BAB II PEMBAHASAN
SEJARAH PERKEMBANGAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Sejarah Perkembangan Perkembangan Bimbingan dan Konseling
Secara umum, konsep bimbingan dan konseling telah lama dikenal manusia melalui sejarah. Sejarah tentang pengembangan potensi individu dapat ditelusuri dari masyarakat yunani kono. Mereka menekankan upaya-upaya untuk mengembangkan dan menguatkan individu melalui pendidikan. Plato dipandang sebagan koselor Yunani Kuno karena dia telah menaruh perhatian besar terhadap masalah-masalah pemahaman psikologis individu seperti menyangkut aspek isu-isu moral, pendidikan, hubungan dalam masyarakat dan teologis. Bimbingan konseling merupakan ilmu yang tergolong baru.Latar belakang yang mendorong lahirnya bimbingan dan konseling adalah perkembangan dan perubahan masyarakat yang terjadi secara evolutif, diikuti dengan perkembangan berbagai lembaga. Perkembangan dan perubahan tersebut antara lain meliputi: 1. Lembaga Keluarga: dari keadaan dan kebutuhan yang sederhana menjadi semakin kompleks 2.
Lembaga pendidikan: seseorang menjadi pandai, maju dan beragam sehingga tuntutannya pun semakin beragam.
3. Lembaga pekeerjaan: dari kehidupan agraris berkembang ke industri yang ditandai dengan spesialisasi. 4. Lembaga lain: pelayanan konsultasi, rekreasi, keagamaan dsb yang semakin berkembang dan beragam. Gerakan bimbingan lahir pada tanggal 13 Januari 1908 di Amerika, dengan didirikannya suatu vocational bureau tahun 1908 oleh Frank Parsons yang utuk selanjutnya dikenal sebagai “Father of The Guedance Movement in American Education”.yang menekankan pentingnya setiap individu diberikan pertolongan agar
1
mereka dapat mengenal atau memahami berbagai perbuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya dengan tujuan agar dapat dipergunakan secara intelijensi dengan memilih pekerjaan yang terbaik yang tepat bagi dirinya. Menurut Arthur E. Trax and Robert D North, dalam bukunya yang berjudul “Techniques of Guidance”, (1986), disebutkan beberapa kejadian penting yang mewarnai sejarah bimbingan diantaranya:
1. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Timbul suatu gerakan kemanusiaan yang menitik beratkan pada kesejahteraan manusia dan kondisi sosialnya. Geraka ini membantu vocational bureau Parsons dalam bidang keungan agar dapat menolong anak-anak muda yang tidak dapat bekerja dengan baik.
2. Agama Pada rohaniwan berpandangan bahwa dunia adalah dimana ada pertentangan yang secara terus menerus antara baik dan buruk.
3. Aliran kesehatan mental Timbul dengan tujuan perlakuan yang manusiawi terhadap penderita penyakit jiwa dan perhatian
terhadap
berbagai
gejala,
tingkat
penyakit
jiwa,
pengobatan,
dan
pencegahannya, karena ada suatu kesadaran bahwa penyakit ini bisa diobati apabila ditemukan pada tingkat yang lebih dini.Gerakan ini mendorong para pendidik untuk lebih peka terhadap masalah-masalah gangguan kejiwaan, rasa tidak aman, dan kehilangan identitas diantara anak-anak muda.
4. Perubahan dalam masyarakat Akibat dari perang dunia 1 dan 2, pengangguran, depresi, perkembangan IPTEK, wajib belajar, mendorong me ndorong beribu-ribu anak untuk masuk sekolah s ekolah tanpa mengetahui untuk apa mereka bersekolah. Perubahan masyarakat semacam ini mendorong para pendidik untuk memperbaiki
setiap
anak
sesuai
dengan
menyelesaikan pendidikannya dengan berhasil.
