Dampak Memakai Zat Aditif dan Akibatnya bagi Kesehatan Tubuh
Banyak sekali peredaran zat-zat aditif di kalangan masyarakat sehingga menyebabkan munculnya kontroversi akan bahayanya bagi kesehatan tubuh kita. Untuk itu perlu adanya pengawasan intesif bagi pemerintah dan masyarakat guna mengurangi terjadinya penyalahgunaan zat aditif yang dilakukan oleh agen-agen yang tidak manusiawi. Saya akan mencoba share postingan yang saya ambil dari suatu referensi buku sekolah. Nama zat pengawet dan Penyakit yang ditimbulkan 1. Formalin : Kanker paru-paru, gangguan pada alat pencernaan, penyakit jantung dan merusak sistem saraf. 2. Boraks : Mual, muntah, diare, penyakit kulit, kerusakan ginjal, serta gangguan pada otak dan hati. 3. Natamysin : Mual, muntah, tidak nafsu makan, diare dan perlukaan kulit. 4. Kalium Asetat : Kerusakan fungsi ginjal. 5. Nitrit dan Nitrat : Keracunan, mempengaruhi kemampuan sel darah membawa oksigen ke berbagai organ tubuh, sulit bernapas, sakit kepala, anemia, radang ginjal, dan muntah-muntah. 6. Kalsium Benzoate : Memicu terjadinya serangan asma. 7. Sulfur Dioksida : Perlukaan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi genetik, kanker dan alergi. 8. Kalsium dan Natrium propionate : Penggunaaan melebihi angka maksimum tersebut bisa menyebabkan migren, kelelahan, dan kesulitan tidur. 9. Natrium metasulfat : Alergi pada kulit
Nama Zat Pewarna dan Penyakit yang ditimbulkan : 1. Rhodamin B (pewarna tekstil) Kanker dan menimbulkan keracunan pada paru-paru, tenggorokan, hidung, dan usus 2. Tartazine Meningkatkan kemungkinan hyperaktif pada masa kanak-kanak. 3. Sunset Yellow Menyebabkan kerusakan kromosom 4. Ponceau 4R Anemia dan kepekatan pada hemoglobin. 5. Carmoisine (merah) Menyebabkan kanker hati dan menimbulkan alergi.
6. Quinoline Yellow Hypertrophy, hyperplasia, carcinomas kelenjar tiroid Nama Zat Pemanis dan Penyakit yang ditimbulkan 1. Siklamat : Kanker (Karsinogenik) 2. Sakarin : Infeksi dan Kanker kandung kemih 3. Aspartan : Gangguan saraf dan tumor otak 4. Semua pemanis buatan : Mutagenik
Nama Penyedap rasa dan Penyakit yang ditimbulkan 1. Mono natrium Glutamat dan Monosodium Glutamat: Kelainan hati, trauma, Hipertensi, Stress, Demam tinggi, Mempercepat proses penuaan, Alergi kulit, Mual, Muntah, Migren, Asma, Ketidakmampuan belajar, Depresi. Tips Sehat 1. Usahakan bawa makanan dari rumah 2. Biasakan sarapan agar tidak terlalu banyak jajan 3. Banyak mengkonsumsi sayur, buah dan banyak minum air putih 4. Olahraga teratur 5. Cuci tangan sebelum makan 6. Tidak jajan di luar kantin sekolah 7. Teliti sebelum membeli makanan
