BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Menstruasi merupakan bagian
dari proses reguler yang
mempersiapkan wanita setiap bulannya untuk kehamilan (Keikos, 2007). Menstruasi menurut Prawiroharjo (1999) adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, di sertai dengan pelepasan (deskuamasi)endometrium. bulan
pada
usia
Walaupaun
reproduksi,
menstruasi
banyak
wanita
datang
yang
setiap
mengalami
ketidaknyamanan fisik atau merasa tersiksa saat menjelang atau selama haid berlangsung (Blogdokter, 2007). Kebanyakan wanita tidak merasakan gejala- gejala pada salah satu waktu haid, tetapi sebagian kecil merasa berat di panggul atau merasa nyeri (Sarwono, 2007). Ketidaknyamanan fisik saat menstruasi yaitu dismenore. Dismenore atau nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala yang paling sering menyebabkan wanita- wanita muda pergi ke dokter
untuk
konsultasi
dan
pengobatan
(Sarwono,
2007). Dismenoremerupakan keluhan yang paling sering di temukan oleh ahli ginekologi, pemeriksaannya harus di laksanakan secara sistematis. Riwayat medis dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh merupakan
cara
diagnostik
yang
berhubungan
dengan
asaldismenore. Diagnostik tidak boleh berhenti pada jenis kelainan adanya penyakit atau kelainan yang menjadi dasar penyebabnya harus di
cari,
di
diagnosis
(www.kompas.co.id).
kemudian
di
terapi
dengan
sesuai
Pada gadis- gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenore. Kebanyakan wanita mengalami tingkat kram bervariasi, pada beberapa wanita, hal itu muncul dalam bentuk rasa tidak nyaman dan letih, sedangkan beberapa yang lain menderita rasa sakit yang mampu menghentikan aktivitas seharihari. Namun waspadai jika nyeri haid terjadi terus menerus setiap bulannya dalam jangka waktu yang lama, karena kondisi itu merupakan salah satu gejala endometritis (penyakit kandungan yang disebabkan timbulnya jaringan otot non- kanker sejenis tumor fibroid di luar rahim). Dismenore dikelompokkan sebagai dismenore primer saat tidak ada sebab yang dapat dikenali dan dismenore sekunder saat ada kelainan jeladss yang menyebabkannya (Sastrowardoyo, 2007). Sekitar 50% dari wanita yang sedang haid mengalami dismenore dan 10% nya mempunyai gejala yang hebat sehingga memerlukannya istirahat di tempat tidur (Hacker, 2007). Menurut beberapa laporan internasional prevalensi dismenore sangat tinggi dan setidaknya 50% remaja putri mengalami dismenore sepanjang tahuntahun reproduktif. Suatu studi menyatakan akibat dismenore tersebut sekitar 10% hingga 18%, dismenore adalah penyebab utama absen sekolah dan terganggu aktivitas lain. Hal ini diperkuat oleh penelitian sulastri (2006) bahwa akibat keluhan dismenore pada remaja putri di purworejo berdampak pada gangguan aktivitas sehari- hari sehingga menyebabkan absen sekolah < 3 hari.
Hasil studi terbaru menunjukan bahwa hampir 10% remaja yang dismenore mengalami absence rate1-3 hari per bulan atau ketidakmampuan remaja dalam melakukan tugasnya sehari- hari akibat nyeri hebat (Poureslami, dkk dalam sulastri 2006). Hal ini diperkuat oleh jarret, dkk dalam sulastri (2006) tingkatan rasa sakit saat menstruasi adalah sakit ringan 47,7% dan sakit berat sebanyak 47%. Selanjutnya untuk menghilangkan rasa sakit, remaja tersebut menggunakan obat sendiri tanpa konsultasi dengan dokter, minum obat analgesik 32,5%, melakukan kompres dengan air panas 34% dan yang tersering melakukan istirahat sekitar 92%. Dismenore banyak di alami oleh para wanita. Di Amerika Serikat di perkirakan hampir 90 % wanita mengalami dismenore, dan 10-15 % di antaranya mengalami dismenore berat, yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun. Penelitian di Swedia menjumpai 30 % wanita menurun jumlah penghasilannya dikarenakan nyeri saat haid (Jurnal Occupation And Invironment Medicine, 2008). Di Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 64,25 % yang
terdiri
dari
54,89
% Dismenore primer
dan
9,36
% Dismenore sekunder (Info Sehat,2008). Tidak ada angka yang pasti mengenai penderita nyeri haid di Indonesia, namun di Surabaya di dapatkan 1,07 % sampai 1,31 % dari jumlah penderita datang ke bagian kebidanan (Harunriyanto, 2002). Angka kejadian dismenorepada remaja diperkirakan 1,12 % sampai 1,35 % dari jumlah penderita yang memeriksakan diri ke petugas kesehatan (Profil kesehatan lampung 2007).
Di Metro, untuk angka kejadian Dismenore belum terdata dengan sistematis. Akan tetapi, untuk pelayanan terhadap kesehatan remaja cenderung berfluktuatif atau naik turun, pada tahun 2007 sebesar 13,05% dan cakupan ini masih jauh dari target yang ditetapkan. Jika dilihat distribusinya maka hanya empat kabupaten yang memiliki data yaitu Kota Bandar Lampung, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Way Kanan. Berbagai upaya perlu dilakukan agar pencatatan dan pelaporan diperbaiki sehingga data pelayanan kesehatan remaja dapat tercover (ProfilKesehatan Propinsi Lampung Tahun 2007). Berdasarkan hasil studi pendahuluan kepada 30 santri AlMuhsin, sebanyak 50% (15 santri) mengalami dismenore dan hanya 33% (5 santri) yang mengerti tentang nyeri haid dengan pengetahuan yang minim serta menanganinya dengan mengompres di bagian perut menggunakan air hangat. Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas penulis ingin melakukan penelitian tentang “Hubungan pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan penanganan dismenore pada santri Al- Muhsin Metro Utara Tahun 2011”.
1.2 Identifikasi Masalah Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis uraikan, maka masalah yang dapat di identifikasi adalah : 1.
Di Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 64,25 % yang terdiri dari 54,89 % Dismenore primer dan 9,36 % Dismenore sekunder.
Tidak ada angka yang pasti mengenai penderita nyeri haid di Indonesia, namun di Surabaya di dapatkan 1,07 % sampai 1,31 % dari jumlah penderita datang ke bagian kebidanan . 2.
Dalam penelitian oleh jarret, dkk dalam sulastri (2006) tingkatan rasa sakit saat menstruasi adalah sakit ringan 47,7% dan sakit berat sebanyak 47%. Selanjutnya untuk menghilangkan rasa sakit, remaja tersebut menggunakan obat sendiri tanpa konsultasi dengan dokter, minum obat analgesik 32,5%, melakukan kompres dengan air panas 34% dan yang tersering melakukan istirahat sekitar 92%.
3.
Dari
30
santri
putri
Al-
Muhsin,
sebanyak
50%
(15
santri)
mengalamidismenoredan hanya 33% (5 santri) yang mengerti tentang nyeri haid dengan pengetahuan yang minim serta menanganinya dengan mengompres di bagian perut menggunakan air hangat.
1.3 Rumusan Masalah 1.3.1
Masalah Belum diketahuinya hubungan pengetahuan remaja tentang dismenore dengan penanganan dismenore pada santri Pon. Pes. Islam Al- Muhsin Metro Utara Tahun 2011.
