1
MAKALAH SISTEM REPRODUKSI I ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DISMINORE
OLEH: KELOMPOK 3 1. Agita Anggun 2. Alika Fitrianti 3. Desy Evarani 4. Doddy Hermawan 5. Emerintiana Dhany E 6. Faisal Nursheha 7. Hanny Horizoni 8. Intan Ayu 9. Lusy Andy P 10. Monica Handayani 11. Mustika Larasati 12. Neli Rosidawilda 13. Nia Dewi Syinta 14. Prasdiana Heny P 15. Risca Putri M 16. Ryan Frandhika
(121.0005) (121.0009) (121.0023) (121.0027) (121.0031) (121.0035) (121.0043) (121.0049) (121.0057) (121.0065) (121.0067) (121.0069) (121.0071) (121.0000) (121.0087) (121.0095)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH SURABAYA T.A 2014/2015
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Penulisan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan kepada kami dalam menempuh perkulihan khususnya dalam mata kuliah sistem reproduksi I dengan pokok bahasan dan judul “Asuhan Keperawatan Klien dengan Disminore”. Makalah ini terdiri dari konsep dasar dari penyakit disminore dan bagaimana asuhan keperawatan klien dengan penyakit tersebut disertai dengan contoh kasus. Adapun dalam penulisan makalah ini masih ada kekurangan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dalam pembuatan makalah selanjutnya. Terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pembutaan makalah ini.
Surabaya, 6 April 2015
Penyusun
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ....................................................................................... i 1
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 1.3.1 1.3.2 1.4
Latar Belakang ...................................................................................1 Rumusan Masalah ..............................................................................2 Tujuan.................................................................................................2 Tujuan Umum ....................................................................................2 Tujuan Khusus ...................................................................................2 Manfaat ..............................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Konsep Dasar Menstruasi...................................................................3
2.1.1
Definisi ...............................................................................................3
2.1.2
Siklus Menstruasi ...............................................................................3
2.1.3
Perubahan pada Siklus Menstruasi ....................................................5
2.2
Konsep Dasar Disminore....................................................................5
2.2.1
Definisi ...............................................................................................5
2.2.2
Klasifikasi Disminore.........................................................................6
2.2.3
Etiologi Disminore .............................................................................7
2.2.4
Patofisiologi Disminore .....................................................................8
2.2.5
Web Of Caaution Disminore ............................................................10
2.2.6
Manifestasi Klinis Disminore .........................................................11
2.2.7
Pencegahan Disminore .....................................................................11
2.2.8
Penatalaksanaan Disminore ............................................................12
BAB 3 TINJAUAN KASUS.........................................................................15 3.1
Pengkajian ........................................................................................16
3.2
Diagnosa ..........................................................................................27
3.3
Intervensi ..........................................................................................27
3.4
Implementasi.....................................................................................29
3.5
Evaluasi ............................................................................................30
BAB 4 PENUTUP.........................................................................................32 4.1
Simpulan ..........................................................................................32
4.2
Saran ................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN JURNAL
2
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Setiap wanita dalam usia subur setiapbulannya akan mengalami menstruasi.
Menstruasi sebagai suatu hal yang melekat pada seorang wanita merupakan suatu hal yang sangat wajar, dan ini merupakan salah satu tanda bagi seorang wanita telah memasuki masa pubertas. Hampir seluruh perempuan di dunia merasakan nyeri haid dengan berbagai tingkatan, mulai dari sekedar pegal-pegal diseputaran panggul dan sisi dalam hingga rasa nyeri yang luar biasa sakitnya. Rasa nyeri haid atau yang disebut dalam istilah medisnya disebut disminore banyak dialami oleh banyak wanita. Angka kejadian disminore di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan disetiap negara mengalami disminore. Di Amerika angka presentasenya sekitar 60% dan 10 – 15% di Swedia. Angka kejadian disminore di Indonesia sendiri mencapai 60 – 70% (ANNA, 2005) dalam Puspitasari dan Novia (2008). Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan orang dengan sadar untuk meningkatkan kemampuan fungsional sesuai tujuan melakukan olahraga. Olahraga memilikibanyak fungsi dantujuan bagi tubuh, oleh karena itu, oleharaga harus memilikit akaran yang pas, sebabtelah dipahamai bahwa tidak semuaolahraga akan memberikan efek yang positif bagi kaum wanita. Padawanita yang aktif secara fisik dilaporkan kurang terjadinyadisminore. Wanita yang berolahraga sekurang-kurangnya satu kali seminggu dapat menurunkan intensitas rasa nyeri dan ketidaknyamanan pada bagian bawah abdominal. Fenomena ini kemungkinan diinduksi oleh endorfin yangdilepaskan disirkulasi selama olahraga (Irwin, 2007). Dapat disimpulkan bahwa olahraga dapat mengurangi gejala disminore. Namun, hanya beberapa studi yang telah meneliti efek latihan fisik terhadap disminore (Carrlberg, 2001). Dari penjelasan di atas maka penulis tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang disminore dan konsep dasar menstruasi serta asuhan keperawatan efektif yang dapat diberikan guna menunjang tindakan penanganan yang profesional.
1
2
1.2 1.2.1 1.2.2 1.2.3
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Rumusan Masalah Bagaimana konsep dasar menstruasi? Bagaimana konsep dasar disminore? Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan disminore?