Kegunaan zat aditif Zat aditif pada produk makanan dan minuman berfungsi sebagai bahan yang dapat memperpanjang masa simpan produk serta untuk memperoleh mutu sensoris (citarasa,warna,dan tekstur). Akan tetapi penggunaan zat aditif secara berlebihan juga dapat membahayakan kesehatan. Apa saja bahayanya? Zat aditif ada yang bersifat mutagenik / karsinogenik yang dapat menimbulkan kelainan genetik seperti kanker, penuaan sel, dan kerusakan organ yang lain. Kandungan zat aditif pada produk makanan seperti, antioksidan, dinatrium benzoat ,natrium benzoat, kalsium benzoat, kalium benzoat, ferro fumarat, asam sitrat, vitsin, sodium benzoat, zat besi, pengatur keasaman, pengental, thickener, guargum, mononatrium glutamat, trikalsium fosfat, asam laktat, asam asetat, tokoferol, ascorbid acid, metil-p-hidroksi benzoat. Kandungan zat aditif pada produk minuman seperti natrium banzoat, pewarna, natrium sulfat, asam sitrat, natrium nitrit, mononatrium glutamat, poliphospat, ascorbid acid, magnesium karbonat, natrium klor, asam laktat, belerang dioksida, sodium nitrit. Zat warna alami komersial yang diijinkan untuk dipakai pada makanan dan minuman antara lain : anato, karamel, karoten, karmin, klorofil, safron, santaksantin, titanium dioksida dan tumerik. Bahan tambahan makanan yang diijinkan digunakan pada makanan terdiri dari 11 golongan yaitu: 1. Antioksidan (untuk mencegah/ menghambat oksidasi) 2. Antikempal (untuk mencegah mengempalnya makanan yang berupa bubuk) 3. Pengatur keasaman (untuk mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat keasaman makanan) 4. Pemanis buatan (zat yang dapat menimbulkan rasa manis pada makanan yang tidak/ hampir tidak memiliki nilai gizi) 5. Pemutih dan pematang tepung (mempercepat proses pemutihan untuk memperbaiki mutu pemanggangan)
6. Pengemulsi, pemantap dan pengental (untuk membantu terbentuknya campuran yang homogen pada makanan) 7. Pengawet (untuk mencegah / menghambat kerusakan oleh mikroba) 8. Pengeras (untuk memperkeras / mencegah melunaknya makanan) 9. Pewarna (untuk memperbaiki / memberi warna pada makanan) 10. Penyedap rasa dan aroma (untuk memberikan, menambah, mempertegas rasa dan aroma) 11. Sequesteran (untuk mengikat ion logam yang ada pada makanan).
Zat-zat aditif tidak hanya zat-zat yang secara sengaja ditambahkan pada saat proses pengolahan makanan berlangsung, tetapi juga termasuk zat-zat yang masuk tanpa sengaja dan bercampur dengan makanan. Masuknya zat-zat aditif ini mungkin terjadi saat pengolahan, pengemasan, atau sudah terbawa oleh bahan-bahan kimia yang dipakai.
Zat aditif makanan dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu: 1. zat aditif yang berasal dari sumber alami, seperti lesitin dan asam sitrat; 2. zat aditif sintetik dari bahan kimia yang memiliki sifat serupa dengan bahan alami yang sejenis, baik susunan kimia maupun sifat/fungsinya, seperti amil asetat dan asam askorbat. Berdasarkan fungsinya, baik alami maupun sintetik, zat aditif dapat dikelompokkan sebagai zat pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap rasa. Zat aditif dalam produk makanan biasanya dicantumkan pada kemasannya.