2
kebutuhannya
agar
mereka
dapat
5. Gerakan mengenal siswa sebagai individu Gerakan ini erat sekali kaitannya dengan gerakan tes pengukuran.Bimbingan diadakan di sekolah disebabkan tugas sekolah untuk mengenal atau memahami siswa-siswanya secara individual.Karena sulitnya untuk mengenal atau memahami siswa secara individual atau pribadi, maka diciptakanlah berbagai teknik dan instrument diantaranya tes psikologis dan pengukura n. Sampai awal abad ke-20 belum ada konselor disekolah.Pada saat itu pekerjaan pekerjaan konselor masih ditangani dit angani oleh para par a guru.Gerakan bimbingan disekolah mulai berkembang sebagai dampak dari revolusi industri dan keragaman latar belakang para siswa yang masuk kesekolah-sekolah negeri. Tahun 1898 Jesse B. Davis, seorang konselor di Detroit mulai memberikan layanan konseling pendidikan dan pekerjaan di SMA.Pada tahun 1907 dia memasukkan program bimbingan di sekolah tersebut. Pada waktu yang sama para ahli yang juga mengembangkan program bimbingan ini diantaranya; Eli Weaper, Frank Parson, E.G WillAmson, Carlr. Rogers. Bahkan, Eli Weaper pada tahun 1906 menerbitkan buku tentang “memilih suatu karir” dan membentuk komite guru pembimbing disetiap sekolah menengah di New York. Kamite tersebut bergerak untuk membantu para pemuda dalam menemukan kemampuan-kemampuan dan belajar tentang bimbingan menggunakan kemampuan-kemampuan tersebut dalam rangka menjadi seorang pekerja yang produktif. Bradley (John J.Pie Trafesa et. al., 1980) menambah satu tahapan dari tiga tahapan tentang sejarah bimbingan menurut Stiller, yaitu sebagai berikut: 1. Vocational exploration : Tahapan yang menekankan tentang analisis individual dan pasaran kerja 2. Metting Individual Needs : Tahapan yang menekankan membantu individu agar meeting memperoleh kepuasan kebutuhan hidupnya. Perkembangan BK pada tahapan ini dipengaruhi oleh diri dan memecahkan masalahnya sendiri.
3
3. Transisional Professionalism : Tahapan yang memfokuskan perhatian kepada upaya profesionalisasi konselor 4. Situasional Diagnosis : Tahapan sebagai periode perubahan dan inovasi pada tahapan ini memfokuskan pada analisis lingkungan dalam proses bimbingan dan gerakan cara-cara yang hanya terpusat pada individu. Pada tahun 1909 setiap sekolah menengah di Boston dimasukkan seorang petugas bimbingan jabatan. Kemudian tahun 1910 sekitar 35 kota melaksanakan dan menganjurkan program formal bimbingan sekolah. Pada tahun 1911 Eli Weaper mendirikan lembaga bimbingan yang diberi nama The New York City Vocational Guidence Survey. Selanjutnya tahun 1912 melalui lembaga tersebut diselenggarkan konferensi yang kedua bimbingan jabatan di New York.Sedangkan konferensi yang ketiga diselenggarakan pada tahun 1913. Sejak tahun 1914 proses bimbingan mulai mengarah kepada bimbingan pendidikan dan terus berkembang hingga kini. Perkembangan tanggal 20 Mei 1908 lahirlah gerakan Budi Utomo yang berusaha memperjuangkan kemajuan bangsa dalam segala lapangan kebudayaan.Sejak saat itu muncul berbagai gerakan yang mulai terorganisir dengan baik. Tahun 1922 lahir Perguruan Nasional Taman Siswa dengan asas: 1. Kemerdekaan tiap orang untuk mengatur diri sendiri 2. Membiasakan anak untuk mencari mencari pengetahuan dengan pikirannya sendiri. 3. Berusaha dengan kekuatannya kekuatannya sendiri tanpa tergantung pada bantuan orang lain.
