BAB I Pendahuluan
I.1.
Latar Belakang Seiring dengan perkembangan industri dan teknologi sediaan farmasi, bermacam-macam bentuk sediaan telah beredar di pasaran dalam rangka untuk memenuhi memenuhi permintaan pasar yang menuntut adanya adanya sediaan farmasi yang lebih baik. Di mulai dari sediaan solid, semi solid hingga liquid, tergantung dari keperluan dan kenyamanan para konsumen. konsumen. Bentuk sediaan solid diantaranya serbuk, tablet dan kapsul. Untuk semi solid terdapat salep, krim, pasta dan gel. Sedangkan liquid terdiri atas potio, solutio, sirup, suspensi, tetes mata, dan tetes hidung. Untuk pengobatan topikal, sering digunakan bentuk sediaan semi solid. Diantara sediaan semisolid yaitu salep, pasta, krim, dan gel. Sediaan semisolid yang sering digunakan masyarakat salah satunya krim. Penggunaan krim tidak sebatas untuk obat namun juga digunakan sebagai kosmetik sehingga sediaan ini terus berkembang. Metode serta bahan-bahan pembuatan krim sangat banyak sekali sehingga diperlukan pembelajaran lebih dalam lagi. Oleh karena itu perlu dipelajari mengenai krim, jenis krim, basisnya serta formulasi krim.
I.2.
Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan krim? 2. Apa saja bahan-bahan serta basis yang terdapat dalam krim? 3. Bagaimana metode-metode pembuatan krim? 4. Apa saja contoh formulasi dari krim?
I.3.
Tujuan Penulisan Tujuan pembuatan makalah ini yaitu agar dapat mengetahui lebih jauh basis, formulasi, dan cara pembuatan sediaan krim.
I.4.
Metode Penulisan
1
Metode penulisan yang digunakan adalah studi pustaka. Sumber informasi berasal dari buku-buku dan berbagai situs internet untuk menunjang teori dasari. 1.5.
Sistematika Penulisan BAB I. Pendahuluan
I.1 Latar Belakang I.2. Rumusan Masalah I.3. Tujuan Penulisan I.4. Metode Penulisan I.5. Sistematika Penulisan BAB II. Pembahasan
II.1 BAB III. Kesimpulan Daftar Pustaka
2
BAB II ISI
2.1 Definisi Krim
Krim merupakan salah satu sediaan yang berbentuk emulsi. Krim dapat didefinisikan berbagai macam dari beberapa sumber yang berbeda. Menurut Ansel (1989), krim adalah emulsi setengah padat baik bertipe air dalam minyak atau minyak dalam air yang biasanya digunakan sebagai emolien (pelembab) atau pemakaian obat pada kulit. Menurut British Menurut British Pharmacopeia, krim adalah formulasi untuk memberikan persiapan yang pada dasarnya bercampur dengan sekresi kulit. Mereka dimaksudkan untuk diterapkan pada kulit atau selaput lendir tertentu untuk pelindung, terapeutik atau profilaksis tujuan, terutama di mana efek oklusif tidak diperlukan. diperlukan. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Sedangkan, Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Tujuan umum dibentuknya sediaan krim adalah untuk mendapatkan efek emolien atau pelembut. Berdasarkan fase dispersinya, krim digolongkan menjadi 2 tipe, yakni tipe air terdispersi dalam minyak (A/M) dan krim minyak terdispersi dalam air (M/A). Krim tipe air dalam minyak (A/M) merupakan suatu krim yang dibuat dengan mendispersikan komponen air ke dalam komponen minyak; sifatnya tidak mudah hilang bila terkena air; berwarna putih atau transparan dan agak kaku; dan diproduksi oleh pengemulsi agen dari alam, misalnya lilin lebah, alkohol wol atau wol lemak. Contoh : Cold cream, cream, yaitu sediaan kosmetika yang dibuat untuk memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih, biasanya berwarna putih dan bebas dari butiran kasar. Krim tipe minyak dalam air (M/A) merupakan suatu emulsi yang dibuat dengan
mendispersikan komponen minyak ke dalam komponen air; sifatnya mudah dicuci dengan air; berwarna putih, tipis dan halus; dan diproduksi oleh sintetis lilin, misalnya macrogol dan cetomacrogol. Contoh : Vanishing cream, cream, yaitu sediaan
3
kosmetika yang digunakan untuk membersihkan dan melembabkan kulit serta sebagai alas bedak. Berdasarkan tujuan penggunaannya, krim dapat dibedakan menjadi 2, yaitu medicated cream dan non medicated cream. M edicated cream digunakan untuk pengobatan topikal maupun sistemik melalui penghantaran transdermal. Sedangkan
non
medicated
cream digunakan
bukan untuk
pengobatan dan penyembuhan, tetapi bertujuan untuk pencegahan dan perawatan kulit yang biasanya disebut krim kosmetik. Bentuk sediaan krim mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangan menggunakan sediaan krim sebagai berikut:
Kelebihan :
– Mudah menyebar rata dan praktis – Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air
untuk tipe m/a
(minyak dalam air)
– Tidak lengket dan tidak berminyak, untuk tipe m/a (minyak dalam air) – Zat aktif yang diabsorbsi pada pemakaian topikal tidak cukup beracun, sehingga efek samping dapat dimimalisir .
– Meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak menyebabkan kulit berminyak.
Kekurangan :
– Susah dalam pembuatannya, pembuatannya, karena dibutuhkan suhu yang optimal pada saat pembuatan (fase minyak dan fase air)
– Mudah pecah, karena suhu tidak optimal atau saat pencampuran fase minyak dan fase air pengadukannya tidak tepat.
2.2 Jenis-Jenis Krim
Jenis-jenis krim menurut Wasitaatmadja (1997) yaitu sebagai berikut : 1. Krim pendingin (cold ( cold cream) cream) Pelembab yang karena kandungan airnya menguap secara lambat menimbulkan rasa dingin pada kulit. Biasanya bentuk sediaannya air
4
dalam minyak namun tidak terlalu lunak dan tidak terlalu lengket, berisi bees-wax, mineral oil , paraffin, dan spermaceti. 2. Krim vitamin (vitamin cream) Mengandung vitamin B kompleks, asam pantotenat, vitamin E, vitamin A, vitamin C, dan vitamin D. Kegunaan vitamin secara topikal pada kulit ini diragukan manfaatnya karena permeabilitas kulit yang rendah dan jauh kurang efisien dibanding bila diberikan per oral. 3. Krim urut (massage cream) Ditujukan untuk memperbaiki kulit yang rusak dan meninggalkan minyak dipermukaan kulit dalam waktu yang agak lama, biasanya berbentuk krim A/M. 4. Krim tangan atau badan (hand and body cream) Dipakai untuk melembutkan dan menghaluskan kulit ditempat tersebut dengan menggunakan emolien, humektan, dan barrier kulit. Pelembab biasanya lebih cair, dapat ditambah tabir surya, aloe vera, alantoin, AHA, atau vitamin. 5. Krim mengandung zat makanan (nourishing cream atau skin food cream) Tidak memberi makanan kulit tetapi hanya untuk lubrikasi, mengurangi hilangnya kelembaban kulit dan tidak menghilangkan kerut secara permanent. Isi terpenting adalah lanolin, white germ oil , sun flower oil atau corn oil.
