TUGAS PELAPORAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
Kasus PT. Indofarma Tbk
Mata Kuliah : Pelaporan Akuntansi dan Keuangan
Dosen Pengampu : Dr. Kamaliah , MM. Ak.
Disusun Oleh Kelompok I :
RADILLA WIDYASTUTI
WARDALIANI
RIZQA ANITA
BIMA AZIS USMAN
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU
2013
LANDASAN TEORI
A. Kerangka Konseptual dan Pelaporan Keuangan
Perusahaan menyusun laporan keuangan berdasarkan standar akuntansi agar
dapat menghasilkan laporan keuangan yang relevan dan andal. Standar
akuntansi menetapkan aturan pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan dalam laporan keuangan sehingga memungkinkan pembaca untuk
dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan yang berbeda. Standar
tidak hanya harus dipahami pihak yang menyusun dan mengaudit laporan
keuangan, namun juga harus dipahami oleh pembaca laporan keuangan. Pembaca
perlu memahami asumsi dasar, karakteristik laporan keuangan agar dapat
memahami makna angka-angka dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Pada tahun 1989, IASB membuat kerangka konseptual dalam penyajian
laporan keuangan yang dikenal dengan nama "kerangka kerja untuk penyusunan
dan penyajian laporan keuangan" . IASB mengindikasikan tujuan dari
pernyataan ini adalah untuk menetapkan konsep-konsep yang mendasari
penyusunan dan penyajian laporan keuangan untuk pengguna eksternal. IFRS
merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh
International Accounting Standard Board (IASB). Standar Pelaporan Keuangan
Internasional atau International Financial Reporting Standards (IFRS)
merupakan seperangkat standar yang disebarluaskan oleh Dewan Standar
Akuntansi Internasional (IASB), yang menekankan pada pengembangan standar
yang didasarkan pada prinsip-prnsip yang baik, jelas dinyatakan, dari mana
interpretasi diperlukan (kadang-kadang merujuk pada prinsip berbasis
standar). IFRS biasanya tidak memberikan lini yang jelas, bilamana
membedakan diantara kondisi dimana ketentuan akuntansi yang berbeda
diterapkan. Hal ini mengurangi kesempatan untuk menstrukturkan transaksi,
guna mencapai dampak akuntansi tertentu.
Menurut salah satu mushab pemikir, karena standar pelaporan keuangan
internasional (IFRS) merupakan prinsip yang berbasis standar, maka
pendekatan standar pelaporan keuangan internasional (IFRS) lebih
memfokuskan pada bisnis atau bertujuan ekonomi dari suatu transaksi dan hak-
hak dan liabilitas yang mendasari, selain memberikan aturan (pedoman).
Standar pelaporan keuangan internasional (IFRS) memberikan pedoman dalam
bentuk prinsip-prinsip.
International Financial Reporting Standards (IFRS) dijadikan sebagai
referensi utama pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia karena
IFRS merupakan standar yang sangat kokoh. Penyusunannya didukung oleh para
ahli dan dewan konsultatif internasional dari seluruh penjuru dunia.
Kerangka konseptual pelaporan keuangan yang kita kenal selama ini
sebagaimana yang diadopsi adalah kerangka konseptual berdasarkan USGAAP.
Sejalan dengan konvergensi International Financial Reporting Standar (IFRS)
kedalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), mau tidak mau kita
harus merubah mindset kita mengikuti kerangka konseptual IFRS tersebut.
Pada dasarnya batang tubuh kerangka konseptual tersebut masih sama,
yaitu tujuan laporan keuangan, karakteristik kualitatif dan element laporan
keuangan. Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang
posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan
yang berguna untuk berbagai pengguna dalam membuat keputusan ekonomi.
Laporan keuangan harus dimengerti, relevan, dapat diandalkan dan sebanding.
Dilaporkan aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban langsung
berkaitan dengan posisi keuangan organisasi.
IFRS memiliki ciri utama yaitu principles based, lebih banyak
menggunakan nilai wajar sebagai dasar penilaian dan pengungkapan yang lebih
banyak. Standar yang bersifat principles based hanya mengatur hal-hal
prinsip bukan aturan detail. Konsekuensinya diperlukan professional
judgment dalam menerapkan standar. Untuk dapat memiliki professional
judgment seorang akuntan harus memiliki pengetahuan, skill dan etika
karena jika tidak memiliki ketiga hal tersebut maka professional judgment
yang diambil tidak tepat. Dalam standar yang lama sebenarnya telah
menggunakan dasar nilai wajar, namun nilai wajar diterapkan pada pencatatan
awal dan penilaian sesudah pencatatan awal untuk beberapa asset yang
memiliki nilai wajar yang dapat diandalkan (aset yang memiliki kuotasi
pasar aktif seperti saham). Dalam IFRS penggunaan nilai wajar diperluas
bahkan untuk kaset biologi (contoh tanaman atau hewan ternak), aset tetap,
properti investasi dan aset tidak berwujud sebagai pilihan metode selain
metode biaya. IFRS mengharuskan pengungkapan yang lebih luas agar pemakai
laporan keuangan mendapatkan informasi yang lebih banyak sehingga dapat
mempertimbangkan informasi tersebut untuk pengambilan keputusan.