Prinsip didaktik yang dipegang oleh Perguruan Nasional Taman Siswa ini antara lain: kemerdekaan belajar, bekerja dan menggunakan pendekatan konvergensi. Dari pola pendidikan Taman Siswa tersebut telah nampak perhatian dan penghargaan terhadap potensi seseorang dan kemerdekaan untuk mengembangkan potensi.Hal ini merupakan benih dari gerakan bimbingan konseling. Keberadaan Bimbingan dan Penyuluhan secara legal formal diakui tahun 1989 dengan lahirnya SK Menpan No 026/Menpan/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Di dalam Kepmen
4
tersebut ditetapkan secara resmi adanya kegiatan pelayanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah.Akan tetapi pelaksanaan di sekolah masih belum jelas seperti pemikiran awal untuk mendukung misi sekolah dan membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan mereka. Sampai tahun 1993 pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah tidak jelas, parahnya lagi pengguna terutama orang tua murid berpandangan kurang bersahabat dengan BP. Muncul anggapan bahwa anak yang ke BP identik dengan anak yang bermasalah, kalau orang tua murid diundang ke sekolah oleh guru BP dibenak orang tua terpikir bahwa anaknya di sekolah mesti bermasalah atau ada masalah. Hingga lahirnya SK Menpan No. 83/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang di dalamnya termuat aturan tentang Bimbingan dan Konseling di sekolah. Ketentuan pokok dalam SK Menpan itu dijabarkan lebih lanjut melalui SK Mendikbud No 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.Di Dalam SK Mendikbud ini istilah Bimbingan dan Penyuluhan diganti menjadi Bimbingan dan Konseling di sekolah dan dilaksanakan oleh Guru Pembimbing.Di sinilah pola pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah mulai jelas. SK Mendikbud No. 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya terdapat hal-hal yang substansial, khususnya yang menyangkut bimbingan dan konseling adalah: 1. Istilah bimbingan dan penyuluhan penyuluhan secara resmi diganti menjadi bimbingan dan konseling 2. Pelaksana bimbingan dan konseling di sekolah adalah guru pembimbing, yaitu guru yang secara khusus ditugasi untuk itu. Dengan demikian bimbingan dan konseling tidak dilaksanakan oleh semua guru atau sembarang guru 3. Guru yang diangkat atau ditugasi ditugasi untuk melaksanakan kegiatan bimbingan dan dan konseling adalah mereka yang berkemampuan melaksanakan kegiatan tersebut; minimum mengikuti penataran bimbingan dan konseling selama 180 jam 4. Kegiatan bimbingan dan dan konseling dilaksanakan dengan dengan pola yang jelas: a) Pengertian, tujuan, fungsi, prinsip dan asas-asasnya
5
b) Bidang bimbingan: bimbingan pribadi, sosial, belajar dan k arir c) Jenis
layanan:
layanan
orientasi,
informasi,
penempatan/penyaluran,
pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok dan konseling kelompok d) Kegiatan
pendukung:
instrumentasi,
himpunan
data,
konferensi
kasus,
kunjungan rumah dan alih tangan kasus. Unsur-unsur di atas (nomor 4) membentuk apa yang kemudian disebut BK Pola-17
5. Setiap kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan melalui tahap: a. Perencanaan kegiatan b.
Pelaksanaan kegiatan
c.
Penilaian hasil kegiatan
d. Analisis hasil penilaian e.
Tindak lanjut
6. Kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan di dalam dan di luar jam kerja sekolah. Hal-hal yang substansial di atas diharapkan dapat mengubah kondisi tidak jelas yang sudah lama berlangsung sebelumnya.
B. Latar Belakang Perlunya Bimbingan dan konseling
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dalam keseluruhan sistem pendidikan khususnya di sekolah, guru sebagai salah satu pendukung unsur pelaksana pendidikan yang mempunyai tanggung jawab sebagai pendukung pelaksana pel aksana layanan bimbingan pendidikan di sekolah, dituntut untuk memiliki wawasan yang memadai terhadap konsep-konsep dasar bimbingan dan konseling di sekolah.