2.3 Bahan dan Basis Krim
Bahan – bahan dalam krim meliputi zat aktif, basis, dan zat tambahan lainnya. Bahan utama dalam krim adalah zat aktif yaitu zat berkhasiat dalam sediaan krim tersebut. Selain zat aktif terdapat basis. Basis pada krim bukan merupakan bahan utama tetapi penggunaannya dalam formulasi sediaan krim cukup memegang peranan. Basis merupakan komponen terbesar dalam suatu
5
sediaan semipadat (seperti pasta, salep, krim, dll) dan merupakan faktor yang sangat menentukan kecepatan pelepasan/aksi dari obat, yang nantinya akan mempengaruhi khasiat atau keberhasilan terapi Dalam
pemilihan
komponen
krim
diperlukan
pertimbangan-
pertimbangan yang matang untuk mendapatkan krim dengan efek terapeutik yang optimal tanpa mengabaikan kenyamanan pasien dalam menggunakan produk tersebut. Untuk mendapatkan suatu bentuk sediaan krim dibutuhkan bahan utama untuk membuat basis krim yaitu fase minyak, fase cair dan surfaktan atau emulgator. Selain bahan-bahan utama pembuatan basis krim, ada pula bahan penunjang yang berguna untuk meningkatkan estetika dan stabilitas
krim,
seperti
antioksidan,
pengawet,
pewarna,
pewangi,
pengkhelat dan pendapar.
2.3.1 Fase minyak Hidrokarbon
squalen, paraffin cair, petrolatum, paraffin padat, microcrystaline wax, ceresin, dll.
Lemak dan minyak
minyak zaitun , almond oil, cocoa butter, macadamia nut oil, avocado oil, hardened palm oil, castor oil, sunflower oil, evening primrose oil, trigliserida sintetik, dll.
Wax/Lilin
beeswax, lanolin, carnauba wax, candelilla wax, jojoba oil, dll.
Asam Lemak
asam stearat, asam oleat, asam isostearat, asam miristat, asam palmitat, dll.
Alkohol
stearil alkohol, behenil alkohol, heksadesil alkohol, oktildodekil alkohol, kolesterol, ceteth-20, dll.
Ester sintetik
isopropil miristat, trigliserida, pentaeritritil
6
tetraester, kolesteril ester dll.
Tabel 1. Pengelompokan komponen basis krim fase minyak.
Beberapa bahan yang digunakan sebagai fase minyak dalam pembuatan krim antara lain :
Kelompok Hidrokarbon
a. Squalen
Gambar 1. Rumus Bangun Squalen
Squalen
merupakan
hidrokarbon
yang
tidak
berwarna,
transparan dan hampir tidak berbau. Mempunyai titik didih 285oC pada 22 mmHg, dan mempunyai titik lebur -100 oC. Tidak larut dalam air, sangat kecil kelarutannya dalam alkohol dehidrat, dapat tercampur dengan kloroform dan eter, sedikit larut dalam aseton. Penggunaannya, sebagai pelembab alami dalam sediaan kosmetik.
b. Paraffin Liquidum Paraffin liquid merupakan campuran dari hidrokarbon yang diperoleh dari minyak mineral. Paraffin liquid berupa cairan kental yang transparan, tidak berflourosensi, dan tidak berwarna. Selain itu paraffin liquid hampir tidak memiliki bau dan rasa. Bahan ini praktis tidak larut dalam air dan etanol P 95% namun dapat larut dalam kloroform P, eter P, aseeton dan benzen. Satu milliliter paraffin liquid memiliki bobot antara 0,83 hingga 0,89 gram. Penggunaan dalam krim umumnya sebesar 1-32%.
7
c. Vaselin Kuning Berbentuk massa semi-solid yang berwarna kuning muda hingga kuning, agak transparan, berminyak, tidak berbau, tidak berasa, tidak berfluoresensi. Vaselin kuning bersifat mudah terbakar, memiliki titik didih di atas 100 oF (37oC). Tidak mudah teroksidasi saat terkena udara. Praktis tidak larut dalam aseton, etanol, etanol (95%) panas atau dingin, gliserin, dan air; larut dalam benzen karbon disulfida, kloroform, eter, heksan, dan minyak atsiri. Penggunaan dalam krim yaitu sebanyak 10-30%. d. Paraffin Padat Parafin padat sesuai namanya berbentuk padat, sering menunjukan susunan hablur; agak licin; tidak berwarna atau putih; tidak mempunyai rasa dan bau. Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%); larut dalam kloroform, benzen dan ester. e. Microcrystalline Wax Microcystalline wax berbentuk kristal yang tidak beraturan, tidak berbau dan tidak berasa, larut dalam benzen, kloroform, dan eter, sedikit larut dalam etanol, dan praktis tidak larut dalam air sediaan setengah padat digunakan dalam formulasi kosmetik. Stabil dengan adanya asam, basa, cahaya, dan udara. Tempat penyimpanan di tempat sejuk atau kering.
Kelompok Minyak dan Lemak
a. Minyak Zaitun (Olive oil ) Minyak zaitun diperoleh dari buah olive (Olea europaea), tanaman tradisional dari Mediterranean Basin. Penggunaan untuk memasak, pembuatan kosmetik, dan sabun khususnya dalam pembuatan krim, salep, dan berfungsi melembabkan
8
kulit. Mengandung monounsaturated fat (khususnya asam oleat) dan polifenol yang tinggi. Minyak zaitun berwarna kuning muda atau kuning kehijauan, berupa cairan berminyak, mempunyai sedikit bau dan rasa yang khas. Sedikit larut dalam alkohol, dapat bercampur dengan karbon disulfida, kloroform, dan eter.
b. Minyak Coklat (Cocoa butter ) Minyak coklat diperoleh dari tanaman coklat (Theobroma cacao),
berbentuk
massa
padat
yang
berwarna
putih
kekuningan dengan bau seperti coklat. Sedikit larut dalam alkohol, larut dalam alkohol dehidrat yang mendidihm dan sangat larut dalam eter, kloroform.
