KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat. Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca. Deltamas, 24 April 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................ i DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... iii DAFTAR TABEL...............................................................................................................iv BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 A.
Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C.
Tujuan ..................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3 A.
Definisi Geothermal ................................................................................................ 3
B.
Daerah-Daerah Yang Berpotensi Adanya Geothermal ........................................... 4
C.
Sistem Kerja Geothermal Menjadi Pembangkit Listrik .......................................... 7
D.
Kebutuhan Geothermal ........................................................................................... 8
E.
Data Kebutuhan Listrik di Indonesia ...................................................................... 9
F.
Pemboran Sumur Eksplorasi Geothermal ............................................................. 10
Hal-hal yang Perlu diperhatikan Sebelum Pemboran Sumur ............................ 10
Pra-Pemboran .................................................................................................... 12
Proses Pemboran Sumur Eksplorasi ................................................................. 12
Jenis-jenis Pengujian Sumur Geothermal ......................................................... 16
Laporan Selama Pemboran Selama Pemboran ................................................. 17
Setelah Pemboran Selesai ................................................................................. 18 i
Reservoir Geothermal di Indonesia....................................................................... 18
G.
Karakteristik Geothermal .................................................................................. 18
Klasifikasi Sistem Geothermal.......................................................................... 19
H.
Efisiensi................................................................................................................. 20
I.
Energi Panas Bumi Ramah Lingkungan ............................................................... 22
J.
Manifestasi Geothermal ........................................................................................ 23
K.
Pemanfaatan Soil Heating ..................................................................................... 26 L. Scaling Geothermal .............................................................................................. 26
M. Perbedaan Pemanfaatan Energi Geothermal Indonesia dengan Negara-Negara Lain ...................................................................................................................................... 33 N. Kelebihan dan Kekurang Energi Geothermal .......................................................... 35 1.
Kelebihan Energi Geothermal (Panas Bumi) .................................................... 35
2.
Kekurangan Energi Geothermal (Panas Bumi) ................................................. 36
L.
Perbandingan PLT Geothermal dengan PLT lain ................................................. 38
O.
Regulasi Pengelolaan Geothermal di Indonesia .................................................... 39
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 44 A.
Kesimpulan ........................................................................................................... 44
B.
Saran ..................................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 46
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Geothermal ........................................................................................................ 3 Gambar 2. Daerah Sebaran Geothermal ............................................................................. 5 Gambar 3. Sistem Kerja Geothermal .................................................................................. 7 Gambar 4. Manifestasi geothermal ................................................................................... 23
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 5 Negara pengguna geothermal terbesar ............................................................... 9 Tabel 2. Data Kebutuhan Listrik Indonesia ...................................................................... 10 Tabel 3. Tabel Investasi Geothermal................................................................................. 21 Tabel 4. Return of Investment .......................................................................................... 22 Tabel 5. Sumber energi geothermal .................................................................................. 37 Tabel 6. Perbandingan pembangkit listrik berbagai sumber ............................................. 38 Tabel 7. Perbandingan harga listrik berbagai macam pembangkit ................................... 39 Tabel 8. Pembangkit listrik di Indonesia .......................................................................... 43
iv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Energi merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup baik kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. Kebutuhan energi tersebut tentunya harus diimbangi dengan tersedianya pasokan energi yang cukup. Akan tetapi semakin berkembangnya proses kehidupan manusia, energi yang dibutuhkan semakin banyak sementara ketersediaan energi makin berkurang. Manusia dan semua mahluk hidup yang ada di bumi sangat bergantung terhadap energi. Energi yang saat ini banyak digunakan adalah energi fosil. Ketergantungan terhadap energi fosil menjadi bom waktu yang dapat meledak seketika. Energi fosil, seperti yang sudah kita ketahui sejak duduk di bangku sekolah dasar, adalah energi yang tidak dapat diperbarui. Artinya suatu saat akan habis sehingga diperlukan upaya pencarian alternatif-alternatif lainnya selain fosil yang sifatnya dapat diperbaharui untuk mencukupi kebutuhan energi masa depan (Andri, 2013). Energi panas bumi merupakan salah satu diantara beberapa energi terbarukan yang bisa dimanfaatkan dalam kehidupan manusia. Di Indonesia sendiri sampai tahun 2004 diidentifikasi terdapat 252 area yang berpotensi panas bumi sudah termasuk dalam inventarisasi dan eksplorasi. Sebagian besar berada pada lingkungan vulkanik sisanya berada dilingkungan batuan sedimen dan metamorf. Dari jumlah lokasi tersebut mempunyai total potensi tersebut hanya 3-4% yang dimanfaatkan untuk energi listrik atau sekitar 807 MWe dan 2% pemakaian energi listrik nasional.
1
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang adalah sebagai berikut: 1. Apa itu energi geothermal dan karakterisik potebnsial geotermal? 2. Bagaimana proses (cara kerja) geothermal menjadi pembangkit listrik(Proses)? 3. Bagimana mengetahui bahwa geotermal itu berpotensi menjadi resevoir untuk menjadi pembangkit listrik? 4. Apa saja kekurangan dan kelebihan dari geothermal sebagai pembangkit listrik dan jika dibandingkan dengan pembangkit lain? 5. Apa saja regulasi dalam penggunaan geothermal sebagai pembangkit listrik? 6. Apa saja masalah-masalah yang dihadapi dalam penggunaan geothermal?
C.
Tujuan Tujuan pembuatan malakah ini, yaitu: 1. Untuk mengetahui pengertian energi geothermal dan karakterisik potebnsial geotermal 2. Untuk mengetahui proses (cara kerja) geothermal menjadi pembangkit listrik(Proses) 3. Untuk mengetahui bahwa geotermal itu berpotensi menjadi resevoir untuk menjadi pembangkit listrik 4. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari geothermal sebagai pembangkit listrik dan jika dibandingkan dengan pembangkit lain 5. Untuk mengetahui apa saja regulasi dalam penggunaan geothermal sebagai pembangkit listrik 6. Apa saja masalah-masalah yang dihadapi dalam penggunaan geothermal
2
BAB II PEMBAHASAN A.
Definisi Geothermal Geothermal atau energi panas bumi adalah energi panas yang terdapat dan terbentuk di dalam kerak bumi. Temperatur di bawah kerak bumi bertambah seiring bertambahnya kedalaman. Suhu di pusat bumi diperkirakan mencapai 5400 °C. Menurut Pasal 1 UU No.27 tahun 2003 tentang Panas Bumi “Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem Panas Bumi dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan.”
Gambar 1. Geothermal Sumber : www.greenpeace.org/geothermal
Energi panas bumi ini berasal dari aktivitas tektonik di dalam bumi yang terjadi sejak planet ini diciptakan. Panas ini juga berasal dari panas matahari yang diserap oleh permukaan bumi. Selain itu sumber energi panas bumi ini diduga berasal dari beberapa fenomena:
Peluruhan elemen radioaktif di bawah permukaan bumi.
Panas yang dilepaskan oleh logam-logam berat karena tenggelam ke dalam pusat bumi. 3
Efek elektromagnetik yang dipengaruhi oleh medan magnet bumi. Energi ini telah dipergunakan untuk memanaskan (ruangan ketika
musim dingin atau air) sejak peradaban Romawi, namun sekarang lebih populer untuk menghasilkan energi listrik. Sekitar 10 Giga Watt pembangkit listrik tenaga panas bumi telah dipasang di seluruh dunia pada tahun 2007, dan menyumbang sekitar 0.3% total energi listrik dunia. Energi panas bumi cukup ekonomis dan ramah lingkungan, namun terbatas hanya pada dekat area perbatasan lapisan tektonik. Pembangkit listrik tenaga panas bumi hanya dapat dibangun di sekitar lempeng tektonik di mana temperatur tinggi dari sumber panas bumi tersedia di dekat permukaan. Pengembangan dan penyempurnaan dalam teknologi
pengeboran
dan
ekstraksi
telah
memperluas
jangkauan
pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi dari lempeng tektonik terdekat. Efisiensi termal dari pembangkit listrik tenaga panas umi cenderung rendah karena fluida panas bumi berada pada temperatur yang lebih rendah dibandingkan dengan uap atau air mendidih. Berdasarkan hukum termodinamika, rendahnya temperatur membatasi efisiensi dari mesin kalor dalam mengambil energi selama menghasilkan listrik. Sisa panas terbuang, kecuali jika bisa dimanfaatkan secara lokal dan langsung, misalnya untuk pemanas ruangan. Efisiensi sistem tidak memengaruhi biaya operasional seperti pembangkit listrik tenaga bahan bakar fosil.
B. Daerah-Daerah Yang Berpotensi Adanya Geothermal Indonesia memiliki potensi sebesar 40% sumber daya panas bumi karena mengandung cadangan panas bumi terbesar di dunia yang letaknya di permukaan negara Indonesia. Namun Indonesia hanya menggunakan cadangan tersebut sebesar 5% karena kebanyakan dari sumber tersebut terletak di hutan dan kawasan konservasi yang dilindungi. Sejak kegiatan panas bumi digolongkan sebagai aktivitas pertambangan, perusahaan dilarang untuk melakukan eksplorasi atau pengeboran di daerah tersebut, 4
sedangkan peraturan yang baru sekarang memisahkan kegiatan eksplorasi panas bumi dengan pertambangan yang mengambil keuntungan dari
Gambar 2. Daerah Sebaran Geothermal
cadangan negara besar.
