DAMPAK NEGATIF MINUMAN BERSODA BAGI KESEHATAN TUBUH
MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Bahasa Indonesia Keilmuan yang dibina oleh Ibu Frida Siswiyanti
Oleh Maulidiya Nur Jannah 140341602717
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI November 2014
DAMPAK NEGATIF MINUMAN BERSODA BAGI KESEHATAN TUBUH Oleh: Maulidiya Nur Jannah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk bertahan hidup. Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah air. Manusia mengonsumsi air untuk memenuhi kebutuhan cairan di dalam tubuh. Untuk itu manusia yang sehat rata-rata membutuhkan air putih 2.5 liter/hari. Pengonsumsian air putih sangat dianjurkan. Akan tetapi, rasa air putih yang tawar membuat orang kurang selera untuk mengonsumsinya. Orang lebih suka mengonsumsi air yang memiliki rasa, salah satunya adalah minuman bersoda. Minuman bersoda lebih disukai karena rasanya yang manis dan juga menyegarkan dapat melepaskan dahaga. Apalagi jika udara sangat panas, tentunya sesuatu yang dapat melepas dahaga seperti minuman bersodalah yang akan dipilih. Minuman bersoda pertama kali ditemukan oleh Dr. Joseph Priestly pada tahun 1767. Dokter ini terinspirasi dari air mineral, dia menemukan teknik pemecahan gas karbondioksida di air secara cepat dan hasilnya segelas minuman berkarbonasi yang bisa diminum. Tiga tahun kemudian ahli kimia yang berkebangsaan Swedia, Torbern Bergman menciptakan sebuah proses pengolahan minuman bersoda dari kapur yang mengandung asam sulphur. Penemuan Bergman ini yang menjadi cikal bakal terciptanya minuman bersoda dalam jumlah yang besar (Fantuzzi, 2008). Definisi minuman bersoda menurut Freitag dan Oktaviani (2010) adalah minuman yang dihasilkan melalui penambahan gas-gas karbondioksida ke dalam minuman sehingga minuman tersebut memiliki gelembung-gelembung yang memberikan kesegaran dan efek kepuasan saat minum serta pelepas dahaga ketika haus. Ciri khas dari minuman bersoda adalah adanya gelembung-gelembung yang memberi kesan segar. Dan ketika diminum, pelepasan gas atau gelembung
itu seakan-akan menggigit di lidah (Qiqi, 2007). Sensasi yang seperti itulah yang disukai oleh banyak orang. Minuman ini memiliki banyak cita rasa seperti anggur, strawberi, lemon, karamel, dan warna yang mencolok serta menarik perhatian sehingga membuat masyarakat ingin mengonsumsi minuman tersebut. Minuman bersoda terdiri dari 90% air dan sisanya adalah kombinasi dari berbagai bahan. Misalnya pemanis buatan, gas CO2, pencita rasa, pewarna, asam fosfat, kafein, dan beberapa mineral, terutama aluminium. Biasanya produk minuman bersoda memiliki kadar gula 8-14%. Gula dapat memberikan rasa manis dan mempertahankan warna minuman (Potter, 1991). Rasa yang manis juga menjadi salah satu alasan minuman bersoda disukai orang. Hal ini karena kadar gula dalam minuman bersoda yang cukup tinggi, yaitu sekitar 8-14%. Namun, manisnya minuman bersoda tidak selalu berdampak manis juga. Selain bisa berakibat pada penambahan berat badan (obesitas), sebuah studi baru menemukan minuman ini juga memiliki dampak buruk bagi jantung. Studi ini dilatarbelakangi sebuah kasus yang menimpa seorang wanita berusia 31 tahun asal Monaco. Dia dilarikan ke rumah sakit karena menderita detak jantung yang tidak teratur dan pingsan. Belakangan baru diketahui wanita itu hanya meminum minuman bersoda sejak usianya 16 tahun. Dia bisa meminum 2 liter minuman bersoda setiap harinya (Kartika, 2013). Para peneliti kemudian menganalisa kasus peminum soda lainnya dan menemukan kebiasaan tersebut dapat memicu fungsi jantung yang rusak, detak jantung
yang
tidak
teratur,
bahkan
kematian.