Cacao butter ini
mengandung stearin, palmitin, olein, laurin, linolein, dan gliserida lainnya. Mempunyai titik lebur antara 34-38oC, berupa massa padat pada suhu kamar. Penggunaannya dalam kosmetik yang sangat terkenal dan produk perawatan kulit seperti sabun dan lotion. Dalam bidang farmasi, cocoa butter dapat digunakan untuk membuat suppositoria.
c. Minyak Alpukat ( Avocado oil ) Minyak alpukat diperoleh dari buah Persea americana. Banyak digunakan dalam pembuatan kosmetik sebagai pelembab, mencegah kulit menjadi kering, mengandung monounsaurated fats dan vitamin E dalam kadar yang cukup tinggi.
d. Minyak Kelapa (Coconut oil ) Minyak kelapa diperoleh dari kelapa sawit, terdiri dari asam lemak dan ester dengan gliserol. Asam lemak jenuh sekitar 50% dan 80%. Minyak kelapa juga mengandung asam palmitat, asam laurat. Kandungan terbesarnya tokotrienol,
9
bagian dari vitamin E. Minyak kelapa berwarna merah karena banyak mengandung betakaroten.
e. Minyak Jarak (Castor oil ) Minyak jarak merupakan minyak nabati yang berasal dari castor bean ( Ricinus communis). Berbentuk cairan tidak berwarna hingga kuning muda, transpara, bau harum, dan tidak berasa. Mempunyai titik didih 313oC. Mengandung kira-kira 90% asam lemak yang terdiri dari asam risinoleat, dan yang terbesar adalah asam oleat dan linoleat. Minyak jarak larut dalam alkohol, dapat bercampur dengan alkohol dehidrat, asam asetat glasial, kloroform, dan eter. Selain digunakan dalam kosmetika, minyak jarak juga digunakan dalam pembuatan sabun, sebagai pewangi dan pelembut kulit.
f.
Minyak Bunga Matahari (Sunflower oil ) Minyak bunga matahari merupakan minyak nabati yang berasal dari biji bunga matahari ( Helianthus annuus) tidak termasuk minyak menguap. Kandungan kimia minyak bunga matahari mengandung asam linoleat, selain itu mengandung lesitin, tokoferol, karotenoid dan waxes. Sifat fisik minyak bunga matahari dalam suhu kamar berupa cairan, berbentuk cairan jernih dan sedikit berwarna kuning tua dengan sedikit bau lemak. Fungsi dalam bidang kosmetik digunakan sebagai emolien dan pelindung kulit.
Kelompok Waxes/Lilin
a. Beeswax Beeswax memiliki komponen utama yang terdiri dari palmitat, palmitoleat, hidroksipalmitat dan ester oleat, mempunyai titik lebur antara 62-64oC. Mempunyai titik didih sebesar 85 oC, tidak larut dalam air, sangat kecil kelarutannya dalam dehidrat
10
alkohol, dapat tercampur dengan kloroform dan eter, sedikit larut dalam aseton, digunakan sebagai penstabil emulsi.
b. Adeps Lanae Adeps lanae merupakan lemak yang diperoleh dari bulu domba, berwarna kuning muda, berbau khas. Adeps lanae telah meleleh berupa cairan kuning. Larut dalam benzen, kloroform, eter, dan petroleum, sedikit larut dalam etanol dingin (95%), lebih larut dalam etanol panas (95%); praktis tidak larut dalam air. Mengandung pro-oksidan yang dapat memengaruhi kestabilan beberapa zat aktif. Fungsinya dalam sediaan semi solid sebagai emusifying agent , fase minyak dalam persipan krim A/M. Adeps lanae dapat menyerap air sebesar 25%, campuran adeps lanae dengan air dikenal sebagai lanolin
c. Carnauba Wax Carnauba wax berasal dari carnauba palm (Copernicia prunifera), berbentuk serbuk berwarna coklat terang hingga kuning muda, tidak berbau dan tidak berasa. Carnauba wax mengandung asam lemak (80-85%), alkohol lemak (10-15%), asam-asam (3-6%) dan hidrokarbon (1-3%). Ciri khas dari carnauba wax adalah esterified fatty diols (sekitar 20%), hydroxylated fatty acids (sekitar 6%) dan asam sinamat (sekitar 10%). Mempunyai titik lebut 78-85 oC, larut dalam kloroform hangat dan toluen hangat sedikit larut dalam etanol (95%), praktis tidak larut dalam air. Fungsinya sebagai bahan penyalut dalam formula kosmetik seperti lipstick, eyeliners, mascaram eye shadowsm foundations, skin care, sun carem dan lain-lain. Stabil dan harus tersimpan pada tempat yang tertutup, di tempat yang sejuk atau kering.
11
d. Candelia Wax Candelia wax berbentuk padat dan mengkilat, berwarna kuning, mempunyai kandungan kimia, asam bebas 7-9%, karbohidrat kira-kira 50%, asam serortat dan ester wax alkohol kira-kira 30%, serta resin. Digunakan sebagai perlindungan terhadp uap air. Candelia wax mempunyai warna yang mengkilat dan dapat digunakan dalam sistem emulsifikasi, dan memiliki titik leburnya 68,72 oC
e. Jojoba oil Jojoba
oil,
berasal
dari
tanaman
Jojoba
(Simmondsia
chinensis). Mempunyai kandungan, setiap molekul terdiri dari asam lemak dan alkohol lemak yang digabungkan oleh ikatan ester. Minyak jojoba yang belum murni berupa cairan jernih pada suhu kamar dengan sedikit bau lemak. Minyak jojoba yang murni tidak berwarna, tidak berbau dan mempunyai titik lebur 10oC. Minyak jojoba relatif lebih stabil dibandingkan minyak nabati lainnya. Minyak jojoba digunakan dalam formula sediaan kosmetik, skin care, dan hair care.
Kelompok Asam Lemak
a. Asam Stearat (C18H36O2)
Gambar 2. Rumus Bangun Asam Stearat.
Asam stearat diperoleh dari lemak atau minyak dari tumbuhan atau binatang. Asam stearat dapat berupa gumpalan atau kristal berwarna putih atau putih kekuningan, mengkilap, sedikit berbau dan mirip lemak lilin. Asam stearat praktis tidak larut
12
dalam air namun dapat larut dalam alkohol, kloroform, dan eter. Asam stearat tidak bercampur dengan hidroksida logam dan dengan senyawa yang bersifat oksidator. Kegunaannya dalam formulasi topikal sebagai bahan pengemulsi, konsentrasi untuk krim yaitu 1-20%.
b. Asam Oleat (C18H34O2)
Gambar 3. Rumus Bangun Asam Oleat.
Asam oleat berbentuk cairan kental, berwarna kekuningan sampai coklat muda, dengan bau, dan rasa yang khas. Praktis tidak larut dalam air; mudah larut dalam etanol 95%, dalam kloroform, dalam eter dan minyak tanah. Tidak bercampur dengan ion Al, Ca, logam berat, larutan iodine, asam perklorat dan seyawa pengoksidasi. Asam oleat bereaksi dengan basa membentuk sabun.