1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum 1. Menjelaskan konsep dasar menstruasi. 2. Menjelaskan konsep dasar disminore. 3. Menjelaskan asuhan keperawatan klien dengan disminore. 1.3.2 Tujuan Khusus Menjelaskan definisi menstruasi. Menjelaskan siklus menstruasi. Menjelaskan perubahan pada siklus menstruasi. Menjelaskan definisi disminore. Menjelaskan klasifikasi disminore. Menjelaskan etiologi disminore. Menjelaskan patofisiologi disminore. Menjelaskan web of caution disminore. Menjelaskan manifestasi klinis disminore. Menjelaskan pencegahan disminore. Menjelaskan penatalaksanaan disminore. 1.4 1.4.1 1.4.2 1.4.3
Manfaat Mengetahui dan memahami konsep dasar menstruasi. Mengetahui dan memahami konsep dasar disminore. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan klien dengan disminore.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Menstruasi 2.1.1 Definisi Menstruasi adalah tanda bahwa siklus masa subur telah dimulai. Pada masa ini tingkat kesuburan seorang wanita mencapai puncaknya dan secara seksualitas sudah siap untuk dibuahi dan memiliki keturunan. Menstruasi terjadi saat lapisan dalam dinding rahim luruh dan keluar dalam bentuk darah menstruasi. Dalam keadaan normal, masa reproduksi dimulai ketika sudah terjadi pengeluaran sel telur yang matang (ovulasi) pada siklus menstruasi (Misaroh, 2009). Menstruasi adalah perubahan secara fisiologis pada wanita secara berkala dan dipengaruhi oleh hormone reproduksi. Periode ini penting dalam hal reproduksi, biasanya terjadi setiap bulan antara remaja sampai menopose (Nugroho, 2010). Menstruasi adalah pengeluaran darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim perempuan secara periodik (Wulandari, 2011). Menstruasi adalah siklus fisiologis dimana seseorang telah memasuki masa subur dan siap untuk dibuahi serta memiliki keturunan, dimana terjadi peluruhan di lapisan dinding rahim dan keluar disertai darah yang terjadi setiap bulan. 2.1.2
Siklus Menstruasi Siklus menstruasi berkaitan dengan pembentukan sel telur dan
pembentukan endometrium. Lamanya siklus menstruasiyang normal adalah 28 hari, tetapi banyak wanita yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur. Siklus ini dikendalikan oleh hormone-hormone reproduksi yang dihasilkan oleh hipotalamus, hipofisis dan ovarium.Fase dalam siklus menstruasi, yaitu : 1. Fase Folikel Pada akhir siklus menstruasi, hipotalamus mengeluarkan hormone gonadotropin. Hormone ini akan merangsang hipofisis untuk melepaskan FSH (Follicle Stimulating Hormone) atau hormone pemicu pertumbuhan folikel. Pada awal siklus berikutnya pada hari 1-14, folikel akan melanjutkan perkembangannya karena pengaruh FSH dalam ovarium. 3
Setelah itu terbentuklah folikel yang sudah masak (folikel degraaf) dan menghasilkan hormone esterogen yang berfungsi menumbuhkan endometrium dinding rahim dan memicu sekresi lendir. 2. Fase Estrus Kenaikan estrogen digunakan untuk mempertahankan pertumbuhan dan merangsang terjadinya pembelahan sel endometrium uterus.Selain itu berperan dalam menghambat pembentukan FSH oleh hipofisis untuk menghasilkan LH (Luteinizing Hormone) yang berperan untuk merangsang folikel degraaf yang telah masak untuk melakukan ovulasi dari ovarium.Ovulasi umumnya berlangsung pada hari ke 14 dari siklus menstruasi. Biasanya pada setiap ovulasi dihasilkan satu oosit sekunder . 3. Fase Luteal LH merangsang folikel yang telah kosong guna membentuk corpus atau uteum (badan kuning). Selanjutnya corpus ini menghasilkan progestron yang mengakibatkan endometrium berkembang tebal dan lembut serta banyak pembuluh darah. Selama 10 hari setelah ovulasi, progesterone berfungsi mempersiapkan uterus untuk kemungkinan hamil.Uterus pada tahap ini siap menerima dan memberi sel telur yang telah dibuahi (zigot). Jika tidak terjadi fertilisasi corpus luteum berubah menjadi corpus albicans dan berhenti menghasilkan progesterone. 4. Fase Menstruasi Apabila fertilisasi tidak terjadi, produksi progesterone mulai menurun pada hari ke 26.Corpus luteum berdegenerasi dan lapisan uterus bersama dinding dalam rahim luruh (mengelupas) pada hari ke 28 sehingga terjadi pendarahan.Biasanya menstruasi berlangsung selama 7 hari.Setelah itu dinding uterus pulih kembali. Selanjutnya karena tidak ada lagi progesterone yang dibentuk maka FSH dibentuk lagi kemudian terjadi proses oogenesisdan menstruasi mulai kembali. Siklus menstruasiakan berhenti jika terjadi kehamilan. Namun, ada yang menyebutkan bahwa pada setiap siklus dikenal dengan masa utama, yaitu:
4
5
a. Masa haid selama 2-8 hari Pada waktu itu endometrium di lepas, sedangkan pengeluaran hormone ovarium paling rendah (minimium). b. Masa proliferasi sampai hari ke 14 Endometrium tumbuh kembali, disebut juga endometrium melakukan proliferasi.Antara hari ke 12 sampai ke 14 dapat terjadi pelepasan ovum dari ovarium yang di sebut ovulasi. c. Masa sekresi Terjadi perubahan dari corpus rubrum menjadi corpus luteum yang mengeluarkan progesterone.Dibawah pengaruh progesterone ini, kelenjer endometrium yang tumbuh berkelok kelok mulai bersekresi dan mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak.Pada akhir masa ini stroma endometrium berubah ke arah sel sel desidua, terutama yang berada di seputar pembuluh pembuluh arteria.Keadaan ini memudahkan ada nidasi (menempelnya ovum pada dinding rahim setelah di dibuahi). 2.1.3
Perubahan Pada Siklus Menstruasi Apabila sumbu hipotalamus-hipovisisiovarium berfungsi dengan baik,
jaringan lain mengalami respon yang dapat digunakan sebagai prediksi, misalnya: 1. Sebelum ovulasi: suhu basal wanita lebih rendah, seringkali < 37oC. 2. Setelah ovulasi seiring peningkatan kadar prodesteron, suhu basal meningkat. 3. Lendir pra-pasca ovulasi lengket sehingga menghambat penetrasi sperma. 4. Padasaat ovulasi lendir menjadi jernih dan cair, lendir terlihat, teraba, dan meregang seperti putih telur (spinnbarkheit). 5. Saat ovulasi beberapa wanita mengalami nyeri abdomen terlokalisasi yang disebut mittelschmerz (Indriyani, 2013). 2.2 Konsep Dasar Dismenore 2.2.1 Definisi Ada beberapa pendapat tentang pengertian Dismenorea, antara lain: 1. Dismenorea merupakan kekakuan atau kejang di bagian bawah perut dan terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi (Dianawati, 2003). 2. Dismenorea adalah nyeri atau kram pada perut yang dirasakan sebelum dan selama menstruasi (Ramaiah, 2006). 3. Dismenorea atau nyeri menstruasi merupakan suatu rasa tidak enak di perut bawah sebelum dan selama menstruasi dan sering kali disertai rasa mual (Prawirohardjo, 2007).