6
Bimbingan Konseling merupakan salah satu komponen penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang keberadaannya sangat dibutuhkan, khususnya untuk membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Karena itu, Struktur kurikulum yang dikembangkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mencakup tugas Bimbingan Konseling pada pengembangan diri peserta didik (Depdiknas, 2006; Andi Mapiare, 2008). Secara khusus tujuan bimbingan dan konseling di sekolah yaitu membantu peserta didik a) Untuk mengembangkan seluruh potensinya seoptimal mungkin b) Untuk mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya sendiri c) Untuk mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungannya, yang meliputi lingkungan sekolah, keluarga, pekerjaan, sosial-ekonomi, dan kebudayaan d) Untuk mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalahnya e) Untuk mengatasi kesulitan dalam menyalurkan kemampuan, minat, dan bakatnya Program bimbingan dan konseling sangat perlu diterapkan di lingkungan sekolah. Adapun yang melatar belakangi program bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut: 1. Latar Belakang Sosio-Kultural Sosio-Kultural
Perkembangan zaman (globalisasi) menimbulkan perubahan dan kemajuan dalam masyarakat. Aspek perubahan meliputi: sosial, politik, ekonomi, industri, informasi dan sebagainya. Akibatnya ialah berbagai permasalahan yang dihadapi oleh
7
peserta didik
misalnya, pelanggaran tata tertib sekolah, tawuran, minum-minuman
keras, penyalahgunaan narkoba, menonton video porno dll. Tanggung jawab sekolah ialah membantu para siswa baik sebagai pribadi maupun sebagai calon anggota masyarakat, dengan mendidik dan menyiapkan siswa agar berhasil menyesuaikan diri di masyarakat dan mampu menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapinya. 2. Latar Belakang Pedagogis
Tujuan inti dari pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara optimal dan setiap anak didik sebagai pribadi. Dengan demikian setiap kegiatan proses pendidikan diarahkan kepada tercapainya pribadi-pribadi yang berkembang optimal sesuai dengan potensi masing-masing. Untuk menuju tercapainya pribadi yang berkembang, maka kegiatan pendidikan hendaknya bersifat menyeluruh yang tidak hanya berupa kegiatan instruksional (pengajaran), akan tetapi meliputi kegiatan yang menjamin bahwa setiap anak didik secara pribadi mendapat layanan sehingga akhirnya dapat berkembang secara optimal. Dalam hubungan inilah bimbingan mempunyai peranan yang amat penting dalam pendidikan, yaitu membantu setiap pribadi anak didik agar berkembang secara optimal. Dengan demikian maka hasil pendidikan sesungguhnya akan tercermin pada pribadi anak didik yang berkembang berkembang baik secara akademik, psikologis, maupun sosial. 3. Latar belakang psikologis
Dalam proses pendidikan di sekolah, siswa sebagai subjek didik, merupakan pribadi-pribadi yang unik dengan segala se gala karakteristiknya. Siswa sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksinya dengan lingkungannya. Sebagai pribadi yang unik, terdapat
8
perbedaan individual antara siswa yang satu dengan lainnya. Di samping itu, siswa sebagai pelajar, senantiasa terjadi perubahan tingkah laku sebagai hasil proses belajar. Selain itu, ada tiga hal pokok yang menjadi latar belakang perlunya bimbingan dilihat dan segi pendidikan. Pertama adalah dilihat dan hakikat pendidikan sebagai suatu usaha sadar dalam mengembangkan kepribadian. Hal ini mengandung implikasi bahwa proses pendidikan menuntut adanya pendekatan yang lebih luas dari pada sekedar pengajaran. Pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan pribadi melalui layanan bimbingan dan konseling. Kedua, pendidikan senantiasa berkembang secara dinamis dan karenanya selalu terjadi perubahan perubahan dan penyesuaian dalam komponen-komponennya. Menghadapi perkembangan ini para siswa sebagai subjek didik memerlukan bantuan dalam penyesuaian diri melalui layanan bimbingan. Ketiga pada hakikatnya guru mempunyai peranan yang tidak hanya sebagai pengajar, tetapi lebih luas dari itu, yaitu Sebagai pendidik, maka guru seyogyanya dapat menggunakan pendekatan pribadi.