Kerangka konseptual memiliki manfaat yang sangat besar bagi pemakainya.
Manfaat dari kerangka konseptual antara lain adalah untuk membangun dan
menghubungkan badan pembuat konsep dengan tujuannya, menyediakan kerangka
kerja untuk memecahkan masalah-masalah praktis baru yang muncul (masalah
yang belum ada standarnya), meningkatkan pemahaman dan keyakinan pemakai
laporan keuangan tentang pelaporan keuangan, dan menaikkan daya banding
laporan keuangan antar perusahaan.
Tujuan pelaporan keuangan yang yang diungkapkan dalam kerangka
konseptual adalah:
1. Kegunaan
Tujuan menyeluruh pelaporan keuangan adalah memberikan informasi yang
menyeluruh bagi pembuat keputusan
2. Kepemahaman
Tujuan kepemahaman membuat pemakai laporan keuangan mengerti tentang
akuntansi dan bisnis
3. Target audience: kreditor dan investor
Walaupun banyak pihak yang menggunakan laporan keuangan. Tetapi target
utama adalah investor dan kreditor
4. Penilaian arus kas masa yang akan datang
Para investor dan kreditor tertarik pada arus kas masa yang akan datang
dengan begitu mereka bisa mengetahui bunga dan pokok pinjaman
5. Mengevaluasi sumber daya ekonomi
Pelaporan keungan seharusnya menyajikan aktiva, kewajiban, dan modal
pemilik perusahaan untu mengetahui atau mengevaluasi kelemahan dan
kekuatan laporan keuangan
6. Fokus pada laba
Informasi tentang laba yang diukur secara akrual biasanya lebih dapat
meramalkan kelangsungan perusahaan.
Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan informasi keuangan yang disusun dan
disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan
sejumlah besar pemakai. Laporan keuangan juga digunakan sebagai sumber
utama informasi keuangan dan karena itu laporan keuangan tersebut
seharusnya disusun dan disajikan dengan mempertimbangkan kebutuhan para
pemakai.
Laporan keuangan merupakan salah satu proses dari pelaporan
keuangan, dimana laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan
dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus
dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan
bagian integral dari laporan keuangan. Perusahan pelapor adalah perusahaan
yang laporan keuangannya digunakan oleh pemakai yang mengandalkan laporan
keuangan tersebut sebagai sumber utama informasi keuangan perusahaan.
Pemakai dan Kebutuhan Informasi Laporan keuangan digunakan oleh
pemakai yang berbeda-beda, meliputi investor, karyawan, pemberi pinjaman,
pemasok dan kreditor usaha, pelaggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya,
dan masyarakat. Beberapa kebutuhannya, meliputi :
a. Investor.
Informasi keuangan digunakan untuk membantu mereka menentukan
apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Perusahaan
juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai
kemampuan perusahaan untuk membayar dividen
b. Karyawan.
Informasi keuangan digunakan untuk melihat stabilitas dan
profitabilitas perusahaan, serta untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja.
c. Pemberi Pinjaman.
Tertarik pada informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk
memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar saat jatuh tempo.
d. Pemasok dan kreditor lainnya.
Tertarik pada informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk
memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar saat jatuh tempo.
Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang
lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan
utama meraka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
e. Pelanggan.
Berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup
perusahaan, terutama apabila mereka terlibat dalam perjanjian jangka
panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan.
f. Pemerintah.
Berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu
berkepentingan dengan aktivitas perusahaan dan untuk mengatur aktivitas
perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun
statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
g. Masyarakat.
Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan
informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran
perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan dari laporan keuangan yakni menyediakan informasi yang
berhubungan dengan posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang dapat bermanfaat begi pengguna laporan
tersebut sebagai pengambilan keputusan di masa yang akan datang. Laporan
keuangan juga memperlihatkan bagaimana pertanggungjawaban manajemen atas
sumber daya yang telah dipercayakan kepada mereka sehingga mereka dapat
membuat keputusan ekonomi.
Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif laporan keuangan menjadi ciri dari laporan
keuangan agar dapat dimengerti oleh pemakai laporan keuangan. Karakteristik
Kuantitatif laporan keuangan terdiri dari Understanding, Relevance,
Reliability, dan Comparability.