6
4. Dismenorea merupakan rasa nyeri yang hebat yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari (Wijayanti, 2009). 5. Dismenorea adalah nyeri menstruasi yang memaksa wanita untuk istirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya aktifitas seharihari. Istilah Dismenorea (dysmenorrhoea) berasal dari bahasa “Greek” yaitu dys (gangguan atau nyeri hebat/ abnormalitas), meno (bulan) dan rrhoea yang artinya flow (aliran). Jadi Dismenorea adalah gangguan aliran darah menstruasi atau nyeri menstruasi (Misaroh, 2009). 6. Dismenorea menurut Manuaba (2008) adalah rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga dapat menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari. Derajat rasa nyerinya bervariasi, diantaranya : a. Ringan : Berlangsung beberapa saat dan masih dapat meneruskan aktivitas sehari-hari. b. Sedang : Sakit yang dirasakan memerlukan obat untuk menurunkan derajat sakitnya, tetapi masih bisa dilakukan untuk meneruskan aktivitas sehari-hari. c. Berat : Rasa nyeri yang dirasakan demikian berat, sehingga memerlukan istirahat dan pengobatan untuk menghilangkan rasa nyerinya. 2.2.2 Klasifikasi 1. Dismenore Primer Dismenore primer adalah menstruasi yang sangat nyeri, tanpa patologi pelvis yang dapat diidentifikasi, dapat terjadi pada waktu menarche atau segera setelahnya. Dismenore ditandai oleh nyeri kram yang dimulai sebelum atau segera setelah awitan aliran menstruasi dan berlanjut selama 48 jam hingga 72 jam. Pemeriksaan pelvis menunjukkan temuan yang normal. Disminore diduga sebagai akibat dari pembentukan prostaglandin yang berlebihan, yang menyebabkan uterus untuk berkontraksi secara berlebihan dan juga menyebabkan vasospasme arteriolar. Dengan bertambahnya usia wanita, nyeri cenderung untuk menurun dan akhirnya hilang sama sekali setelah melahirkan anak (Smeltzer, 2002). Bisa juga nyeri pada pantat, rasa nyeri pada paha bagian dalam, mual, muntah, diare, pusing atau bahkan pingsan. Penderita dismenore mengalami keluhan yang paling hebat muncul pada hari pertama haid. Keluhan akan mulai berkurang pada hari-hari berikutnya. Umumnya
7
berlangsung tidak lebih dari 12-16 jam. Namun ada juga wanita yang mengalami mulai dari awal hingga hari terakhir haid, yaitu sekitar 5-6 hari (Ramaiah, 2006). 2. Dismenore Sekunder Dismenore sekunder berhubungan dengan kelainan yang jelas, kelainan anatomis ini kemungkinan adalah haid disertai infeksi, endometriosis, mioma uteri, polip endometrial, stenosis serviks, IUD juga dapat merupakan penyebab dismenore (Bobak, 2004). Pasien dismenore sekunder sering mengalami nyeri yang terjadi beberapa hari sebelum haid disertai ovulasi dan kadangkala pada saat melakukan hubungan seksual (Smeltzer, 2002). 2.2.3 Etiologi 1. Dismenore Primer Banyak teori yang telah ditemukan untuk menerangkan penyebab terjadi dismenore primer, tetapi meskipun demikian patofisiologisnya belum jelas. Etiologi dismenore primer diantaranya: a. Faktor psikologis Biasanya terjadi pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil. Mempunyai ambang nyeri yang rendah, sehingga dengan sedikit rangsangan nyeri, maka ia akan sangat merasa kesakitan. b. Faktor endokrin Pada umumnya nyeri haid ini dihubungkan dengan kontraksi uterus yang tidak bagus. Hal ini sangat erat kaitannya dengan pengaruh hormonal. Peningkatan produksi prostaglandin akan menyebabkan terjadinya kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi sehingga menimbulkan nyeri. c. Alergi Teori ini dikemukakan setelah memerhatikan hubungan antara asosiasi antara dismenore dengan urtikaria, migren, asma bronkial, namun belum dapat dibuktikan mekanismenya (Mitayani, 2012). 2. Dismenore sekunder a. Faktor konstitusi seperti anemia b. Obstruksi kanalis servikalis c. Anomali uterus kongenital d. Leinomioma submukosa e. Endometriosis dan adenomiosis (Mitayani, 2012). 2.2.4 Patofisiologi 1. Dismenorea Primer
8
Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas (Sloughing endometrial cells) melepaskan prostaglandin, yang menyebabkan iskemia uterus melalui kontraksi miometrium dan vasokonstriksi. Peningkatan kadar prostaglandin telah terbukti ditemukan pada cairan haid (menstrual fluid) pada wanita dengan dismenorea berat (severe dysmenorrhea). Kadar ini memang meningkat terutama selama dua hari pertama menstruasi. Vasopressin juga memiliki peran yang sama. Riset terbaru menunjukkan bahwa patogenesis dismenorea primer adalah karena prostaglandin F2alpha (PGF2alpha), suatu stimulan miometrium yang kuat dan vasoconstrictor (penyempit pembuluh darah) yang ada di endometrium sekretori. Hormon pituitary posterior,vasopressin terlibat pada hipersensitivitas miometrium, mengurangi aliran darah uterus dan nyeri pada penderita dismenorea primer (Elizabeth, 2009). 2. Dismenorea Sekunder Dismenorea sekunder dapat terjadi kapan saja setelah menstruasi pertama, tetapi yang paling sering muncul di usia 20-30 tahun. Peningkatan prostaglandin dapat berperan pada dismenorea sekunder disertai penyakit pelvis yang menyertai diantaranya endometriosis (kejadian dimana jaringan endometrium berada di luar rahim, dapat ditandai dengan nyeri menstruasi), adenomyosis (bentuk endometriosis yang invasive), polip endometrium (tumor jinak di endometrium) dan masih banyak lagi.
