allah adalah satu-satunya Rabb satu-satunya Rabb yang tidak mempunyai sekutu. Rabb sekutu. Rabb adalah Dzat ayang berwenang mencipta, memiliki, dan memerintah. Tiada yang dapat mencipta selian Allah, tiada yang memiliki kecuali Allah, serta tiada yang berhak memerintahkan kecuali Alla h. Allah Ta’ala berfirman, Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy . ‘Arsy . Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. ” (QS. Al
A’rof: 54). Tidak ada satupun dari makhluk yang mengingkari rububiyah Allah Ta’ala kecuali karena sombong. Namun sebenarnya ia tidak meyakini apa yang yang
diucapkannya. Sebagaimana terdapat pada diri Fir’aun yang mengatakan kepada kaumnya,
berkata:”Akulah tuhanmu yang paling tinggi”.” (QS. An Nazi’at: 24) “(Seraya) berkata:”Akulah tuhanmu
“Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu “ Dan berkata Fir’aun: “Hai selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta”.” (QS. Al Qashash: 38) Namun sebenarnya yang dia katakan itu bukan berasal dari keyakinan. Allah Ta’ala berfirman, Ta’ala berfirman,
Makalah Pendidikan Agama Islam- Tauhidullah
Page 7
“ Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orangorang yang berbuat kebinasaan. ” (QS. An Naml: 14). Bahkan kaum musyrikin yang diperangi oleh Rasulullah shallallahu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengakui rububiyah Allah, namun mereka menyekutukan-Nya dalam uluhiyah. Allah Ta’ala berfirman, Ta’ala berfirman,
“Siapakah yang menciptakan “ Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah mereka, niscaya mereka menjawab: “Allah”, “Allah”, maka bagaimanakah mereka dapat Syarh Ushuulil Ushuulil dipalingkan (dari menyembah Allah)? ” (QS. Az Zukhruf:87). ( Syarh I man, Syaikh Muhammad bin Sholih al ‘Utsaimin) Dengan demikian beriman dengan rubiyah saja tidak cukup. Buktinya kaum musyrikin tetap diperangi oleh Rasulullah shallallahu Rasulullah shallallahu ‘alaihi ‘alaihi wa sallam, sallam, sedangkan mereka mengakui tentang rububiyah Allah. Iman Kepada Uluhiyah Kita wajib beriman terhadap tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah. Disebut tauhid uluhiyah karena penisbatannya kepada Allah dan disebut tauhid ibadah karena penisbatannya kepada makhluk. Adapun yang dimaksud tauhid uluhiyah adalah pengesaan Allah dalam ibadah karena hanya Allah satu-satunya yang berhak diibadahi. Allah Ta’ala berfirman, Ta’ala berfirman,
” Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya yang mereka seru selain Alloh, itulah yang batil” (QS. Luqman: 30). Banyak manusia yang kufur dan ingkar dalam hal tauhid ini. Karena itulah Allah mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab kepada mereka, sebagaimana Allah jelaskan,
mel ainkan Kami wahyukan ” Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kepadanya: “Bahwasanya tidak “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah Qoulull M ufii d bi Syarhi Syarhi K i taabit ( A l Qoulu olehmu sekalian akan Aku“.” (QS. Al Anbiya’: 25) Al Tauhiid , Syaikh Muhammad bin Sholih al ’Utsaimin) Iman kepada Asma’ (Nama) dan Sifat Allah
Termasuk pokok keimanan kepada Allah adalah iman terhadap tauhid asma’ wa shifat. Maksudnya adalah pengesaan Allah ‘Azza ‘Azza wa Jalla dengan asma’ dan shifat yang menjadi milik-Nya. Tauhid ini mencakup dua hal yaitu penetapan dan penafian. Artinya
kita harus menetapkan seluruh asma’ dan shifat bagi Allah sebagaimana yang Dia tetapkan bagi ba gi diri-Nya diri-N ya dalam kitab-Nya dan d an sunnah nabi-Nya, dan tidak menjadikan Makalah Pendidikan Agama Islam- Tauhidullah
Page 8
sesuatu yang semisal dengan Allah dalam asma’ dan shifat -Nya. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya,
{11} ” Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya, dan Dialah Yang Maha Mendengar A l Qoulu Qoulull M ufii d bi Syarhi Syarhi K i taabit lagi Maha Melihat.”(QS. Melihat.”(QS. Asy Syuuro: 11) . ( Al Tauhiid , Syaikh Muhammad bin Sholih al ’Utsaimin). 2. Takwa Kepada Allh s.w.t Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut, menjaga, memelihara dan melindungi.Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka taqwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam secara secar a utuh dan konsisten ( istiqomah ). Seorang muslim yang bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan perintah Tuhannya dan menjauhi segala laranganNya dalam kehidupan ini.