Understanding (Dapat Dipahami)
Hal penting yang harus diperhatikan dalam menyusun laporan keuangan
adalah kemudahannya dipahami oleh pengguna laporan tersebut. Di mana
pengguna laporan keuangan tersebut diasumsikan menpunyai pengetahuan yang
memadai mengenai aktivitas, ekonomi, bisnis, dan akuntansi.
Relevance
Laporan keuangan yang disajikan bermanfaat ketika informasi tersebut
mempunyai relevansi dalam penngambilan keputusan dari pengguna laporan
keuangan tersebut. Informasi keuangan yang lalu biasanya sering digunakan
dalam memprediksi posisi keuangan di masa depan.
Reliability (Keandalan)
Suatu informasi keuangan yang dianggap reliable atau dikatakan andal
ketika laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan
material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau
jujur (faithful representation).
Comparability (Dapat Dibandingkan)
Informasi tentang sebuah laporan keuangan akan lebih bermanfaat
ketika dapat diperbandingkan dengan informasi yang serupa menyangkut
perusahaan lain. Sehingga pengguna dapat membandingkan laporan keuangannya
dengan laporan keuangan perusahaan lain secara konsisten.
Unsur Laporan Keuangan
Posisi Keuangan
Aktiva, merupakan manfaat ekonomi yang diharapkan oleh perusahaan
sebagai hasil dari transaksi kejadian-kejadian masa lalu. Kewajiban,
merupakan utang perusahaan yang ditimbulkan dari peristiwa atau transaksi
masa lalu. Aktiva Bersih, merupakan nilai residu atas aktiva perusahaan
setelah dikurang dengan kewajiban.
Kinerja (Laba Rugi)
Penghasilan, merupakan penambahan atau pemasukan aktiva atau
penurunan kewajiban yang menyebabkan kenaikan ekuitas yang berasal dari
operasi utama perusahaan dan bukan berasal dari pemilik. Beban, merupakan
penurunan aktiva atau penambahan kewajiban yang menyebabkan penurunan
ekuitas yang berasal dari operasi utama perusahaan dan bukan dari pembagian
kepada penanaman modal.
Pengukuran Unsur Laporan Keuangan
a. Historical Cost (Biaya Historis)
Aktiva dicatat sebesar pengeluaran kas atau setara dengan kas yang
dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk
memperoleh aktiva tersebut pada saat perolehan.dan kewajiban dicatat
sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban.
b. Current Cost (Biaya Kini)
Aktiva dinilai dalam jumlah kas atau setara dengan kas yang
seharusnya dibayar bila aktiva yang sama atau setara aktiva diperoleh
sekarang. Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang
tidak didiskontokan yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan
kewajiban sekarang.
c. Realisable / Settlement Value (Nilai Realisasi / Penyelesaian)
Aktiva dinyatakan dalam jumlah kas atau setara dengan kas yang dapat
diperoleh sekarang dengan menjual aktiva dalam pelepasan normal dan
kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian; yaitu, jumlah kas atau
setara dengan kas yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan
untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
d. Present value (Nilai Sekarang)
Aktiva dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih di masa depan yang
didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat memberikan
hasil dalam pelaksanaan usaha normaldan kewajiban dinyatakan sebesar arus
kas keluar bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang yang
diharapkan akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban dalam pelaksanaan
usaha normal.
B. Manajemen Laba
Scott (2006) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu cara penyajian
laba yang bertujuan untuk memaksimalkan utilitas manajemen dan atau
meningkatkan nilai pasar melalui pemilihan kebijakan prosedur akuntansi
oleh manajemen. Terdapat dua cara pandang dalam memahami manajemen laba
yang dilakukan manajer perusahaan: pertama, bertujuan untuk memaksimalkan
utilitas manajemen (opportunistic behavior). Kedua, bertujuan untuk
memberikan keuntungan kepada semua pihak yang terkait dalam kontrak
(efficient contracting). Pengertian lain tentang manajemen laba :
Manajemen laba adalah tindakan manajer yang menaikkan (menurunkan) laba
yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak
mempunyai hubungan dengan kenaikan atau penurunan profitabilitas
perusahaan dalam jangka panjang.
Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan judgement dalam laporan
keuangan dan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan,
sehingga menyesatkan stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau
untuk mempengaruhi hasil yang berhubungan dengan kontrak yang tergantung
pada angka akuntansi.
Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan
eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba
adalah salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan
keuangan, manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat
mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil
rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa.
Manajemen laba merupakan area yang kontroversial dan penting dalam
akuntansi keuangan. Manajemen laba tidak selalu diartikan sebagai suatu
upaya negatif yang merugikan karena tidak selamanya manajemen laba
berorientasi pada manipulasi laba.