C. LANDASAN PSIKOLOGI
Psikologi merupakan kajian tentang tingkah laku individu. Landasan psikologis dalam bimbingan dan konseling memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan. Hal ini diperlukan karena ruang lingkup bimbingan dan konseling adalah ruang lingkup klien, yang perlu diubah ata u dikembangkan. Tingkah laku individu tidak terjadi dalam keadaan kosong, melainkan mengandung latar belakang, latar depan, sangkut paut dan isi tertentu. Tingkah laku berlangsung dalam lingkungan tertentu yang didalamnya terdapat unsur waktu, tempat, dan berbagai kondisi lain. Tingkah laku merupakan perwujudan hasil interaksi antara keadaan intern dan ekstern.
9
D. LANDASAN SOSIAL DAN BUDAYA BIMBINGAN DAN KONSELING
1. Faktor-faktor Sosial Budaya yang Menimbulkan Kebutuhan akan Bimbingan. Kebutuhan akan bimbingan timbul karena adanya masalah-masalah yangdihadap oleh inividu yang terlibat dala kehidupan masyarakat. Smakn rumitstruktur masyarakat dan keadannya, semakin banyak dan rumit pulalah maslahyang dihadapi oleh individu yang terdapat dalam masyrakat itu. Jadi
kebutuhan
akan
bimbingan
itu
timbul
karena
terdapat
faktor
yangmenambah rumitnya keadaan masyarakat dimana individu itu hidup. Faktorfaktor itu diantaranya adalah sebagai berikut. (John J. Pietrfesa dkk., 1980; M. Surya &Rochman N., 1986; dalam Syamsu dan Juntika, 2008:119).
a. Perubahan-perubahan Konstelasi Keluarga Pada tahun 1970 keluarga di Amerika mengalami perubahan yang cukup berarti, seperti; melemahnya otoritas pria (suami), meningkatnya tuntutankesamaan hak dan kewajiban kaum perempuan, dan meretaknya kedekatanhubungan antar anggota keluarga. Masalah tersebut diikuti oleh permasalahanlain, yaitu semakin meningkatnya angka perceraian dari tahun 1970 sampai tahun1980, dan kecenderungan orangtua tunggal dalam keluarga.Ketidakberfungsian keluarga melahirkan dampak negatif bagi kehidupanmoralitas anak. Bagi keluarga yang mengalami kondisi disfungsional seperti diatas, seringkali dihadapkan kepada kebuntuan atau kesulitan mencari jalan keluar atau pemecahan masalah mas alah yang dihadapinya, sehingga apabila tidak t idak segeramendapat se geramendapat bantuan dari luar, maka masalah yang dihadapinya akan semakin parah.Salah satu bantuan yang dapat memfasilitasi keluarga memecahkan masalah yangdihadapinya adalah layanan bimbingan dan konseling yang berupaya membantuuntuk memelihara kebutuhan atau keharmonisan keluarga.
10
b. Perkembangan Pendidikan Demokrasi dalam bidang kenegaraan menyebabkan demokratisasi dalam bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Hal ini berarti pemberiankesempatan kepada setiap orang untuk menikmati pndidikan yangdiselenggarakan oleh pemerintah atau pun oleh badan swasta. Kesempatan yangterbuka ini menyebabkan berkumpulnya muridmurid dari berbagai kalanganyang berbeda-beda latar belakangnya antara lain: agama, etnis, keadaan sosial,adat istiadat dan ekonomi. Hal semacam ini menimbulkan bertumpuknya masalahyang dihadapi oleh orang yang terlibat dalam kelompok campuran itu. Pemecahanini dapat diperoleh dengan melakasanakan bimbingan bagi anggota kelompok yang bersangkutan, dalam hal ini kelompok murid sekolah.