1.3.2
Permasalahan Permasalahan pada penelitian ini adalah adalah “Bagaimana hubungan pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan
penanganan dismenore pada santri Pon. Pes. Islam Al- Muhsin Metro Utara Tahun 2011”.
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1
Tujuan Umum Untuk mengetahui adakah Hubungan pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan penanganan dismenore pada santri AlMuhsin Metro Utara Tahun 2011.
1.4.2 1.
Tujuan Khusus Untuk mengetahui frekuensi pengetahuan tentang dismenore pada santri putri Al- Muhsin Metro Utara Tahun 2011.
2.
Untuk mengetahui frekuensi penanganan dimenore pada santri putri Al- Muhsin Metro Utara Tahun 2011.
3.
Untuk menganalisis Hubungan pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan penanganan dismenore pada santri Al- Muhsin Metro Utara Tahun 2011.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1
Bagi Institusi Pendidikan Dapat menjadi masukan bagi para pembaca dan meningkatkan pengetahuan khususnya mahasiswa kebidanan tentang dismenore dengan penanganan dismenore pada santri Al- Muhsin Metro Utara ”.
1.5.2 Bagi Remaja Putri santri Al- Muhsin
Sebagai masukan dan informasi bagi remaja putri tentang dismenore dengan penanganan dismenore pada santri Al- Muhsin Metro Utara”.
1.5.3
Bagi peneliti Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian di bidang kesehatan reproduksi khususnya tentang dismenore.
1.5.4
Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber bacaan
dan
pembanding
bagi
peneliti
selanjutnya
untuk
tentang
hubungan
antara
pengembangan penelitian lebih luas. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian
ini
membahas
pengetahuanremaja putri tentang dismenore dengan penanganan dismenore di Pon. Pes. Al- muhsin Metro Utara. Rancangan penelitian ini yaitu analitik dengan pendekatan cross sectional. Variabel yang diteliti meliputi penanganan dismenore sebagai variabel dependen serta pengetahuan remaja putri tentang dismenore sebagai variabel independen.
Lokasi
penelitian
di Pon.
Pes.
Al-muhsin
Utara. Penelitian ini dilakukan selama bulan juli 2011.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dismenore 2.1.1 Pengertian
Metro
Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi (Imew, 2007). Sedangkan menurut kamus kedokteran (2005) dismenore berarti nyeri sewaktu haid. Dismenore merupakan nyeri saat menstruasi yang mengganggu kehidupan sehari- hari wanita dan mendorong penderita untuk melekukan pemeriksaan atau konsultasi ke dokter, puskesmas atau ke bidan (Manuaba, 1998). Dismenore berarti karam, nyeri, ketidaknyamanan lainnya yang di hubungkan dengan menstruasi (Saturned, 2008). Sedangkan menurut Prawiroharjo (1999) dismenore atau nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala yang paling sering menyebabakan wanitawanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan pengobatan.
2.1.2 Patofisiologi a.
Hiperaktivitas uterus dan berkurangnya aliran darah uterus Penyelidikan yang menggunakan catatan tekanan intra uterus telah
memperlihatkan hiperaktivitas uterus, yaitu kontraksi uterus yang lebih sering atau kontraksi- kontraksi yang lebih besar intensitasnya atau peningkatan tonus uterus yang mendasarinya, atau sejumlah kombinasi dari ketiga pengamatan ini pada hampir semua wanita yang mengeluh dismenore primer. b.
Kelainan anatomi Faktor- faktor anatomi dapat juga menyokong dismenore. Stenosi servik
pernah
di
pikirkan
(Ginekologi Greenhill:110). c.
Ketidakseimbangan hormon
sebagai
penyebab
umum
dismenore
Mekanisme
terjadinya
dismenore
yaitu
korpus
luteum
berumurhanya 8 hari “korpus luteum menstruasionis” dan sejak umur 4 hari telah menurun pengeluaran estrogen dan progesteron disertai perbandingan yang tidak seimbang. Penurunan dan ketidakseimbangan estrogen dan progesteron (E2/P) = 0.01 menjadi pemicu pengeluaran dari : 1) Enzim lipogenase dan siklosigenase. 2) Kerusakan membran sel sehingga dapat dikeluarkannya : a) Asam fosfolipase. b) Asam fosfatase. c) Mengeluarkan ion Ca. 3)
Pembentukan
prostaglandin
dari
asam
arakidonik (Manuaba:2001)
2.1.3 Macam- Macam Dismenore Berdasarkan penyebabnya, dismenore di kelompokkan menjadi dua yaitu dismenore primer (esensial, intrinsik, idiopatik), tidak terdapat hubungan
dengan
kelainan
ginekologik dan
dismenore
sekunder (ekstrinsik, yang di peroleh, aquired) di sebabkan oleh kelainan
(salpingitis
kronika,
endometriosis,
adenomiosis
uteri,
stenosis serivisis uteri, dan lain- lain) (Prawiroharjo,1999).
2.1.3.1
Dismenore Primer
2.1.3.1.1 Pengertian Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa di jumpai kelainan pada alat- alat genital yang nyata. Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau
lebih, oleh karena siklus- siklus haid pada bulan- bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulator yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama- sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang berjangkit- jangkit, biasanya terbatas pada perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas dan sebagainya. 2.1.3.1.2 Faktor- faktor Penyebab Beberapa
faktor
memegang
peranan
sebagai
penyebab
dismenore primer, antara lain : a.
Faktor kejiwaan Pada gadis- gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika
mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenore. b.
Faktor konstitusi Faktor ini erat hubungan dengan faktor kejiwaan yang dapat
menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor- faktor seperti anemia, penyakit menahun dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenore. c.
Faktor obstruksi kanalis servikalis Pada wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat
terjadi stenosis kanalis servikalis, tetapi ini tidak di anggap sebagai faktor penting penyebab dismenore. d. Faktor endokrin
Pada umumnya da anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenore
primer
di
sebabakan
oleh
kontraksi
uterus
yang
berlebihanan. Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas otot usus. Novak dan Reynoldss yang melakukan penelitian pada uterus kelinci berkesimpulan bahwa hormon esterogen merangsang kontraktilitas uterus, sedang hormon progesteron menghambat atau mencegahnya. Tetapi, teori ini tidak dapat menerengkan fakta mengapa tidak timbul rasa nyeri pada perdarahan disfungsional anovulator. e.
Faktor alergi Teori ini di kemukakan setelah memperhatiakn adanya asosiasi
antara dismenore dengan urtikaria, migraine atau asma bronkhiale. Smith menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid. Penyelidikan dalam tahun- tahun terakhir menunjukan bahwa peningkatan kadar prostaglandin memegang peranan penting dalam etiologi dismenore primer (Prawiroharjo, 1999).
2.1.3.2
Dismenore Sekunder Biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada keluhan yang
menetap seperti infeksi rahim, kista, atau polip, tumor sekitar kandungan, kelainan kedudukan rahim yang dapat mengganggu organ dan jaringan sekitarnya (www.compas.co.id). Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disertai kelainan anatomis genitalis (Manuaba, 2001). Menurut Hacker (2001) tanda – tanda klinik dari dismenore sekunder adalah endometriosis, radang pelvis, fibroid, adenomiosis, kista ovarium dan kongesti pelvis. Umumnya, dismenore sekunder
tidak terbatas pada haid, kurang berhubungan dengan hari pertama haid, terjadi pada wanita yang lebih tua (tiga puluhan atau empat puluhan
tahun)
dan
dapat
disertai
dengan
gejala
yang
lain
(dispareunia, kemandulan dan perdarahan yang abnormal). Dismenore sekunder dapat di sebabkan oleh : 1.