Manajemen laba tidak selalu dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi
data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan dengan
pemilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk
tujuan tertentu dalam batasan GAAP/IFRS. Pihak-pihak yang kontra terhadap
manajemen laba, menganggap bahwa manajemen laba merupakan pengurangan dalam
keandalan informasi yang cukup akurat mengenai laba untuk mengevaluasi
return dan resiko portofolionya.
Menurut Scott (2006) ada beberapa motivasi untuk melakukan manajemen
laba, yaitu:
1. Motivasi Program Bonus
Menunjukkan secara empiris bahwa sebelum melakukan manajemen laba,
manajer mempunyai informasi dari dalam perusahaan atas laba bersih
perusahaan. Jika pada suatu tahun tertentu laba bersih perusahaan
rendah (di bawah bogey) maka tindakan manajer adalah menurunkan
pendapatan, sehingga laba perusahaan akan menjadi lebih rendah (taking
a bath) yang bermaksud untuk mencapai bonus pada tahun berikutnya.
Sedangkan jika pada satu tahun tertentu laba bersih perusahaan tinggi
(diatas cap) maka tindakan yang dilakukan manajer adalah menurunkan
pendapatan, sehingga laba perusahaan akan menjadi lebih rendah.
Tindakan ini dilakukan karena manajer tidak akan mendapatkan bonus
yang lebih tinggi dari target yang telah ditentukan. Intinya manajer
akan melakukan manajemen laba pada saat laba bersih berada diantara
bogey dan cap.
2. Motivasi Politik (Political Motivations)
Perusahaan besar yang aktivitasnya berhubungan dengan publik atau
perusahaan yang bergerak dalam industri strategis seperti minyak dan
gas akan sangat mudah untuk diawasi. Perusahaan seperti ini cenderung
untuk mengelola labanya. Pada perioda kemakmuran perusahaan
menggunakan prosedur dan praktik-praktik akuntansi yang meminimalkan
laba bersih perusahaan. Sebaliknya, publik akan mendorong pemerintah
untuk meningkatkan peraturan untuk menurunkan profitabilitas mereka.
3. Motivasi Perpajakan (Taxation Motivations)
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling
nyata. Namun demikian, kewenangan pajak cenderung untuk memaksakan
aturan akuntansi pajak sendiri untuk menghitung pendapatan kena pajak.
Seharusnya secara umum perpajakan tidak mempunyai peran besar dalam
keputusan manajemen laba.
4. Motivasi Perubahan Chief Executif Officer (Changes of CEO Mativations)
Manajemen laba juga terjadi disekitar waktu pergantian CEO. Hipotesis
program bonus memprediksi bahwa ketika waktu mendekati pengunduran
diri CEO maka tindakan yang dilakukan adalah memaksimalkan laba untuk
meningkatkan bonus mereka. Sedangkan CEO yang kinerjanya buruk akan
melakukan manajemen laba untuk memaksimalkan laba mereka dengan tujuan
mencegah atau menunda pemberhentian mereka. Motivasi melakukan
manajemen laba juga dapat dilakukan oleh CEO baru, terutama jika cost
dibebankan pada tahun transisi, melalui penghapusan operasi yang tidak
diinginkan atau divisi yang tidak menguntungkan.
5. Initial Public Offering (IPO)
Perusahaan go public belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan
manajer perusahaan tersebut melakukan manajemen laba dalam prospektus
mereka. Nampaknya informasi akuntansi keuangan yang dimasukkan dalam
prospektus bermanfaat sebagai sumber informasi. Terdapat kemungkinan
bahwa manajer perusahaan go public akan mengelola prospektusnya dengan
harapan dapat menaikkan harga saham.
6. Motivasi Perjanjian Utang (Debt Covenants Motivations)
Manajemen laba dengan tujuan untuk memenuhi perjanjian utang timbul
dari kontrak utang jangka panjang. Perjanjian utang bertujuan
melindungi peminjam terhadap tindakan manajer. Pelanggaran terhadap
covenant mengakibatkan cost yang tinggi terhadap perusahaan, oleh
karena itu manajer berusaha untuk menghindari terjadinya pelanggaran
terhadap covenant.
Pola-pola Manajemen Laba
Scott (2000) dalam Jaryanto (2008) membagi manajemen laba yang
mungkin dilakukan oleh para menejer perusahaan ke dalam empat jenis pola
manajemen laba sebagai berikut:
Cuci Bersih (Taking a Bath)
Pola ini terjadinya pada periode sulit, kondisi buruk yang tidak
menguntungkan dan tidak dapat dihindari lagi pada periode tersebut, ataupun
pada saat terjadi reorganisasi, termasuk pengangkatan CEO baru. Manajer
melaporkan kerugian, mungkin dalam jumlah yang besar, sebagai akibat dari
penghapusan aktiva dan/atau pembebanan biaya-biaya masa depan sekaligus
pada periode tersebut dengan harapan laba pada periode-periode mendatang
dapat meningkat karena berkurangnya beban periode mendatang.