Menurut
para
peneliti,
pengonsumsian minuman soda yang berlebihan dapat memicu hilangnya sebagian besar potasium dari tubuh. “Konsumsi kafein juga dapat mengganggu kerja ginjal,” ujar penulis studi Nadir Saoudi, ketua divisi kardiologi dari Princesse Grace Medical Centre di Monaco. Lantaran potasium membantu menjaga detak jantung tetap teratur, kekurangan potasium dapat menyebabkan ketidakteraturan detak jantung. Saoudi mengatakan, kadar potasium yang rendah juga dapat merusak otot. Sekali otot rusak, maka komponen di dalam otot akan keluar dari jaringan dan terbawa oleh aliran darah. Hal ini akan merusak keseimbangan elektrolit tubuh dan memicu gangguan jantung yang lebih berat. “Selain itu, minuman bersoda dapat memicu kegemukan yang juga merupakan faktor risiko
dari penyakit jantung,” ujarnya. Meskipun belum ditentukan rekomendasi minuman bersoda yang boleh diminum per harinya, namun para peneliti menyarankan untuk minum tidak lebih dari 473 mililiter setiap harinya (Kartika, 2013). Minuman bersoda menimbulkan efek ketagihan dan kecanduan untuk minum lagi setelah tegukan pertama. Hal ini disebabkan karena minuman tersebut mengandung kadar gula yang tinggi sehingga membuat kenyamanan dan kebahagiaan saat meminumnya. Sistem tubuh manusia memberikan respon dengan pengeluaran hormone serotonin. Hormon tersebut adalah hormon yang bekerja untuk meningkatkan suasana hati ketika bahagia. Pelepasan serotonin menyebabkan seseorang berkeinginan lagi untuk mengonsumsi minuman tersebut (Wahyuningsih, 2011). Vartanian et al., 2007 (dalam Alamsyah, 2011) dampak minuman bersoda terhadap kesehatan yang banyak diteliti antara lain adalah kegemukan dan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan obesitas, Lien et al., 2006 (dalam Alamsyah, 2011) serta tekanan mental dan hiperaktif pada anak-anak. CCBI, 2008 (dalam Alamsyah, 2011) meskipun demikian alasan kesehatan belum merupakan pertimbangan penting dalam memilih jenis minuman bersoda yang akan dikonsumsi, dan konsumen baru akan mengurangi konsumsi minuman bersoda jika sudah timbul dampak negatif atau penyakit, misalnya obesitas atau diabetes. Maka dari itu, makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memberitahu dan mengingatkan masyarakat awam terhadap akibat berbahaya meminum minuman bersoda.
1.2 Rumusan Masalah Masalah umum dalam makalah ini dirumuskan yaitu, apa dampak negatif minuman bersoda bagi kesehatan tubuh? Masalah khusus dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut. (1) Apa dampak negatif minuman bersoda bagi kesehatan tubuh terkait dengan pertambahan berat badan?
(2) Apa dampak negatif minuman bersoda bagi kesehatan tubuh terkait dengan peningkatan kadar gula dalam darah? (3) Apa dampak negatif minuman bersoda bagi kesehatan jantung?
2. PEMBAHASAN 2.1 Dampak Negatif Minuman Bersoda Bagi Kesehatan Tubuh Terkait dengan Pertambahan Berat Badan (Peningkatan Risiko Obesitas) Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Minuman bersoda memang mempunyai rasa yang manis, namun yang perlu diketahui adalah minuman bersoda merupakan salah satu bahan yang memiliki pemanis buatan dengan kadar yang sangat tinggi. Semakin tinggi kadar pemanis yang terdapat dalam minuman bersoda, maka semakin besar pula jumlah kalori yang ada di dalamnya. Terlalu banyak mengkonsumsi minuman bersoda dapat menyebabkan kegemukan atau yang dikenal dengan istilah obesitas. Pengonsumsian minuman bersoda dengan intensitas yang tinggi dapat meningkatkan berat badan dan menyebabkan obesitas. Minuman bersoda mengandung banyak kalori. Kandungan kalori yang tinggi dalam minuman bersoda menyebabkan penambahan berat badan. Kalori tersebut berasal dari zatzat yang terkandung dalam minuman bersoda seperti bahan pemanis baik yang alami maupun buatan. Bahan pemanis yang digunakan dalam pengolahan minuman bersoda terdiri dari bahan alami dan bahan buatan. Bahan pemanis alami yang dicampurkan ke dalam minuman bersoda adalah gula. Kadar gula yang terdapat dalam minuman bersoda adalah 38 gram. Menurut Fatsecret (2014) kandungan kalori dalam gula sebesar 387 kkal/ 100 gram. Sehingga gula dalam minuman bersoda mengandung kalori sebesar 147 kkal. Sedangkan bahan pemanis buatan yang biasa dimasukkan ke dalam minuman bersoda adalah aspartam dan acesulfame. Kadar aspartam yang terdapat di dalam minuman bersoda kaleng berukuran sedang (250-330 ml) sekitar 40 mg/ 100 ml dan terdapat kalori sebesar 4 kkal didalamnya, sama dengan kadar acesulfame sekitar 40 mg/ 100 ml dan juga terdapat kalori sebesar 4 kkal didalamnya (Cuomo et al., 2011). Jadi, jika dijumlahkan secara keseluruhan dalam satu kaleng minuman bersoda berukuran