Sumber: www.pln.go.id
Indonesia saat ini merupakan produsen panas bumi terbesar ketiga di dunia, daru tujuh area panas bumi yang tersebar di seluruh Jawa, Sumatera 5
Utara, dan Sulawesi Utara yang memproduksi 1,439 MW. Pembangkit Wayang Windu dioperasikan oleh Star Energy di Bndung, Jawa Barat yang merupakan salah satu yang terbesar di Indonesia, yang mampu memproduksi tenaga listrik hingga 227 MW, yang berkontribusi sekitar 16% dari tenaga panas bumi negara. Saat ini, Indonesia telah memiliki beberapa PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi) yang dipelopori oleh PLTP Kamojang, Jawa Barat, pada tahun 1980an. Sukses membangun PLTP Kamojang mendorong pemerintah untuk membangun PLTP di lokasi lain. Hingga hari ini sudah ada beberapa PLTP yang beroperasi untuk memperkuat sistem energi listrik Nasional. Tentu saja, lokasi PLTP itu berada di sepanjang jalur cincin api yang mengelilingi Indonesia. PLTP adalah PLTP Lahendong, PLTP Lumut Balai, PLTP Ulubelu(Lampung), PLTP gunung Salak (Jawa Barat), PLTP Dieng (Jawa Tengah), PLTP Wayang Windu (Jawa Barat), PLTP Patuha (Jawa Barat), PLTP Sibayak (Sumatera Utara) Berdasarkan data dari ITB, Indonesia memilik prospek untuk mengembangkan energi panas bumi di 256 lokasi yang tersebar di Sumatera (84), Jawa (76), Sulawesi (51), Nusa Tenggara (21), Papua (3), Maluku (15), dan Kalimantan (5). Di wilayah ini, hingga akhir tahun 2011 belum terpasang PLTP (kecuali di provinsi Sulawesi Utara), padahal daerah tersebut punya potensi.
6
C. Sistem Kerja Geothermal Menjadi Pembangkit Listrik
Gambar 3. Sistem Kerja Geothermal Sumber: https://zmpulungan.wordpress.com/2013/10/06/pembangkit-listrik-tenaga-panas-bumi/
1. Uap di-supply dari sumur produksi melalui sistem transmisi uap yang
kemudian masuk ke dalam Steam Receiving Header sebagai media pengumpul uap. Steam Receiving Header dilengkapi dengan Rupture Disc yang berfungsi sebagai pengaman terakhir unit .Bila terjadi tekanan berlebih (over pressure) di dalam Steam Receiving maka uap akan dibuang melalui Vent Structure. Vent Structure berfungsi untuk warmingup di pipe line ketika akan start unit dan sebagai katup pengaman yang akan membuang tekanan bila sudden trip terjadi. 2. Dari Steam Receiving Header uap kemudian dialirkan ke Separator
(Cyclone Type) yang berfungsi untuk memisahkan uap (pure steam) dari benda-benda asing seperti partikel berat (Sodium, Potasium, Calsium, Silika, Boron, Amonia, Fluor dll). 3. Kemudian uap masuk ke Demister yang berfungsi untuk memisahkan
moisture yang terkandung dalam uap, sehingga diharapkan uap bersih yang akan masuk ke dalam Turbin.
7
4. Uap masuk ke dalam Turbin sehingga terjadi konversi energi dari Energi
Kalor yang terkandung dalam uap menjadi Energi Kinetik yang diterima oleh sudu-sudu Turbin. Turbin yang dikopel dengan generator akan menyebabkan generatkut berputar saat turbin berputar sehingga terjadi konversi dari Energi Kinetik menjadi Energi Mekanik. 5. Generator berputar menghasilkan Energi Listrik (Electricity) 6. Exhaust Steam (uap bekas) dari Turbin dikondensasikan di dalam
kondensor dengan sistem Jet Spray (Direct Contact Condensor). 7. NCG (Non Condensable Gas) yang masuk ke dalam kondensor dihisap
oleh First Ejector kemudian masuk ke Intercondensor sebagai media pendingin dan penangkap NCG. Setelah dari Intercondensor, NCG dihisap lagi oleh Second Ejector masuk ke dalam aftercondensor sebagai media pendingin dan kemudian dibuang ke atmosfir melalui Cooling Tower. 8. Dari kondensor air hasil condensasi dialirkan oleh Main Cooling Water
Pump masuk ke Cooling Tower. Selanjutnya air hasil pendinginan dari Cooling Tower uap kering disirkulasikan kembali ke dalam kondensor sebagai media pendingin. 9. Primary Cooling System disamping sebagai pendingin Secondary
Cooling System juga mengisi air pendingin ke Intercondensor dan aftercondensor. 10. Overflow dari Cold Basin Cooling Tower akan ditampung untuk
kepentingan Re-injection Pump. 11. River Make-Up Pump beroperasi hanya saat akan mengisi Basin Cooling
Tower.
D. Kebutuhan Geothermal Sekitar 40% cadangan energi geothermal dunia terletak di bawah tanah Indonesia, maka negara ini diperkirakan memiliki cadangan-cadangan energi geotermal terbesar di dunia dan karena itu memiliki potensi tinggi untuk sumber energi terbarukan. Namun, sebagian besar dari potensi ini belum digunakan. Saat ini, Indonesia hanya menggunakan 4-5% atau 30.000 8
megawatt (MW) dari kapasitas geothermalnya. Di Indonesia pemanfaatan energi panas bumi ini masih dibilang rendah, karena sebagian besar listrik di Indonesia 88% lebih dipasok lewat pembangkit listrik berbahan bakar fosil, 42 % batubara, 23% BBM, dan 21% gas alam (geothermal). Tabel di bawah mendaftarkan lima negara yang paling banyak menghasilkan listrik menggunakan energi geothermal: 1. Amerika Serikat
3,092 MWe
2. Filipina
1,904 MWe
3. Indonesia
1,197 MWe
4. Meksiko
958 MWe
5. Italia
843 MWe Tabel 1. 5 Negara pengguna geothermal terbesar
E. Data Kebutuhan Listrik di Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara terbesar pengguna dan produsen energi terbarukan di Asia Tenggara.Dengan populasi melebihi 250 juta orang yang memiliki permintaan listrik tinggi. Permintaan Indonesia tergantung pada berbagai metode yang digunakan untuk menghasilkan listrik dari batubara, minyak mentah, dan pembangkit tenaga air untuk pembangkit daya listrik.
9
Tabel 2. Data Kebutuhan Listrik Indonesia
Indonesia saat ini merupakan produsen panas bumi terbesar ketiga di dunia, daru tujuh area panas bumi yang tersebar di seluruh Jawa, Sumatera Utara, dan Sulawesi Utara yang memproduksi 1,439 MW. Pembangkit Wayang Windu dioperasikan oleh Star Energy di Bndung, Jawa Barat yang merupakan salah satu yang terbesar di Indonesia, yang mampu memproduksi tenaga listrik hingga 227 MW, yang berkontribusi sekitar 16% dari tenaga panas bumi negara. Harga jual uap untuk pembangkit listrik berkisar US$0,06 per kwh sampai US$0,094 per kwh.
F. Pemboran Sumur Eksplorasi Geothermal Hal-hal yang Perlu diperhatikan Sebelum Pemboran Sumur Apabila dari data geologi, geokimia, geofisika yang diperoleh dari hasil survei rinci menunjukkan bahwa di daerah yang diselidiki terdapat sumberdaya panas bumi yang ekonomis untuk dikembangkan, maka tahap selanjutnya adalah tahap pemboran sumur eksplorasi. Tujuan dari pemboran sumur eksplorasi ini adalah membuktikan adanya sumberdaya panasbumi di daerah yang diselidiki dan menguji model sistem panasbumi yang dibuat berdasarkan data-data hasil survei rinci. Data geologi yang menjadi pertimbangan meliputi kondisi tektonik dan statigrafi, keberadaan dan posisi patahan, distribusi dan umur batuan vulkanik, lokasi manifestasi panas bumi, dan lokasi batuan yang mengalami alterasi. Data-data tersebut dirangkum dalam suatu laporan yang berbentuk peta geologi lokal daerah panas bumi dan draf awal
10
model konseptual bawah permukaan daerah prosfek panas bumi (Supriyanto Suparno, 2009). Data Hidrokimia yang menjadi pertimbangan adalah kandungan kimia air dan gas dengan geothermometer, stable isotope analysis, umur fluida dengan radio isotop, dan gas flux measurenment. Data geofisika meliputi sifat fisik batuan mulai dari permukaan hingga
beberapa
kilometer
dibawah
permukaan,
gradien
temperature/anomali gradient, hasil survey gravity, geomagnetik, geolistrik, dan hasil analisis manifestasi permukaan. Ahli geologi mempunyai peranan penting selama pemboran. Pada tahap ini ahli geologi harus bekerjasama dengan insinyur pemboran dan “Rig
Chief”.