9
2.2.5
Web Of Caution
Fungsi Fisiologis
Fungsi Endokrin
Persepsi nyeri meningkat
Fungsi Abstruksi Komalis Servik
Produk prostaglandin Penumpukan darah haid dan prostaglan
Peningkatan produk vasopresin Uterus gastrointestinal Merangsang pengeluaran neurotransmitter
Peningkatan kontraksi uterus Kontraksi uterus / endometrium Mual, muntah
Hipoksia dan iskemia jaringanMK: uterus Nutrisi Terjadi hipersensitifitas syaraf nyeri uterus
Nyeri dismenore
MK: Nyeri
Adaptasi tubuh yang tidak efektif
Kelabilan emosional 2.2.6 Manifestasi Klinis MK: Koping individu yang tidak efektif 1. Disminore Primer
10
Terjadi pada usia lebih muda,timbul setalah terjadinya silkus haid yang teratur, nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spesifik, nyeri timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama dan kedua haid, terjadi saat siklus ovulasi, biasanya muncul dalam setahun setelah menarche (mentruasipertama), nyeri menyebar kebagian belakang (punggung) atau anterior medial paha, nyeri sering terasa sebagai kejang uterus yang spatik dan cepat memberikan respon terhadap pengobatan medikamentosa. 2. Disminore Sekunder Terjadi pada usia lebih tua, cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur, nyeri sering terasa terus menerus dan tumpul, nteri dimulai dari haid dan meningkat bersama dengan keluarnya darah. 2.2.7
Pencegahan Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan menyembuhkan nyeri menstruasi, salah satu caranya dengan memperhatikan pola dan siklus menstruasinya kemudian melakukan antisipasi agar tidak mengalami nyeri menstruasi. Berikut ini adalah langkah-langkah
pencegahannya: 1. Hindari stress, tidak terlalu banyak fikiran terutama fikiran negatif yang menimbulkan kecemasan. 2. Memiliki pola makan yang teratur 3. Istirahat yang cukup 4. Usahakan tidak menkonsumsi obat-obatan anti nyeri, jika semua cara pencegahan tidak mengatasi menstruasi nyeri lebih baik segera kunjungi dokter untuk mengetahui penyebab nyeri berkepanjangan. Bisa saja ada kelainan rahim atau penyakit lainnya. 5. Hindari mengkonsumsi alkohol, rokok, kopi karena akan memicu bertambahnya kadar estrogen. 6. Gunakan heating pad (bantal pemanas), kompres punggung bawah serta minum-minuman yang hangat. 6.2.5 Penatalaksanaan 1. Konseling holistik Holistik adalah pelayanan yang diberikan kepada sesama atau manusia secara utuh baik secara fisik, mental, sosial, spiritual mendapat perhatian seimbang. Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenorea adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan, hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan dan
11
lingkungan penderita. Nasehat-nasehat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olah raga mungkin berguna. Kemudian diperlukan psikoterapi. 2. Pemberian obat analgesic Pada saat ini banyak beredar obat-obatan analgesic yang dapat diberikan sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres hangat pada perut bawah untuk mengurangi rasa nyeri. Obat analgetik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein.Obat-obat paten yang beredar di pasaran antara lain novalgin, ponstan, acetaminophen dan sebagainya. Penelitian menunjukan bahwa pemberian obat herbal dinilai lebih efektif dan aman untuk pengobatan dismenorea primer, dibandingkan dengan obat asam mefenamat atau placebo.Namun ini membutuhkan penelitian lebih lanjut. 3. Pola hidup sehat Penerapan pola hidup sehat dapat membantu dalam upaya menangani gangguan menstruasi, khususnya dismenorea.Yang termasuk dalam pola hidup sehat adalah olah raga cukup dan teratur, mempertahankan diit seimbang seperti peningkatan pemenuhan sumber nutrisi yang beragam. 4. Terapi hormonal Tujuan terapi hormonal adalah penekanan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benarbenar dismenorea primer, atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu menstruasi tanpa gangguan, tujuan ini dapat dicapaidengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi. 5. Terapi obat steroid Terapi dengan obat steroid antiprostaglandin memegang peranan makin penting terhadap dismenorea primer.Termasuk disini endometasin, ibuproven dan naproksen kurang lebih 70% penderita dapat disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikan sebelum menstruasi mulai, 1 sampai 3 hari. 6. Dilatasi kanalis servikalis Dilatasi kanalis servikalismemudahkan pengeluaran darah menstruasi dan prostaglandin didalamnya. Neurektomi prasakral (pemotongan urat saraf sensorik antara uterus dan susunan saraf pusat) ditambah dengan neurektomi ovarial (pemotongan saraf sensorik yang ada di ligamentum
12
infumdibulum) merupakan tindakan terakhir apabila usaha-usaha lain gagal. 7. Ketika nyeri menstruasi datang, lakukan pengompresan menggunakan air hangat di perut bagian bawah karena dapat membantu merilekskan otototot dan sistem saraf. 8. Meningkatkan taraf kesehatan untuk daya tahan tubuh, misalnya melakukan olah raga cukup dan teratur serta menyediakan waktu yang cukup untuk beristirahat. Olah raga yang cukup dan teratur dapat meningkatkan kadar hormon endorfin yang berperan sebagai natural pain killer. Penyediaan waktu dapat membuat tubuh tidak terlalu rentan terhadap nyeri. 9. Apabila nyeri menstruasi cukup mengganggu aktivitas maka dapat diberikan obat analgetik yang bebas dijual di masyarakat tanpa resep dokter, namun harus tetap memperhatikan efek samping terhadap lambung. 10. Apabila dismenorea sangat mengganggu aktivitas atau jika nyeri menstruasi muncul secara tiba-tiba saat usia dewasa dan sebelumnya tidak pernah merasakannya, maka periksakan kondisi untuk mendapatkan pertolongan segera, terlebih jika dismenorea yang dirasakan mengarah ke dismenorea sekunder. 11. Melakukan posisi knee chest, yaitu menelungkupkan badan di tempat yang datar. Lutut ditekuk dan di dekatkan ke dada. 12. Mandi dengan air hangat. 13. Istirahat cukup untuk mengurangi ketegangan. 14. Mengurangi konsumsi harian pada makanan dan minuman yang mengandung kafein yang dapat mempengaruhi kadar gula dalam darah. 15. Menghindari makanan yang mengandung kadar garam tinggi. 16. Meningkatkan konsumsi sayur, buah, daging dan ikan sebagai sumber makanan yang mengandung vitamin B6. 17. Menjaga pola makan yang sehat dapat mengurangi nyeri menstruasi.Karena beberapa dari makanan yang kita konsumsi sehari-hari dapat mengurangi atau memperparah nyeri saat menstruasi terjadi. Perbanyaklah mengkonsumsi sayur dan buah-buahan, hindari makanan yang mengandung bahan pengawet.