sedang (250-330 ml) terdapat kalori sebesar 155 kkal. Jumlah tersebut akan bertambah tinggi apabila pengonsumsian minuman bersoda dalam intensitas yang tinggi pula. Menurut para dokter, ancaman terbesar dari minuman bersoda adalah kadar gulanya yang sangat tinggi. Ketika kadar gulanya tinggi, maka jumlah kalori yang terdapat dalam minuman bersoda pun juga tinggi dan tidak wajar, berada di ambang batas kebutuhan tubuh. Ketika tubuh tidak mampu memproses dan membakar kalori tersebut, maka berat badan akan naik secara drastis dan susah untuk dikendalikan. Hal ini disebabkan karena kelebihan kalori tadi disimpan oleh tubuh dalam bentuk lemak. Tiap orang mempunyai tingkat kebutuhan kalori masing-masing. Orang dewasa dengan tubuh tinggi dan mempunyai banyak aktivitas tentunya butuh lebih banyak kalori daripada orang lain yang bertubuh lebih kecil dan mempunyai sedikit aktivitas. Namun faktanya, obesitas diderita tak hanya bagi orang yang sudah dewasa, anak-anak bisa menderita obesitas. Di Amerika Serikat, tingkat obesitas pada anak-anak sangatlah tinggi. Salah satu penyebabnya adalah minuman bersoda. Anak-anak di Amerika Serikat mengkonsumsi minuman bersoda layaknya meminum air putih. Setelah makan, mereka pasti minum minuman bersoda. Hasilnya, mereka banyak yang menderita obesitas.
2.2 Dampak Negatif Minuman Bersoda Bagi Kesehatan Tubuh Terkait dengan Peningkatan Kadar Gula dalam Darah (Peningkatan Risiko Diabetes) Minuman bersoda juga mengandung banyak gula. Dalam sekaleng soda sedikitnya terdapat sembilan sendok teh gula. Padahal, kebutuhan gula dalam tubuh kita tidak boleh melebihi empat sendok teh per hari. Karenanya, gula dapat dikatakan sebagai substansi berkalori yang kosong. Artinya, gula tidak mengandung zat gizi yang diperlukan tubuh. Pada orang yang mempunyai risiko mengidap penyakit diabetes, kelebihan gula akan memicu timbulnya penyakit diabetes. Gula yang biasa digunakan dalam minuman bersoda adalah sukrosa, dalam bentuk sirup murni tanpa warna. Dalam perkembangannya, sukrosa bisa diganti dengan gula jagung. Sirup gula (atau gula jagung) ditambahkan dengan
aroma, pewarna dan asam, serta bahan pengawet untuk memperpanjang umur simpannya. (Potter, 1991). Sukrosa adalah gula pasir biasa yang tergolong dalam disakarida. Perbedaan antara sukrosa dengan disakarida yang lain adalah kedua atom anomerik dalam sukrosa digunakan untuk ikatan glikosida. Dalam sukrosa, baik fruktosa maupun glukosa tidak memiliki gugus hemiasetal, oleh karena itu sukrosa dalam air tidak berada dalam kesetimbangan suatu bentuk aldehida atau keton. Sukrosa tidak menunjukkan mutarotasi dan bukanlah gula pereduksi (Fessenden dan Fessenden, 1999). Sirup dengan kadar fruktosa tinggi, soda, dan pemanis buatan yang terdapat dalam minuman soda dapat merusak pankreas, yang menyebabkan produksi hormon insulin menurun. Hormon insulin yang ada di dalam tubuh tidak cukup, bahkan tidak sanggup untuk mengubah zat gula berlebih tersebut menjadi gula otot (glikogen). Akibatnya, gula darah (glukosa) akan meningkat dan membahayakan. Sehingga dapat memicu hadirnya penyakit diabetes mellitus karena zat pemanis buatan yang terdapat pada soda tidak mampu dimetabolisme oleh insulin menjadi glikogen sehingga bisa mamacu peningkatan gula darah dalam tubuh. Hasil penelitian tersebut juga mengungkap bahwa wanita yang mengatakan mereka minum satu atau lebih porsi minuman bersoda dengan pemanis setiap hari, selama dilakukan penelitian, kemungkinan mengembangkan diabetes dua kali lipat daripada mereka yang jarang mengonsumsi minuman tersebut (Firman, 2011). Menurut penelitian yang diterbitkan pada tahun 2007 dalam jurnal Circulation dari American Heart Association, subjek penelitian yang meminum minuman bersoda setiap hari selama empat tahun memiliki kesempatan 25% dalam mengembangkan tingkat gula darah tinggi. Dan 32% memungkinkan mereka lebih besar untuk mengembangkan kadar kolesterol (Firman, 2011).