Terutama
memantau
hasil
pengeloboran
yang
dikembangkan menjadi gambar stratigrafi bawah pemukaan dan struktur dari lapangan. Hal ini akan membantu memahami sistem hidrologis dan penentuan letak sumur. Tahap pengeboran dalam eksplorasi geothermal adalah tahapan yang sangat penting dan mahal, bahkan bisa melebihi separuh dari biaya produksi yang dibutuhkan dalam sebuah proyek geothermal. Tingginya biaya pengeboran sistem geothermal disebabkan oleh: a. Sifat target fluida di dalam reservoir biasanya bersifat temperatur
tinggi,
dan
tekanan
tinggi,
yang
korosif,
mengharuskan
penggunaan peralatan khusus yang lebih tahan pada ketiga hal tersebut diatas. b. Diameter lubang yang besar fluida yang diproduksi adalah air (secara komersial, harganya tidak tinggi), maka dibutuhkan flow-rate yang tinggi untuk dapat menutup biaya produksi. Hal ini berarti membutuhkan lubang bor yang besar dan casing yang besar.
11
Pra-Pemboran Ketika geolog telah mengetahui lokasi sumur bor, dia harus mempersiapkan ringkasan perkiraan batuan apa saja yang akan dijumpa, suksesinya dan ketebalannya, dan dengan dimana akan terjadi hilangnya sirkulasi (misalnya sesar). Hal ini harus diterjemahkan ke bentuk yang sederhana meliputi informasi pemboran. Laporan harus singkat bagi juru bor, yaitu dengan menggunakan informasi yang tersedia bukan hanya dari geologi tetapi juga dari sumber lainnya seperti geofisika. Laporan harus memperkirakan formasi stratigrafi, dan hilangnya sirkulasi dalam arti kemungkinan problem pemboran, serat juga membuat rekomendasi, saran tentang program coring dan perekaman data pemboran. Rincian lengkap dan kepastian prediksi tergantung pada banyak faktor. Sangat sukar untung melakukan prediksi pada sumur yang pertama, terutama pada daerah dimana singkapannya sangat buruk atau pada formasi batuannya datar.
Prediksi geologi untuk sumur berikutnya biasanya
menjadi lebih mudah sejalan dengan bertambahnya penyelidikan dan sumur produksi. Selanjutnya untuk menggunakan teknik di atas, geolog dapat menggunakan studi dari sumur terdahulu. Akan tetapi, hal ini tidak selalu mudah di lapangan panas bumi dimana terjadi perubahan lateral tiba-tiba pada jenis batuan titik. Proses Pemboran Sumur Eksplorasi Berikut adalah tahapan teknis dan peralatan pengeboran sistem geothermal, di antara lain: a. Rotary Drilling Sistem pengeboran rotary drilling menggunakan mata bor bergerigi yang diputar. Mata bor dipasang di ujung pipa yang disebut sebagai drill pipe atau pipa bor. Panjang pipa bor kurang lebih adalah 30-33 ft, yang dipasang satu persatu, menurut kedalaman pengeboran. Seluruh rangkaian pipa bor dan mata bor, digantung pada sebuah
12
sistem penggantung (hoisting system). Hoisting system ini adalah bagian utama dari sebuah menara besar yang disebut rig. Pemutaran mata bor dilakukan dengan salah satu dari 3 cara tersebut dibawah ini: 1) Menggunakan mesin yang terletak tepat di atas lantai rig, yang disebut sebagai meja pemutar (rotary table) 2) Menggunakan motor yang terpasang pada ujung atas tempat penyambungan pipa bor, disebut sebagai pemutar atas (top drive). 3) Pada kasus-kasus khusus (pengeboran berarah/directional drilling dan pengeboran mendatar/horizontal drilling) menggunakan motor yang dipasang pada ujung bawah pipa bor, yang disebut sebagai motor bawah permukaan (downhole motor). Kelebihan dari sistem pengeboran rotary drilling, salah satunya adalah tersedianya sistem untuk sirkulasi fluida (drilling fluid) dari dan keluar lubang bor selama proses pengeboran berlangsung.
Fluida ini dimasukkan
kedalam pipa bor, kemudian dikeluarkan dari bagian bawah rangkaian pipa bor (drill string) dan mata bor (drill bit). Melalui lubang bor di sebelah luar pipa bor, fluida akan dikeluarkan dari lubang bor. Sehingga akan terjadi sirkulasi masuk dan keluarnya fluida. b. Drilling Fluid Selama melakukan proses pengeboran, dilakukan sirkulasi fluida. Fluida yang disirkulasikan disebut sebagai drilling fluid. Fungsi dari sirkulasi fluida di dalam lubang bor, yaitu: 1) Menstabilkan lubang bor selama proses pengeboran. 2) Mengontrol formasi, mencegah masuknya fluida geothermal ke dalam lubang bor.
13
3) Membersihkan
mata
bor
dari
serpih-serpih
pengeboran,
mendinginkan dan melumas mata bor, mengurangi pengaratan pada mata bor. Drilling Fluid dibuat oleh seorang mud engineer, berdasarkan perkiraan tekanan fluida dan jenis batuan formasi. Idealnya, tekanan hidrostatis di dalam lubang bor sama dengan tekanan formasi, sehingga tidak ada ekspansi dari dan ke dalam lubang bor. Jenis-jenis Drilling fluid yang selama ini digunakan dalam eksplorasi adalah: a) Water-based mud, adalah campuran fluida dengan material solid, berbahan dasar air. b) Oil-based mud, adalah campuran fluida dengan material solid, berbahan dasar minyak. c) Foams , dibentuk dari campuran air, gas ( udara, nitrogen) dan penambah busa. d) Udara c. Casing dan Liner Casing adalah selubung lubang bor yang terbuat dari bahan campuran logam. Ragam campuran akan mempengaruhi kekuatan casing, termasuk ketahanan terhadap proses perkaratan. Kegunaan casing antara lain adalah: 1) Untuk menahan dinding lubang bor dari keruntuhan akibat tidak stabilnya formasi. 2) Untuk memisahkan/mengisolasi lubang bor dengan formasi, yang mempunyai gradien tekanan yang berbeda 3) Untuk mengisolasi formasi yang satu dengan formasi yang lainnya. Sedangkan liner adalah selubung
yang menutup reservoir
geothermal. Liner berukuran lebih kecil dari casing, dan mempunyai 14
lubang-lubang
di
seluruh
permukaan
vertikalnya.
Dengan
menggunakan liner, akan diperoleh flow rate dari fluida geothermal yang cukup tinggi. Hal ini sangat penting karena apabila flow rate terlalu rendah, akan terjadi penurunan tekanan yang cukup tinggi sehingga diperlukan tambahan pompa re-injeksi. Ini juga berarti kenaikan biaya produksi. Pemasangan casing dan liner di dalam lubang bor dengan menggunakan bantuan centralizer untuk membuat posisi setepat mungkin di tengah lubang bor. d. Comentation Formasi belum benar-benar terisolasi meskipun casing sudah terpasang di dalam lubang bor. Masih ada celah antara casing dan dinding lubang bor yang disebut sebagai anulus. Bagian ini harus diisi semen untuk menghindarkan komunikasi antara formasi. Proses penyemenan tidak dilakukan pada bagian yang menggunakan liner. e. Mengalirkan Fluida dari Formasi Sebelum tahap pengambilan fluida dari reservoir, lubang bor adalah berupa sebuah sumur yang dindingnya dilapisi oleh casing. Casing terlekat erat pada lubang bor dengan menggunakan semen. Tidak ada komunikasi antara formasi dengan lubang bor, maupun antara formasi satu dengan lainnya. Untuk mengalirkan fluida reservoir ke dalam lubang bor, dilakukan proses perforasi. Proses perforasi adalah „penembakan‟ atau pelubangan pada dinding casing dengan menggunakan bahan peledak. Jumlah dan besarnya lubang yang akan dibuat pada casing dapat di disain sesuai dengan besarnya flowrate yang diinginkan. Beberapa lubang bor tidak menggunakan casing pada zona reservoirnya, sehingga tidak diperlukan proses perforasi. Fungsi casing digantikan oleh liner. Sebagai ganti semen, antara dinding liner dan lubang bor, dimasukkan gravel, yang antara lain berfungsi sebagai filter. Untuk reservoir yang berupa batuan yang cukup keras, tidak digunakan casing maupun liner. Lubang dibiarkan terbuka dan fluida mengalir langsung dari formasi (barefoot completion). Setelah fluida reservoir mengalir masuk ke dalam lubang bor, selanjutnya dibawa naik ke atas. 15
Hal tersebut bisa dilakukan dengan menggunakan pompa ataupun secara alami. f. Blowout Preventer (BOP) Blowout BOP adalah kondisi ketika tekanan dari dalam formasi jauh melebihi tekanan hidrostatik di dalam lubang bor. Fluida dari dalam formasi akan keluar menuju ke permukaan dengan tidak terkontrol. Blowout preventer atau BOP adalah alat bantu yang digunakan untuk menutup permukaan lubang bor. Spesifikasi BOP yang dipasang disesuaikan dengan perkiraan tekanan bawah formasi yang ditemui ketika eksplorasi. Jenis-jenis Pengujian Sumur Geothermal a. Pengujian Inti . Seorang ahli geologi harus menentukan suatu inti (coring) harus di ambil. Setelah diambil harus segera di uji atao diperiksa oleh well-site geologist,dan harus di deskripsikannya secara detil. Pengujian harus meliputi semua karakteristik litologi yang terlihat seperti warna, mineralogi, ukuran dan bentuk kristal, sorting, alterasi hidrothermal yang terlihat dan lain sebagainya, tetapi juga sifat lain seperti densitas dan induration. Hal yang paling penting ada tidaknya kemungkinan permiabilitas, porositas, perlapisan, kekar, urat, rongga, dan lain-lain. Jumlah dari inti yang diambil (yang bervariasi <5 sampai 100%) juga harus dicatat, seperti bagaimana fragmentasi inti. Wellsite geologist harus menguji seluruh inti dan memilih sample yang cocok di uji oleh petrolog di bawah mikroskop petrografi.