Menurunkan Laba (Income Minimization)
Pola ini dilakukan sebagai alasan politis pada periode laba yang tinggi
dengan cara seperti pada pola taking a bath, yaitu mempercepat penghapusan
atas barang modal dan aktiva tak berwujud, biaya iklan dan pengeluaran
untuk penelitian dan pengembangan, hasil akuntansi untuk biaya eksplorasi,
dan mengakui pengeluaran-pengeluaran lain sebagai biaya periode tersebut.
Hal ini dilakukan pada saat profitabilitas tinggi dengan maksud agar tidak
mendapat perhatian secara politis sekaligus sebagai upaya menyimpan laba
sehingga jika laba periode mendatang mengalami penurunan drastis dapat
diatasi dengan mengambil simpanan laba periode berjalan.
Menaikkan Laba (Income Maximization)
Pola ini dilakukan pada saat laba mengalami penurunan. Kebalikan dari
income minimization, income maximization dilakukan dengan cara mengambil
simpanan laba periode sebelumnya ataupun menarik laba periode yang akan
datang, misalnya dengan menunda pembebanan biaya. Pola ini dilakukan atas
dasar motivasi bonus, motivasi penghindaran pelanggaran perjanjian utang,
pada saat penawaran saham perdana dan musiman, ataupun untuk menghindari
turunnya harga saham secara drastis.
Perataan Laba (Income Smoothing)
Income smoothing dilakukan dengan meratakan laba antar periode yang
dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor yang
pada umumnya lebih menyukai laba yang relatif stabil. Income smoothing bisa
dikatakan pola perpaduan antara income minimization dengan income
maximization antar periode, dimana pada periode laba yang tinggi, laba akan
disimpan untuk digunakan pada periode laba yang rendah.
Alasan Dilakukan Manajemen Laba
Alasan dilakukan manajemen laba karena:
1) Manajemen laba dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap
manajer. Manajemen laba berhubungan erat dengan tingkat perolehan laba atau
prestasi usaha suatu organisasi, hal ini karena tingkat keuntungan atau
laba dikaitka n dengan prestasi manajemen dan juga besar kecilnya bonus
yang akan diterima oleh manajer.
2) Manajemen laba dapat memperbaiki hubungan dengan pihak kreditor.
Perusahaan yang terancam default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban
pembayaran utang pada waktunya, perusahaan berusaha menghindarinya dengan
membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan maupun laba. Dengan
demikian akan memberi posisi bargaining yang relatif baik dalam negoisasi
atau penjadwalan ulang utang antara pihak kreditor dengan perusahaan.
3) Manajemen laba dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya.
C. Konsekuensi Ekonomis Laporan Kuangan
Konsekuensi ekonomi adalah konsep yang menyatakan bahwa
walaupun bertentangangan dengan implikasi teori pasar modal efisien pilihan
kebijakan akuntansi dapat mempengaruhi nilai suatu perusahaan. Hal ini
berarti kebijakan akuntansi dan perubahan kebijakan akuntansi tersebut
merupakan suatu permasalahan, terutama bagi manajemen. Hal ini dikarenakan
akan mengakibatkan manager mengubah hasil operasi perusahaan yang
sesungguhnya.
Konsekuensi ekonomis muncul karena perusahaan melakukan kontrak
seperti kompensasi eksekutif dan kontrak utang. Konsekuensi ekonomi
diperlukan untuk mengetahui respon pasar atas perubahan kebijakan akuntansi
walaupun perubahan tersebut tidak mempengaruhi secara langsung terhadap
arus kas perusahaan.
Pelaporan keuangan memiliki beberapa konsekuensi ekonomis (economic
consequences of financial reporting) yakni:
1. Informasi keuangan dapat mempengaruhi distribusi kekayaan diantara
investor. Investor yang memperoleh informasi lebih banyak (mempekerjakan
analis sekuritas) mungkin mampu meningkatkan kekayaan mereka daripada
investor yang kurang informasi.
2. Informasi keuangan dapat mempengaruhi tingkatan risiko yang diterima
perusahaan. Fokus pada jangka pendek, memiliki risiko lebih kecil,
tetapi mungkin mengandung efek-efek jangka panjang yang merugikan (long-
term detrimental effects).
3. Informasi keuangan dapat mempengaruhi tingkat formasi modal dalam
ekonomi dan menghasilkan realokasi kekayaan antara konsumsi dan investasi
dalam ekonomi.
4. Informasi keuangan dapat mempengaruhi bagaimana investasi
dialokasikan dalam perusahaan.