2.3 Dampak Negatif Minuman Bersoda Bagi Kesehatan Jantung Minuman bersoda merupakan salah satu sumber utama kafein. Satu kaleng minuman bersoda ukuran 12 ons mengandung hingga 45 miligram kafein.
Tapi dalam minuman bersoda yang lebih kuat, jumlahnya bisa melebihi 100 miligram (mendekati kandungan kafein di dalam kopi). Dengan kata lain, jumlah kafein yang ada hampir sepertiga dari satu cangkir kopi biasa. Minuman berkafein dikaitkan dengan berbagai gangguan termasuk detak jantung yang tidak normal. Kafein dapat menyebabkan jatuk berdetak lebih cepat dari yang biasanya. Meski masih banyak perdebatan mengenai manfaat kafein, namun fakta menunjukkan bahwa kafein dapat meningkatkan tekanan darah tinggi dan mempercepat detak jantung. Selain itu, kafein menghentikan proses pencernaan zat besi dari makanan. Jadi orang yang gemar meminum minuman bersoda kemungkinan besar beresiko mengalami kekurangan zat besi dan detak jantungnya relatif lebih cepat dari yang normal. Jumlah zat natrium yang terkandung di dalam minuman bersoda tergolong sangat tinggi sekali. Zat natrium yang tinggi juga merupakan salah satu pemicu resiko serangan jantung karena kandungan zat natrium yang tinggi pada minuman bersoda dapat meningkatkan tekanan darah di dalam tubuh manusia. Sehingga saat tekanan darah di dalam tubuh meningkat, kerja jantung juga otomatis meningkat, dan mengakibatkan serangan jantung jika tekanannya benarbenar kuat. Sebuah penelitian menemukan bahwa wanita yang minum manis (dalam hal ini, minuman yang manis tersebut adalah minuman bersoda) lebih dari dua kali setiap hari memiliki resiko 40% lebih tinggi terhadap serangan jantung. Atau kematian akibat penyakit jantung, daripada mereka yang jarang meminum minuman tersebut (Firman, 2011).
3. SIMPULAN Minuman bersoda memiliki dampak negatif, baik langsung maupun tidak langsung. Dampak negatif langsung yang ditimbulkan yaitu: menyebabkan terjadinya sendawa, mengakibatkan volume lambung lebih cepat penuh, membuat perut gembung, penuh, kemuakan serta nyeri pada lambung. Sedangkan dampak negatif yang secara tidak langsung dapat ditimbulkan akibat pengonsumsian minuman bersoda yaitu:
(1)
Minuman bersoda dapat meningkatkan risiko obesitas. Hal ini disebabkan oleh kandungan yang terdapat dalam minuman itu sendiri yakni bahan pemanis, baik yang alami maupun yang buatan. Bahan pemanis tersebut berupa gula yang kadarnya sangat tinggi. Semakin tinggi kadar gulanya, maka semakin banyak jumlah kalori yang terdapat di dalam minuman bersoda. Jumlah kalori yang berlebihan (melebihi batas kalori yang dibutuhkan) tidak mampu lagi diproses (proses pembakaran kalori untuk menghasilkan energi) dan akan disimpan oleh tubuh dalam bentuk lemak. Sehingga berat badan akan meningkat secara drastis atau biasa disebut dengan obesitas.