Penyalahgunaan Zat Adiktif dan Psikotropika Penyalahgunaan Zat Adiktif dan Psikotropika Kita telah mempelajari dampak negatif zat adiktif dan psikotropika. Zat-zat ini sering disalahgunakan untuk tujuan non-medis. Penggunaan non-medis biasanya untuk kesenangan penggunanya. Namun, harus diingat bahwa zat-zat tersebut dapat menimbulkan kecanduan. Lagi pula, pemakaiannya yang melebihi batas (overdosis) dapat mengakibatkan kematian. Penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika. seperti minuman keras dan obat-obatan terlarang, dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari diri sendiri maupun dari keluarga dan lingkungan. Berikut beberapa contohnya: Faktor yang berasal dari diri sendiri:
Kurangnya keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini menyebabkan seseorang cenderung melarikan diri ke hal-hal negatif bila menghadapi masalah. Kurangnya pengetahuan mengenai bahaya zat adiktif dan psikotropika. Penggunaan zat adiktif dan psikotropika dalam jangka waktu lama dapat merusak kesehatan. bahkan mengancam jiwa penggunanya. Rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Hal ini dapat menyebabkan seseorang selalu mencoba hal-hal yang barn. termasuk mengkonsumsi zat adiktif dan psikotropika. Faktor yang berasal dari keluarga dan lingkungan:
Ketidakharmonisan dalam keluarga. Hubungan yang tidak harmonis dalam keluarga dapat mendorong seseorang untuk berpaling ke hal-hal negatif, termasuk mengkonsumsi zat adiktif dan psikotropika. Kurang komunikasi dan kasih sayang dalam keluarga. Hal ini dapat disebabkan kesibukan masing-masing anggota keluarga sehingga kurang memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anggota keluarga yang lain. Lingkungan pergaulan yang kurang baik. Bujukan dari teman yang menyalahgunakan zat adiktif dan psikotropika dapat menjerumuskan seseorang untuk ikut menyalahgunakan zat tersebut. Kondisi lingkungan sekolah yang tidak mendukung. Sekolah yang tidak menerapkan aturan tegas, tidak disiplin, dan tidak mendorong siswanya melakukan kegiatan positif berpotensi menjadi sasaran peredaran zat adiktif dan psikotropika.
Seseorang yang sudah terlanjur menjadi pecandu zat adiktif dan psikotropika akan melakukan apa saja agar dapat mengkonsumsi obat yang mereka butuhkan. Hal ini tenth menimbulkan masalah bagi dirinya dan orang lain. Beberapa masalah tersebut digambarkan sebagai berikut:
Pecandu akan kekurangan gizi karena obat tersebut mengurangi nafsu makan. Tubuh pecandu biasanya kurus kering, tidak segar, mata terlihat ce kung. dan tatapan matanya kosong. Masafah keuangan. Obat-obatan yang dikonsumsi biasanya mahal. Namun, bila sudah kecanduan maka pengguna akan melakukan apa saja untuk mendapatkannya. Mereka bisa menjual barang pribadi atau mengambil milik orang lain. Hal ini tentu mendorong penggunanya untuk melakukan tindakan kriminal. Infeksi penyakit. Penggunaan jarum suntik yang dilakukan oleh para pecandu secara bergantian dapat menimbulkan infeksi, misalnya infeksi virus HIV (penyebab AIDS) dan hepatitis (penyakit kerusakan hati).
Mengingat besarnya bahaya penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika, maka sebaiknya kita tidak mengkonsumsinya. Penggunaan zat adiktif dan psikotropika dapat dilakukan untuk t ujuan medis. Itu pun hams di bawah pengawasan ketat dari dokter yang berwenang. Untuk mencegah penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika, di bawah ini ada beberapa tips:
Tingkatkan keimanan dan ketagwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Iman yang kuat menjadikan mental kita sehat sehingga tidak mudah tergoda untuk mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Jangan pemah mencoba. Pengguna obat terlarang biasanya memulai dari keinginan untuk sekedar mencoba. Kemudian, ia mencoba lagi sehingga menjadi ketagihan. Dalam hal ini. pengaruh lingkungan khususnya teman sangat menentukan. Teman sejati tidak akan menjerumuskan kita untuk melakukan halhal yang tidak baik, seperti memakai obat terlarang. Untuk itu, jika kita ditawari obat-obatan terlarang, maka katakan dengan tegas: “tidak” dan jangan pernah tergoda untuk mencobanya. Meningkatkan komunikasi dan menjaga hubungan yang harmonis dalam keluarga Jika kita sedang menghadapi suatu masalah. maka ungkapkan kepada keluarga, seperti ayah, ibu. paman, bibi. atau kakak. Masalah yang kita anggap berat sekali pun. niscaya akan dapat terpecahkan. Jika ada suatu masalah jangan sampai kita tergiur untuk mengkonsumsi obat terlarang. Pemakaian obat tersebut memang dapat membuat kita berhalusinasi sehingga kita bisa melupakan masalah tersebut. Tetapi ingat, itu hanya untuk sementara waktu. Penggunaan obat terlarang tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Namun, itu hanya akan menambah masalah baru dan merusak diri kita. Ikut mengawasi peredaran obat-obatan terlarang. Bila kamu mengetahui ada teman atau orang lain yang menggunakan obat terlarang. maka sampaikan hal itu kepada gurumu. Selanjutnya, gurumu yang akan melaporkannya kepada pihak yang berwajib.