Kelompok Alkohol
a. Setil Alkohol (C 16H34O)
Gambar 4. Rumus Bangun Setil alkohol.
Setil alkohol merupakan campuran dari alkohol alifatis yang dapat diperoleh dari binatang maupun tumbuhan. Setil alkohol berupa padatan serbuk, ataupun granul berwarna putih. Setil alkohol praktis tidak larut dalam air, dapat larut dalam etanol,
13
dan jika dileburkan maka dapat larut dalam paraffin liquid atau minyak tumbuhan atau hewan. Setil alkohol berfungsi sebagai bahan pengemulsi, dan sebagai bahan pengeras krim sehingga mampu
meningkatkan
konsistensi.
Setil
alkohol
sering
digunakan dalam sediaan krim karena sifatnya sebagai emolien.
b. Stearil Alkohol (C18H38O)
Gambar 5. Rumus Bangun Stearil Alkohol.
Stearil alkohol ada dalam bentuk padatan granul berwarna putih dengan bau khas yang lemah dan tidak berasa. Stearil alkohol praktis tidak larut dalam air, tetapi dapat larut dalam etanol, eter, kloroform dan minyak tumbuhan. Mempunyai sifat
emolien
baik
tanpa
berlemak
dan
meningkatkan
viskositas, memebentuk tekstur massa krim yang lebih padat, serta menstabilkan emulsi A/M. Stearil alkohol diabsorpsi cepat oleh kulit, sehingga meningkatkan efikasi sediaan dan sering digunakan pada sedian farmasetik juga kosmetik.
c. Alkohol Sterin (Sterol) Sterol adalah alkohol hidroaromatik bervalensi satu tak jenuh. Contoh dari alkohol sterol ini adalah kolesterol. Kolesterol berbentuk partikel amorf berwarna putih, Diminati karena meningkatkan daya emulsifikasinya baik. Kolesterol praktis tidak larut dalam air, larut dalam 100 bagian alkohol, larut dalam aseton, kloroform, eter, etil asetat, dan minyak sayur. Kolesterol
digunakan
sebagai
bahan
pengemulsi
pada
konsentrasi 30-50%, mempunyai fungsi fisiologis dan banyak
14
digunakan dalam sediaan kosmetik. Penyimpanan di tempat yang kering dan sejuk terhindar dari cahaya.
d. Ester sintetis Ester sintetis seperti gliseril monostearat, isopropil miristat, isopropil palmitat, isoprpil lanolat, butil stearat, dan butil palmitat telah digunakan sebagai basis lemak yang resisten terhadap oksidasi dan hidrolisis. Isopropil miristat adalah cairan tak berwarna yang dapat dicampur dengan hidokarbon, campuran minyak/lemak, atau sampai 50% lemak domba dibentuk menjadi basis semisolid yang
tidak
larut air.
Meskipun demikian, ispropil miristat cocok dengan parafin lunak, tetapi tidak stabil dengan parafin liquid. Pada bentuk aplikasinya, zat
tersebut dapat diabsorbsi oleh kulit
dan
relatif nontoksik. Beberapa contoh ester sintetis lainnya ialah kolesterol ester, gliserin triester, pentaeritritol tetraester.
2.3.2 Fase air
Komponen fase cair merupakan komponen penyusun krim yang bersifat hidrofilik. Pada keadaan normal (tanpa emulsifier), zat yang tergolong fase ini tidak bercampur dengan fase minyak. Berdasarkan fungsinya bahan-bahan penyusun krim yang termasuk fase air terdiri atas golongan-golongan berikut. Humektan
gliserin, propilen glikol, sorbitol, polietilen glikol, dipropilen glikol, manitol, dll.
Th i ckeni ng agent
pektin, derivat selulosa, xanthan gum, natrium alginat, dll.
Pelarut
etanol, air, propilen glikol, gliserin dll. Tabel 2. Pengelompokan komponen basis krim fase air.
15
Beberapa bahan yang digunakan sebagai fase air dalam pembuatan krim antara lain: a. Air Murni (H2O) Air merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Berat molekul yang dimiliki air adalah 18,02. Air dalam krim umumnya digunakan sebagai pelarut.
b. Gliserin
Gambar 6. Rumus bangun Gliserin
Gliserin berupa cairan yang tidak berwarna dan tidak berbau tetapi memiliki rasa manis. Gliserin larut dalam air dan methanol tetapi praktis tidak larut dalam minyak. Gliserin dapat digunakan sebagai pelarut dan juga humektan. Dapat meledak jika dicampur dengan pengoksidasi kuat, seperti kromium
trioksida,
potasium
klorat
atau
potasium
permanganat. Kontaminasi besi dalam gliserin menyebabkan penghitaman pada warna campuran yang mengandung fenol, salisilat dan tanin. Gliserin membentuk kompleks asam borat, asan gliseroborat yang kekuatan asamnya lebih kuat dari asam borat.
c. Propilenglikol
Gambar 7. Rumus bangun Propilenglikol
16
Sifat yang dimiliki propilenglikol hampir sama dengan gliserin. Propilenglikol merupakan cairan tidak berwarna, tidak berbau, tetapi memiliki rasa manis. Propilenglikol dapat larut dalam aseton, kloroform, etanol (95%), gliserin, dan air. Propilenglikol juga dapat digunakan sebagai pelarut dan humektan dalam krim.
d. Trietanolamin (TEA)
Gambar 8. Rumus bangunTEA
Trietanolamin merupakan cairan higroskopis. Cairannya jernih dan kental serta tidak berwarna atau berwarna kuning pucat dan tidak berbau. Trietanolamin dapat membentuk garam kristalin dengan asam mineral. Sifatnya larut dalam air, alkohol, gliserol, dan agak larut dalam eter.
e. Sorbitol
Gambar 9. Rumus bangun Sorbitol
Sorbitol merupakan serbuk higroskopis, tidak berasa, hampir tidak berwarna. Sorbitol dapat larut dalam Air dengan perbandingan 1:0,5 ; praktis tidak larut kloroform, dan sedikit larut dalam methanol. Sorbitol dapat digunakan sebagai humektan.
17
Di dalam fase air dilarutkan bahan bahan yang dapat larut dalam air. Pada pembuatan emulsi tipe o/w maka fase minyak dituang secara perlahan ke dalam fase air sambil terus diaduk searah dengan menggunakan mixer . Namun, pada krim tipe emulsi w/o, fase air yang dituangkan secara perlahan ke dalam fase minyak.
2.3.3 Surfaktan (Emulgator)
Terdapat banyak jenis emulgator yang dikelompokkan dalam beberapa golongan berdasarkan parameter-parameter tertentu. Akan tetapi, yang harus dipastikan pada setiap jenis emulgator adalah kemampuannya untuk membentuk suatu lapisan film yang mengelilingi droplet-droplet yang terdispersi di antara dua fase.