Untuk membantu pengujian, well-site geologist sering
menggunakan mikroskop binocular untuk melakukan studi yang lebih detail dari yang dapat terlihat oleh lensa pembesar. Bila ada, gergaji batu dapat digunakan untuk memotong, menghaluskan permukaan sehingga tekstur inti dapat terlihat dengan mudah. Mungkin akan lebih membantu bagi petrologist untuk menguji potongan inti yang lainnya, sehingga kedua orang melihat secara nyata sampel yang sama. 16
b. Pengujian Cutting. Seringkali merupakan hal yang menarik untuk menentukan permukaan batas formasi dimana terdapat perubahan yang tajam pada ukuran cutting. Pengecekan rekaman pengeboran harus dilakukan sebelumnya. c. Pengujian Log Driller. Ini merupakan rekaman detail setiap jam tentang apa yang terjadi pada rig pengeboran. Rekaman ini harus tersedia dan berisi informasi penting yang akan segera digunakan well-site geologist. Rekaman mengandung informasi perhitungan temperatur lumpur bor selama pemboran dan sirculation loss. Terakhir merupakan hal yang sangat berarti untuk menunjukkan zona permeabel dan geologist harus mengecek lokasi dan magnitudonya dengan inti dan cutting yang tepat. Kecepatan pemboran juga harus diuji, khususnya untuk membantu menentukan batas formasi. Kecepatan pemboran tergantung pada beberapa faktor termasuk berat bit, kecepatan rotasi, jenis kondisi, keahlian juru bor, dan kondisi rig. Juga tergantung pada litologi batuan yang di bor khususnya kekerasan dan porositas. Geologist juga harus terbiasa dengan istilah-istilah pemboran. Laporan Selama Pemboran Selama Pemboran Geologist harus berkoordinasi dengan: a. Staf produksi, menyarankan kemungkinan zona permeabel setiap formasi pengeboran dan permasalahannya, kedalaman air dan temperatur berdasarkan laterasi mineralogi. Alterasi mineralogi menyarankan casing optimum dan kedalaman lubang bor. b. Staf manajemen, menyediakan informasi dan interpretasi serta memberikan saran bial diperlukan. c. Staf petrologi, geologist akan menyediakan representasi inti untuk diuji dengan sayatan tipis, XRD, fluid inclution geotermometer. Berdiskusi dengan staf petrologi tentang kondisi sumur juga membantu untuk memperoleh informasi yang diperlukan. 17
Setelah Pemboran Selesai Geologist mengumpulkan informasi yang relevan tentang sumur dari sumber yang berbeda-beda seperti petrologist, mikropaleontologist, insinyur pemboran. Memonitor pemanasan sumur dan menyiapkan laporan akhir sumur. Laporan akhir juga harus menyertakan korelasi antara formasi sumur. Interpretasi alterasi hidrotermal harus ada, serta data temperatur permeabilitas dan komposisi fluida.
G. Reservoir Geothermal di Indonesia Karakteristik Geothermal Terjadinya
sumber
energi
panas
bumi
di
Indonesia
serta
karakteristiknya dijelaskan oleh Budihardi (1998) sebagai berikut. Ada tiga lempengan yang berinteraksi di Indonesia, yaitu lempeng Pasifik, lempeng India Australia dan lempeng Eurasia. Tumbukan yang terjadi antara ketiga lempeng tektonik tersebut telah memberikan peranan yang sangat penting bagi terbentuknya sumber energi panas bumi di Indonesia. Tumbukan antara lempeng India Australia di sebelah selatan dan lempeng Eurasia di sebelah utara mengasilkan zona penunjaman (subduksi) di kedalaman 160-210 km di bawah Pulau Jawa. Nusatenggara dan di kedalaman sekitar 100 km (Rocks et. al, 1982) di bawah Pulau Sumatera. Hal ini menyebabkan proses magmatisasi di bawah Pulau Sumatera lebih dangkal dibandingkan dengan di bawah Pulau Jawa atau Nusatenggara. Karena perbedaan kedalaman jenis magma yang dihasilkannya berbeda. Pada kedalaman yang lebih besar jenis magma yang dihasilkan akan lebih bersifat basa dan lebih cair dengan kandungan gas magmatik yang lebih tinggi sehingga menghasilkan erupsi gunung api yang lebih kuat yang pada akhirnya akan menghasilkan endapan vulkanik yang lebih tebal dan terhampar luas. Oleh karena itu, reservoir panas bumi di Pulau Jawa umumnya lebih dalam dan menempati batuan vulkanik, sedangkan reservoir panas bumi di Sumatera terdapat di dalam batuan sedimen dan ditemukan pada kedalaman yang lebih dangkal. Sistem panas bumi di Pulau Sumatera 18
umumnya berkaitan dengan kegiatan gunung api andesitis-riolitis yang disebabkan oleh sumber magma yang bersifat lebih asam dan lebih kental, sedangkan di Pulau Jawa, Nusatenggara dan Sulawesi umumnya berasosiasi dengan kegiatan vulkanik bersifat andesitis-basaltis dengan sumber magma yang lebih cair. Karakteristik geologi untuk daerah panas bumi di ujung utara Pulau Sulawesi memperlihatkan kesamaan karakteristik dengan di Pulau Jawa. Akibat dari sistim penunjaman yang berbeda, tekanan atau kompresi yang dihasilkan oleh tumbukan miring (oblique) antara lempeng India-Australia dan lempeng Eurasia menghasilkan sesar regional yang memanjang sepanjang Pulau Sumatera yang merupakan sarana bagi kemunculan sumber-sumber panas bumi yang berkaitan dengan gunung-gunung api muda. Lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa sistim panas bumi di Pulau Sumatera umumnya lebih dikontrol oleh sistim patahan regional yang terkait dengan sistim sesar Sumatera, sedangkan di Jawa sampai Sulawesi, sistim panas buminya lebih dikontrol oleh sistim pensesaran yang bersifat lokal dan oleh sistim depresi kaldera yang terbentuk karena pemindahan masa batuan bawah permukaan pada saat letusan gunung api yang intensif dan ekstensif. Reservoir panas bumi di Sumatera umumnya menempati batuan sedimen yang telah mengalami beberapa kali deformasi tektonik atau pensesaran setidak-tidaknya sejak Tersier sampai Resen. Hal ini menyebabkan terbentuknya porositas atau permeabilitas sekunder pada batuan sedimen yang dominan yang pada akhirnya menghasilkan permeabilitas reservoir panas bumi yang besar, lebih besar dibandingkan dengan permeabilitas reservoir pada lapangan-lapangan panas bumi di Pulau Jawa ataupun di Sulawesi. Klasifikasi Sistem Geothermal Berdasarkan sumbernya, Ronald DiPippo(2005), mengklasifikasikan sistem Geothermal menjadi empat antara lain: 19
1. geopressured reservoir 2. hot dry rock reservoir 3. magma reservoir dan, 4. hydrothermal reservoir. Berdasarkan Fasa Fluida yaitu dibagi menjadi dua, yaitu :
Single Phase System
System ini mengandung air panas dengan temperatur antara 90-180oC dan tidak terjadi boiling.
Two Phase System:
1. Vapor Dominated System Sumur menghasilkan uap kering atau basah,karena pori-pori batuan reservoir mengandung uap panas. 2. Water Dominated System Sumur menghasilkan percampuran air dan uap, namun masih lebih di dominasi oleh air. Berdasarkan Temperature yaitu dibagi menjadi tiga, yaitu : Low temperature geothermal system T < 125oC Moderate temperature geothermal system T = 125oC - 225oC High temperature geothermal system T > 225oC
H. Efisiensi Efisiensi termal dari pembangkit listrik tenaga panas umi cenderung rendah karena fluida panas bumi berada pada temperatur yang lebih rendah dibandingkan dengan uap atau air mendidih. Berdasarkan hukum 20
termodinamika, rendahnya temperatur membatasi efisiensi dari mesin kalor dalam mengambil energi selama menghasilkan listrik. Sisa panas terbuang, kecuali jika bisa dimanfaatkan secara lokal dan langsung, misalnya untuk pemanas ruangan. Efisiensi sistem tidak memengaruhi biaya operasional seperti pembangkit listrik tenaga bahan bakar fosil.