E. LANDASAN PEDAGOGIS
Bimbingan dan konseling itu identik dengan pendidikan. Artinya ketika seseorangmelakukan praktik bimbingan dan konseling berarti ia sedang mendidik., dan begitupulasebaliknya. Pendidikan itu merupakan salah satu lembaga sosial yang universal dan berfungsi sebagai sarana reproduksi sosial ( Budi Santoso, 1992) Landasan pedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tigasegi, yaitu: Pendidikan sebagai upaya pengembangan Individu: Bimbingan merupakan bentuk upaya pendidikan. Pendidikan
adalah
upaya
memanusiakan
manusia.
Seorang
bagi
manusia hanyaakan dapat menjadi manusia sesuai dengan tuntutan budaya hanya melalui melalui pendidikan.tanpa pendidikan.tanpa pendidikan pendidikan manusia manusia yang telah lahir tidaka akan
mampu
memperkembangkan
dimensi
keindividualannya,
keso ke so si al is as in ya, ke so si la an dan da n keberag keberagamaa amaanya nya.Un .Undang dang-Un -Undan dang g No. No. 2 Tahun Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat(1) ditegaskan bahwa : Pendidikan adalah
usaha
sadar
dan
terencana
untuk
mewujudkan
suasana
belajar
dan
proses p em be la j a ra n a ga r p es er t a di di k s ec ar a ak t i f m e ng e mb an gk a n po t en s i dirinya untuk memilikikekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
11
kepribadian, kecerdasan aikhlak mulia, sertaketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Tujuan bimbingan dan konseling tidak boleh menyimpang dengan tujuan pendidikan nasional, yakni yang terdapat dalam UU No. 20/2003 j u g a , disebutkan bahwa : pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuha Tuhan n Yang Yang Maha Maha Esa Esa da n ber budi peke rti
luhu r,mem ilik i penge tahu an
dan keterampil an, keseha tan jasmani danr ohani, kepribadi an yang mantap dan
mandiri,
serta
rasa
tanggung
jawab
kemasyarakatan
dan
kebangsaan.Integrasi bimbingan dan konseling dengan pebdidikan juga tampak dari dimasukannya
secara
berkesinambungan
berbagai
program
pelayanan
bi mb i n ga n da n konseling ke dalam program-program sekolah dan dan madrasah.
F. AGAMA
Pendidikan agama harus diimulai dari rumah tangga, sejak si anak masih kecil. Pendidikan tidak hanyaberarti memberi pelajaran agama kepada anak-anak yang belum lagi mengerti dan dapat menangkap pengertian-pengertian yang abstrak. Akan tetapi yang terpokok adalah penanaman jiwa percaya kepada Tuhan, membiasakan mematuhi dan menjaga nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang ditentukan oleh ajaran agama.Menurut pendapat paraahli jiwa, bahwa yang mengendalikan kelakuan dan tindakan seseorang adalah kepribadiannya. Kepribadian
tumbuh
dan
terbentuk
dari
pengalaman-pengalaman
yang
dilaluinya sejak lahir. Bahkan mulai dari dalam kandungan ibunya sudah ada pengaruh terhadap kelakuan si anak dan terhadap kesehatan mentalnya pada umumnya. Dengan memberikan pengalaman-pengalaman yang baik, nilai-nilai moral yang tinggi, serta kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan ajaran agama sejak lahir, maka semua pengalaman ituakan menjadi bahan dalam pembinaan kepribadian. dengan demikian, pendidikan Agama Islam berperan membentuk manusia Indonesia yang percaya dan
12
takwa kepada Allah SWT, menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-sehari, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
F. PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN IPTEK