BAB 3 TINJAUAN KASUS Nn. N berumur 19 tahun, belum kawin, datang ke dokter dengan keluhan kolik abdomen pada hari pertama, kedua dan ketiga menstruasi, mudah merasa lelah, tekanan darah 90/60 mmHg, merasa gelisah, pada saat melakukan aktivitas nyeri abdomen bertambah, terlihat pucat dan lemas. Klien mengeluh lemas dan tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari. Riwayat menstruasi menarche pada usia 12 tahun, siklus menstruasi 28 hari, banyaknya normal, lama menstruasi 7 hari. HPHT dua hari yang lalu. Keluhan disminore.
13
3.1
Pengkajian PENGKAJIAN KEPERAWATAN ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH STIKES HANG TUAH SURABAYA
Nama mahasiswa : Kelompok 3
Tgl/jam MRS : -
Tgl/jam pengkajian : 06/04/15-
No. RM : -
Diagnosa medis
Ruangan/kelas : -
: Disminore
No.kamar : -
I.
IDENTITAS
14
15
1. Nama
: Nn. N
2. Umur
: 19 tahun
3. Jenis kelamin 4. Status
: Perempuan : Belum Menikah
5. Agama
: Islam
6. Suku/bangsa
: Jawa/Indonesia
7. Bahasa
: Jawa, Indonesia
8. Pendidikan
: SMA
9.
: Pelajar
Pekerjaan
10. Alamat dan no. Telp
: Surabaya, 0852-xxxx-xxxx
11. Penanggung jawab
: Ny.A
II.
RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN 1. Keluhan utama : Nyeri abdomen 2. Riwayat penyakit sekarang : Nn. N berumur 19 tahun, belum kawin, datang ke dokter dengan keluhan kolik abdomen pada hari pertama, kedua dan ketiga menstruasi, mudah merasa lelah, tekanan darah 90/60 mmHg, merasa gelisah, pada saat melakukan aktivitas nyeri abdomen bertambah, terlihat pucat dan lemas. Klien mengeluh lemas dan tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari. Riwayat menstruasi menarche pada usia 12 tahun, siklus menstruasi 28 hari, banyaknya normal, lama menstruasi 7 hari. HPHT dua hari yang lalu. Keluhan disminore. 3. Riwayat penyakit dahulu : Klien tidak pernah mengalami nyeri perut saat menstruasi sebelumnya. 4. Riwayat kesehatan keluarga : Anggota keluarga klien tidak pernah mengalami nyeri perut saat menstruasi seperti klien. 5. Susunan keluarga (genogram) :
16
19 tahun Keterangan : : meninggal
: meninggal
: laki – laki
: perempuan
: tinggal serumah
: klien
6. Riwayat alergi : Klien tidak mempunyai alergi obat atau makanan.
III. POLA FUNGSI KESEHATAN 1.
Persepsi Terhadap Kesehatan (Keyakinan Terhadap Kesehatan & Sakitnya) Klien yakin akan segera sembuh dan dapat beraktvitas sehari-hari.
2.
Pola Aktivitas Dan Latihan a.
Kemampuan perawatan diri Aktivitas
Mandi Berpakaian/berdandan Eliminasi/toileting Mobilitas di tempat tidur Berpindah Berjalan Naik tangga Berbelanja Memasak Pemeliharaan rumah
0 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
1
SMRS 2 3
4
0
1
MRS 2 3
4
17
Skor : 0 = mandiri
2 = dibantu orang lain
1 = alat bantu
3 = dibantu orang lain & alat 4 = tergantung/tidak mampu
Alat bantu :
(√) tidak
( ) kruk
( ) tongkat
( ) pispot disamping tempat tidur b.
( ) kursi roda
Kebersihan diri Di rumah Mandi
: 2 /hr
Gosok gigi
: 2 /hr
Keramas
: 2 /mgg
Potong kuku
: 1 /mgg
c.
Aktivitas sehari-hari Klien membersihkan kamar, belajar dan pergi ke sekolah.
d.
Rekreasi Klien menonton tv setiap hari dan pergi bersama teman-teman.
e.
Olahraga : (√) tidak
( ) ya
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan. 3.
Pola Istirahat Dan Tidur Waktu tidur di rumah Siang
: 13.00-15.00
Malam
: 22.00.-04.00
Jumlah jam tidur
: 8jam
Masalah di RS : (√) tidak ada ( ) insomnia
( ) terbangun dini
( ) mimpi buruk
( ) Lainnya, ...............................
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan 4.
Pola Nutrisi – Metabolik a.
Pola makan di rumah
b.
Frekuensi :
c.
Jenis
3x/hari : Padat
18
d.
Porsi
:1
i.
Jenis
porsi e.
: Air mineral Pantangan : Tidak
j.
tahu f. g.
Jumlah
: 2000cc Makanan disukai
k.
Pantangan
: Bakso
: Tidak tahu
Pola minum di
l.
Minuman disukai
rumah
: Es teh
h.
Frekuensi
: 8x/hari m.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan. n.
5.
Pola Eliminasi a.
Buang air besar di rumah b.
Frekuensi
: 1x/hari
c.
Konsistensi
: Padat
d.
Warna
: Coklat kekuningan
e.
Masalah
: (√ ) tidak f.
g.
Kolostomi
( ) konstipasi ( ) diare
( ) inkontinen : (√ ) tidak
(
) ya
h. i.
Buang air kecil di rumah j.
Frekuensi
: 4x/hari
k.
Konsistensi
: Cair
l.
Warna
: Kuning bening
m.
Masalah di RS
: ( ) disuria
n. o. p.
( ) retensi Kateter
( ) hematuria
( ) inkontinen ( ) ya
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.
q. 6.
: (√ ) tidak
( ) nokturia
Pola Kognitif Perseptual
19
a.