Tabel 3. Tabel Investasi Geothermal
Potensi panas bumi Indonesia yang mencapai 28,1 GW, 40% potensi panas bumi dunia. Pemanfaatan panas bumi sebagai sumber energi di Indonesia saat ini baru mencapai 4,2% (1.189 MW), terkait dengan peningkatan pemanfaatan panas bumi pemerintah telah menyusun Roadmap pemanfaatan panas bumi yang dituangkan dalam Kebijakan Energi Nasional dan mentargetkan pemanfaatan panas bumi menjadi 5% pada tahun 2025 atau setara dengan kapasitas PLTP sebesar 9.500 MW.
21
Tabel 4. Return of Investment
I. Energi Panas Bumi Ramah Lingkungan Energi panas bumi merupakan energi yang ramah lingkungan karena fluida panas bumi
setelah energi panas diubah menjadi
energi listrik, fluida dikembalikan ke bawah permukaan (reservoir) melalui
sumur
merupakan
injeksi.
suatu
Penginjeksian
keharusan
sehingga memperlambat
air
kedalam
reservoir
untuk menjaga keseimbangan masa
penurunan tekanan reservoir dan mencegah
terjadinya subsidence. Penginjeksian kembali fluida panas bumi setelah fluida tersebut dimanfaatkan untuk pembangkit listrik, serta adanya 22
recharge (rembesan) air permukaan, menjadikan energi panas bumi sebagai energi yang berkelanjutan (sustainable energy).
J. Manifestasi Geothermal Suatu
daerah
yang
memiliki
potensi
geothermal
memiliki
penampakan permukaan atau manifestasi tertentu, berikut ini akan dijelaskan beberapa manifestasi daerah potensi geothermal:
Gambar 4. Manifestasi geothermal Sumber : https://earthmax.wordpress.com/2010/05/04/manifestasi-permukaan-daerahpotensi-geothermal/.
5. Warm Ground (Tanah Hangat) Panas keluar karena konduktifitas thermal pada lapisan bagian atas dan gradient temperature lebih dari 25-300C/meter. Aliran panas ini dideteksi dengan infra merah. Contoh area warm ground: Fuzhou (South China) Ngawha (New Zealand) Puhimau Thermal area, Chain of Craters Road, Kilauea Volcano (Hawaii) 6. Hot Steaming Ground (Tanah dengan Uap panas) 23
Hot ground merupakan hasil konduksi panas dari bawah tanah. Uap panas naik ke permukaan tapi tidak benar-benar habis. Sebuah lapisan uap tipis yang mengembun dalam kondisi udara lembab, sedangkan pada udara kering tidak ada uap yang teramati. 7. Hot Pools (Kolam air panas) Hot pools terbentuk dari air panas atau uap pemanas kolam dari air tanah. Hot pools mungkin bisa tenang, ebulliant (effervescent) atau mendidih.
Biasanya
terdapat
ditengah-tengah
suatu
erupsi
hydrothermal minor purba 8. Hot Lakes (Danau Panas) Danau ini berisi hydrothermal hasil depresi pada area geothermal. Danau ini merupakan subclass dari danau volcanic. 9. Hot Springs (Mata air panas) Mata air panas merupakan aktifitas geotermal yang paling umum dijumpai. Mata air panas berlokasi dimana air datang dari sebuah sistem geotermal yang mencapai permukaan. Hot springs biasanya agak asam, bila netral umumnya berasosiasi dengan system air panas jenuh dengan silica dan menghasilkan endapan sinter 10.
Fumaroles
Fumarol merupakan sebuah uap dan gas magmatic yang keluar dengan suhu tinggi, naik tanpa menjadi air panas dulu. Sebuah solfatara berisi emisi sulfur. Soffioni menghasilkan asam borat. Fumarol bisa terbakar, berhati-hati saat mendekatinya. 11.
Geysers
Geyser merupakan sebuah vent (celah) tempat dimana air panas dan uap dipancarkan dengan kuat. Syarat terbentuk geyser adalah batuan dengan retakan dan air mendidih pada kedalaman dangkal. Contoh Geyser: 24
Regular eruptions (Old Faithful, Yellowstone, USA) Rainy season eruptions (Rajabasa, Sumatra, Indonesia) 12.
Hydrothermal Eruptions (Letusan hidrotermal)
Letusan hidrotermal disebabkan oleh pelepasan catastrophic dari air yang mendekati titik didih, sebuah letusan phreatic. Tidak ada debu, incandesence, or klastik yang meletus. Letusan hidrotermal bisa disebabkan oleh reduksi dari tekanan atasnya. Contoh hydrothermal eruptions: Waiotapu (New Zealand) Rotarua (New Zealand) Kawah Komojang Field (Java, Indonesia) Yangbajing (Tibet) Drilling induced 13.
Geothermal Seepages (Rembesan Panas Bumi)
Rembesan merupakan istilah umum yang mendeskripsikan debit dari fluida panas bawah permukaan dalam sebuah area panas bumi. Rembesan bisa masuk ke sungai atau ke danau. Sebuah sungai rembesan bisa diidentifikasi dengan membedakan konstituen tidak reaktif di atas dan di bawah rembesan keluar. Contoh seepage: Mokai (New Zelaland) River seepage. 14. Mud pool (Kolam lumpur) Mud pool merupakan sumber air panas atau fumarol terdiri dari kolam yang biasanya ada gelembung lumpur. Lumpur ini umumnya berwarna putih keabu-abuan, tapi kadang-kadang berwarna
bintik-bintik
kemerahan atau pink dari senyawa besi. Bentuk Mudpots dalam geotermal area denga temperatur tinggi, dimana air dengan suplai pendek. Sedikit air yang naik ke permukaan di tempat dimana tanah kaya akan debu vulkanik, clay (lempung) dan 25
partikel halus lainnya. Ketebalan dari lumpur biasanya berubah sepanjang musiman tabel air. Lumpur ini kental, sering bergelembung, dan seperti bubur. Sebagai lumpur yang mendidih, sering menyembur hingga melebihi pinggiran dari mudpot, vulkanik kecil dapat terbentuk dengan tinggi 3–5 feet. Walaupun mudpots sering disebut mud volcanoes, sebenarnya mud volcanoes sangat berbeda di alam. Area geotermal Taman Nasional Yellowstone terdiri dari beberapa contoh baik mudpot dan paint pot, kita dapat jumpai juga di beberapa area di Iceland dan New Zealand. 15. Batuan Alterasi Alterasi hidrotermal adalah perubahan mineralogi sebagai hasil interaksi batuan dengan fluida panas, yang disebut hidrotermal. Hidrotermal mengandung logam yang berasal dari batuan beku di sekitarnya, atau hasil pencucian batuan disekitarnya. Alterasi hidrotermal merupakan fenomena umum dalam berbagai lingkungan geologi, termasuk zona-zona patahan dan fitur ledakan vulkanik.
K. Pemanfaatan Soil Heating Pemanfaatan air panas bumi dapat digunakan untuk memanasi tanah pertanian (soil heating) dengan cara air panas bumi tersebut dialirkan melalui pipa pipa yang ditanam dibawah tanah. Di Oregon penggunaan fluida
panasbumi
memperbaiki
untuk
kualitas
pemanasan
produksi
tetapi
tanah pertanian juga
telah
tidak
hanya
meningkatkan
produksi jagung sebanyak 45%, tomat 50% dan kacang kedelai 66%.
L. Scaling Geothermal Scale adalah endapan padatan pada permukaan logam, batu, atau material lain. Pada sistem geothermal, scale terbentuk dari fluida geotermal yang berfase liquid (air). Terdapat 3 kelas mineral pada fluida geothermal yang dapat menyebabkan terjadinya scaling, yakni: 26
1. Silika dan silikat 2. Karbonat dari kalsium dan besi 3. Sulfida dari besi dan logam berat Air merupakan pelarut universal sehingga air selalu berada dalam proses melarutkan atau mengendapkan mineral tersebut menjadi scale. Fenomena tersebut menentukan batas kelarutan. Scaling pada pipa bagian dalam Tingkatan dari scaling mineral pada air tidak sepenuhnya tergantung pada komposisi kimia air itu sendiri atau mineral yang larut, melainkan disebabkan oleh derajat saturasi dari air terhadap mineral yang nilainya berbeda-beda, perubahan temperature, perubahan tekanan, perubahan potensial redoks, perubahan konsentrasi relatif terhadap mineral lainnya, dan perubahan pH. Mekanisme terbentuknya scale secara sederhana sama seperti dengan proses pengendapan pada umumnya. Pengendapan terjadi dikarenakan nilai Qc (hasil kali ion-ion yang bereaksi) lebih besar dibandingkan nilai Ksp (hasil kali kelarutan ketika ion-ion setimbang). Perhitungan kesetimbangan menunjukkan bahwa air geotermal dapat jenuh dengan mineral-mineral tertentu. Perhitungan hasil kali kelarutan ion-ion dapat dilakukan menggunakan software AquaChem, software tersebut digunakan untuk menghitung indeks saturasi sehingga dapat memprediksi potensi terjadinya scaling. Scaling mineral kalsit (CaCO3) atau Silika (SiO2) merupakan permasalahan utama dalam banyak sistem geotermal. Pada sistem geothermal bertemperatur rendah dan menengah, beberapa peneliti melaporkan bahwa terbentuk scale kalsit. Kristmanndottir (1989) juga mencatat bahwa scale kalsit dijumpai pada sistem geotermal bertemperatur rendah di Iceland. Metode pencegahan dari pengendapan scale pada sistem geothermal bertemperatur rendah dikendalikan oleh tingkat pelepasan gas (degassing) CO2 dan perubahan pH yang menyebabkan perubahan nilai hasil kali konsentrasi ion-ion mineral.