Kelompok Emulgator Anionik
Emulgator anion dapat terdisosiasi dalam larutan air, sehingga yang berperan sebagai emulgator adalah anion. Emulgator jenis ini memiliki kemampuan untuk stabil dalam asam dan memungkinkan penyesuaian pH emulsi yang diinginkan. Emulgator anion terbagi lagi menjadi beberapa golongan, yaitu:
Sabun alkali
garam dari asam palmitat, garam dari asam stearat, dll
Sabun logam
Kalsium palmitat, Aluminium palmitat, dll
Sabun amin
Trietanolamin, dll
Senyawa tersulfatasi
Natrium lauril sulfat, Natrium setil sulfat, Natrium stearil sulfat, dll
Senyawa tersulfonasi
Natrium setil sulfonat, dll
Garam dari asam empedu Natrium glikokolat, dll
18
Saponin Tabel 3. Pengelompokan komponen emulgator krim kelompok anionik.
Kelompok Emulgator Kationik
Emulgator jenis ini terdisosiasi dalam larutan air, cara kerjanya sebagai emulgator berkebalikan dengan kelompok sabun, yang berperan adalah kation. Kelebihan emulgator kationik yaitu tidak ada pengendapan dengan ion kalsium, dan ion magnesium, dalam air sadah tetap mempunyai aktivitas penuh. Kelemahannya sabun invert selain dapat mengiritasi kulit dan mata, memiliki cukup banyak inkompatibilitas yaitu tidak dapat digunakan dengan sabun lainnya, karena perbedaan muatan yang ada dapat menyebabkan terjadinya penghambatan aktivitas kerjanya. Salah satu contoh emulgator kationik adalah Alkonium bromida, Benzalkonium klorida, Setilpiridinium klorida dan Setrimid.
Kelompok Emulgator Amfoter
Emulgator amfoter adalah senyawa kimia yang mempunyai gugus kationik dan anionik di dalam molekulnya. Molekulnya akan terionisasi di dalam larutan air dan tergantung kondisi mediumnya, dapat memberikan karakter ionik atau anionik. Pada umumnya, dalam kondisi basa, surfaktan amfoterik berdisosiasi menjadi anion,
dan
dalam
kondisi
asam berdisosiasi menjadi kation
Contoh emulgator amfoter, yaitu protein dan lesitin. a. Protein Protein merupakan emulgator sistem M/A, keuntungannya dapat digunakan untuk sediaan obat dalam. Kerugiannya sebagai
produk
mikroorganisme.
alam Protein
mudah mudah
terkontaminasi bergumpal
pada
oleh titik
isoelektrik membentuk gumpalan dan untaian anggur dari bola bola emulsi. Protein antara lain putih telur yang terdiri dari
19
asam amino sehingga ditunjang oleh gugus COOH dan gugus OH atau gugus NH2 atau NH. Gelatin, kasein, serbuk susu tanpa buih, kuning telur serta protein dari ekstrak gandum kering merupakan protein yang utama dalam sediaan farmasi. Protein yang sekarang ini juga berperan dalam sediaan farmasi adalah protein yang berasal dari kacang-kacangan seperti protein kacang kedelai. Protein dalam larutan alkali bertindak sebagai emulgator kationik dan dalam larutan asam sebagai emulgator kationik b. Lesitin Lesitin merupakan emulgator M/A atau A/M. Keuntungannya emulgator ini dapat digunakan untuk emulsi yang digunakan di bagian dalam dan untuk emulsi injeksi. Kerugiannya, stabilitas emulsi terbatas karena akan mengalami hidrolisis dalam lingkungan air. Lesitin diperoleh dari kuning telur atau material tumbuhan. Paling banyak dari kacang kedelai. Karakter amfoter dari senyawa tersebut memungkinkan pembentukan emulsi M/A
dan
juga
emulsi
A/M.
Komposisi
minyak
juga
berpengaruh melalui perubahan perbandingan fase air terhadap fase minyak sehingga pada akhir proses dapat menyebabkan terjadinya pembalikan fase.
Kelompok Emulgator Non-Ionik
Emulgator ini bereaksi netral, sedikit dipengaruhi oleh elektrolit. Aktivitasnya relatif tidak tergantung pada suhu. Pengemulsi jenis ini menunjukkan pH yang sangat baik dan elektrolit kompatibilitas dalam emulsi, karena tidak terionisasi dalam larutan. Meskipun dapat bersifat lipofilik dan hidrofilik, sistem pengemulsi ini mungkin memiliki gugus lipofilik dan anggota hidrofilik untuk menghasilkan keseimbangan hidrofilik-lipofilik (HLB). Berikut merupakan contoh emulgator non ionik : a. Span
20
Span merupakan emulgator yang merupakan ester parsial asam lemak dari sorbitan. Span membentuk cincin tertutup dengan struktur
tetrahidropiran
dan
tetrahidrofuran
dengan
membebaskan air. Kebanyakan dari span tidak larut sama sekali atau hanya dapat terdispersi dalam air. Span dapat terdispersi dalam alkohol, eter, dan beberapa dapat larut dalam paraffin. Berikut merupakan tabel jenis span dan harga HLB yang dimilikinya :
Nama Dagang
Identitas Kimia
Harga HLB
Span 20
Sorbitan monolaurat
8,6
Span 40
Sorbitan monopalmitat
6,7
Span 60
Sorbitan monostearat
4,7
Span 65
Sorbitan tristearat
2,1
Span 80
Sorbitan monooleat
4,3
Span 85
Sorbitan trioleat
1,8
Tabel 4. Jenis-jenis span dan nilai HLBnya.
b. Tween Karakter
lipofil
pada
span
bertanggung
jawab
untuk
pembentukan emulsi a/m. pengeteran gugus hidroksil bebas ester
sorbitan
dengan
polietilenglikol
memperoleh
penghidrofilan zat yang merupakan emulgator jenis m/a. Tween merupakan ester asam lemak dari polioksietilensorbitan. Berikut merupakan tabel jenis tween dengan HLB yang dimilikinya : Nama Dagang
Identitas Kimia
Harga HLB
Tween 20
Polioksietilen-(20)-
16,7
sorbitanmonolaurat Tween 21
Polioksietilen-(4)-
13,3
sorbitanmonolaurat Tween 40
Polioksietilen-(20)-
15,6
21
sorbitanmonopalmitat Tween 60
Polioksietilen-(20)-
14,9
sorbitanmonostearat Tween 61
Polioksietilen-(4)-
9,6
sorbitanmonostearat Tween 65
Polioksietilen-(20)-
10,5
sorbitanmotristearat Tween 80
Polioksietilen-(20)-
10,0
sorbitanmonooleat Tween 81
Polioksietilen-(4)-
10,0
sorbitanmonooleat Tween 85
Polioksietilen-(20)-
11,0
sorbitantrioleat Tabel 5. Jenis-jenis Tween dan nilai HLBnya.