Rahim yang terbalik, sehingga membuat darah haid tidak mudah di keluarkan.
2.
Benjolan besar atau kecil didalam rahim.
3.
Peradangan selaput lendir rahim.
4.
Pemakaian spiral
5.
Endometriosis
6.
Fibroid atau tumor
7.
Infeksi pelvis (www.compas.co.id).
2.1.3.2.1 Gejala Klinis Gejala- gejala klinis biasanya di mulai sehari sebelum haid, berlangsung selama hari pertama dan hari ke dua haid dan jarang terjadi setelah itu. Rasa nyeri biasanya merupakan nyeri di garis tengah perut di atas tulang kemaluan, nyeri terasa hilang timbul, tajam dan bergelombang. Biasanya menngikuti arah rahim dan dapat menjalar ke arah pinggang bagian belakang. Selain rasa nyeri dapat di sertai rasa mual, muntah, sakit kepala dan mudah tersinggung atau depresi (www.compas.co.id). Dismenore primer terjadi bersamaan atau beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus – siklus haid pada bulan – bulan pertama setelah menarche
umumnya berjenis anovulator yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama – sama dengan
permulaan
haid
dan
berlangsung
untuk
beberapa
jam
walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang, biasanya terbatas pada perut bawah tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare dan iritabilitas. Sedangkan tanda – tanda klinik dari dismenore sekunder adalah endometriosis, radang pelvis, fibroid, adenomiosis, kista ovarium dan kongesti pelvis. Umumnya, dismenore sekunder tidak terbatas pada haid, kurang berhubungan dengan hari pertama haid, terjadi pada wanita yang lebih tua (tiga puluhan atau empat puluhan tahun) dan dapat disertai dengan gejala yang lain (dispareunia, kemandulan dan perdarahan yang abnormal).
2.1.3.2.2 Dampak Dismenore Perlu waspadai jika nyeri haid terjadi terus menerus setiap bulannya
dalam
jangka
waktu
yang
lama,
karena
kondisi
itu
merupakan salah satu gejala endometritis (penyakit kandungan yang disebabkan timbulnya jaringan otot non- kanker sejenis tumor fibroid di luar rahim). Dismenore dikelompokkan sebagai dismenore primer saat tidak ada sebab yang dapat dikenali dan dismenore sekunder saat ada kelainan jelas yang menyebabkannya (Sastrowardoyo, 2007).
2.2 Pengetahuan 2.2.1 Pengertian Pengetahuan
Berdasarkan
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia
(2003)
pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan sosialbudaya. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga
dan
sebagainya).
Sebagian
besar
pengetahuan
seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2005).
2.2.2 Tingkat Pengetahuan Menurut
Notoatmodjo
pengetahuan. Ada
(2003)
6tingkat
membagi
pengetahuan
6
yang
tingkat dicapai
dalam domain kognitif yaitu : 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan
yang
dipelajari
atau
rangsangan
yang
telah
diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2) Memahami (comprehension) Memahami
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan
untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kamapuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). 4) Analisa (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat
menggambarkan
(membuat
bagan),
membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5) Sintesis (Syntesis) Sintesis
menunjuk
kepada
suatu
kemampuan
untuk
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun suatu formula baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2002:25) beberapa faktor yang berhubungan dengan karakteristik subjek antara lain: a. Usia Semakin cukup usia tingkat kemampuan atau kematangannya akan lebih mudah untuk berfikir dan mudah menerima informasi. b. Tingkat Pendidikan
Pendidikan seseorang mempengaruhi cara pandangan atau masyarakat yang pendidikannya tinggi akan lebih mudah menerima informasi atau penyuluhan yang akan diberikan dan lebih cepat merubah sikapnya dalam kehidupan sehari-hari. c. Intelegensi Pada prinsipnya mempengaruhi kemampuan diri dan cara pengambilan keputusan masyarakat yang intelegensinya tinggi akan banyak
berpartisipasi
lebih
cepat
dan
tepat
dalam
mengambil
keputusan disbanding dengan masyarakat yang intelegensinya rendah.
d. Sosial-ekonomi Mempengaruhi tingkah laku seseorang yang berasal dari social ekonomi tinggi dimungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri
dan
masa
depannya
tetapi
bagi
masyarakat
yang
social
ekonominya rendah akan merasa takut untuk mengambil sikap dan tindakan. e. Sosial-budaya Dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam penyerapan nilai-nilai social keagamaan untuk memperkuat super egonya.
2.2.4 Cara Memperoleh Pengetahuan Dari berbagai macam memperoleh
kebenaran
cara yang
pengetahuan
telah
digunakan
sepanjang
sejarah
untuk dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu cara tradisional (non ilmiah) dan cara modern (ilmiah).
a. Cara tradisional (non ilmiah) Cara
ini
dipakai
orang
untuk
memperoleh
pengetahuan
sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematis dan logis. Cara penentuan pengetahuan secara tradisional antara lain : (1) Coba-coba dan salah Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban.
(2) Cara kekuasaan (otoritas) Prinsip dalam cara ini adalah orang lain menerima pendapat yang diketemukan oleh orang yang mempunyai aktivitas tanpa menguji atau membuktikan kebenaran terlebih dahulu berdasarkan fakta empiris atau berdasarkan penalaran sendiri. (3) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang ada pada masa lalu. (4) Melalui jalan pikir Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikirannya secara induksi dan deduksi.
b. Cara modern (ilmiah)
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan jalan mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan terhadap semua fakta sebelumnya dengan objek penelitian (Notoatmodjo, 2005).
2.2.5 Cara Mengukur Pengetahun dan Hasil Pengukuran Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang di ukur dari subjek penelitian atau responden. Pendalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas. Menurut Sugiyono (2007) dengan
menggunakan hasil
hasil rata-
pengukuran rata
pengetahuan
keseluruhan dan
di
implementasikan ke dalam2 kategori, yaitu : 1. Kategori pengetahuan baik, jika skor jawaban > mean. 2. Kategori pengetahuan kurang baik, jika skor jawaban
2.3
Penanganan
2.3.1
Pengertian Penanganan
adalah
proses,
(www.artikata.com). 2.3.2 1.
Penanganan Dismenore Penerangan dan nasehat
cara,
perbuatan
menangani
Perlu
di
jelaskan
pada
penderita
bahwa
dismenore
adalah
gangguan tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu atau tahayul mengenai haid perlu di bicarakan. Nasihat- nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup dan olahraga yang berguna. Kadang- kadang di perlukan psikoterapi. 2.
Penberian Obat Analgetik Pemberian
obat
analgetik
yang
di
berikan
sebagai
terapi
simptomatik. Obat analgetik yang sering di berikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin dan kafein. Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan non – steroid (misalnya ibuprofen, naproksen dan asam mefenamat). Obat ini akan sangat efektif jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan sampai 1 – 2 hari menstruasi. 3.
Terapi Hormonal Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tujuan ini dapat dicapai dengan dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.
4.
Terapi dengan Obat Nonsteroid antiprostaglandin Memegang
peranan
penting
yang
makin
penting
terhadap
dismenore primer. Obat yang menurunkan jumlah prostaglandin akan membantu mengurangi rasa nyeri. Hendaknya pengobatan diberikan sbelum haid dimulai (1 sampai 3 hari sebelum haid) dan pada hari pertama haid (Prawiroharjo, 1999). 5.
Senam rutin dapat mengurangi kadar prostaglandin.