Karakteristik orang – orang yang bertaqwa, secara umum dapat dikelompokkan kedalam lima kategori atau indicator ketaqwaan. a. Iman kepada Allah, para malaikat, kitab – kitab dan para nabi. Dengan kata lain, instrument ketaqwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan memelihara fitrah iman. b. Mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim, orang – orang miskin, orang – orang orang yang terputus di perjalanan, orang – orang orang yang meminta – minta minta dana, orang – orang orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban memerdekakan hamba sahaya. Indikator taqwa yang kedua ini, dapat disingkat dengan mencintai sesama umat manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan harta c. Mendirikan solat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain, memelihara ibadah formal d. Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan diri. e. Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan diwaktu perang, atau dengan kata lain memiliki semangat perjuangan.
3. Korelasi antara Keimanan dan Ketakwaan Kepada Allah s.w.t
Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Orang yang bertakwa adalah orang yang beriman yaitu yang berpandangan dan bersikap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul yakni orang yang melaksanakan shalat, sebagai upaya pembinaan iman dan menafkahkan rizkinya untuk mendukung tegaknya ajaran Allah. Iman yang benar kepada Allah dan Rasulnya akan memberikan daya rangsang atau Makalah Pendidikan Agama Islam- Tauhidullah
Page 9
stimulus yang kuat untuk melakukan melakukan kebaikan kepada sesama sehingga sehingga sifat-sifat luhur dan akhlak mulia itu pada akhirnya akan menghantarkan seseorang kepada derajat takwa. Orang yang bertakwa adalah orang yang benar imannya dan orang yang benar-benar beriman adalah orang yang memiliki sifat dan akhlak yang mulia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang yang berakhlak mulia merupakan cirri-ciri daro orang yang bertaqwa. Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi dua yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis. Tahuid teoritis adalah tauhid yang membahas tentang te ntang keesaan Zat, keesaan Sifat, dan keesaan Perbuatan Tuhan. Pembahasan keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan berkaitan dengan kepercayaan, pengetahuan, persepsi, dan pemikiran atau konsep tentang Tuhan. Konsekuensi Konsekuensi logis tauhid teoritis adalah pengakuan yang yang ikhlas bahwa Allah adalah satu-satunya Wujud Mutlak, yang menjadi sumber semua wujud. Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah, berhubungan dengan amal ibadah manusia. Tauhid praktis merupakan terapan dari tauhid teoritis. Kalimat Laa ilaaha illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah) lebih menekankan pengartian tauhid praktis (tauhid ibadah). Tauhid ibadah adalah ketaatan hanya kepada Allah. Dengan kata lain, tidak ada yang disembah selain Allah, atau yang berhak disembah hanyalah Allah semata dan menjadikan-Nya tempat tumpuan hati dan tujuan segala gerak dan langkah. Selama ini pemahaman tentang tauhid hanyalah dalam pengartian beriman kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Mempercayai saja keesaan Zat, Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan, tanpa mengucapkan dengan lisan serta tanpa mengamalkan dengan perbuatan, tidak dapat dikatakan seorang yang sudah bertauhid secara sampurna. Dalam pandangan Islam, yang dimaksud dengan tauhid yang sempurna adalah tauhid yang tercermin dalam ibadah dan dalam perbuatan praktis kehidupan manusia sehari-hari. Dengan kata lain, harus ada kesatuan dan keharmonisan tauhid teoritis dan tauhid praktis dalam diri dan dalam kehidupan sehari-hari secara murni dan konsekuen Dalam menegakkan tauhid, seseorang harus menyatukan iman dan amal, konsep dan pelaksanaan, fikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan demikian bertauhid adalah mengesakan Tuhan dalam pengartian yakin dan percaya kepada Allah melalui fikiran, membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan. Oleh karena itu seseorang baru dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah mengucapkan kalimat tauhid dalam syahadat asyhadu allaa ilaaha illa Alah, (Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah), kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.