Pada tabel di bawah ini disajikan surfaktan dan penggunaannya Surfaktan
Contoh khas
Penggunaan
Golongan anionik
- Asam karboksilat
Sabun Laktilat Kondensat polipeptida
- Ester-ester asam sulfat
- Alkil & alkil – aril sulfonat - Ester-ester asam fosfat
T; O T
Monogliserida yang
T; O
disulfatasi
T; O
Alkil sulfat
T
Dodekilbenzen sulfonat
- Amida alkil disubtitusi
T T; O
Trioleil fosfat - Hemester
T
Sarkosinat
T T; O
Taurat Sulfosuksinat
22
Golongan kationik
- Amin kuartener
Alkoksialkilamin Benzalkonium klorida
T T; O
Golongan non-ionik
- Polialkoksieter
Eter alkil/aril
T
polioksietilen
T; O; P
Polimer blok polioksietilen
T; O
polioksipropilen
T; O
Ester polioksietilen asam lemak Ester polioksietilen asam sorbitan Golongan amfoter
- Ammonium karboksilat N-alkil asam amino - Ammonium fosfat
Lesitin
T; O T; O; P
Keterangan: T = topikal, O = oral, P = parente ral Tabel 6. Penggolongan surfaktan untuk emulsi farmaseutik 2.3.4 Contoh Basis Krim 1. Basis Husa’s
Basis Husa’s mengandung : a. Vaselin Album
25%
b. Catyl alkohol
20%
c. Emulsifier
2%
Tween 60
1,6%
Span
0,4%
d. Nipagin e. Aqua
0,18% ad
100%
Cara Pembuatan : 1. Lelehkan Vaselin album, Cetyl alkohol, dan Span dalam fat melting
vessel. 2. Lakukan pelelehan pada suhu 60 0C.
23
3. Lakukan pemanasan air pada Becomix Vessel pada suhu 90 0C. 4. Campurkan Tween dengan air kemudian lanjutkan pemanasan. 5. Tambahkan Nipagin, masukkan zat aktif dan tambahkan air hingga volume 100ml. 2. Cum Aqueous Cream
Menurut Martindale halaman 1441, Basis Cum Aqueous Cream mengandung : I.
Emulsifying ointment
30%
a. Emulisifying wax
30%
Sodium Lauryl Sulfatee
10%
Setostearil alkohol
90%
b. Vaselin album
50%
c. Paraffin Liquid
20%
II.
Phenoxy etanol
III.
Aquadest
1% ad
69%
Cara Pembuatan :
1. Vaselin album, Paraffin Liquid, dan Setostearil alkohol lelehkan dalam fat Melting Vessel 2. Lakukan pelelehan pada suhu 600C. 3. Lakukan pemanasan air pada suhu 900C menggunakan Becomix Vessel. 4. Larutkan Sodium Lauryl Sulfat dan Phenoxy etanol dalam air panas tersebut. 5. Masukkan zat aktif dan tambahkan air sampai 100%.
3. Basis Cream Cum TEA Stearat
Cum TEA Stearat (Martindale halaman 45) mengandung : I.
Asam Stearat
24%
II.
TEA
1,2%
III.
Gliserol
13,5%
IV.
Aquades
ad
100%
24
Cara pembuatan :
1. Lelehkan asam stearat dalam fat melting vessel.. 2. Lakukan pelelehan pada suhu 60 0C. 3. Lakukan pemanasan air pada suhu 90 0C menggunakan Becomix Vessel. 4. Larutka TEA dalam air panas, kemudian tambahkan gliserol 5. Masukkan zat aktif dan tambahkan air samai 100%. 2.4 Contoh Formulasi Krim
2.4.1 Floucinonide Cream
Floucinonide cream biasa digunakan untuk mengobati inflamasi dan gatal yang disebabkan oleh beberapa kondisi kulit seperti reaksi alergi, psoriasis dan eczema. Krim ini biasa digunakan sebagai pendamping krim walet untuk mengatasi iritasi pada kulit, namun tidak hanya walet, krim pemutih dan perawatan wajah lain nya pun dapat menggunalan krim iritasi ini, untuk mengatasi gatal-gatal, pengelupasan dan merah-merah pada wajah akibat penggunaan krim wajah/adaptasi kulit.
Bahan yang diperlukan untuk pembuatan krim ini adalah: Bahan
Persentase (%)
Fungsi
Floucinonide
0,05
Zat aktif
Crotamiton
7
Zat aktif
Paraffin Liquid
10
Basis, pelembab (emolient, pelicin, pembantu emulsi
Aquadest
56,07
pelarut
Polyoxyethylene
1
Surfaktan
lauryl ether
25
Carboxyvinyl
20
polymer
emulsifying agent, stabilizing agent,
Trietanolamin
4,68
Alkalizing agent, emulsifying agent
Disodium edetate
1,2
Chelating agent
Tabel 7. Bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan krim Flucoinoide
1.
Floucinonide
Berwarna putih atau hampir putih berbentuk serbuk kristalin. Praktis tidak larut dalam air, sulit larut dalam etanol absolut. Memiliki titik leleh 220 oC
2.
Crotamiton
Tidak berwarna atau kuning pucat, berbentuk cairan berminyak. Sulit larut dalam air, larut dalam etanol 96%. Pada suhu rendah akan membentuk padatan sebagian atau seluruhnya. 3.
Polyoxyethylene lauryl ether
Cairan kental tidak berwarna atau kuning terang. Larut dalam air.
4.
Carboxyvinyl polymer
Berwarna putih, fluffy, bersifat asam, higroskopis.
5.
Trietanol amin
Tidak berwarna atau kuning pucat, Berbentuk cairan kental, Larut dalam air, metanol, aseton, CCl4, Sangat higroskopis, Titik leleh: 20-21 oC.
6.
Disodium edetate
Kristal berwarna putih, tidak berwarna, Praktis tidak larut dalam kloroform, eter, sulit larut dalam etanol 95%, larut dalam air (1:11)
Cara pembuatan
26
1. Fluocinonide dilarutkan dalam crotamiton dengan pemanasan kemudian masukan kedalam mixer. 2. Memasukan parafin liquid, polyoxyethylene lauryl ether ke dalam mixer 1 3. Melarutkan carboxyvinyl polimer dalam air dengan konsentrasi 4% 4. Melarutkan disodium edetate dalam aquadest dengan konsentrasi 1% 5. Memasukan 47% aquadest campuran 3 dan 4 dalam mixer 1 6. Memanaskan campuran sampai suhu 70-80oC 7. Melarutkan trietanolamin dalam aquadest dengan konsentrasi 2% 8. Menambahkan campuran 7 ke dalam mixer dan dicampur. Kemudian ditambahkan sisa aquadest 9. Campurkan campuran didalam mixer kemudian didinginkan sampai membentuk cream dengan viskositas 65.000 centipoise dan pH 4,47
2.4.2 Krim Calamine
Nama Bahan
Jumlah (%)
Fungsi
Calamin
5,00
Antiseptikum eksternal
Zink Oksida
5,00
Antiseptikum lokal
Minyak Almond
2,00
Fase minyak, emolient
Cetostearyl
11,25
Emulgator
Na-Lauryl Sulfat
1,25
Emulgator
Gliserin
10,00
Humektan
Metil Paraben
0,18
Pengawet
Propil Paraben
0,02
Pengawet
Alkohol
Aquadest
65,300
Fase air, pembawa
Tabel 8 . bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan krim kalamin
Cara kerja :
1. Pembuatan fase minyak : 6. Lelehkan
cetostearyl
alkohol
dan
minyak
almond
dengan
menggunakan fat melting vessel.