Berbicara
: (√ ) normal
( ) gagap ( ) bicara
b.
Bahasa sehari-hari
: (√) Indonesia (√) Jawa ( ) lainnya
c.
Kemampuan membaca
: (√) bisa
( ) tidak
d.
Tingkat ansietas
: (√) ringan
( ) sedang
( ) berat
( ) panik
tak jelas
e. f.
Kemampuan interaksi
g.
Vertigo
h.
Nyeri
i.
Bila ya,
: (√) sesuai : (√) tidak
( ) ya
: ( ) tidak P
:
( ) tidak, (√) ya
Ketika beraktivitas
j. Q: Melilit k. R:
Bagian perut
l. S : Skala 4 m. T : n.
Hilang timbul
Masalah Keperawatan : Nyeri akut, ansietas.
o. 7.
Pola Konsep Diri a.
Klien yakin bahwa penyakitnya akan segera sembuh.
b. 8.
Pola Koping a.
Masalah utama selama MRS (penyakit, biaya, perawatan diri)
b.
Tidak ada.
c. d.
Kehilangan perubahan yang terjadi sebelumnya
e.
Tidak ada
f.
Kemampuan adaptasi
g.
Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialaminya.
h.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan. i.
9.
Pola Seksual – Reproduksi a.
Menstruasi awal : pada usia 12 tahun.
b.
Mentruasi terakhir:
6 April 2015
20
c.
Masalah menstruasi
:
Disminore
d.
Pap smear terakhir:
-
e.
Pemeriksaan payudara/testis sendiri tiap bulan : ( ) ya
(√)
tidak f.
Masalah seksual yang berhubungan dengan penyakit
:
Tidak ada g.
Masalah keperawatan : Nyeri akut
h. 10.
Pola Peran – Hubungan a.
Pekerjaan
: Pelajar
b.
Kualitas bekerja : Baik
c.
Hubungan dengan orang lain
d.
Sistem pendukung:
:
Baik
( ) pasangan
( )
keluarga/tetangga/teman e.
( ) tidak ada
f.
( ) lainnya,
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.
g. 11.
Pola Nilai – Kepercayaan a.
Agama
: Islam
b.
Pelaksanaan ibadah
: rutin
c.
Pantangan agama
: (√) tidak
d.
Meminta kunjungan rohaniawan :
( ) ya, (√) tidak
( ) ya
e. f. g. h. IV. PENGKAJIAN PERSISTEM (Review of System) 1. Tanda-Tanda Vital a. Suhu : 37 °C
lokasi : axilla
b. Nadi : 70 /menit
irama : Reguler
i. c. Tekanan darah : 90/60 mmHg
pulsasi : kuat lokasi : brachialis
21
d. Frekuensi nafas : 20 /menit e. Tinggi badan
: 155 cm
f. Berat badan
: 50 kg
irama : Reguler
j. 2. Sistem Pernafasan (Breath) k.
Irama pola napas : (√) Reguler
l.
Jenis
: (√) Normal
m. n.
( ) Kusmaul
( ) Cepat dangkal
Suara napas
o.
( ) Irreguler
: (√) Vesikuler ( ) Bronkovesikuler ( ) Wheezing ( ) Stidor
p.
Sesak napas
q.
Jika ada
r.
( ) Ronkhi
: (√) Tidak ada
( ) Ada
( ) ada ketika aktivitas
( ) ada ketika istirahat
( ) orthopnea
s.
Alat bantu napas
: (√) Tidak ada ( ) Ada
t.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan u.
3. Sistem Kardiovaskuler (Blood) v.
Irama jantung
: (√) Reguler
( ) Irreguler
w.
Nyeri dada: (√) Tidak ada
x.
Bunyi jantung
: (√) S1, S2 tunggal
( ) Murmur
y.
CRT
: (√) <2detik
( ) >2detik
z.
Akral
: (√) HKM
( ) Dingin
( ) Ada ( )
Gallop
Lembab aa. ab.
( ) Basah
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan ac. ad.
4. Sistem Persarafan (Brain) ae.
GCS (6) Motorik
: (4) Eye
(5) Verbal
( )
22
af.
Refleks Fisiologis
: (√) Patella
(√) Kremaster
(√) Trisep (√) Bisep
ag.
ah.
Refleks Patologis
(√) Cahaya : +/+
: ( ) Babinsky ( ) Brudzunky
( ) Kernig ai.
Istirahat tidur
: 8 jam/hari
aj.
Gangguan tidur
ak.
Pupil
: (√) Isokor
( ) Anisokor
al.
Sklera konjungtiva
: (-) Anemis
(-) Ikterus
am.
Gangguan penglihatan : ( ) Ya (√) Tidak
an.
Gangguan pendengaran : ( ) Ya (√) Tidak
ao.
Gangguan penciuman : ( ) Ya
ap.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
: (√ ) Tidak ada ( ) Insomnia ( ) Lain-lain
(√) Tidak
aq. 5. Sistem Perkemihan (Bladder) ar.
Kebersihan
: (√) Bersih
( ) Kotor
as.
Jumlah urine
: 1500 cc/hari
at.
Alat bantu : ( ) Kateter ( ) Pispot
au.
Kandung kemih : ( ) Membesar ( ) Nyeri tekan
(√) Tidak ada (√)
Normal av.
Gangguan miksi : ( ) Anuria
( ) Disuria
( ) Hematuria aw.
( ) Inkontinensia ( ) Retensi
Nokturia ax.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
ay. 6. Sistem Pencernaan (Bowel) az.
Nafsu makan
: (√) Baik
ba.
Frekuensi : 3 kali/hari
bb.
Porsi
: (√) Habis
bc.
Minum
: 2000 cc/hari
bd.
Mulut dan Tenggorokan
( ) Menurun ( ) Tidak
( )
23
be.
Mulut
bf.
Mukosa
: (√) Bersih
( ) Kotor
: (√) Lembab ( ) Kering
( ) Stomatitis
bg. bh.
Abdomen
bi.
Perut
: ( ) Tegang ( ) Kembung ( ) Acites ( )
Nyeri tekan bj.
Peristaltik : 15 kali/menit
bk.
Pembesaran Hepar : ( ) Ya
bl.
Pembesaran Lien : ( ) Ya(√) Tidak
bm.