1. Pengertian IPTEK IPTEK adalah ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat di zaman modern ini.IPTEK sangatlah berguna bagi seluruh makhluk hidup, sebab IPTEK dapat mempermudah suatu permasalahan yang rumit. IPTEK dalam lingkungan ini sudah berkembang luas ke pelosok negeri.Namun untuk daerah terpencil sulit di kunjungi. Seharusnya pemerintah menyalurkan dana kedaerah pedesaan supaya masyarakat pedesaan mendapatkan IPTEK. IPTEK sangat mendukung program pendidikan, dimana setiap murid supaya berpacu untuk menghasilkan karya-karya yang berguna bagi semua makhluk di bumi ini.Pemerintah pusatpun seharusnya menunjang hal seperti itu. Seperti yang kita ketahui, teknologi kini telah merembes dalam kehidupan kebanyakan manusia bahkan dari kalangan atas menengah ke bawah sekalipun. Dimana upaya tersebut merupakan cara atau jalan di dalam mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat martabat manusia. Atas dasar kreatifitas akalnya, manusia mengembangkan IPTEK dalam rangka untuk mengolah SDA yang di berikan oleh Tuhan YME.Dimana dalam pengembangan IPTEK harus di dasarkan terhadap moral dan kemanusiaan yang adil dan beradab, agar semua masyarakat mengecam IPTEK secara merata. Di satu sisi telah terjadi perkembangan yang sangat baik sekali di aspek telekomunikasi, namun pelaksanaan
13
pembangunan IPTEK masih belum merata.Masih banyak masyarakat kurang mampu yang putus harapannya untuk mendapatkan pengetahuan dan teknologi tersebut.Hal itu di karenakan tingginya biaya pendidikan yang harus meraka tanggung, maka dari itu pemerintah perlu menyikapi dan menanggapi masalah- masalah tersebut, agar peranan IPTEK dapat bertujuan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia yang ada.
a. Peran Ilmu dan Teknologi dalam bimbingan dan Konseling Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bersifat multireferensial, artinya ilmu dengan rujukan berbagai ilmu yang lain. Misalnya ilmu statistik dan evaluasi memberikan pemahaman dan tehnik-tehnik.Pengukuran dan evaluasi karakteristik individu; biologi memberikan pemahaman tentang kehidupan kejasmanian individu.Hal itu sangat penting bagi teori dan praktek bimbingan dan konseling. Beberapa disiplin ilmu lain juga telah memberikan sumbangan bagi perkembangan teori dan praktek bimbingan dan konseling, seperti : psikologi, ilmu pendidikan, filsafat, sosiologi, antroplogi, ilmu ekonomi, manajemen, ilmu hukum dan agama. Beberapa konsep dari disiplin ilmu tersebut telah diadopsi untuk kepentingan pengembangan bimbingan
dan
konseling,
baik
dalam
pengembangan
teori
maupun
prakteknya.Pengembangan teori dan pendekatan bimbingan dan konseling selain dihasilkan melalui pemikiran kritis para ahli, juga dihasilkan melalui berbagai bentuk penelitian. Sejalan dengan perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi berbasis komputer, sejak tahun 1980-an peranan komputer telah banyak dikembangkan dalam bimbingan dan konseling. Bidang yang telah banyak memanfaatkan jasa komputer ialah bimbingan karier dan bimbingan dan konseling pendidikan.Hal ini bahwa sejalan dengan perkembangan teknologi komputer interaksi antara konselor dengan individu yang dilayaninya (klien) tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi dapat juga dilakukan melalui hubungan secara virtual (maya) melalui internet, dalam bentuk “cyber counseling”.Dikemukakan pula, bahwa perkembangan dalam bidang
14
teknologi komunikasi menuntut kesiapan dan adaptasi konselor dalam penguasaan teknologi dalam melaksanakan bimbingan dan konseling. Dengan teknologi jaringan tersebut tidak hanya mata kuliah atau bidang studi saja yang bisa memanfaatkan teknologi tinggi ini, melainkan hampir sebagian besar proses belajar mengajar termasuk BK (Bimbingan Konseling) atau Bimbingan Karier sudah bisa memanfaatkan teknologi tinggi ini. Seperti kita ketahui bahwa saat ini BK belum dikatakan materi, sehingga tidak semua sekolah di Indonesia memberikan jam yang cukup untuk materi BK ini, karena berbagai alasan. Dengan demikian demi kian apakah dengan tidak t idak tersedianya waktu yang cukup peran Guru BK akan berhasil? Siapapun pasti akan menjawab tidak. Dengan argumen apapun jika waktu yang tersedia tidak cukup atau tidak sesuai seperti yang diharapkan, maka jangan harap apa yang disampaikan bisa mengenai sasarannya. Oleh karena itu peranan teknolgi bisa menjawab kekurangan waktu waktu tersebut.