27
7. Lakukan pelelehan pada suhu 60 0C. 2. Pembuatan fase air : a. Lakukan pemanasan air pada Becomix Vessel pada suhu 90 0C. b. Campurkan gliserin dengan air kemudian lanjutkan pemanasan. c. Tambahkan metil paraben dan propil paraben. d. Masukkan Na-Lauryl Sulfat ke dalam vessel kemudian nyalakan mixer hingga tercampur secara homogen. 3. Masukkan fase minyak terlebih dahulu kemudian dimasukkan fase air dan dihomogenisasi dengan kecepatan 10 rpm. 4. Tambahkan sisa air dan homogenisasi kembali hingga terbentuk basis krim. 5. Lakukan penyiapan zat aktif, terlebih dahulu ukuran zat aktif harus dilakukan pengecilan ukuran partikel. a. Lakukan pengayakan Zink Oksida menggunakan ayakan ukuran 16 mesh. b. Lakukan pengecilan partikerl calamin dengan menggunakan milling.
6. Masukkan Zn Oksida dan calamin ke dalam basis krim. 7. Campuran ini dihomogenkan dengan kecepatan 10 rpm. Krim dimasukkan ke dalam kemasan primer berupa tube.
2.4.3 Krim Cetrimide
Krim Cetrimide adalah krim yang biasa digunakan sebagai pengobatan luka bakar, membersihkan kulit dan juga untuk membersihkan luka yang mengering pada kulit. Contoh sediaan yang mengandung cetrimide sebagai bahan aktifnya yaitu Bioacne
28
Gambar 10. Bioacne Cream, diakses dari http://www.apotikantar.com/bioacne_cream_10_g pada tanggal 9 Oktober 2013 pukul 10.48
Formula krim Cetrimide dalam 20 gram sediaan , yaitu : No. Nama Bahan
Jumlah
Fungsi
1
Cetrimide
150 mg
Zat aktif, antimikroba
2
Stearic Acid
4 gram
Fase minyak, basis
3
TEA
12,5 gram
Emulsifying agent
4
Freshly boiled and
13,35 gram
Pengawet, Pelarut fase air
cooled purified water Tabel 9. Bahan Krim Cetrimide
Pemerian bahan 1. Cetrimide Cetrimide merupakan bahan aktif yang digunakan dalam pembuatan krim. Cetrimide mempunyai rumus molekul C ₁₇H₃₈BrN. Pemeriannya berupa serbuk berwarna putih, berat molekulnya 336,40. Cetrimide larut dalam ethanol 95% dan air dengan perbandingan 1:2. Titik leleh antara 232-247 ⁰C. Cetrimide disimpan di wadah yang tertutup rapat dan kering.
Gambar 11. Rumus bangun Cetrimide
2. Stearic Acid (Asam stearat) Asam stearat mempunyai rumus C₁₈H₃₆O₂. Pada krim cetrimide ini, asam stearat memiliki fungsi sebagai basis fase minyak. Pemeriannya
29
berupa padatan yang berwarna putih sampai kuning. Berat molekul asam stearat adalah 284,47 dan mempunyai titik didih 383 0C . Asam stearat larut dalam ethanol dengan perbandingan 1: 15, praktis tidak larut dalam air
Gambar12. Rumus bangun asam stearat
3. TEA (Triethanolamine)
TEA mempunyai rumus struktur C ₆H₁₅O₃. Pemeriannya tidak berwarna hingga berwarna kuning pucat. Kelarutannya, larut dalam air dan metanol. TEA berubah warna menjadi cokelat ketika terkena cahaya, dan mempunyai titik didih 294 ⁰C.
Gambar 13. Rumus bangun Triethanolamine
4. Freshly boiled and cooled purified water Pemeriannya berupa benda cair yang mempunyai titik didih 100 ⁰C dan memiliki kelarutan yaitu larut dalam pelarut yg polar. Air dalam formulasi krim ini berfungsi sebagai pelarut dan pengawet Cara pembuatan krim 1. Bahan-bahan yang diperlukan ditimbang dengan tepat menggunakan timbanagn digital
30
2. Pembuatan fase minyak a. Asam stearat dipanaskan hingga suhunya tidak melebihi 60 ⁰C di dalam alat jacketted kettle seperti pada gambar b. Paraffin Liquid dimasukkan ke dalam jacketted kettle yang berisi Asam Stearat c. Asam stearat dan paraffin liquid dihomogenkan ke dalam homogenizer
Gambar 14. jacketted kettle
3. Pembuatan fase air ⁰
a. Air yang telah dimurnikan dipanaskan hingga suhu 60 C dalam steel drum seperti pada gambar
Gambar 15 stainless drum
31
b. Cetrimide dimasukkan ke dalam steel drum. c. Cetrimide dan air murni yang telah dipanaskan dihomogenkan ke dalam homogenizer d. Pencampuran fase minyak dengan fase air, yaitu dengan memasukkan fase minyak ke dalam fase air pada alat continuous mixer .
Gambar 16. continuous mixer
32
2.4.4 Krim Betametason Valerat
Nama Bahan
Jumlah (g/100g)
Betametason Valerat
0,1
Fungsi Zat aktif, antiinflamasi
Setil alcohol
8
Emollient
Paraffin liquid
6
Fase minyak
Vaselin Album
17,8
Basis, fase minyak
Tween 60
1,386
Emulgator
Span 60
0,614
Emulgator
Metil Paraben
0,1
Pengawet
Aquadest
66
Fase Air
Tabel 10. Bahan-bahan krim Betametason Valerat Cara Kerja: 1. Pembuatan fase minyak a. Lelehkan vaselin album, setil alcohol, 2/3 paraffin liquid, dan span 60 dengan menggunakan fat melting vessel. b. Lelehkan pada suhu 60°C 2. Pembuatan fase air a. Panaskan aquadest pada suhu 90°C. b. Larutkan tween 60, dan metal paraben hingga terbentuk larutan jernih. 3. Campurkan fase air dan fase minyak menggunakan mixer dengan kecepatan 8 rpm. Homogenkan selama 10 menit. 4. Dinginkan sampai suhu 50°C 5. Larutkan betametason dalam 1/3 paraffin liquid pada wadah yang berbeda. 6. Campurkan larutan betametason dengan basis krim yang telah dibuat, lalu homogenkan.