BAB
(√) Tidak
: 1 kali/hari
(√) Teratur
( )
Tidak bn.
Konsistensi : Padat bo.
Warna: Kuning kecoklatan
bp.
Bau : Khas
bq.
Hematesesis : ( ) Ada
br.
Melena : ( ) Ada
bs.
(√) Tidak
(√) Tidak
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah kepeawatan
bt. 7. Sistem Muskuloskeletal (Bone) bu.
Kemampuan pergerakan sendi : (√) Bebas
bv.
Kekuatan otot :
bw.
55555
55555
bx.
55555
55555
( ) Terbatas
by. 8. Sistem Integumen bz.
Turgor
: (√) Baik
( ) Sedang
ca.
Edema
: ( ) Ada
(√) Tidak ada
cb.
Warna kulit
: ( ) Ikterus
( ) Sianotik
( ) Jelek ( )
Hiperpigmentasi cc.
( ) Pucat
cd.
(√ ) Normal
ce.
( ) Bersisik
( ) Kemerahan
Masalah Keperawatan : Gangguan integritas kulit
24
cf. 9. Sistem Penginderaan cg.
Mata : Normal
ch.
Hidung: Normal
ci.
Telinga: Normal
cj. 10. Endokrin ck.
Pembesaran tyroid
: ( ) Ya
(√) Tidak
cl.
Hiperglikemia
: ( ) Ya
(√) Tidak
cm.
Hipoglikemia
: ( ) Ya
(√) Tidak
cn.
Luka gangren
: ( ) Ada
(√) Tidak ada
co. 11. Sistem Reproduksi dan Genetalia cp.
Tidak ada masalah apapun cq.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG cr.
cs.
VI. TERAPI ct.
cu. cv. cw. cx. cy. cz. da.
Surabaya, 6 April 2015 db.
Mahasiswa dc. dd. de. df.
25 dg.
(...............................)
26
dh. ANALISA DATA di. Nama klien
:
dj. Umur
19 tahun
:
dk. Ruangan/kamar
:
dl. No. RM
-
:
Nn.N -
dn. Da ta dm.
(S
bab
ym
(Etiol
pto
ogi)
dq.
m) en. DS
dr.
:
ds. - Klien mengatakan dt. perutnya terasa sakit. du. eo. P: dv. Ketika dw. beraktivitas dx. ep. Q: dy. Melilit
dz.
ea. eq. eb. ec. ed. ee. ef.
R:
Bagian perut er. S: Skala 4 es.T:
eg. eh. ei.
do. Penye
Hilang timbul et. D
O: ej. - Wajah tampak gelisah ek. - Klien tampak pucat el.
fc. Hipers
dp. Mas alah (Pro blem ) fu. Nyer
ensitiv
i
itas
akut
syaraf
fv.
nyeri
fw.
uterus,
fx.
hipoks
fy.
ia dan
fz.
iskemi
ga.
k
gb.
jaring
gc.
an
gd.
uterus.
ge.
fd.
gf.
fe.
gg.
ff.
gh.
fg.
gi.
fh.
gj. Ansi
fi.
etas
fj.
gk.
fk.
gl.
fl.
gm.
27
em. - Klien tampak lemas. eu. ev. DS : - Klien juga mengatakan diamerasa gelisah ew. D O: - Wajah klien gelisah ex. ey. DS : - Klien mengatakan baru pertama kali mengalami sakit perut saat menstruasi. - Klien mengatakan tidak mengetahui cara penanganan nyeri. ez. D O: - Klien tampak panik - Klien tampak bingung fa. fb.
fm.
gn.
fn.
go.
fo. Kuran gnya
gp. gq. Defi
penget
siens
ahuan
i
,
peng
peruba
etah
han
uan
respon psikol ogis klien. fp. fq. fr. fs. ft. Kuran gnya sumbe r inform asi tentan g penya kit
gr. 3.2 3.2.1 3.2.2 3.2.3 gs.
Diagnosa Nyeri akut b.d hipersensitivitas syaraf nyeri uterus, hipoksia dan iskemik jaringan uterus. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan, perubahan respon psikologis klien. Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya sumber informasi tentang penyakit
28
3.3 3.3.1
Intervensi Dx.1: Nyeri akut b.d hipersensitivitas syaraf nyeri uterus, hipoksia dan iskemik jaringan uterus. gt. Tujuan : Dalam waktu 1x 24 jam nyeri berkurang/ hilang atau teradaptasi. gu. Kriteria Hasil : - Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. - Skala nyeri 0-1 (0-4). - Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan nyeri. - Pasien tidak gelisah. gv. Intervensi 1. Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST. gw. R/ Menjadi parameter dasar untuk mengetahui sejauh mana intervensi yang diperlukan dan sebagai evaluasi keberhasilan dari intervensi manajemen nyeri keperawatan. 2. Atur posisi fisiologi . gx. R/ Posisi fisiolofi akan meningkatkan asupan O₂ ke jaringan yang mengalami peradangan. Pengaturan posisi idealnya adalah pada arah yang berlawanan dengan letak dari pusat nyeri. Bagian tubuh yang mengalami dilakukan imobilisasi untuk menurunkan respons peradangan dan meningkatkankesembuhan. 3. Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri. gy. R/ Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimulus internal dengan mekanisme peningkatan produksi endofrin dan enkefalin yang dapat memblok reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks serebri sehingga menurunkan persepsi nyeri. 4. Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgesik. gz. R/ Analgesik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan
3.3.2
berkurang. ha. Dx. 2: Ansietas b.d kurangnya pengetahuan, perubahan respon psikologis klien. hb.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan selama 1×24 jam diharapka
klien secara subjektif mengungkapkan bahwa kecemasan menurun atau dapat diadaptasi. hc. Kriteria hasil : Wajah klien tampak rileks, tidak tegang, tidak gemetar dan klien dapat mengungkapkan perasaannya. hd. Intervensi: 1. Kaji pengetahuan klien mengenai situasi yang dialaminya.
29
he.