C. Urgensi Tauhid Dan Bahaya Syirik Tauhid, yaitu seorang hamba meyakini bahwa Allah Ta’ala adalah Esa, tidak ada Makalah Pendidikan Agama Islam- Tauhidullah
Page 10
sekutu bagi-Nya dalam rububiyah (ketuhanan), uluhiyah (ibadah), Asma` (namanama) dan SifatNya. Urgensi Tauhid: Seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa Allah Ta’ala Maha Esa, Rabb (Tuhan) segala sesuatu dan rajanya. Sesungguhnya hanya Dia yang menciptakan, mengatur alam semesta. Hanya Dia lah yang berhak disembah, tiada sekutu bagiNya. Dan setiap yang disembah selain-Nya adalah batil. Sesungguhnya Dia , bersifat dengan segala s egala sifat kesempurnaan, Maha Suci dari segala aib dan kekurangan. Dia mempunyai nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang tinggi. tinggi. Tauhid merupakan kewajiban pertama yang Allah wajibkan kepada umat manusia, dan sebaliknya larangan pertama yang Allah larang kepada mereka adalah syirik. Hal ini sebagaimana firman Allah : “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang -orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu l alu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, Padahal kamu mengetahui.” [QS. Al-Baqarah: 21-22] TAUHID ADALAH PERKARA YANG PALING PENTING DAN UTAMA Tanpa diragukankan lagi bahwa tauhid adalah hal yang paling penting yang harus diperhatikan oleh setiap hamba yang menginginkan kebahagian hidup di dunia dan akhirat, karena tauhid adalah hak Allah Ta’ala yang wajib ditunaikan oleh s etiap hamba. Rasulullah shollAllahu Rasulullah shollAllahu ‘alaihi ‘alaihi wa sallam bertanya pada Mu’adz bin Jabal, “Wahai Mu’adz apakah hak Allah atas hambaNya?” hambaNya?” Jawab Mu’adz, “Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui”, mengetahui”, lalu Rasulullah menyatakan bahwa “Hak Allah atas hamba adalah seorang hamba beribadah hanya kepadaNya dan tidak menyekutukan-Nya (dalam beribadah) dengan sesuatu apapun.” apapun.” (HR. Bukhori dan Muslim) Tauhid itu pula yang menjadi tujuan dan hikmah teragung diciptakannya jin dan
manusia, sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi (menyembah) kepada-Ku”. [QS. Adz-Dzaariyaat: 56] Seorang hamba memang sudah seharusnya mempelajari tauhid, memahaminya, dan mengamalkan konsekuensinya. Berikut ini akan disebutkan tentang beberapa keutamaan tauhid selain yang telah di sebutkan di atas. KEUTAMAATAUHID Allah tidaklah mewajibkan suatu perkara, melainkan pasti padanya terdapat keutamaan-keutamaan yang sangat mulia. Begitu pula dengan “Tauhid” yang merupakan paling wajibnya perkara dari perkara-perkara yang paling wajib, pasti mempunyai berbagai keutamaan. Di antara keutamaan-keutamaan tauhid itu ialah : 1. Tauhid adalah tingkat keimanan yang tertinggi Rasulullah bersabda : “Iman itu memiliki enam puluh sekian cabang, paling tingginya adalah perkataan /