KASUS
PT. Indofarma Tbk
A. Sejarah PT Indofarma Tbk.
PT Indofarma didirikan pada tanggal 26 Januari 1996 dan bergerak dalam
pembuatan obat-obatan dan bahan baku pembuat obat. Obat-obatan yang dibuat
oleh PT Indofarma lebih banyak dipasarkan secara tender dan dibeli
pemerintah untuk diserahkan kepada rumah sakit-rumah sakit milik pemerintah
pusat, daerah, dan puskesmas. PT Indofarma dikenal sebagai pembuat obat
generik yang ditujukan untuk rakyat miskin.
Awalnya perusahaan ini dikenal sebagai Pabrik Obat Manggarai dan
didirikan tahun 1918 di Jakarta. Pada Tahun 1950 pabrik obat ini diambil
alih oleh negara dan dikelola oleh Departemen Kesehatan RI lalu pada tahun
1979 namanya diganti menjadi Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan
dan pada tahun 1981 melalui Peraturan Pemerintah No 20 nama dan
kelembagaannya diganti menjadi Peusahaan Umum (Perum) Indofarma dan sejak
1996 berganti badan hukum menjadi PT.
B. Kasus PT Indofarma Tbk.
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menemukan indikasi adanya
penyembunyian informasi penting menyangkut kerugian selama dua tahun
berturut-turut yang diderita PT Indofarma Tbk. Kepala Biro Pemeriksaan dan
Penyidikan Bapepam Abraham Bastari mengatakan temuan ini terungkap setelah
institusinya memanggil sejumlah pihak termasuk Direksi dan mantan Direksi
Indofarma dimana diduga ada sesuatu yang disembunyikan dan tidak
diungkapkan. Bapepam pun telah memanggil jajaran manajemen dua periode
sebelumnya, yaitu ketika Eddy Pramono dan Gunawan Pranoto (sekarang
Direktur Utama Kimia Farma) menjabat sebagai Direktur Utama Indofarma.
Pihak lain yang turut diperiksa, yaitu jajaran manajemen PT Indofarma
Global Medika--anak perusahaan Indofarma. Selain itu, Bepapam juga telah
memeriksa kantor akuntan publik Hadori dan Rekan dengan Hadori Yunus
sebagai auditornya yang telah mengaudit laporan keuangan Indofarma 2003.
Pemeriksaan dilakukan karena tahun lalu, Indofarma mengalami pembengkakan
kerugian dari sekitar 68 miliar rupiah berdasarkan laporan yang belum
diaudit menjadi sekitar 129,5 miliar rupiah setelah laporan diaudit.
Dalam penjelasannya ke publik, manajemen baru Indofarma mengatakan,
pembengkakan kerugian terjadi karena perusahaan obat pelat merah ini harus
melakukan hapus buku terhadap alat kesehatan yang dinilai sudah kadaluwarsa
sehingga tidak bisa dijual. Padahal jumlahnya mencapai puluhan miliar
rupiah. Indofarma untuk tahun buku 2002 yang melaporkan adanya kerugian
sebesar 59,8 miliar rupiah mengejutkan investor.Banyak kalangan
mempertanyakannya, karena hingga akhir kwartal ketiga 2002, Indofarma masih
mencatatkan keuntungan sekitar 88,6 miliar rupiah.
Perubahan mendasar yang terjadi pada tahun 2001 setelah perusahaan
mendapat ijin untuk go publik menjadikan PT Indofarma harus dikelola secara
profesional, transparan, dan harus tumbuh karena pasar menghendaki adanya
deviden dan capital gain. Dan untuk mendorong perubahan itulah direksi
membeli mesin-mesin baru dan memproduksi produk-produk terobosan bermerek
khususnya Biofibra, Prolipid, Pro Uric, OBH Plus, dsb sehingga pada akhir
tahun meraup laba bersih perseroam setelah pajak sebesar 122,5 milyar
rupiah.
Pada saat bersamaan di Indonesia muncul UU tentang otonomi daerah yang
salah satu dampaknya adalah perubahan pembelian obat yang tadinya dilakukan
secara massal dan terpusat pada pemerintah pusat sekarang dipesan langsung
oleh pemerintah daerah. Selain itu muncul pabrik-pabrik obat kecil baru
yang tersebar di berbagai daerah. Akibatnya PT indofarma harus membuka
cabang-cabang baru didaerah dan memasarkan obatnya secara lokal. Tender-
tender kecilpun harus diikuti dan mulai ada gangguan produksi. Harga obat
yang sudah murah ternyata tidak diimbangi dengan biaya produksi yang
efisien. Selain itu pembukaan cabang-cabang baru berarti meningkatkan biaya
mulai dari tempat, SDM, sistem, komisi, teknologi. Selain hal diatas
manajemen perusahaan mengalami sejumlah masalah baik yang disengaja maupun
tidak akibatnya pada laporan keuangan perusahaan pada tahun 2002 diketahui
perusahaan mengalami kerugian 59,8 miliar rupiah.
