Mulyasa E,Rosdakaryabandung 2004:81
Nurkolis,: MBS,Jakarta grasindo, 2005:132 – 134
Mulyasa E,Rosdakaryabandung 2004:81
Mulyasa E,Rosdakaryabandung2004:62
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikumWr.Wb
Pujisyukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT.bahwa kami telah menyelesaikan tugas untuk mata kuliah Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) dengan judul Implementasi MBS
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidakl ainberkat bantuan, dorongan dan bimbingan dosen pengampun kami sehingga kendala-kendala yang kami hadapiteratasi. Olehkarenaitu kami mengucap kanterimakasih kepada :
BapakDosenbidang Study Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada kami sehingga kami termotivasi dan bias menyelesaikan tugas ini.
Semua pihak yang membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas inis elesai.
Walaupun kami sadar bahwa Makalah ini jauh dari kesempurnaan tp kami berdoa Semoga materi inidapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amiin.
Wassalamu'alaikumWr.Wb
Ttd
Pemakalah
DAFTAR ISI
katapengantar……………………………………………………………...……..1
Daftarisi ………………………………………………………………..…………2
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………..…..…..3
Latar belakang…………………………………………………………...3
Rumusan Masalah………………………………………………………..3
Tujuan…………………………………………………………………….4
Manfaat…………………………………………………………………...4
BAB II PEMBAHASAN
ImplementasiManajemenBerbasisSekolah……………………..……...5
Pentahapan implementasi ManajemenBerbasisSekolah………………6
Perangkat implementasi Menejemen Berbasis Sekolah……………….7
BAB III Penutup…………………………………………………………………8
Kesimpulan……………………………………………………………....8
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..……….….9
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lahirnya UU. No. 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah, serta UU.No. 25 tentang perimbangan keuangan pusat dandaerah yang membawa konsekuensit erhadap bidang-bidang kewenangan daerah sehingga lebih otonom termasuk dalam bidang pendidikan.Sehingga penyelenggaraan yang bersifat terpusat atau sentralis berganti kearah desentralisasi.
Pengelolaan pendidikan yang diarahkan pada desentralisasi menuntut partisipasi masyarakat secara aktif untuk merealisasikan otonomi daerah. Karena itu memerlukan kesiapan sekolah sebagai ujung tombak operasional pendidikan pada level bawah. Pendidikan yang selama ini dikelola pusat (sentral) harus di ubah sesuai dengan perkembangan sistem yang bersifat desentraliasi. Otonomi daerah sebagai kebijakan politik makro akan member imbas terhadap otonomi sekolah sebagai sub system pendidikan.
Dengan adanya kebijakan tersebut maka pengelolaan pendidikan dilakukan secara otonomya itu dengan model Manajemen berbasis sekolah atau school based management. Manajemen berbasis sekolah sendiri merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, efisiensi dan pemerataan pendidikan agar dapat mengakomodasi keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat dan pemerintah.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah sedikit kami singgung diatas kiranya pemakalah ingin lewat makalah ini ingin memaparkan beberapa hal yang berkaitan dengan rumusan masalah sewbagai berikut:
Bagaimana Implementasi MBS?
Bagaimana tahapan Implementasi MBS?
Apa perangkat Implementasi MBS?
Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah agar mahasiswa mampu mengimplikasikan MBS sesuai dengan untuk apa MBS ini muncul,tentu untuk meningkatkan mutu pendidikan secara otonom tanpa ada sentralisasi dari pusat.
Manfaat
Mahasiswa mampu dan menguasai penerapan MBS serta mengetahui strategi strategi penerapan MBS.
BAB II
PEMBAHASAN
Implementasi Manajemen BerbasisSekolah
Implementasi MBS akan berlangsung secara efektif dan efisien apabila didukung oleh sumber daya manusia yang professional untuk mengoprasikan sekolah, dan yang cukup agar sekolah mampu menggaji staf sesuai dengan fungsinya, sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung proses belajar mengajar, serta dukungan orang tua siswa atau masyarakat yang tinggi.