6.
Memberikan terapi dengan mengompres bagian perut yang nyeri dengan menggunakan air hangat yang dimasukkan ke dalam botol (www. Medicastore.co.id).
7.
Pemijatan didaerah punggung dan paha
8.
Orgasme pada aktivitas seksual
2.4
Remaja 2.3.1 Pengertian Remaja Remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya adolescentra yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence , seperti yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. (Hurlock, 2000) Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan dalam tingkatan yang sama. (Hurlock, 2000).
2.3.2 Batasan Usia Remaja Awal masa remaja berlangsung kira-kira 13 tahun sampai 16 atau 17 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum. Dengan demikian akhir masa remaja merupakan periode yang sangat singkat. (Hurlock, 2000)
Pada masa adolesensi ini terjadi proses kematangan yang berlangsung secara lambat dan teratur. Masa ini merupakan kunci dari perkembangan
anak.
Menurut
banyak
ahli
jiwa,
batas
waktu
adolesensi itu ialah 17-19 tahun atau 117-21 tahun. (Kartono, Kartini, 1992 : 65) Sedangkan menurut WHO batasan usia remaja adalah 12-24 tahun. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa, atau bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka dimasukkan dalam kelompok remaja. (http://smileboys.blogspot.com/2008/06/pengertian-remaja.html)
2.3.3 Aspek-Aspek Perkembangan Pada Masa Remaja 1.
Perkembangan fisik Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahanperubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001).
2.
Perkembangan Kognitif Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara
biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun
dunia
kognitif
mereka,
di
mana
informasi
yang
didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan
ide-ide
tersebut.
Seorang
remaja
tidak
saja
mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru. Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (Papalia & Olds, 2001). Pendapat Elkind bahwa remaja memiliki semacam perasaan invulnerability yaitu keyakinan bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian yang membahayakan diri, merupakan kutipan yang populer dalam penjelasan berkaitan perilaku berisiko yang dilakukan remaja (Beyth-Marom, dkk., 1993). Umumnya dikemukakan bahwa remaja biasanya dipandang memiliki keyakinan yang tidak realistis
yaitu
bahwa
mereka
dapat
melakukan
perilaku
yang
dipandang berbahaya tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu. Beyth-Marom, dkk (1993) kemudian membuktikan bahwa ternyata baik remaja maupun orang dewasa memiliki kemungkinan
yang sama untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang berisiko merusak diri (self-destructive). Mereka juga mengemukakan adanya derajat yang sama antara remaja dan orang dewasa dalam mempersepsi self-invulnerability. Dengan demikian, kecenderungan melakukan perilaku berisiko dan kecenderungan mempersepsi diri invulnerable menurut Beyth-Marom, dkk., pada remaja dan orang dewasa adalah sama. 3.
Perkembangan kepribadian dan social Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain (Papalia & Olds, 2001). Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds, 2001). Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar. Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak
dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya (Conger, 1991). Kelompok
teman
sebaya
diakui
dapat
mempengaruhi
pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya (Beyth-Marom, et al., 1993; Conger, 1991; Deaux, et al, 1993; Papalia & Olds, 2001).
BAB III KERANGKA KONSEP, VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka konsep Kerangka kerja penelitian adalah kerangka hubungan antara
konsep-konsep
penelitian-penelitian
yang yang
ingin akan
diamati
atau
diukur
dilakukan
melalui
(Nototmodjo,
2005). Berdasarkan kerangka teori di atas, maka kerangka konsep dari hubungan pengetahuan remaja putri tentang dismenoredapat dilihat pada kerangka di bawah ini :
Variabel Independent
Variabel
Dependent
Gambar 3.1 : Kerangka Konsep Penelitian
3.2 Variabel
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).
Dalam penelitian ini digunakan dua jenis variabel yaitu : 1. Variabel
bebas/independen
yaitu
variabel
yang
mempengaruhi
variabel dependen. Dalam penelitian ini pengetahuan remaja putri tentang dismenoresebagai variabel bebas. 2. Variabel
terikat/dependen
independen.
Dalam
yaitu
penelitian
variabel
akibat
ini penanganan
dari
variabel
dismenoresebagai
variabel terikat.
3.3 Definisi Operasional Definisi operasional berguna untuk membatasi ruang atau pengertian variabel-variabel yang diamati. Definisi Operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument alat ukur (Notoatmojo, 2005). Adapun definisi operasional penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 3.1. Definisi operasional variabel Penelitian Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Independent : Pengetahuan
Kemampuan remaja
Angket
Kuesioner
remaja putri
putri untuk menjawab
- Ya
tentang
pertanyaan yang
- Tidak : Skor 0
Dismenore
diberikan tentang dismenore
Jika jawaban :
Ordinal
: Skor 1
Kemudian dikategorikan pengetahuan : a. Baik
:> Mean
b. Kurang Baik :< Mean
Dependent : Penanganan
Perawatan yang
Angket
Kuesioner
Jika jawaban :
Dismenore
diberikan untuk
- Ya
mengatasi dismenore
- Tidak : Skor 0
: Skor 1
pada remaja putri
Hubungan pengetahuan remaja putri tentang
Jika ά p value < 0,05, artinya ada hubungan bermakna secara statistik atau Ha
dismenore diterima, jika p Value > 0,05
dengan penanganan dismenore pada
tidak ada hubungan secara statistik atau Ha di tolak.
santri Al- muhsin
3.4 Hipotesis Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Notoadmojo, 2005). Berdasarkan latar belakang dan perumusan
Nominal
masalah, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut : Ha = Ada hubungan antara pengetahuan remaja putri santri Al- Muhsin tentang dismenore dengan penanganan dismenore di Pon. Pes. Putri Al- Muhsin Metro Utara.
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian dengan
metode survey
secara Cross
analitik dengan
sectional yaitusuatu
penelitian
pendekatan untuk
waktu
mempelajari
dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat atau point time approach (Notoatmodjo, 2005). Rancangan hubungan
penelitian
pengetahuan remaja
ini
digunakan
putri
santri
untuk Al-
mengetahui
Muhsin
tentang
dismenore dengan penanganan dismenore di Pon. Pes. Islam AlMuhsin Metro Utara Tahun 2011.
4.2 Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri santri Al- Muhsin Metro Utara
yang telah mengalami menstruasi. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 390 santri.
4.3 Sample Penelitian dan tekhnik sampling Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Jumlah sampel dihitung menggunakan rumus Notoatmodjo (2005) sebagai berikut : Keterangan: n = Besar Sampel N = Besar Populasi d = Tingkat Kepercayaan Dengan perhitungan menggunakan rumus tersebut sebagai berikut: n
=
390
1 + 390 (0,05)2 n
=
390 1 + 390 (0,0025)
n
=
390 1 + 0,975
n
=
390 1,975
n
= 197
Berdasarkan rumus Notoatmodjo (2005) di atas maka didapatkan jumlah sampel dalam penelitian ini sebesar 197 santri dari 390 santri remaja putri yang telah mengalami menstruasi. Untuk mempermudah
peneliti
dalam
proses
penghitungan,
maka
sampel
penelitian
dibulatkan menjadi sebesar 200 santri dari 197 santri. Dalam pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metodetekhnik
sampling
berupa Simple
Random
Sampling, yaitu
sampel diambil secara acak. Dan diambil menggunakan metode pengambilan secara acak sederhana (Arikunto, 2006).