Sidang BPUPKI Ke-2 (kedua) (10 –16 Juli 1945) Sidang II BPUPKI membahas penyusunan Rencana Pembukaan Undang-Undang Dasar, Rencana Undang-Undang Dasar, serta rencana lain yang berhubungan dengan kemerdekaan bangsa Indonesia. Dalam rapat pada 11 Juli 1945, dibentuk Panitia Perancang Undang- Undang Dasar. Dalam rapat yang dilaksanakan selama tujuh hari, dihasilkan rancangan Undang-Undang Dasar Indonesia merdeka. Setelah sidang kedua, pada 7 Agutus 1945, BPUPKI dibubarkan dan sebagai gantinya dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 9 Agustus 1945. Ketua PPKI ialah Ir. Soekarno dan wakilnya ialah Drs. Mohammad Hatta. Pada sidang ini Ketua BPUPKI membentuk tiga panitia yang terdiri atas: a) Panitia Perancang UUD, diketahui oleh Ir. Soekarno. b) Panitia Pembelaan Tanah Air diketuai oleh Abikoesno Tjokrosoejoso. c) Panitia Keuangan dan Perekonomian, diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta. Panitia perancang (11 Juli 1945) menghasilkan putusan-putusan, antara lain: a) Pembentukan panitia perancang Declaration of Rights (Mr. Achmad Soebardjo/ketua, dr. Soekiman dan Parada Harahap/anggota). b) Pembentukan panitia kecil perancang UUD (Prof. Mr. Dr. Soepomo/ketua, Mr. Wongsonegoro, Mr. Achmad Soebardjo, Mr. Alfred Andre M aramis, Mr. Singgih, Haji Agoes Salim, dan dr. Soekiman). Pada 12 Juli 1945 panitia kecil perancang UUD berhasil menyusun naskah rancangan UUD. Pada 13 Juli 1945 dibentuklah panitia penghalus bahasa yang terdiri dari Prof. Dr. P.A.H. Hoesein Djajadiningrat, Haji Agoes Salim, dan Prof. Mr. Dr. Soepomo. Pada tanggal 14 Juli 1945 panitia perancang UUD menghasilkan tiga hal, antara lain: (1) Pernyataan Indonesia Merdeka. (2) Pembukaan UUD. (3) Batang Tubuh UUD. Pada tanggal 14 16 Juli 1945 Ketua BPUPKI menerima sebulat-bulatnya naskah Rancangan UUD dengan perubahan-perubahannya. Pada tanggal 17 Juli 1945, naskah itu diserahkan kepada Pemerintah Balatentara Jepang. Sesudah itu BPUPKI tidak mengadakan sidang lagi. Selanjutnya pada 17 Juli 1945 angkatan laut Jepang mengadakan rapat Dewan Perang Tertinggi yang menghasilkan resolusi, antara lain: a) Kemerdekaan yang akan diberikan kepada Indonesia meliputi bekas wilayah jajahan Belanda (Hindia Belanda). b) Harus dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia di Jakarta. Oleh karena itu, Marsekal Hisaichi Terauci (Panglima Daerah S elatan) sebagai wakil Pemerintah Jepang untuk Asia Tenggara yang berkedudukan di Dalat (Burma) mengundang Soekarno, Mohammad Hatta, dan KRT Radjiman Wediodiningrat berkunjung ke Dalat untuk menemuinya. Para pemimpin berangkat tanggal 9 Agustus 194 5 dan kembali 14 Agustus 1945. Marsekal Hisaichi Terauci membentuk PPKI pada tanggal 12 Agustus 1945. PPKI beranggotakan 21 orang. Sebelum mereka dilantik (14 Agustus 1945), Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu dan terjadi kekosongan kekuasaan di Indonesia.