Pada tahun itu juga diketahui sejumlah masalah diantaranya adalah
harga jual yang diterima perusahaan ternyata dibawah total biaya per unit,
laporan akuntansi perusahaan ternyata tidak dapat mendeteksi kerugian sejak
dini sehingga direksi mengambil langkah yang salah. Masalah lainnya yaitu
ketika setahun sebelum dinyatakan untung, perusahaan telah mengambil
langkah-langkah kurang tepat yang berakibat pemborosan serta ada tradisi
pencatatan yang kurang tepat seperti angka penjualan yang sangat besar pada
akhir tahun akan tetapi disusul retur yang sangat besar pada awal tahun.
Permasalahan lain yaitu banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh para
direksi PT Indofarma. Adapun beberapa pasal yang dilanggar yaitu pasal 68,
69,(Standar Akuntansi) dan 107. Dalam pasal 68 disebutkan bahwa akuntan
yang terdaftar di Bapepam wajib menyampaikan pemberitahuan yang sifatnya
rahasia paling lambat tiga hari kepada otoritas pasar modal jika menemukan
pelanggaran terhadap undang-undang atau hal yang dapat membahayakan
keuangan emiten. Pasal 107 mengatur ancaman penjara paling lama tiga tahun
dan denda 5 milyar rupiah kepada para pelanggar ketentuan perundangan,
termasuk didalamnya menyembunyikan informasi penting.
BAPEPAM menduga adanya Pelanggaran peraturan perundang-undangan
dibidang pasar modal terutama berkaitan dengan penyajian laporan keuangan
yang dilakukan oleh PT. Indofarma Tbk. Berdasarkan hasil penelitian BAPEPAM
ditemukan bukti-bukti :
1. Nilai barang dalam proses dinilai lebih tinggi dari nilai yang
seharusnya (overstated) dalam penyajian dinilai persediaan barang dalam
proses pada tahun buku 2001 sebesar Rp. 28.870.000.000 ( Dua Puluh
Delapan Milyar Delapan Ratus Tujuh Puluh Juta Rupiah ), akibat
overstated persediaan sebesar RP.28.870.000.000 tersebut, maka harga
pokok penjualan akan Undestated sebesar Rp. 28.870.000000 dan laba
bersih juga akan mengalami overstated yang sama juga
2. Berdasarkan pasal 69 Undang-undang pasar modal no 8 tahun 1995 yang
menyatakan bahwa laporan keuangan yang disampaikan kepada BAPEPAM wajib
disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum
3. Berdasarkan angka 2 huruf a peraturan BAPEPAM no. VIII. G. 7 tentang
pedoman penyajian laporan keuangan disebutkan bahwa manajemen emiten
atau perusahan publik bertangung jawab atas penyusunan dan penyajian
laoran keuangan
4. Dalam PSAK kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan
khususnya berkaitan dengan materialistis, paragraf 30 menyatakan bahwa
informasi dipandang material kalau kelalaian atau kesalahan dalam
mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai
yang diambil atas dasar laporan keuangan.
5. Dalam PSAK kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan
khususnya berkaitan dengan keandalan, paragraf 31 menyatakan bahwa agar
bermanfaat, informasi juga harus andal (realiable). Informasi memiliki
kualitas andal dan bebas dari pengertian yang menyesatkan.
6. PSAK No.1 paragraf 10 dinyatakan bahwa laporan keuangan harus menyajikan
secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas dan
arus kas perusahaan dengan penerapan PSAK dalam catatan atas laporan
keuangan.
7. Kepada direksi yang menjabat pada periode terbitnya laporan keuangan
tahun periode 2001 diberikan sanksi administratif berupa denda sebesar
Rp. 500.000.000 ( Lima Ratus Juta Rupiah )
PEMBAHASAN
Pada dasarnya kasus Indofarma ini tidak jauh berbeda dengan kasus Kimia
Farma yang pada intinya telah terjadi misleading information dengan
melakukan mark up terhadap Laporan Keuangan periode 2001. Awal mula dari
kasus ini karena selama 2 (dua) tahun berturut-turut Indofarma mengalami
kerugian yaitu pada tahun 2002 dan 2003. Padahal tahun 2001 perusahaan
farmasi tersebut meraih laba yang cukup besar.
Setelah dilakukan pemeriksaan oleh Bapepam ternyata telah adanya
kesalahan dalam penyajian informasi di dalam Laporan Keuangan 2001.
Kejadian ini merupakan suatu bentuk pelanggaran terhadap ketentuan Pasar
Modal (UUPM dan peraturan Bapepam) dan Pedoman Standar Akuntan Publik
(PSAK). Bahwadi dalam ketentuan Pasar Modal yaitu yang terdapat dalam Pasal
69 ayat(l)UUPM: "Laporan Keuangan yang disampaikan kepada Bapepam wajib
disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum."