ucapan Laa Ilaaha Illallah dan paling rendahnya menyingkirkan gangguan dari jalan.” (H.R. Muslim) Makalah Pendidikan Agama Islam- Tauhidullah
Page 11
Perlu diketahui bahwa Laa Ilaaha Illallah tidak cukup hanya diucapkan di lisan saja. Akan tetapi harus bersumber dari hati yang ikhlas dan kemudian dibuktikan dengan pengamalan dari apa yang dikandung oleh Laa Ilaaha Illallah yaitu memurnikan ibadah hanya untuk Allah semata dan menjauhi segala bentuk kesyirikan. Sebagaimana sabda Nabi: (
“Sesungguhnya Allah mengharamkan bagi neraka orang yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah dengan mengharap wajah Allah.” (H.R. Bukhari dan Muslim) 2. Tauhid sebagai syarat utama diterimanya semua amal ibadah Allah berfirman : “Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya di antara hamba-hambaNya. seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” [QS. AlAn’aam: 88] Amalan-amalan ibadah orang musyrik tidak akan diterima oleh Allah dan sebaliknya orang Muwahhid orang Muwahhid (ahli (ahli tauhid) akan diterima oleh Allah amalan amal an ibadahnya. 3. Tauhid merupakan sebab utama dihapuskannya dosa Hal ini didasarkan kepada firman Allah : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki- Nya”.[QS. An. Nisaa’: 48, 116] 4. Orang yang benar-benar merealisasikan tauhid akan jannah h (surga) tanpa hisab masuk janna Ketika para shahabat bertanya-tanya tentang 70.000 orang dari umat Nabi Muhammad yang masuk jannah tanpa hisab dan tanpa adzab, maka Rasulullah bersabda :
)
(
“… mereka adalah orang-orang yang tidak minta diruqyah, tidak minta dikay (pengobatan dengan menggunakan api) dan tidak mengundi nasib dengan burung dan sejenisnya dan mereka bertawakkal hanya kepada Allah.” (H.R. At Tirmidzi)
5. Orang yang tauhidnya benar akan masuk surga Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah :
)
Makalah Pendidikan Agama Islam- Tauhidullah
(
Page 12
“Barangsiapa bertemu Allah (meninggal dunia) dalam keadaan tidak menyekutukan- Nya dengan sesuatu (apapun), niscaya dia akan masuk surga.” (H.R. Muslim) Adapun masuknya orang yang tidak berbuat syirik ke dalam surga maka itu merupakan hal yang pasti. Akan tetapi jika dia bukan pelaku dosa besar yang terus menerus dilakukan sampai meninggal dunia maka dia akan langsung masuk surga. Sedangkan jika dia pelaku dosa besar hingga akhir hayatnya dan belum bertaubat maka yang demikian di bawah kehendak Allah . Jika Allah mengampuni, maka akan masuk surga secara langsung tanpa diadzab. Dan jika tidak diampuni, maka akan diadzab terlebih dahulu kemudian dikeluarkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga. (Fathul Majid hal. 84).