4.4 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian
ini
akan
dilaksanakan selama
bulan
juli dan
mengambil lokasi penelitian di Pon. Pes. Putri Al- Muhsin Metro Utara dengan di Pon.
Pes.
pertimbangan Putri
Al-
belum
pernah
Muhsin mengenai
dilakukan
penelitian
permasalahan dismenore
dengan penanganan dismenore.
4.5 Instrumen dan TekhnikPengumpulan Data Rancangan pengukuran variabel disusun dengan maksud agar penelitian ini dapat dilakukan seefektif mungkin dalam pengukuran data dan pengolahan data. Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah pengetahuan, dengan teknik pengukuran yang digunakan adalah angket dan alat ukur berupa kuesioner yang diberikan kepada responden. Menurut
Notoatmojo
(2005)
kuesioner
adalah
metode
pengumpulan data dengan jalan mengajukan suatu daftar pertanyaan tertulis kepada sejumlah individu dan individu yang diberikan daftar pertanyaan tersebut diminta untuk memberikan jawaban secara tertulis pula.
Menurut
Notoatmojo
(2005)
angket
adalah
suatu
cara
pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum atau orang banyak. Angket ini dilakukan dengan mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir-formulir, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban dan sebagainya. Kuesioner yang ada, sudah mendapatkan uji validitas dan rehabilitas yang gunakan untuk mengetahui instrumen yang ingin di ukur dan untuk mengetahui alat ukur yang akan digunakan dapat dipercaya atau tidak, jika item yang tidak valid maka akan di gugurkan.
4.6
Tekhnik Pengolahan Data
Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi ; a.
Langkah Persiapan
Langkah persiapan yang mencakup perbuatan rencana kuisioner adalah: Menentukan sasaran atau populasi dan jumlah sampel Membuat kerangka pertanyaan Menyusun urutan pertanyaan Membuat format kuisioner Memperbanyak kuisioner b.
Langkah Pelaksanaan
Langkah pelaksanaan yaitu mencakup pelaksanaan tahapan adalah : Membuat surat izin melakukan penelitian di lokasi Melapor dan meminta izin untuk melakukan penelitian di lokasi
Cara pengumpulan data yang diperlukan dengan pembagian kuisioner, yang dilaksanakan sendiri oleh peneliti sesuai dengan jumlah sampel Memproses dengan menganalisis data jawaban yang telah terkumpul.
4.7
Tehnik dan Analisis Data Pengolahan data meliputi 5 tahap yaitu penyuntingan (editing), pengkodean
(coding),
tabulasi
(tabulating), entry data
dan Cleaning(Pembersihan) Editing Editing adalah antara
lain
tahap
kesesuaian
memeriksa seluruh
jawaban,
daftar pertanyaan
kelengkapan,
pengisian
serta
ketetapan jawaban yang diisi dan dikembalikan oleh responden. Coding Codingadalah kegiatan memproses data memberikan skor pada kolom sebelah kanan daftar pertanyaan sesuai jawaban yang diberikan responden. Skor yang digunakan oleh penulis untuk pengetahuan dismenore (variabel independent) adalah : 1
= Jika jawaban Ya
0
= Jika jawaban Tidak
skor untuk penanganan dismnenore (variabel Dependent) adalah : 1
= Jika jawaban Ya
0
= Jika jawaban Tidak Tabulating Angka-angka dalam skor setiap butir pertanyaan dijumlahkan
sehingga
diperoleh
skor
keseluruhan
kemudian
jumlah
skor
keseluruhan dibandingkan dengan skor tertinggi (yang diharapkan) dan dikalikan 100% sehingga diperoleh persentase dan dijadikan
dalam pertimbangan dalam pemberian predikat sesuai dengan tolok ukur yang ditentukan (Arikunto, 1996). Entry data Tahap
ini
dilakukan
dengan
memasukkan
data
kedalam
komputer untuk di olah dan dianalisa melalui program komputer. Cleaning (Pembersihan) Merupakan kegiatan mengecek ulang data yang sudah di entri, apakah ada kesalahan atau tidak.
4.7.1
Analisis Data Teknik Analisa Data yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah analisis univariat yang digunakan untuk mengetahui distribusi dan persentasi dari tiap variabel (Notoatmojo, 2005)
4.7.1.1 Analisa Univariat Keseluruhan
hasil
jawaban
kuesionerpengetahuan
remaja
dismenoredijumlahkan. Data
yang
ada
responden
tentang
putri
tentang
dikelompokkan
dan
dikategorikan dengan sebuah skala tertentu kemudian dicari kelompok responden dengan kategori tertentu yang jumlah respondennya terbanyak dan paling sedikit.
f P=
x 100% n
Dengan rumus :
(Eko Budiarto: 2001) Keterangan: P
= Persentase
n
= Jumlah Responden
f
= Skor jawaban responden
Kemudian untuk mengkategorikan pengetahuan, digunakan rumus sebagai berikut:
( Sugiyono: 2007 )
4.7.1.2
Analisa Bivariat Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2005). Analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi Square (x2) digunakan untuk mengestimasi
atau
mengevaluasi
frekuensi
yang
diselidiki
atau
menganalisis hasil observasi untuk mengetahui apakah terdapat hubungan atau perbedaan yang signifikan pada penelitian, maka uji
statistik yang digunakan adalah chi square. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Rumus chi square
(Eko Budiarto, 2001) Keterangan : X2 : chi square O
: frekuensi yang diamati
E
: frekuensi yang diharapkan
Mencari nilai x2 tabel dengan rumus :
dk = ( k- 1)(b -1)
(Eko Budiarto, 2001) Keterangan : dk
: derajat kebebasan
k
: Banyaknya kolom
b
: Banyaknya baris
Derajat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 95 % taraf kebebasan ά p value < 0,05, artinya ada hubungan bermakna secara statistik atau Ha diterima, jika p Value > 0,05 tidak ada hubungan secara statistik atau Ha di tolak.
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan di bahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah penelitian yaitu gambaran umum tempat penelitian, hasil analisa data dan pembahasan berikut. Hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan penanganan dismenore pada santri Pon. Pes. Islam Al- Muhsin Metro Utara Tahun 2011 sebagai berikut :
5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian Kurang lebih pada tahun 1994 adalah Bapak Hi. Al Fuadi Rusli mendapatkan tanah wakaf dengan akte wakaf yang terdaftar di Kantor Departemen Agama Kabupaten Lampung Tengah seluas + 6.910 m2 dan di atasnya ada satu bangunan rumah tinggal dan satu buah musholla dari Bapak Hi. Soderi dengan amanah untuk didirikan Pondok Pesantren. Dengan dana dari masyarakat muslimin Kota Metro maupun di luar Kota Metro maka dibangunlah Pondok Pesantren. Pada bulan Juli 1995 mulailah Pondok Pesantren Islam Al Muhsin menerima pendaftaran santri baru TP 1995/1996, dengan pembukaan oleh Wali Kota Administratif Metro. Pada awal tahun berdiri Pondok ini membuka unit Pendidikan Kuliyyatul Mu’allimin dan Mu’allimat Al Islamiyyah (KMI/KMA) Putra dan Putri, diperuntukkan alumni SD/MI dengan jangka waktu belajar 6 tahun. Sedangkan untuk Takhassus diperuntukkan alumni SLTP/MTs dengan jangka waktu belajar 4 tahun. 5.1.1
Letak Geografis
Alamat Sekolah Desa Kecamatan
: Jln. Dr.Sutomo : Purwosari : Metro Utara
Kabupaten /Kota
5.1.2
: Metro
Visi dan misi
5.1.2.1 Visi 1.
Terciptanya Madrasah yang Islami yang ramah berwibawa dengan memegang teguh ajaran Islam dan memiliki ketrampilan hidup yang dinamis dan inovatif.