Dalam hal ini terkait dengan adanya kesalahan penilaian terhadap barang-
barang di dalam kategori Work in Process. Barang-barang tersebut dinilai
lebih tinggi dari nilai yang seharusnya pada proses buku tahun 2001. Dengan
demikian berakibat meningkatnya laba bersih. Kesalahan penyajian tersebut
merupakan fakta materiil yang dapat mempengaruhi keberadaan Laporan
Keuangan yang pada akhirnya akan mempengaruhi harga efek di bursa.
Dengan adanya penyampaian informasi materiil yang tidak benar atau tidak
diungkapkan merupakan suatu pelanggaran terhadap Pasal 90 huruf c UUPM.
Bahwa kejadian ini sebelumnya tidak diungkapkan kepada publik maka pihak-
pihak yang mengetahui dapat dikenakan sanksi yang terdapat pada Pasal 107
UUPM karena ada sesuatu yang disembunyikan tapi tidak diungkapkan. Atas
kejadian ini berdasarkan peraturan Bapepam Nomor VIII.G7 tentang Pedoman
Penyajian Laporan Keuangan yang bertanggung jawab dalam penyajian Laporan
Keuangan adalah manajemen dari Emiten atau Perusahaan Publik (Direksi).
Oleh karenanya tindakan ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab dari
Direksi yang menjabat pada saat Laporan Keuangan tersebut dikeluarkan.
Sanksi yang diberikan oleh Bapepam merupakan kewajiban dari Direksi yang
menjabat pada waktu itu secara bersama-sama . Tidak jelas apa yang menjadi
latar belakang dari Bapepam hanya memberikan sanksi administratif berupa
membayar denda pada kasus ini. Dalam press releasenya Bapepam hanya
menyebutkan bahwa telah terjadi penilaian barang yang lebih tinggi dari
harga seharusnya. Dengan demikian tidak diketahui apakah tindakan tersebut
merupakan suatu kesengajaan atau tidak dari manajemen untuk memberikan
Laporan Keuangan dengan kinerja yang bagus kepada publik. Sehingga publik
akan menanamkan atau tidak modalnya terhadap perusahaan farmasi tersebut.
Kalau tindakan ini merupakan satu hal yang disengaja dan diketahui oleh
manajemen Indofarma jelas merupakan suatu kejahatan di Pasar Modal. Untuk
itu dapat ditindak lanjuti dengan proses pidana dengan mencari bukti-bukti
yang kuat sehubungan dengan tindakan tersebut. Lain halnya jika tindakan
tersebut bukan merupakan suatu unsur kesengajaan dari manajemen Indofarma.
Maka Bapepam sesuai dengan kewenangan-nya berdasrkan Pasal 102 UUPM dapat
memberikan sanski administratif kepada Direksi Indofarma. Seharusnya agar
dapat menciptakan Pasar Modal yang aman dan tertib pengenaan sanksi tidak
terbatas pada sanksi denda saja tetapi sanksi pidana penjara. Hal ini untuk
memberikan shock therapy kepada Emiten atau Perusahaan Publik agar tidak
main-main dalam menyajikan Laporan Keuangannya.
Kesimpulan
Tujuan laporan keuangan yang mana diarahkan untuk memberikan informasi
yang berguna untuk mengambil keputusan-keputusan bisnis. Peran standar
akuntansi (seperti SAK) menjadi sangat penting supaya manajemen suatu badan
usaha dapat menghasilkan informasi yang berkualitas.
Informasi laba membantu pemilik atau pihak lain dalam mengestimasikan
kekuatan laba untuk menaksir resiko dalam investasi dan kredit. Pentingnya
informasi laba tersebut harus disadari oleh pihak manajemen sebagai pihak
penyusun laporan keuangan serta sebagai pihak yang diukur kinerjanya.
Informasi laba sebagaimana dinyatakan dalam Statement of Financial
Accounting Concepts (SFAC) Nomor 2 merupakan unsur utama dalam laporan
keuangan dan sangat penting bagi pihak–pihak yang menggunakannya karena
memiliki nilai prediktif.
Daftar Pustaka
Scott, W. R. 2006. Financial Accounting theory. Edisi Keempat. New Jersey:
Prentice-Hall, Inc.
Kieso, D. E., J.J. Weygandt, and T.D. Waterfield, Intermediate Accounting,
International Ed., John Wiley & Sons, 11th Ed.
IAI, Prosiding Konverensi Nasional Akuntansi ke-3 Profesi Akuntan Indonesia
menuju Milenium Baru, 1996 atau prosiding terbaru.
IAI, Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) (revisi terakhir)
Epstein, B.J., and Eva K. Jermakowicz IAS 2007: Interpretation and
Aplication of IAS, Jhon Wiley, 2007. (EJ).