6. Tauhid merupakan sumber keamanan Sebagaimana firman Allah :
“orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” [QS. Al-An’aam: 82] Berkata Ibnu Katsir rahimahullah : “Orang-orang yang mengikhlaskan ibadah mereka hanya untuk Allah saja dan mereka tidak menyekutukan Allah sedikitpun, mereka itu akan mendapatkan keamanan pada hari kiamat dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk di dunia dan akhirat.” (Fathul Majid hal. 36) Yang dimaksud dengan kedhaliman pada ayat di atas adalah syirik sebagaimana Mas’ud diriwayatkan oleh Ibnu : ”Tatkala turun ayat ini, para shahabat berkata : “Siapa di antara kami yang tidak pernah mendhalimi dirinya ?” Kemudian Rasulullah bersabda : “Bukan demikian maksudnya, apakah kalian tidak mendengar perkataan Luqman: sesungguhnya kesyirikan itu adalah kedhaliman yang besar.” (H.R. Al Bukhari)
BAHAYA SYIRIK ? Syirik merupakan lawan dari tauhid. Oleh karena itu di saat tauhid mempunyai banyak k eutamaan maka syirik pun sangat berbahaya dan mempunyai banyak mudharat. Di antaranya adalah :
1. Dosa syirik tidak akan diampuni oleh Allah Sebagaimana firman Allah
Makalah Pendidikan Agama Islam- Tauhidullah
Page 13
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki- Nya”.[QS. Nya”.[QS. An. Nisaa’: 48, 116] 2. Kesyirikan adalah kedhaliman yang paling besar Firman Allah : “Sesungguhnya kesyirikan adalah kedhaliman yang besar.” (Q.S. Luqman 3. Orang yang meninggal dunia dalam keadaan musyrik akan masuk neraka dan kekal di dalamnya “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolo ngpun.”[QS. Al-Maidah: 72]
“Barangsiapa meninggal dunia dan dia berdo’a kepada selain Allah niscaya dia masuk neraka.” (H.R. Al Bukhari) 4. Kesyirikan penyebab terpecah belah belahnya umat Islam Firman Allah : “Dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” [QS. Ar-Ruum: 31-32] Setelah kita mengetahui betapa pentingnya perkara tauhid dan begitu
bahayanya perbuatan syirik, maka kami mengajak kepada para da’i/mubaligh agar mengutamakan dalam da’wahnya perkara tauhid dan memperingatkan umat dari bahaya syirik. Sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah dan para shahabat beliau, bahkan para rasul seluruhnya. Allah berfirman : “Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”. [QS. An Nahl: 36]
D. Beberapa Contoh Amalan Syirik Di Sekitar Kita Yang Harus Dihindari 1. Mempersembahkan salah satu bentuk ibadah kepada selain Allâh Subhanahu wa Ta’ala, seperti berdoa (memohon) kepada orang-orang shaleh yang telah mati, meminta pengampunan pengampunan dosa, menghilangkan menghilangkan kesulitan (hidup), atau mendapatkan mendapatkan sesuatu yang diinginkan, seperti keturunan dan kesembuhan kesembuhan penyakit, kepada orang-orang shaleh tersebut. Juga seperti mendekatkan diri kepada mereka dengan sembelihan qurban, bernazar, thawaf, shalat dan sujud.Ini semua adalah perbuatan syirik, karena Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Makalah Pendidikan Agama Islam- Tauhidullah
Page 14
“Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allâh, Rabb semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama- tama menyerahkan diri (kepada Allâh)”. [alAn’âm/6:162-163] 2. Mendatangi para dukun, tukang sihir, peramal (paranormal) dan sebagainya, serta membenarkan ucapan mereka. Ini termasuk perbuatan kufur (mendustakan) agama yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, berdasarkan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya: “Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal kemudian membenarkan ucapannya, maka sungguh dia telah kafir terhadap agama
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam” Allâh Subhanahu wa Ta’ala menyatakan kekafiran para dukun, peramal dan tukang sihir tersebut dalam firman-Nya yang artinya:
“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil, yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun
sebelum mengatakan, “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), maka janganlah kamu kafir.” Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun, kecuali dengan izin Allâh. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepada diri mereka sendiri dan tidak memberi manfaat. Padahal sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allâh) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya sendiri dengan sihir, kalau mereka mengetahui” [alBaqarah/2:102] Hal ini dikarenakan para dukun, peramal, dan tukang sihir tersebut mengaku-ngaku mengetahui urusan gaib, padahal ini merupakan kekhususan bagi Allâh Subhanahu wa Ta’ala.