33
2.4.5 Krim Hidrokortison 1%
Hidrokortison adalah kortikosteroid topikal yang mempunyai efek antiinflamasi, anti-alergi dan antipruritus pada penyakit kulit. Hidrokortison diindikasikan untuk menekan reaksi radang pada kulit yang bukan disebabkan oleh infeksi seperti pada eksim dan alergi kulit seperti dermatitis atopi, dermatitis kontak, dermatitis alergik, pruritus anogenital dan neurodermatitis. Untuk membuat sediaan hidrokortison 1% digunakan bahan-bahan sebagai berikut : Bahan
Persentase
Fungsi
(%)
Hidrokortison,
yang
telah
di
kecilkan
1
Zat Aktif
Cetostearil alkohol
8
Basis
Paraffin putih
18
Basis
Parafin Liquid
5
basis
Chlorrocresol
0,1
Pengawet
Propil paraben
0.035
Pengawet
Metilparaben
0.1
Pengawet
Cetomagrogol-1000
2
Surfaktan
Propilen Glikol
6
Solvent,
partikelnya
humektan Natrium pospat monobasis
0.29
Pengatur pH
Aquadest
59.6
Pelarut
Sifat Fisikokimia Bahan 1. Hidrokortison Merupakan serbuk kristal berwarna putih yang sedikit larut dalam air. Memiliki titik leleh 214 O C dan bersifat adrenokortikosteroid sehingga digunakan sebagai zat aktif. 2. Propilenglikol 34
Merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dengan rasa yang manis yang memiliki khasiat humektan dan solven. Propilen glikol larut di dalam air dengan titik didih 188 O C dan titik leleh 59 O C 3. Klorokresol Merupakan serbuk tidak berwarna yang sedikit larut didalam air dan sangat larut dalam etanol. Berkhasiat sebagai antimikroba dan desinfektan yang biasanya digunakan pada konsentrasi 0.2%. Memiliki titik didih : 235 O
C dan titik leleh : 65 O C
4. Parafin Liquid Merupakan cairan yang tidak larut dalam air dan bercampur dengan hidrokarbon. 5. Cetomacrogol 1000 Merupakan surfaktan nonionik yang larut dalam air, metanol dan aseton. Memiliki titik leleh tidak kurang dari 38 O C. 6. Setostearil alkohol Merupakan emulsifying agent yang juga berguna sebagai pengingkat viskositas pada sediaan topikal. Berupa massa berwarna putih, berupa pellet dan granul yang pada pemanasan, meleleh menjadi cairan jernih berwarna kuning hambar. Memiliki titik didih 300-360 O C dan larut dalam etanol, eter, dan minyak serta tidak larut dalam air. 7. Parafin putih (vaselin album) Merupakan campuran petrolatum dengan lanolin alkohol yang bersifat emolient sehingga dapat dijadikan sebagai basis untuk sediaan topikal. Memiliki titik leleh : 45-63 O C dan larut 1 dalam 20 bagian kloroform, 1 dalam 100 bagian minyak. 8. Sodium pospat monobasic Merupakan reagen dengan sifat buffer yang tinggi dengan BM : 138. 9. Metil Paraben Merupakan serbuk halus dengan warna putih dan berfungsi sebagai pengawet. Memiliki titik leleh 125-1280C. 10. Propil Paraben
35
Merupakan serbuk ristal putih tidak berbau dengan BM 180,2. Berfungsi sebagai pengawet dan memiliki titik didih 133 O C dan titik leleh
95-98
O
C. Kelarutannya dalam air yaitu < 0.1 g/100 mL pada 12 O C.
Prosedur Kerja 1. Pembuatan fase air a. Memanaskan aquadest di Becomix Vessel pada suhu 90 o C.
Gambar 17. Becomix vessel
b. Tambahkan dan larutkan propil paraben dan metil paraben pada Becomix Vessell. c. Turunkan suhu hingga 65 oC dan kemudian pertahankan suhu pada rentang 65-70 oC. d. Memasukan chlorocresol, sisa massa cetomacrogol-1000, dan Natrium pospat monobasis kemudian nyalakan mixer. 2. Pembuatan fase minyak a. Memuat, parafin liquid, setengah massa cetomacrogol-1000, stearil alkohol, dan parafin putih ke fat-melting vessel. panaskan hingga suhu 70-75 oC sambil di stirring.
36
Gambar 18. fat-melting vessel
b. Turunkan suhu hingga 65 oC dan kemudian pertahankan suhu pada rentang 65-70 oC. 3. Pembuatan basis krim a. Memasukan fase minyak kedalam Becomix vessel yang berisi fase air melewati vaccum transfer . Sambil di homogenkan dengan kecepatan 10 rpm dan temperatur 60 O C. b. Menghomogenkan campuran pada kecepatan rendah dengan O
pencampuran 10-12 rpm, tekanan 0,4bar, temperatur 60 C selama 10 menit. c. Dinginkan campuran hingga suhu 45 O C. 4. Zat Aktif a. Pada
wadah
yang
berbeda,
masukkan
propilenglikol
dan
hidrokortison yang telah dikecilkan partikel nya pada suhu 45 O C kemudian homogenkan menggunakan Turrax homogenizer hingga terbentuk massa lembek seperti bubur.
37
Gambar 19. Turrax homogenizer
b. Masukkan campuran tersebut ke dalam basis pada 10 rpm suhu 45OC. c. Bilas wadahnya dengan sisa propilenglikol, masukkan hasil bilasan, mix selama 10 menit pada kecepatan yang sama. 5. Pencampuran Terakhir a. Homogenkan campuran dengan kecepatan pada 10 rpm dengan tekanan 0,4 bar. b. Turunkan suhu hingga 30 O C sambil tetap di mixing. c. Masukkan jumlah krim yang tepat ke dalam collapsible tubes.
38
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa krim adalah formulasi untuk memberikan persiapan yang pada dasarnya bercampur dengan sekresi kulit. Krim merupakan salah satu contoh dari emulsi. Dalam krim terdapat beberapa bahan yang mendukung sediaannya seperti basis, emulgator, zat aktif, pelarut, pengawet maupun zat tambahan lainnya. Basis terdiri dari berbagai macam sumber yang bisa diterapkan dalam proses pembuatan krim .
3.2
Saran Agar dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap basis-basis dan pendukung bahan krim lainnya agar seorang formulator dapat dengan tepat memformulasikan krim sesuai dengan kegunaannya.
39