2.
Menuju Sekolah Standar Nasional.
3.
Menuju Sekolah unggulan di bidang IMTAQ,IPTEK dan
Ilmu - ilmu
Sosial. 5.1.2.2 Misi 1.
Sebagai Sekolah bermanajement seimbang.
2.
Menjadikan Sekolah sebagai wahana pendidikan ahlak mulia, Ibadah yang benar dan
3.
Membekali
pola pikir sehat.
Siswa
IMTAQ,
melanjutkan pendidikan ke 4.
dan
Ilmu-ilmu
sosial
untuk
jenjang yang lebih tinggi.
Meningkatkan kwalitas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah sesuai dengan ajaran Al
5.
IPTEK
Qur`an dan As Sunnah.
Mewujudkan akhlaq yang mulia dan mencintai sesama manusia dan alam sekitar.
6.
Meningkatkan sarana dan prasarana yang menunjang prestasi siswa.
7.
Meningkatkan semangat belajar yang efektif dan inofatif.
8.
Mengadakan ketrampilan bagi siswa untuk menghadapi kehidupan yang akan datang.
9.
Meningkatkan pelaksanaan KBM yang efektif.
10. Memberdayakan segala potensi yang ada disekolah.
5.1.3 Sarana dan prasarana Adapun sarana yang ada di Pon. Pes. Al- Muhsin adalah sebagai berikut: 1)
Ruang asrama
2)
Ruang belajar
3)
Ruang kepala sekolah
4)
Ruang TU
5)
Ruang dewan guru
6)
Ruang laboraturium bahasa, komputer
7)
Ruang perpustakaan
8)
Ruang gudang
Sedangkan prasarana yang menunjang di Pon. Pes. Al-Muhsin Metro Utara : 1)
Masjid
2)
Dapur
3)
Kantin
4)
Kamar mandi
5)
Lapangan
5.1.4 Jumlah Ketenagaan di Pon. Pes. Al-Muhsin Metro Utara 1. Kepala 2. Guru Tetap Yayasan 3. Guru Tidak Tetap Yayasan 4. Tenaga Tata Usaha 5. BP Jumlah
: 1 orang : 30 orang : 20 orang : 3 orang : 1 orang : 55 orang
Jumlah siswa di Pon. Pes. Al-Muhsin Metro Utara Tahun 2010/2011 adalah: a. Kelas VI
: 82 santri
b. Kelas VII
: 66 santri
c. Kelas VIII
: 68 santri
d. Kelas IX
: 56 santri
e. Kelas X
: 68 santri
f. Kelas XI
: 51 santri
Jumlah
: 390 santri
5.2 Hasil Penelitian 5.2.1 Analisa Univariat Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian dengan menyebarkan angket berisi 20 pertanyaan mengenai pengetahuan remaja putri tentang
dismenore
dengan
jawaban
ya,
tidak,
dan
tentang
penanganan dismenore dengan jawaban ya atau tidak, diperoleh data sebagai berikut:
5.2.1.1
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Variabel pengetahuan di bagi menjadi dua kategori yaitu “Baik”
dan “Tidak baik”, dengan mengkategorikan pengetahuan menurut hasil rata- rata keseluruhan responden. Di dapatkan bahwa hasil rata- rata keseluruhan sebesar 53,10%, sehingga hasil tabel distribusi frekuensi pengetahuan sebagai berikut:
No
Pengetahuan Responden
Jumlah
Persentase
1.
Baik
81
40,5%
2.
Tidak baik
119
59,5%
Jumlah 200 100 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Dismenore Responden Di Pon.Pes.Al-Muhsin Purwaasri Metro Selatan Tahun 2011
( Sumber: Data Primer: 2011, SPSS for Windows versi 16.00)
Berdasarkan
tabel
diatas,
dapat
diketahui
bahwa
distribusi
frekuensi pengetahuan dismenore responden yang terbanyak dengan kategori pengetahuan kurang baik sejumlah 119 orang responden (59,5%). Kemampuan rata- rata keseluruhan responden yang diteliti sebesar 53,1% (x = 53,1). Seperti pada gambar berikut:
Gambar 5.1: Diagaram Persentase Pengetahuan Dismenore (Sumber: Data Primer: 2011) 5.2.1.2
Distribusi Frekuensi Penanganan Dismenore Responden Penanganan dismenore pada remaja di kategorikan menjadi dua
kategori yaitu “0” untuk kategori tidak ditangani dan “1” untuk kategori ditangani, dan diperoleh data sebagai berikut:
No 1.
Penanganan Responden Ditangani
Jumlah
Persentase (%)
25
12,5%
2.
Tidak ditangani Jumlah
175
87,5%
200
100
Tabel 5.2 : Distribusi Frekuensi Penanganan Dismenore Responden Di Pon.Pes.Al-Muhsin Purwaasri Metro Selatan Tahun 2011 ( Sumber: Data Primer: 2011, SPSS for Windows versi 16.00)
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi penanganan dismenore responden yang terbanyak dengan kategori tidak ditangani sejumlah 175 orang responden (87,5%). Terlihat pada gambar dibawah ini: Gambar 5.2: Diagaram Persentase Penangauan Dismenore (Sumber: Data Primer: 2011) 5.2.2
Analisa Bivariat Analisa bivariat untuk menguji hubungan antara variabel independent yaitu pengetahuan remaja putri tentang dismenore dan variabel dependent yaitu penanganan dismenore pada remaja putri. Analisa bivariat dihitung menggunakan uji chi square (x2).
5.2.2.1
Hubungan
antara
Pengetahuan
remaja
putri
tentang
dismenore dengan penanganan dismenore pada santri putri Pon.Pes.Al-Muhsin Purwaasri Metro Utara Tahun 2011 Tabel 5.3: Frekuensi hubungan antara pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan penanganan dismenore pada santri putri Pon.Pes.Al-Muhsin Purwaasri Metro Utara Tahun 2011
Pengetahuan Dismenore
Penanganan Dismenore Tidak Ditangani
Ditangani
Total
p-value
OR
n
%
n
%
Tidak Baik
110
92,4
9
7,6
Baik
65
80,2
16
19,8
81
Jumlah
175
87,5
25
12.5
200
119 0,019
( Sumber: Data Primer: 2011)
Berdasarkan
hasil
analisa
data
menggunakan
SPSS for
Windows versi 16.00, dapat diketahui bahwa sebanyak 92,4% (110 responden) yang berpengetahuan kurang ternyata tidak melakukan penanganan
terhadapdismenore,
berpengetahuan
baik
dan
sedangkan
melakukan
responden
melakukan
yang
penanganan
terhadap dismenore sebanyak 19,8% (16 responden). Hasil uji statistik diperoleh p-value 0,019 (< α 0,05) yang berarti
Ho
pengetahuan
ditolak
sehingga
responden
terhadap dismenore di
disimpulkan dengan
Pom.Pes.Islam
ada
hubungan
penanganan Al-Muhsin
antara
responden
Purwaasri
Metro
Utara. Dan diperoleh pula OR = 3,009 yang artinya remaja putri yang mempunyai pengetahuan tidak baik mempunyai peluang 3 kali untuk tidak
menangani
dismenore
dibandingkan
dengan
remaja
yang
mempunyai pengetahuan baik. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara stres dengan pola menstruasi maka dilakukan analisis melalui proses komputerisasi dengan
SPSS for
Windows versi
16.00
menggunakan
uji chi
square dengan taraf signifikansi (α) 0,05 atau tingkat kepercayaan 95%. Hipotesis yang dapat disusun adalah:
3,009
Ho
: tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan penanganan dismenore Ha
: ada hubungan antara pengetahuan dengan penanganan
dismenore Setelah dilakukan perhitungan didapatkan nilai p = 0,019. Hal ini berarti bahwa ada hubungan secara positif antara pengetahuan tentang dismenore dengan penanganan dismenore pada remaja putri santri Pon.Pes. Al- Muhsin Purwaasri Metro Utara.