27
Arnorsson mereview secara teoritis mengenai pengendapan mineral kalsit dari air geotermal. Hasil studi tersebut menjelaskan bahwa fluida geothermal di reservoir berbagai tempat didunia adalah jenuh dengan kalsit. Kalsit dibawah jenuh (undersaturated) mungkin ada dibeberapa tempat dikarenakan rendahnya kadar karbon dioksida. Proses kimia dari scaling kalsit Kelarutan dari kalsit secara signifikan diakibatkan oleh pH dan kelarutan karbon dioksida di air geotermal. Pada beberapa nilai temperatur yang diberikan, kelarutan dari kalsit berada dalam kesetimbangan dengan meningkatnya fase vapour dan dengan meningkatnya konsentrasi karbon dioksida mencapai 1 mol karbon dioksida per kg. Pada berbagai macam tekanan karbon dioksida, kelarutan dari kalsit menurun dengan meningkatnya temperatur. Endapan kalsium karbonat dapat terbentuk dari air geotermal oleh Adanya karbon dioksida di di kondisi tekanan menengah dan tinggi di reservoir geothermal
meningkatkan
kelarutan
kalsit.
Reaksi
penguraian/pelarutan
digambarkan sebagai berikut: CaCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)
Ca2+ (aq) + 2HCO3– (aq)
Hampir dari semua sistem geotermal berisi karbon dioksida yang larut. Fakta terpenting dari pengendapan kalsit adalah 1. Endapan dapat terurai, larut, terbawa, dan terendapkan kembali di air. 2. Karbon dioksida dan air memainkan peranan penting di siklus penguraian, pengangkutan, dan pengendapan kembali. 3. Scale kalsit adalah permasalahan paling umum dalam scaling di sistem geotermal. 4. Pengendapan kalsit dapat dicegah dengan penyesuaian pH dan tekanan. Silica Scaling
28
Silica scaling sering menjadi masalah serius pada operasi lapangan panasbumi. Silica scaling pada pipa produksi berakibat mengurangi diameter pipa, sehingga mengurangi laju alir dan bahkan pipa dapat tersumbat sehingga harus diganti. Cara yang paling efektif untuk menangani masalah silica scaling adalah dengan mencegah terjadinya silica scaling tersebut. Olek karena itu kajian tentang potensi silica scaling sangat diperlukan pada operasi lapangan panasbumi. Penanggulangan Scale
Istilah scale dipergunakan secara luas untuk deposit keras yang terbentuk pada peralatan yang kontak atau berada dalam air. Dalam operasi produksi minyak bumi sering ditemui mineral scale seperti CaSO4, FeCO3, CaCO3, dan MgSO4. Senyawa-senyawa ini dapat larut dalam air. Scale CaCO3 paling sering ditemui pada operasi produksi minyak bumi. Akibat dari pembentukan scale pada operasi produksi minyak bumi adalah berkurangnya produktivitas sumur akibat tersumbatnya penorasi, pompa, valve, dan fitting serta aliran. Penyebab terbentuknya deposit scale adalah terdapatnya senyawasenyawa tersebut dalam air dengan jumlah yang melebihi kelarutannya pada keadaan kesetimbangan. Faktor utama yang berpengaruh besar pada kelarutan senyawasenyawa pembentuk scale ini adalah kondisi fisik (tekanan, temperatur, konsentrasi ion-ion lain dan gas terlarut). Pencegahan Scale dengan Scale Inhibitor
Scale inllibitor adalah bahan kimia yang menghentikan atau mencegah terbentuknya scale bila ditambahkan pada konsentrasi yang kecil pada air.Penggunaan bahwa kimia ini sangat menarik, karena dengan dosis yang sangat rendah dapat mencukupi untuk mencegah scale dalam periode waktu yang lama. Mekanisme kerja scale inhibitor ada dua, yaitu:
1. Scale inhibitor dapat teradsorpsi pada permukaan kristal scale pada saat mulai terbentuk. Inhibitor merupakan kristal yang besar yang 29
dapat menutupi kristal yang kecil dan menghalangi pertumbuhan selanjutnya.
2. Dalam banyak hal bahan kimia dapat dengan mudah mencegah menempelnya suatu partikel-partikel pada permukaan padatan. Tipe Scale Inhibitor
Kelompok scale inhibitor antara lain: inorganik poliphospat, Inhibitor organik, Phosponat, ester phospat, dan polimer. Inorganik poliphospat adalah padatan inorganik
non-kristalin.
Senyawa
ini
jarang
digunakan
dalam
operasi
perminyakan. Kerugiannya adalah merupakan padatan dan bahan kimia ini ymudah terdegradasi dengan cepat pada pH rendah atau pada temperatur-tinggi. Inhibitor organik biasanya dikemas sebagai cairan konsentrat dan tidak dapat dipisahkan sebagai bahan kimia stabil. Ester phospat merupakan scale inhibitor yang sangat efektif tetapi pada temperatur diatas 175°C dapat menyebabkan proses hidrolisa dalam waktu singkat. Phosponat merupakan scale inhibitor yang baik untuk penggunaan pada temperature diatas 3500F. Sedangkan polimer seperti akrilat dapat digunakan pada temperatur diatas 350°C. Pemilihan Scale Inhibitor
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis inhibitor untuk mendapatkaIl efektifitas kerja inhibitor yang baik adalah sebagai berikut: Jenis scale, dengan diketahuinya komposisi scale, dapat dilakukan pemilihan scale inhibitor yang tepat. Kekerasan scale. Temperatur, secara umum, inhibitor berkurang keefektifannya apabila Temperature meningkat. Setiap inhibitor mempunyai batas maksimum temperatur operas agar dapat berfungsi dengan baik. pH, kebanyakan scale inhibitor konvensional tidak efektif pada pH rendah. Kesesuaian bahan kimia, scale inhibitor yang digunakan harus sesuai dengan bahan kimia lain yang juga digunakan untuk kepentingan operasi seperti corrosion 30
inhibitor. Beberapa scale inhibitor ada yang bereaksi dengan kalsium, magnesium atau barium membentuk scale pada konsentrasi yang tinggi. Padatan terlarut, semakin banyak padatan terlarut maka semakin tinggi konsentrasi inhibitor yang digunakan. Kesesuaian dengan kondisi air, kandungan ion ion kalsium, barium, dan magnesium yang ada dalam air akan menyebabkan terjadinya reaksi dengan beberapa jenis inhibitor sehingga menimbulkan masalah baru yaitu terbentuknya endapan. Sehingga jenis inhibitor harus dipilih sesesuai mungkin. lklim, setiap inhibitor mempunyai titik lebur tertentu dan cara menginjeksikan ke dalam sistem, sehingga untuk menghindari terjadinya pembekuan ataupun perubahan komposisi dari inhibitor. Beberapa Jenis Scale Inhibitor
1. Hidrokarbon Hidrokarbon diperlukan sebagai pelarut hidrokarbon digunakan untuk menghilangkan minyak, parafin, atau asphaltic materials yang menutupi scale yang terbentuk, karena apabila digunaka asam sebagai penghilang scale makaasam ini tidak akan bereaksi dengan scale yang tertutupi oleh minyak (oil coated scale), oleh sebab itu minyak harus dihilangkan terlebih dahulu dari scale dengan menggunakan hidrokarbon.
2. Asam klorida Asam klorida adalah bahan yang banya digunakan untuk membersihkan scale yang telah terbentuk. Bahan ini dapat digunakan pada berbagai kondisi. Asam klorida digunakan dengan konsentrasi 5%, 10%, atau 15% Hcl. Reaksi yang terjadi: CaCO3 + 2 HCI H2O + CO2 + CaCl2 Corrotion inhibitor harus ditambahkan dalam Hcl untuk menghindari efek keasaman pada pipa yang dapat menyebabkan korosi.
3. Inorganic Converters
31
Inorganic converters biasanya merupakan suatu karbonat atau hidroksida yang akan bereaksi dengan kalsium sulfat dan membentuk acid soluble calcium carbonate. Kemudian diikuti dengan penambahan asam klorida untuk melarutkan karbonat atau kalsium hidroksida yang terbentuk. CaSO4 + (NH4)2CO3 (NH4)2S04 + CaCO3 CaCO3 + 2 Hcl H2O + CO2 + CaCl2 CO2 yang terbentuk dari reaksi dengan asam ini akan membantu mengeluarkan secara mekanis scale yang mungkin tersisa. Inorganic converters sebaiknya tidak digunakan pada scale yang keras.