“Katakanlah: “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak mengetahui bilamana mereka akan dibangkitkan”. [an Naml/27:65] Selain itu, mereka selalu bekerjasama dengan para jin dan setan dalam menjalankan praktek sihir dan perdukunan. Padahal para jin dan setan tersebut tidak mau membantu mereka dalam praktek
tersebut sampai mereka melakukan perbuatan syirik dan kafir kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala, misalnya mempersembahkan hewan kurban untuk para jin dan setan tersebut, menghinakan alQur’ân dengan berbagai macam cara, atau cara-cara lainnya . Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman: Makalah Pendidikan Agama Islam- Tauhidullah
Page 15
“Dan bahwasannya ada beberapa orang dari (kalangan) manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari (kalangan) jin, maka jin-jin itu menambah menambah bagi mereka dosa dan kesalahan”. [al-Jin/72:6] 3. Berlebihan dan melampaui batas dalam mengagungkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yang melarang hal ini dalam sabda beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Janganlah kalian berlebihan dan melampaui batas dalam memujiku seperti orang-orang Nashrani berlebihan dan melampaui batas dalam memuji (Nabi Isa) bin Maryam, karena sesungguhnya aku adalah hamba (Allâh), maka katakanlah: hamba Allâh dan rasul- Nya”. Nya”.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang hamba yang tidak mungkin ikut memiliki sebagian dari sifat-sifat khusus yang dimiliki Allâh Azza wa Jalla, seperti mengetahui ilmu gaib, memberikan manfaat atau mudharat bagi manusia, mengatur alam semesta, dan lain-lain. Allâh
Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan seandainya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku akan melakukan kebaikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”. [al-A’râf/7:188] Di antara Bentuk Pengagungan Yang Berlebihan Dan Melampaui Batas Kepada Rasulullâh Shallallahu Alaihi Wa Sallam adalah sebagai berikut:
• Meyakini bahwa beliau mengetahui perkara yang gaib dan bahwa dunia diciptakan di ciptakan karena beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. • Memohon pengampunan dosa dan masuk surga kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena semua perkara ini adalah khusus milik Allâh Subhanahu wa Ta’ala dan tidak ada seorang makhluk pun yang ikut serta memilikinya.
• Melakukan safar (perjalanan jauh) dengan tujuan menziarahi kuburan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yang melarang perbuatan ini dalam sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Tidak boleh melakukan perjalanan (dengan tujuan ibadah) kecuali ke tiga masjid: Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsha”. Aqsha”. Semua hadits yang menyebutkan keutamaan melakukan perjalanan untuk mengunjungi kuburan
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hadits yang lemah dan tidak benar penisbatannya kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana yang ditegaskan oleh sejumlah imam ahli hadits. Adapun melakukan perjalanan untuk melakukan shalat di Masjid Nabawi maka ini adalah perkara yang dianjurkan dalam Islam berdasarkan hadits yang shahih.
Makalah Pendidikan Agama Islam- Tauhidullah
Page 16
• Meyakini bahwa keutamaan Mas jid Nabawi disebabkan adanya kuburan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini jelas merupakan kesalahan yang sangat fatal, karena Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyebutkan keutamaan shalat di Masjid Nabawi sebelum beliau wafat. Berlebihan dan melampaui batas dalam mengagungkan kuburan orang-orang shaleh yang terwujudkan dalam berbagai bentuk, di antaranya:
• Memasukkan kuburan ke dalam masjid dan meyakini adanya keberkahan dengan masuknya kuburan tersebut. Ini bertentangan dengan petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Allâh melaknat orang-orang Yahudi dan Nashrani, (kerena) mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid (t empat ibadah)” Dalam hadits lain, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian selalu menjadikan kuburan para nabi dan orangorang shaleh (di antara) mereka sebagai masjid (tempat ibadah), maka janganlah kalian (wahai kaum Muslimin) menjadikan kuburan sebagai masjid, sesungguhnya aku melarang kalian dari
perrbuatan tersebut” Membangun
(meninggikan)
kuburan
dan
mengapur
(mengecat)nya.
Dalam hadits yang shahih, Jâbir bin ‘Abdillâh Radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang mengapur (mengecat) kuburan, duduk di atasnya, dan membangun di atasnya”. Perbuatan-perbuatan ini dilarang karena merupakan sarana yang membawa kepada perbuatan syirik (menyekutukan Allâh Subhanahu wa Ta’ala dengan orang-orang shaleh tersebut). 4. Termasuk perbuatan yang merusak tauhid dan akidah seorang Muslim adalah menggantungkan jimat -baik berupa benang, manik-manik manik-manik atau benda lainnya- pada leher, tangan, atau tempattempat lainnya, dengan meyakini jimat tersebut sebagai penangkal bahaya dan pengundang kebaikan.