5.3
Pembahasan Berdasarkan analisa data diatas, dapat diketahui besar dan jumlah
distribusi
frekuensi
remaja
tentang
pengetahuan dismenore sebesar 59,5% (119 remaja) untuk remaja dengan pengetahuan yang tidak baik dan 40,5% (81 remaja) untuk remaja dengan pengetahuan yang baik. Sedangkan umtuk distribusi frekuensi penanganan remaja terhadap dismenoredidapatkan sebesar 87,5%
(175
remaja)
terhadap dismenore dan
yang 12,5%
tidak
melakukan
penanganan
(25
remaja)
yang
melakukan
dari
analisa
tentang
hubungan
penanganan terhadap dismenore. Sehingga
dapat
diketahui
pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan penanganan dismenore pada remaja putri, yang mempunyai pengetahuan yang tidak baik berjumlah 119 remaja, dimana 110 remaja mempunyai pengetahuan yang tidak baik (92,4%) dan 9 remaja tidak mempunyai pengetahuan yang baik (7,6%). Sedangkan remaja yang melakukan penanganan berjumlah 81 orang, dimana 65 remaja tidak menangani dismenore (80,2%) dan 16 remaja menangani dismenore (19,8%).
Dari analisis data dengan dengan SPSS for Windows versi 16.00 menggunakan uji chi square dengan taraf signifikansi (α) 0,05 atau tingkat kepercayaan 95%, diperoleh nilai p = 0,019 dan nilai RO= 3,009, yang artinya remaja putri yang mempunyai pengetahuan tidak baik mempunyai peluang 3 kali untuk tidak menangani dismenore dibandingkan dengan remaja yang mempunyai pengetahuan baik. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan secara positif antara pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan penanganan dismenore pada santri putri Pon.Pes.Al-Muhsin Purwaasri Metro Utara Tahun 2011. Hal ini mendukung penelitian oleh jarret, dkk dalam sulastri (2006) ada tingkatan rasa sakit saat menstruasi yaitu sakit ringan dan sakit berat, selanjutnya untuk menghilangkan rasa sakit, remaja tersebut menggunakan obat sendiri tanpa konsultasi dengan dokter, minum obat analgesik 32,5%, melakukan kompres dengan air panas 34% dan yang tersering melakukan istirahat sekitar 92%. Penerangan dan nasehat. Perlunya penjelasan pada remaja tentang dismenore bahwa dismenore adalah gangguan tidak berbahaya untuk kesehatan, tetapi perlu adanya penanganan agar tidak menganggu aktivitas. Sehingga perlunya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan ataupun lingkungan . Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu atau tahayul mengenai haid
perlu
di
bicarakan,
sehingga
remaja
putri
mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang apa itu dismenore dan apa yang harus dilakukan jika terjadi dismenore. Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi (Imew, 2007). Sedangkan penanganan adalah proses, cara, perbuatan menangani. Penanganan dismenore
adalah perawatan yang diberikan untuk mengatasi dismenore pada remaja putri. Penanganan Dismenore dapat diberikan dengan berbagai cara, seperti: Penerangan dan nasehat Pemberian Obat Analgetik Terapi Hormonal Terapi dengan Obat Nonsteroid antiprostaglandin Senam rutin dapat mengurangi kadar prostaglandin. Memberikan terapi dengan mengompres bagian perut yang nyeri dengan menggunakan air hangat yang dimasukkan ke dalam botol. Pemijatan didaerah punggung dan paha Orgasme pada aktivitas seksual Perlu waspadai jika nyeri haid terjadi terus menerus setiap bulannya
dalam
jangka
waktu
yang
lama,
karena
kondisi
itu
merupakan salah satu gejala endometritis (penyakit kandungan yang disebabkan timbulnya jaringan otot non- kanker sejenis tumor fibroid di luar rahim). Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga
dan
sebagainya).
Sebagian
besar
pengetahuan
seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan
(mata)
(Notoatmodjo,
2005). Sebagian
besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman sendiri maupun pengalaman yang didapat dari orang lain, sehingga pengetahuan sangat penting untuk membentuk perilaku seseorang. Sehingga perilaku yang didasari pengetahuan lebih permanent dianut
oleh seseorang daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Notoadmodjo: 2005). Beberapa faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan adalah tempat tinggal dan sumber informasi. Tempat tinggal merupakan tempat menetap responden sehari- hari. Pengetahuan seseorang akan lebih jika berada pada lingkungan yang ramai dan bermacam- macam seperti di perkotaan, karena di lingkungan yang ramai dan bermacammacam mempunyai keluasan kesempatan untuk melibatkan diri dalam kegiatan
sosial
mendapatkan
maka
wawasan
informasi
(
sosial
Hurlock:
makin
2002).
kuat
dan
Sedangkan
mudah sumber
informasi akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, bila seseorang banyak memperoleh informasi maka cenderung untuk mempunyai pengetahuan yang lebih luas (Notoadmodjo: 2003). Dalam penelitian ini didapatkan hubungan antara pengetahuan tentang
dismenore
dengan
penanganan
dismenore.
Penanganan
adalah perilaku yang ditunjukkan untuk melakukan suatu tindakan. Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya, sedangkan pengetahuan merupakan faktor yang
mempengaruhi
perilakuremaja
yang
berupa
penanganan
terhadap dismenore, sehingga pengetahuan sangat penting untuk membentuk perilaku seseorang. Agar remaja mampu dan mau untuk melakukan penanganan terhadap
dismenore
memiliki pengetahuan yang dismenore
itu
yang
terjadi,
mendukung
sendiri, dengan
maka remaja perlu terhadap penanganan
caramencari
informasi
yang
bersangkutan dengan dismenore dari berbagai sumber informasi, serta sarana informasi yang memadai bagi para remaja putri.
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan
hasil
penelitian
hubungan
antara
hubungan
pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan penanganan dismenore pada santri Pon. Pes. Islam Al- Muhsin Metro Utara Tahun 2011, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Tingkat
pengetahuan
remaja
putri
tentang
dismenore
dengan
penanganan dismenore pada santri Pon. Pes. Islam Al- Muhsin Metro Utara rata-rata tidak baik. Dibuktikan dari hasil penelitian, diperoleh distribusi tingkat pengetahuan baik sejumlah 49,5%, dan tingkat pengetahuan tidak baik sejumlah 50,5% . 2.
Penanganan remaja putri tentang dismenore pada santri Pon. Pes. Islam Al- Muhsin Metro Utara Tahun 2011 rata-rata tidak ditangani . Dibuktikan dari hasil penelitian, diperoleh distribusi penanganan dismenore
sejumlah
90,5%
tanpa
ada
penanganan
dan
9,5%
ditangani. 3. Terdapat hubungan positif antara hubungan pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan penanganan dismenore pada santri Pon. Pes. Islam Al- Muhsin Metro Utara Tahun 2011.