4. Organic Converters Organic converters seperti natrium sitrat, potassium asetat sering digunakan. Reaktan ini akan bereaksi dengan scale kalsium sulfat, sehingga scale akan menjadi lebih lunak dan mudah dibersihkan dengan melewatkan air.
5. Natrium Hidroksida Larutan 10% natrium hidroksida dapat melarutkan hingga 12,5% berat dari scale kalsium karbonat. Kondisi Yang Mendukung Terjadinya Scale
Perubahan tekanan dan temperature
Larutan lewat jenuh (supersaturated solution)
Terjadinya perubahan komposisi air formasi
Perubahan derajat keasaman (pH)
Bercampurnya air formasi dari lapisan yang berbeda Kerugian Akibat Masalah Scale
Kerusakan formasi batuan disekitar lubang bor (kehilangan tekanan / potensi formasi)
Penurunan produksi
Kerusakan alat – alat produksi
Meningkatnya biaya produksi 32
Dasar dari mekanisme scale inhibitor yakni usaha pencegahan sedini mungkin akan terjadinya scale dengan cara menginjeksikan bahan kimia ke dalam sumur untuk mencegah terjadinya reaksi kimia antara ion dan kation yang bisa mengendap. Jenis – jenis Scale Inhibitor yang memiliki kemampuan mencegah terjadinya Scale :
Phospate ester
Polymers (polyacramides)
Phosphonates Faktor yang sangat penting dalam pemilihan inhibitor, sbb ;
Harga bahan kimianya
Kestabilan inhibitor terhadap perubahan tekanan dan temperatur yang besar
Keefektifannya
Kompabilitas terhadap fluida produksi, fluida workover / routine service dan bahan kimia lain
M. Perbedaan Pemanfaatan Energi Geothermal Indonesia dengan Negara-Negara Lain Kendala-kendala
utama
yang
menghalangi
pengembangan
pemanfaatan sumber daya energi yang melimpah ini yang paling jelas adalah karena pertimbangan stabilitas ekonomi, rumitnya birokrasi yang sudah ada di negeri ini, korupsi yang meraja lela dan kurangnya infrastruktur yang layak. Adanya kendala-kendala tersebut menjadikan pihak swasta ragu untuk berinvestasi dalam pembangunan dan pemanfaatan sumber daya tersebut. Hal yang selalu menjadi faktor paling utama untuk menghalangi investasi pengembangan geothermal di Indonesia adalah birokrasi dan hukum yang berlaku di Indonesia sendiri. Selain itu pemerintah juga kesulitan dalam mengambil langkah, sekitar 42,9% cadangan geothermal di Indonesia terletak di daerah hutan 33
lindung dan area konservasi, tentu hal ini mustahil untuk dilakukan aktivitas penambangan. Pemerintah Indonesia juga telah melaksanakan berbagai upaya
lain
untuk
membuat
investasi
energi
panas
bumi
lebih
menarik. Seperti negara jerman yang mulai meriset energi alternatif yang ramah lingkungan, cukup tertarik melakukan pengembangan geothermal di Indonesia karena begitu besarnya potensi. Menurut berita dari kompas.com, Eddy Pratomo sebagai Duta Besar Indonesia untuk Jerman mengatakan, riset panas bumi atau geotermal Jerman sangat maju. Namun, negara tersebut terbatas potensinya. Oleh karena itu, berlimpahnya potensi panas bumi Indonesia mempunyai daya tarik tersendiri bagi Jerman. Meskipun pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia belum maksimal, Indonesia termasuk negara penghasil energi listrik dengan memanfaatkan geothermal peringkat 3 dunia. Dalam hal peringkat bisa dibilang bagus, namun dalam segi pemenuhan kebutuhan masih jauh dari kata cukup. Untuk itu pemerintah harus serius dalam mengoptimalkan potensi energi terbaharukan yang dimiliki negara, bukannya terus berkutat dengan sesuatu yang semakin lama semakin menipis bahkan merusak lingkungan. Pemerintah harus bisa berbenah untuk meminimalisir kendala-kendala yang bisa menghambat proses pengembangan energi panas bumi, seperti perbaikan kebijakan yang bisa menguntungkan negara, mesejahterakan rakyat dan mempermudah masuknya investor untuk ikut mengembangkan energi panas bumi. Jika kita melihat di negara-negara eropa yang memiliki iklim dingin. Di daerah sana tidak ada yang berani mendekati pembangkit energi listrik karena beratnya ancaman bagi yang melakukan perusakan, entah disengaja maupun tidak disengaja. Melihat pemanfaatan listrik di negara-negara eropa, pasti sangat berbeda dengan di negara kita. Disini kita ambil contoh negara Jerman, disana sangat minim sumber daya energi yang bisa
34
dimanfaatkan untuk pembangkit listrik, tetapi di negara Jerman jarang sekali dijumpai bahkan tidak ada yang namanya listrik padam. Jerman yang memiliki musim dingin sangat bergantung pada energi listrik, energi listrik digunakan sebagai penghangat ruangan saat musim dingin. Kalau saja listrik sampai padam selama satu jam, tidak terbayang berapa ratus ribu orang yang terancam hidupnya karena suhu dingin yang berlaku didaerah sana. Seperti halnya negara-negara maju lainnya, bisa dibilang potensi sumber energi listriknya masih terbatas. Jika Indonesia memiliki sumber energi listrik yang melimpah, tentunya bisa di jual ke negara yang bisa menerima pasokan listrik dari Indonesia.
N. Kelebihan dan Kekurang Energi Geothermal 1. Kelebihan Energi Geothermal (Panas Bumi) Pemanfaatan energi geothermal atau panas bumi sebagai salah satu sumber energi alternatif diyakini mempunyai berbagai keuntungan dan kelebihan. Di antara kelebihan dan keuntungan pemanfaatan energi geothermal tersebut adalah : a. Panas bumi (geothermal energy) merupakan salah satu sumber energi paling bersih. Jauh lebih bersih dari sumber energi fosil yang menimpulkan polusi atau emisi gas rumah kaca. b. Geothermal merupakan jenis energi terbarukan yang relatif tidak akan habis. Sumber energi ini terus-menerus aktif akibat peluruhan radioaktif mineral. c. Energi Geothermal ramah lingkungan yang tidak menyebabkan pencemaran (baik pencemaran udara, pencemaran suara, serta tidak menghasilkan emisi karbon dan tidak menghasilkan gas, cairan, maupun meterial beracun lainnya). d. Panas bumi (geothermal energy), dibandingkan dengan energi alternatif lainnya seperti tenaga surya dan angin, bersifat konstan sepanjang musim. Di samping itu energi listrik yang dihasilkan dari 35
geothermal tidak memerlukan solusi penyimpanan energi (energy storage) karena dapat dihasilkan sepanjang waktu. e. Untuk memproduksi energi geothermal membutuhkan lahan dan air yang minimal, tidak seperti misalnya pada energi surya yang membutuhkan area yang luas dan banyak air untuk pendinginan. Pembangkit panas bumi hanya memerlukan lahan seluas 3,5 kilometer persegi per giga watt produksi listrik. Air yang dibutuhkan hanya sebesar 20 liter air tawar per MW / jam. 2. Kekurangan Energi Geothermal (Panas Bumi) Selain memiliki kelebihan, energi geothermal pun memiliki kekurangan. Di antara kekurangan energi geothermal adalah : a. Biaya modal yang tinggi. Pembangunan pembangkit listrik geothermal memerlukan biaya yang besar terutama pada eksploitasi dan pengeboran. b. Pembangkit listrik tenaga panas bumi hanya dapat dibangun di sekitar lempeng tektonik di mana temperatur tinggi dari sumber panas bumi tersedia di dekat permukaan. c. Pembangunan
pembangkit
listrik
geothermal
diduga
dapat
mempengaruhi kestabilan tanah di area sekitarnya.