Perbuatan ini dilarang keras oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau yang artinya: “Barangsiapa yang menggantungkan jimat, sungguh dia telah ber buat syirik”. 5. Demikian juga perbuatan tathayyur, yaitu menjadikan sesuatu sebagai sebab kesialan atau
keberhasilan suatu urusan, padahal Allâh Subhanahu wa Ta’ala tidak menjadikannya sebagai sebab yang berpengaruh.
Perbuatan ini juga dilarang keras oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau yang artinya: “(Melakukan) ath-thiyarah adalah kesyirikan”. 6. Demikian juga perbuatan bersumpah dengan nama selain Allâh Azza wa Jalla. Rasulullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Barangsiapa bersumpah dengan (nama) selain Allâh, sungguh dia telah berbuat syirik”.
Makalah Pendidikan Agama Islam- Tauhidullah
Page 17
BAB III : PENUTUP A. Kesimpulan 1. Tuhan yang Maha Esa dan Ketuhanan merupakan penghayatan kepada As maul Husna dan Sifat Wajib Allah SWT.Penghayatan tersebut untuk menimbulkan keyakinan bahwa Allah itu Esa dalam Dzat, Sifat, dan Perbuatan-nya yang kemudian diartikan sebagai ke-Tauhid-an kepada Allah SWT.Konsep ketauhidan tersebut merupakan realisasi dari ucapan dua kalimat Syahadat. 2. Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Orang yang bertakwa adalah orang yang beriman yaitu yang berpandangan dan bersikap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul yakni orang yang melaksanakan shalat, sebagai upaya pembinaan iman dan menafkahkan rizkinya untuk mendukung tegaknya ajaran Allah. Iman yang benar kepada Allah dan Rasulnya akan memberikan daya rangsang atau stimulus yang kuat untuk melakukan kebaikan kepada sesama sehingga sifat-sifat luhur dan akhlak mulia itu pada akhirnya akan menghantarkan seseorang kepada derajat takwa. 3. Tauhid adalah peganganpokok dan suatu hal yg sangat menentukan bagi kehidupan manusia. Dia merupakan landasan bagi setiap amal yang dilakukan oleh seorang hamba. Menurut tuntunan islam, hanya tauhidlah yang akan mengantarkan manusia kepada kehidupan yang baik dan kebahagiaan yang hakiki di alam akhirat nanti.
B. Saran Makalah Pendidikan Agama Islam Islam ini dibuat untuk memenuhui memenuhui salah satu tugas mata kuliah PAI, dan itulah tadi isi dari semua materi yang penulis ambil dari buku berbagai sumber. semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk penulis dan para pembaca. Penulis mengakui bahwa dalam makalah ini masih banyak sekali kata-kata yang salah dan tidak benar, untuk itu penulis berharap kritik dan saran sangat penulis harapkan, karna akan menjadi suatu pacuan untuk penulis sendiri. Dan penulis ucapkan Terima Kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Makalah Pendidikan Agama Islam- Tauhidullah
Page 18
DAFTAR PUSTAKA https://khasfulanam1995.weebly.com/iman-kepada-allah.html https://fitachoiyanti14.blogspot.co.id/2016/03/makalah-keimanan-dan-ketaqwaan-matkul.html https://abufawaz.wordpress.com/2008/12/26/keutamaan-tauhid-dan-bahaya-syirik/ https://almanhaj.or.id/2841-waspada-syirik-di-sekitar-kita.html http://hikmahtauhid825.blogspot.co.id/2013/05/pentingnya-tauhid.html http://didingalsadany.blogspot.co.id/2016/05/makalah-ketuhanan-yang-maha-esa.html http://jefrihariyanto.blogspot.co.id/2014/10/makalah-agama-ketuhanan-yang-maha-esa.html
Makalah Pendidikan Agama Islam- Tauhidullah
Page 19