(2)
Minuman bersoda dapat meningkatkan risiko diabetes. Hal ini disebabkan oleh sirup dengan kadar fruktosa tinggi, soda, dan pemanis buatan yang terdapat dalam minuman soda dapat merusak pankreas, yang menyebabkan produksi hormon insulin menurun. Hormon insulin yang ada di dalam tubuh tidak cukup, bahkan tidak sanggup untuk mengubah zat gula berlebih tersebut menjadi gula otot (glikogen). Akibatnya, gula darah (glukosa) akan meningkat dan membahayakan. Sehingga bisa mamacu peningkatan gula darah dalam tubuh dan meningkatkan risiko diabetes.
(3)
Minuman bersoda dapat mempercepat detak jantung. Hal ini dikarenakan minuman bersoda mengandung kafein yang dapat meningkatkan tekanan darah tinggi dan mempercepat detak jantung. Selain itu, kafein menghentikan proses pencernaan zat besi dari makanan. Jadi orang yang gemar meminum minuman bersoda kemungkinan besar berisiko mengalami kekurangan zat besi dan detak jantungnya relatif lebih cepat dari yang normal. Selain itu juga disebabkan oleh jumlah zat natrium yang terkandung di dalam minuman bersoda tergolong sangat tinggi sekali. Zat natrium yang tinggi juga merupakan salah satu pemicu risiko serangan jantung karena kandungan zat natrium yang tinggi pada minuman bersoda dapat meningkatkan tekanan darah di dalam tubuh manusia. Sehingga saat tekanan darah di dalam tubuh meningkat, kerja jantung juga otomatis meningkat, dan mengakibatkan serangan jantung jika tekanannya benar-benar kuat.
DAFTAR RUJUKAN Alamsyah, Zeffry. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Minuman Ringan dan Implikasinya Terhadap Strategi Pemasaran. PhD Theses from MBIPB, Manajemen dan Bisnis, Institut Pertanian Bogor. (online), (http://elibrary.mb.ipb.ac.id), diakses 25 Oktober 2014. Cuomo, Rosario., et al. 2011. The Role of A Pre-load beverage on Gastric Volume and Food Intake: Comparison Between Non-caloric Carbonated and Non-carbonated beverage. Nutrition Journal, 10:114, 1-11. (online), (http://www.jstor.com), diakses 4 November 2014. Fantuzzi, Kristen. 2008. Carbonated soft drink consumption: Implications for obesity policy. ProQuest Dissertations and Theses 3313272, 1-12. ABI/INFORM Global (Proquest) database. Fatsecret. 2014. Fatsecret Indonesia. (online), (http://www.fatsecret.co.id/kalorigizi/umum/gula-pasir), diakses 26 November 2014. Fessenden, R.J dan Fessenden, J.S. 1990. Kimia Organik, Edisi Ketiga, Jilid 2. Terjemahan A.H. Pudjaatmaka. 1999. Jakarta: Erlangga. Firman. 2011. Analisa Minuman Bersoda. (online), (http://www.gedoor.com/wpcontent/uploads/2011/10/analisis.pdf), diakses 25 Oktober 2014. Freitag, Harry., & Oktaviani, Prima. 2010. Diet Seru Ala Remaja. Yogyakarta: Penerbit Jogja Great! Publisher. Kartika, Unoviana. 2013. Minuman Bersoda Picu Gangguan Jantung?. (online), (http://health.kompas.com/read/2013/07/23/1534376/Minuman.Bersoda.Pi cu.Gangguan.Jantung.), diakses 29 september 2014. Potter, N.N. 1991. Food Science Fourth Edition. New York: Van Nostrand Reinhold Company. Qiqi. 2007. Forum Kesehatan & Pendidikan. Ligagame Forum. (online), (http://www.ligagame.com/forum/index.php?action=printpage;topic=5185 2.0), diakses 25 Oktober 2014. Wahyuningsih, Merry. 2011. Kenapa Minum Soda Bikin Gemuk?, (online), (http://www.detikhealth.com/read/20011/03/19/120510/15961231766/kena pa-minum-soda-bikin-gemuk?hlight), diakses 2 November 2014.