Menurut Nurkolis, pada dasarnya tidak ada satu strategi khusus yang jitu dan bisa menjamin keberhasilan Implementasi MBS di semua tempat dan kondisi. Namun secara umum dapat disimpulkan bahwa implementasi MBS akan berhasil melalui strategi-strategi sebagai berikut:
Sekolah harus memiliki otonomi terhadap empat hal, yaitu: otonomi dalam kekuasaan dan kewenangan, pengembangan pengetahuan dan keterampilan secara berkeseimbangan, akses informasi ke segala bagian, dan pemberian penghargaan kepada setiap pihak yang berprestasi atau berhasil.
Adanya peran serta masyarakat secara aktif dalam hal pembiayaan, proses pengambilan keputusan terhadap kurikulum dan interuksional serta non-instruksional
Adanya kepemimpinan sekolah yang kuat sehingga mampu menggerakkan dan mendayagunakan setiap sumber daya sekolah secara efektif terutama kepala sekolah harus menjadi sumber inspirasi atas pembangunan dan pengembangan sekolah secara umum.
Adanya proses pengambilan keputusan yang demokratis dalam kehidupan dewan sekolah yang aktif.
Semua pihak harus menyadari peran serta tanggung jawabnya secara sunggu-sungguh.
Adanya quidelines dari Departemen pendidikan terkait sehingga mampu mendorong proses pendidikan di sekolah secara efektif dan efisien.
Sekolah harus memiliki transparansi dalam laporan pertanggung jawaban setiap tahunnya.
Implementasi diawali dengan sosialisasi dari konsep MBS, identifikasi peran masing-masing, pembangunan kelembagaan, mengadakan pelatihan-pelatihan terhadap peran barunya, implementasi pada proses pembelajaran evaluasi atas pelaksanaan di lapangan, dan dilakukabn perbaikan-perbaikan.
Sehubungan dengan implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam rangka desentralisasi pendidikan di Indonesia, maka keberhasilan implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sedikitnya dapat dilihat dari tiga dimensi yaitu efektivitas, efisiensi dan produktivitas.
Efektivitas berkaitan erat dengan perbandingan antara tingkat pencapai tujuan dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, atau perbandingan hasil nyata dengan hasil yang direncanakan. Efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sebagaimana efektivitas pendidikan pada umumnya, berarti bagaimana Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) berhasil melaksanakan semua tugas pokok sekolah, manjalin partisipasi masyarakat, mendapat dan memanfaatkan sumber dana, sumber daya, dan sumber belajar (sarana dan prasarana) untuk mewujudkan tujuan sekolah.
Efisiensi yakni perbandingan antara input atau sumber daya dengan output. Artinya suatu kegiatan dikatakan efisien jika tujuan dapat dicapai secara optimal dengan penggunaan sumber daya yang minimal.
Sedangkan produktivitas dalam dunia pendidikan yakni keseluruhan proses penataan dan penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Jadi, implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di samping dilihat dari segi efektivitas, juga perlu dianalisa dari segi efisiensi untuk melihat produktivitas.
Pentahapan implementasi menejemen berbasis sekolah (MBS)
Sebagai suatu paradigma baru dalam dunia pendidikan, selain perlu memperhatikan kondisi sekolah, implementasi MBS juga memerlukan pentahapan yang tepat atau harus dilakukan secara bertahap. Penerapan Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) secara menyeluruh sebagai realisasi desentralisasi pendidikan memerlukan perubahan-perubahan mendasar terhadap aspek-aspek yang menyangkut keuangan, ketenagaan, kurikulum, sarana dan prasarana, serta partisipasi masyarakat.