b. Tantangan Guru Bimbingan Konseling Dalam IPTEK Salah satu tantangan guru BK yaitu dihadapi pilihan yang terus berubah (over choise).Para siswa sekarang lebih dahsyat lagi menerima pengaruh global.Kondisi ini menuntut guru BK tak boleh ketingalan iptek. Informasi dunia kerja, cara belajar dan menghadapi masalah sosial harus mampu diakses guru BK lewat berbagai cara. Sekolah ataupun lembaga wajib menyiapkan SDM calon guru BK agar kompetensinya relevan dengan kebutuhan masyarakat. Guru BK harus bisa menyelesaikan masalah di sekolah dan juga berperan di masyarakat maupun memecahkan masalah keluarga. Guru BK di sekolah harus berkreasi mengatasi tantangan masa depan anak-anak yang makin kompleks. Guru BK menjadi pendamping siswa guna membangun potensi, memotivasi belajar serta mencairkan faktor penghalang kemajuan siswa.
15
Terkait sasaran layanan makin kompleks, diperlukan pelayanan BK yang profesional.Salah satu syarat pekerjaan profesional itu adanya komitmen menerapkan keahlian.Lembaga ataupun sekolah harus selalu menyiapkan guru BK yang adaptif dengan perubahan iptek sehingga teori yang dipelajari relevan dengan tugas BK.
16
BAB III KESIMPULAN
Bimbingan konseling merupakan ilmu yang tergolong baru.Latar belakang yang mendorong lahirnya bimbingan dan konseling adalah perkembangan dan perubahan masyarakat yang terjadi secara evolutif, diikuti dengan perkembangan berbagai lembaga. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dalam keseluruhan sistem pendidikan khususnya di sekolah, guru sebagai salah satu pendukung unsur pelaksana pendidikan yang mempunyai tanggung jawab sebagai pendukung pelaksana p elaksana layanan bimbingan pendidikan di sekolah, dituntut untuk memiliki wawasan yang memadai terhadap konsep-konsep dasar bimbingan dan konseling di sekolah. Secara khusus tujuan bimbingan dan konseling di sekolah yaitu membantu peserta didik a) Untuk mengembangkan seluruh potensinya seoptimal mungkin b) Untuk mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya sendiri c) Untuk mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungannya, yang meliputi lingkungan sekolah, keluarga, pekerjaan, sosial-ekonomi, dan kebudayaan d) Untuk mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalahnya e) Untuk mengatasi kesulitan dalam menyalurkan kemampuan, minat, dan bakatnya
17
DAFTAR PUSTAKA
Ketua Sukardi Dewa dkk. Proses dkk. Proses bimbingan konsling di sekolah. sekolah. Jakarta: Rineka 2008 Sutjihati Somantri. Psikologi Somantri. Psikologi anak luar biasa, Bandung biasa, Bandung:: PT. Refika aditama 2006 Tohirin. Bimbingan Tohirin. Bimbingan dan konsling konsling di sekolah dan madrasah, madrasah , Jakarta 2007 http://landasan-bimbingan-dan-konseling/.com, Akses,08-02-2014, http://landasan-bimbingan-dan-konseling/.com, Akses,08-02-2014, http://Landasan-Pedagogis-Dalam-Bk.com,akses,08-02-2014
18