R/ Mendiskusikan alasan-alasan munculnya ansietas, sehingga
dapat menbantu klien mengidentifikasi perilaku kecemasan dan menyadarkan penyebabnya. 2. Dorong klien untuk mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam aktivitas yagn dirasa klien menyenangkan. hf. R/ Untuk membangun rasa control klien dalam menangani stressor. 3. Ajarkan klien teknik relaksasi distraksi nyeri,sekurang-kurangnya 4 jam ketika terjaga. Dan informasikan tentang penyakit,perawatan, dan pengobatan. hg. R/ Memperbaiki keseimbangan fisik dan psikologis serta menurunkan rasa takut dan kehilangan kontrol akan dirinya. 4. Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya bila diperlukan. hh. R/ Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik
3.3.3
dalam meningkatkan status kesehatan klien. hi. Dx. 3: Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya sumber informasi tentang penyakit hj.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan selama 1×24 jam diharapkan
klien secara subjektif mengungkapkan tentang penyakit yang sedang dialaminya. hk. Kriteria Hasil: Klien secara subjektif dapat menjelaskan tentang penyakit yang sedang dialaminya, pengetahuan klien bertambah. Klien tampak tenang. hl.
Intervensi:
1. Kaji pengetahuan klien tentang informasi penyakit yang sedang dialaminya. hm. R/ Menggali sejauh mana klien memahami dan mengerti penyakit yang dialaminya. 2. Informasikan kepada klien tentang disminore, etiologi dan faktor penyebab disminore. hn. R/ Peningkatan pengetahuan klien akan mempengaruhi tingkat ansietas klien dan dapat menurunkan rasa takut klien. 3. Ajarkan klien teknik relaksasi distraksi nyeri,sekurang-kurangnya 4 jam ketika terjaga. Dan informasikan tentang penyakit,perawatan, dan pengobatan.
30
ho.
R/ Memperbaiki keseimbangan fisik dan psikologis serta
menurunkan rasa takut dan kehilangan kontrol akan dirinya. 4. Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya bila diperlukan. hp. R/ Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik dalam meningkatkan status kesehatan klien. hq. 3.4 3.4.1 1. 2. 3. 4. 3.4.2 1. 2.
Implementasi Dx. 1 Mengkaji nyeri dengan pendekatan PQRST. Mengatur posisi psikologis. Mengajarkan teknik distraksi saat nyeri. Mengkolaborasikan dengan dokter untuk pemberian analgesik. Dx. 2 Mengkaji pengetahuan klien mengenai situasi yang dialaminya. Mendorong klien untuk mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam aktivitas
yagn dirasa klien menyenangkan. 3. Mengajarkan klien teknik relaksasi distraksi nyeri,sekurang-kurangnya 4 jam ketika terjaga. Dan informasikan tentang penyakit,perawatan, dan pengobatan. 4. Mengkolaborasi dengan tenaga medis lainnya bila diperlukan. 3.4.3 Dx.3 1. Mengkaji pengetahuan klien tentang informasi penyakit yang sedang 2.
dialaminya. Menginformasikan kepada klien tentang disminore, etiologi dan faktor
3.
penyebab disminore. Mengajarkan klien teknik relaksasi distraksi nyeri,sekurang-kurangnya 4 jam ketika terjaga. Dan informasikan tentang penyakit,perawatan, dan
4. 3.5 3.5.1 1. 2. 3. 4. 3.5.2 1. 2. 3. 4. 3.5.3
pengobatan. Mengkolaborasi dengan tenaga medis lainnya bila diperlukan. hr. Evaluasi Dx. 1 Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. Skala nyeri 0-1 (0-4) Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan nyeri. Pasien tidak gelisah Dx. 2 Wajah klien tampak rileks. Klien tidak tegang. Klien tidak gemetar. Klien dapat mengungkapkan perasaannya. Dx.3
31
1. Klien secara subjektif dapat menjelaskan tentang penyakit yang sedang dialaminya. 2. Pengetahuan klien bertambah. 3. Klien tampak tenang. hs. ht.
hu. hv. 4.1
BAB 4 PENUTUP
Simpulan hw. Pada pengkajian gangguan reproduksi dengan dismenorea
didapatkan data subjektif dan data objektif. Data subjektif di peroleh dari wawancara dengan pasien dimana pasien mengeluh bahwa nyeri pada perut bagian bawahnya sehingga mengganggu aktifitas pasien. Setelah diberikan asuhan keperawatan dan di berikan terapi obat peroral dan terapi non farmakologis klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawahnya berkurang dan pasien dapat beraktifitas seperti biasanya. Dalam teori dan praktek terdapat kesenjangan dalam melakukan pengkajian data subjektif dan objektif karena pada pengkajian data subjektif terdapat hambatan pada waktu yang terbatas. hx. Dalam analisa data di dapatkan diagnosa keperawatan pada Nn.N umur 19 tahun dengan gangguan reproduksi dismenorea.Masalah yang timbul adalah pasien cemas dengan rasa nyeri yang dirasakannya. hy. 4.2 Saran hz. Agar lebih meningkatkan dan mengembangkan lagi pengetahuan tentang menstruasi terutama dismenorea sehingga kedepannya dapat memberikan asuhan yang komprehensif dan meningkatkan pelayanan keperawatan yang profesional dan berkualitas. ia. Agar meningkatkan wawasan dalam bidang penelitian dan mampu mengaplikasikan ilmu dalam penanganan dan tindakan keperawatan serta teori yang telah didapat bisa lebih baik dari peneliti. ib. Agar masyarakat dapat mengetahui dan memahami tentang menstruasi, disminore, dan pencegahan ataupun penanganan yang dapat dilakukan ketika terjadi disminore.
32
ic.
DAFTAR PUSTAKA id.
Irnawati, R. 2010. “Hubungan pengetahuan dan sikap tentang
ie.
kesehatan Reproduksi dengan kejadian Dismenore remaja putri di SMK Muhamadiyah I kabupaten Sragen”. Diakses pada Senin, 6 April 2015 di http://pasca.uns.ac.id/?p=1390 if.
Purwaningsih, Wahyu & Fatmawati, Siti. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika.
ig.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC.
ih.
Indriyaani, Diyan. 2013. Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Graha Ilmu.
ii.
Mitayani, 2009.Asuhan Keperawatan Maternitas.Jakarta: Salemba Medika.
ij.
Rayburn, William F & Carey J. Christopher. 2001. Obstetri & Ginekologi. Jakarta: Widya Medika.
ik.
Kumalasari, Intan & Andhyantoro, Iwan, 2012. Kesehatan Reproduksi Untuk Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
il. im.