B. Saran
Dari kesimpulan hasil penelitian diatas, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bagi Remaja Putri Santri Al- Muhsin Bagi
Remaja
dismenorea
agar
penatalaksanaan
Putri lebih
Santri
Al-
Muhsin
meningkatkan
dismenorea
dan
yang
mengalami
pengetahuan
mengenai
mengaplikasikannya
dengan
harapan nyeri karena dismenorea yang dialami dapat berkurang dan bagi yang tidak mengalami dismenore lebih baik untuk terus mencari sumber
pengetahuan
terutama
masalah
dismenore
yang
sering
menyerang pada remaja usia produktif. 2. Bagi Institusi Pendidikan Peneliti
lebih
banyak
menggunakan
sumber
pustaka
dari
internet karena sumber pustaka yang tersedia di perpustakaan yang berkaitan dengan penelitian ini masih kurang. Oleh karena itu diharapkan pihak institusi dapat menambah jumlah referensi bukunya terutama yang berkaitan antara pengetahuan tentang dismenore dengan penanganan dismenore. 3. Bagi Masyarakat Menambah
pengetahuan
mengenai
dismenore
dengan
penanganan dismenore.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan
dapat
menjadi
pertimbangan
masukan
dalam
penelitian selanjutnya yang meneliti tentang pengetahuan remaja putri akan dismenore dengan penanganan dismenore.
DAFTAR PUSTAKA Andira Dita.2010. Seluk Beluk Jogjakarta : A*Plus Books.
Kesehatan
Reproduksi
Wanita.
Arikunto Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Anonim, Dismenore, ONLINE http://www.Medicastore.com, diakses 2008.
4
2004, april
Andi, 2000, remaja, ONLINE http://smileboys.blogspot.com/2008/06/pengertianremaja.html, diakses tanggal 18 april 2011 Arifin Syamsul. 2010. Nyeri ONLINEhttp:/ipin4u.esmartstudent.com/haid.htm.
Haid.
Budiarto Eko. 2002. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2008, Profil Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2007( pdf), Bandar Lampung Dorland, 1996, Kamus Kedokteran Dorland, EGC, Jakarta. E. Schwarz, M.D. Barry. 1996.Obstetri Greenhill. Jakarta:EGC. Hardi. 2007. Kespro Remaja.ONLINE http://www.blogdokter.com. diunduh tanggal 17 april 2008 Harunriyanto, 2002. Angka kejadian Dismenore. ONLINE www.makalah.co.id, diakses tanggal 12 April 2007 IMCW, 2007, Dismenore (Nyeri Haid),ONLINE http://www.MyDinariraq.comdiakses 3 April 2008. Llewellyn Derek, Jones. 2005. Setiap Wanita. Jakarta: Delapratasa Publising. Notoatmodjo Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Ovedoff, David, 1995, Kapita Selekta Kedokteran, Binarupa Aksara, Jakarta.
Manuaba, I. B. G. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan keluargaBerencana Untuk Pendidikan Bidan, EGC. Jakarta Pieter Herri Zan, Lubis Numora Lumongga. 2010. Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Rusdiana Erna. 2010. Menstruasi dan Dismenore. ONLINE http:/keperawatan komunitas. Blogspot.com/2010/11/menstruasi-dandismenore.html. diunduh tanggal 20 April 2009 Sastrowardoyo, 2007, Sulit Hamil Akibat Nyeri Haid Endometriosis Dapat Diobati,ONLINE http://www.Gatra.com, diakses 28 maret 2008. Sudrajat. 2003. Hak Remaja Atas Kesehatan Reproduksi. ONLINEhttp://www.kesehatanremaja.com. diunduh tanggal 27 Maret 2008 Sulastri, 2006, Perilaku Pencarian Pengobatan Keluhan Dysmenorrhea pada Remaja Di Kabupaten Purworejo Propinsi Jawa Tengah, Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, ONLINE http://www.solpro.net.com. Diakses tanggal 19 Agustus 2009. Suwarno,2008. Remaja dan Permasalahannya. ONLINE www.kompas.co.id, diakses pada tanggal 20 mei 2009 Widyaningsih. 2007. Kesehatan dan Kehidupan Generasi Muda. ONLINEhttp://www.kesehatanreproduksi.com. diunduh tanggal 27 Maret 2008. Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. --------------, ONLINE, www. Arti kata. Com/arti-380248Penanganan. Diunduh tanggal 20 Mei 2010
KUISIONER HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI SANTRI AL- MUHSIN TENTANG DISMENORE DENGAN PENANGANAN DISMENORE DI PON. PES ISLAM AL- MUHSIN METRO UTARA TAHUN 2011
Petunjuk 1: 1 Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti 2 Pilihlah salah satu jawaban dibawah ini dengan memberi tanda chek list (√ )pada jawaban yang anda anggap benar sesuai pada kolom yang telah disediakan. 3 Mohon diteliti kembali agar tidak terjadi kesalahan. Nama
:
Umur
:
Variabel Dependent: Pengetahuan remaja putri tantang dismenore No 1 2 3 4
Pertanyaan Apakah nyeri pada bagian perut saat menstruasi merupakan suatu masalah dalam reproduksi wanita? Apakah nyeri tersebut bersifat cramping (dipuntir- puntir) di bagian bawah perut, punggung bawah bahkan sampai paha? Apakah nyeri haid berlangsung selama hari pertama dan hari ke dua haid? Apakah nyeri haid berlangsung sebelum haid datang atau bersamaan dengan haid untuk beberapa jam?
5
Apakah stress berpengaruh pada nyeri haid?
6
Apakah ketidaksinambungan hormon dalam tubuh dapat mempengaruhi nyeri haid?
7
Apakah emosi yang tidak stabil pada remaja dapat menyebabkan nyeri haid?
8
Apakah kelainan organ reproduksi mempengaruhi terjadinya nyeri haid?
9
10
Apakah gejala- gejala seperti mual, muntah, diare, sakit kepala dan bahkan mudah tersinggung merupakan gejala- gejala pada nyeri haid? Apakah nyeri perut, punggung bawah bahkan sampai paha merupakan gejala nyeri haid?
Ya
Ti
11
Apakah dengan mengkonsumsi makanan sehat dan istirahat yang cukup dapat mengurangi nyeri haid?
12
Apakah melakukan olahraga pada saat menstruasi dapat menambah nyeri haid?
13
Apakah nyeri pada saat menstruasi merupakan penyakit yang berbahaya bagi kesehatan?
14 15 16
Adanya penyakit yang berhubungan dengan reproduksi wanita terutama pada rahim menyebabkan nyeri haid? Apakah anda merasa terganggu dengan aktivitas anda apabila terjadi nyeri haid? Apakah nyeri haid menyebabkan anda tidak bisa berkonsentrasi saat kegiatan belajar mengajar?
17
Apakah prestasi anda menurun karena nyeri haid yang anda alami?
18
Apakah penyempitan pembuluh darah dapat menyebabkan nyeri haid?
19
20
Apakah benjolan besar atau kecil dalam rahim merupakan salah satu penyebab terjadinya dismenore? Apakah nyeri haid menyebabkan anda absen saat kegiatan belajar mengajar di sekolah?
Variabel Independent: Penanganan dismenore No
Pertanyaan
1
Apakah anda memberikan penanganan pada saat anda mengalami nyeri haid?
2
Apakah anda membiarkan nyeri haid itu terjadi tanpa ada penanganan dari anda sendiri?
www.gangunik.blogspot.com
Ya
Tidak