36
Tabel 5. Sumber energi geothermal
37
L. Perbandingan PLT Geothermal dengan PLT lain Jenis Pembangkit listrik
PLTP
Panas bumi
Aspek Lingkungan Aspek Ekonomi 1. Ramah lingkungan 2. Sedikit Polutan
PLTU
Cadangan batubara
PLTN
Reaktor Nuklir
PLTA
Air
PLTS
Matahari
1. Biaya kompetitif 2. Biaya awal mahal 1. Investasi mahal
1. Pencemar gas CO2 terbesar 2. Polutan abu 2. Memerlukan terbang di sekitar tempat yang luas pembangkit listrik 1. Tidak 1. Rendah emisi memerlukan CO2 lahan yang luas 2. Tidak 2. Biaya memproduksi treatment mahal polutan 1. Investasi 1. Tidak mahal menyebabkan 2. Konstruksi pencemaran lama 1. Cocok untuk 1. Biaya awal daerah tropis relatif mahal 2. Ramah 2. Investasi lingkungan jangka panjang
Tabel 6. Perbandingan pembangkit listrik berbagai sumber
38
Tabel 7. Perbandingan harga listrik berbagai macam pembangkit
O. Regulasi Pengelolaan Geothermal di Indonesia Kebijakan-kebijakan Pemerintah tentang Panas Bumi antara lain dituangkan dalam beberapa regulasi yang berhubungan dengan Pengusahaan Panas Bumi di Indonesia, yaitu sebagai berikut. a. UU No 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi Undang-undang panas bumi mencakup ketentuan mengenai kewenangan pemerintah pusat, pemerintah propinsi dan kabupaten/kota, wilayah kerja, kegiatan operasional dan pengusahaan, penggunaan lahan, perizinan, hak dan kewajiban pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) Panas Bumi, penerimaan negara, pembinaan dan pengawasan. b. UU No. 30 Tahun 2007 tentang Energi Sesuai dengan Pasal 1, panas bumi merupakan sumber energy terbarukan. Sumber energi terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan dari sumber daya energi yang berkelanjutan jika dikelala
39
dengan baik, antara lain panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari, aliran dan terjunan air, serta gerakan dan perbedaan suhu lapisar, laut. c. UU No 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan d. PP No. 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi Sesuai dengan PP No. 59 Tahun 2007 jo. UU No. 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi, pemerintah menetapkan bahwa kegiatan usaha panas bumi mencakup survei pendahuluan, eksplorasi, studi kelayakan, eksploitasi dan pemanfaatan, yaitu sebagai berikut. 1. Survei Pendahuluan adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan, analisis dan penyajian data yang berhubungan dengan informasi kondisi geologi, geofisika, dan geokimia untuk memperkirakan letak dan adanya sumber daya Panas Bumi serta Wilayah Kerja. 2. Eksplorasi adalah rangkaian kegiatan yang meliputi penyelidikan geologi, geofisika, geokimia, pengeboran uji, dan pengeboran sumur eksplorasi yang
bertujuan untuk memperoleh dan menambah
informasi kondisi geologi bawah permukaan guna menemukan dan mendapatkan perkiraan potensi Panas Bumi. 3. Studi Kelayakan adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan Panas Bumi untuk memperoleh informasi secara rinci seluruh aspek yang berkaitan untuk menentukan kelayakan usaha pertambangan Panas Bumi, termasuk penyelidikan atau studi jumlah cadangan yang dapat dieksploitasi. 4. Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan pada suatu wilayah kerja tertentu yang meliputi pengeboran sumur pengembangan dan sumur reinjeksi, pembangunan fasilitas lapangan dan operasi produksi sumber daya Panas Bumi. 5. Pemanfaatan langsung adalah kegiatan usaha pemanfaatan energi dan/atau fluida Panas Bumi untuk keperluan nonlistrik, baik untuk kepentingan umum maupun untuk kepentingan sendiri. 6. Pemanfaatan tidak langsung untuk tenaga listrik adalah kegiatan usaha pemanfaatan energi panas pumi untuk pembangkit tenaga 40
listrik, baik untuk kepentingan umum maupun untuk kepentingan sendiri. e. PP No. 62 Tahun 2008 tentang Perubahan atas PP No. 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di BidangBidang Usaha Tertentu dan/atau Daerah-daerah tertentu. f. Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2010 tentang Penugasan Kepada PT. PLN (Persero) untuk Melakukan Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik yang Menggunakan Energi Baru Terbarukan, Batubara, dan Gas.
Di tingkat pusat, terdapat peran dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral serta Menteri Keuangan. Sehubungan dengan Pengusahaan Panas Bumi, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengeluarkan beberapa kebijakan yang dituangkan dalam peraturan-peraturan berikut. a. Permen ESDM No. 11 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penetapan Wilayah Kerta Pertambangan (WKP) Panas Bumi b. Permen ESDM No. 2 Tahun 2009 tentang Pedoman Penugasan Survei Pendahuluan Panas Bumi (sebagai perubahan atas Permen ESDM No. 05 Tahun 2007). c. Permen ESDM No. 05 Tahun 2009 tentang Pedoman Harga Pembelian Listrik oleh PT. PLN dari Koperas atau Badan Usaha Lain (sebagai perubahan atas Permen ESDM No. 14 Tahun 2008 tentang Harga Patokan Penjualan Listrik dari PLTP jo. Permen ESDM No. 269-12 Tahun 2008 tentang BPP Tenaga Listrik Tahun 2008 yang Disediakan oleh PT. PLN). d. Permen EDSM No. 11 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Panas Bumi e. Permen ESDM No. 31 Tahun 2009 tentang Harga Pembelian Tenaga Listrik oleh PT. PLN (Persero) Kecil dan Menengah atau Kelebihan Tenaga Listrik
41
f. Permen ESDM No. 32 tahun 2009 tentang Harga Patokan Pembelian Tenaga Listrik oleh PT. PLN (Persero) dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi g. Permen ESDM No. 15 Tahun 2010 tentang Daftar Proyek-Proyek Percepatan
Pembangunan
Pembangkit
Tenaga
Listrik
yang
Menggunakan Energi Baru Terbarukan, Batubara, dan Gas serta Transmisi Terkait Peraturan Menteri Keuangan berperan dalam merumuskan kebijakan fiskal. Agar harga jual listrik ke masyarakat tetap murah Menteri Keuangan mengeluarkan beberapa kebijakan yang dituangkan dalam peraturanperaturan berikut sebagai peraturan pelaksana PP No. 1 Tahun 2007 jo. PP No. 62 Tahun 2008. a. PMK No. 177/PMK.011/2007 tentang Pembebasan Bea Masuk atas Impor Barang untuk Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi serta Panas Bumi. b. PMK No. 021/PMK.011/2010 tentang Pemberian Fasilitas Perpajakan dan
Kepabeanan
untuk
Kegiatan
Pemanfaatan
Sumber
Energi
Terbarukan c. PMK No. 024/PMK.011/2010 tentang Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah atas Impor Barang untuk Kegiatan Usaha Hulu Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi serta Kegiatan Usaha Eksplorasi Panas Bumi untuk Tahun Anggaran 2010. d. PMK Nomor 01/PMK.07/2012 Tentang Perkiraan Alokasi Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Pertambangan Panas Bumi Tahun Anggaran 2012.
42
Tabel 8. Pembangkit listrik di Indonesia Sumber : www.pln.go.id/files/public/data-kelistrikan
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam pengelolaan sumberdaya alam energi panas bumi (geothermal) perlu adanya kerja sama lintas sektor agar kebijakan yang telah disusun dapat berjalan sesuai dengan harapan, seperti Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah tingkat Provinsi, Pemerintah Daerah tingkat Kabupaten, Badan Usaha-badan usaha, para Investor, dan menjalin mitra dengan luar negeri.
43
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Geothermal atau energi panas bumi adalah energi panas yang terdapat dan terbentuk di dalam kerak bumi. Indonesia memiliki potensi sebesar 40% sumber daya panas bumi karena mengandung cadangan panas bumi terbesar di dunia yang letaknya di permukaan negara Indonesia. Daerah yang terbesar memiliki potensi energi geothermal adalah Kota Bandung, Jawa Barat. Indonesia menjadi urutan ketiga sebagai negara yang membutuhkan energi geothermal yaitu sebesar 1197 Mwe. Karena posisi Indonesia di Cincin Api Pasifik yang mengelilingi Samudera Pasifik, negara memperoleh kelimpahan batuan yang mampu menampung panas bumi, yang dapat digunakan sebagai energi terbarukan untuk menghasilkan listrik. Reservoir geothermal terjadi pada batas-batas yang terdiri dari 4 komponen utama: waduk, cairan, batuan penutup, dan sumber panas. Reservoir bertindak sebagai wadah yang terdiri dari cairan panas bumi dan bisa memiliki bentuk baik uap, air, ataupun keduanya, yang kemudian terjebak di bawah permukaan. Banyak kelebihan energi geothermal yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia salah satunya sebagai pembangkit listrik.
B. Saran Kami sebagai penyusun menyarankan kepada mahasiwa teknik perminyakan untuk membaca makalah ini agar menambah wawasan tentang energi geothermal terutama daerah-daerah yang berpotensi di Indonesia agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia itu sendiri. Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu penyusun menyarankan pembaca untuk juga membaca dari refensi lain . Kami berharap agar para pembaca memberikan kritik dan saran terhadap makalah ini agar menjadi 44
pembelajaran dan kemajuan untuk kami dalam menyusun makalah selanjutnya.
45
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Sekilas Tentang Geothermal. Bandung: Intitut Teknologi Bandung Santoso, Djoko. 2010. Eksplorasi Energi Panas Bumi. Bandung: Jurusan Teknik Geofisika ITB
http://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/energi-panasbumi/item268 http://gushaironfadli.com/energi-panas-bumi/ https://id.wikipedia.org/wiki/Energi_panas_bumi http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/07/potensi-besar-pemanfaatangeothermal-di-indonesia http://geothermal.itb.ac.id/sites/default/files/public/Sekilas_tentang_Panas_Bu mi.pdf http://www.kompasiana.com/hferdinando/potensi-energi-panas-bumi-didaerah-cincin-api-indonesia_5516e553a33311f17aba7e0c http://psdg.geologi.esdm.go.id/index.php?option=com_content&view=article& id=841&Itemid=611
46