Dalam kaitannya dengan pertahapan impelementasi menejemen berbasis sekolah (MBS) ini, secara garis besar, ada tiga tahap yang ada dalam MBS yaitu: sosialisasi, piloting, dan desiminasi.
a). Tahap sosialisasi merupakan tapahan penting mengingat masyarakat Indonesia pada umumnya tidak mudah menerima perubahan
b). Tahap poling merupakan tahap uji-coba agar penerapan konsep MBS tidak mengandung risiko. Efektifitas model uji-coba ini memerlukan persyaratan dasar, yaitu akseptabilitas, akuntabilitas, reflikabilitas, dan sustainabilitas. Akseptabilitas artinya adanya penerimaan dari para tenaga kependidikan, khususnya guru dan kepala sekolah. Akuntabilitas artinya program MBS harus dapat dipertanggungjawabkan, baik secara konsep, operasional, pendanaannya. Reflikabilitas artinya model MBS yang diuji-cobakan dapat direfleksikan di sekolah lain sehingga perlakuan yang diberikan kepada sekolah uji-coba dapat dilaksanakan di sekolah lain. Sustainbilitas artinya program tersebut dapat dijaga kesinangbungannya setelah ujicoba dilaksanakan.
c). Tahap diseminasi merupakan tahapan memasyarakatkan model menejemen MBS yang telah di ujicobakan ke berbagai sekolah agar dapat mengimplementasikannya secara efektifitas dan efisien.
C. Perangkat implementasi Menejemen Berbasis Sekolah
Implementasi Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) memerlukan seperangkat peraturan dan pedoman-pedoman (guidelines) umum yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam perencanaan, monitoring dan evaluasi serta laporan pelaksanaan. Prangkat implementasi ini diperkenalkan sejak awal, melalui pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan sejak pelaksanaan jangka pendek.
Rencana sekolah merupakan salah satu perangkat terpenting dalam pengelolaan MBS. Rencana sekolah merupakan perencanaan sekolah untuk jangka waktu tertentu yang disusun oleh sekolah sendiri bersama dewan sekolah. Adapun yang terkandung dalam rencana tersebut adalah visi dan misi sekolah, tujuan sekolah, dan prioritas-prioritas yang akan dicapai, serta strategi-strategi untuk mencapainya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Implementasi Manajemen BerbasisSekolah
Implementasi MBS tentunya memiliki strategi dan tahap –tahapan pada pelaksanaannya dan memberikan hasil kepada sekolah.Untuk itu, ada beberapa strategi Implementasi MBS, strategi tersebut diantaranya ialah:
Sekolah memiliki otonomi dalam empat hal yaitu: kekuasaan dan kewenangan,pengembangan pengetahuan dan keterampilan secara berkeseimbangan
peran serta masyarakat secara aktif
kepemimpinan sekolah yang kuat
pengambilan keputusan yang demokratis
perandantanggungjawabsemuapihakdalamSekolah
adanya dukungan dan hubungan yang baik dari Departemen pendidikan terkait
transparansi:
Pentahapan implementasi menejemen berbasis sekolah (MBS)
sedang dalam implementasi MBS ada beberapa pentahapan yaitu:
Tahap sosialisasi merupakan tapahan penting mengingat masyarakat Indonesia pada umumnya tidak mudah menerima perubahan
Tahap poling merupakan tahap uji-coba agar penerapan konsep MBS tidak mengandung risiko.
Tahap diseminasi merupakan tahapan memasyarakatkan model menejemen MBS yang telah di ujicobakan ke berbagai sekolah agar dapat mengimplementasikannya secara efektifitas dan efisien.
Perangkat implementasi Menejemen Berbasis Sekolah
Implementasi Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) memerlukan seperangkat peraturan dan pedoman-pedoman (guidelines) umum yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam perencanaan, monitoring dan evaluasi serta laporan pelaksanaan
Perangkat implementasi Menejemen Berbasis Sekola
Implementasi Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) memerlukan seperangkat peraturan dan pedoman-pedoman,pedoman-pedoman (guidelines) umum yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam perencanaan, monitoring dan evaluasi serta laporan pelaksanaan. Prangkat implementasi ini diperkenalkan sejak awal, melalui pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan sejak pelaksanaan jangka pendek.
DAFTAR PUSTAKA
E.Mulyasa, ManajemenBerbasisSekolah, Bandung: Remajarosdakarya 2011
Nurkolis,: MBS,Jakarta grasindo 2005.
(11 ) Makalah MBS Oleh : A. Yasin & wahyudi