BAB II PEMBAHASAN Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar A. Pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD secara secara Correlated atau saling berhubungan. berhubungan. Muhammad Numan Sumantri dalam Tasrif (2000: 1) Menjelaskan bahwa IPS merupakan penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, idiologi negara, dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait yang diorganisasikan, disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada pada tingkat dasar dasar dan menengah. menengah. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar diharapkan mampu membina siswa agar memahami potensi dan peran dirinya dalam berbagai tata kehidupannya,
menghayati
tuntunan
keharusan
dan
pentingnya
bermasyarakat bermasyarakat dengan penuh kebersamaan kebersamaan dan kekeluargaan kekeluargaan serta mahir berperan serta dilingkungannya dilingkungannya sebagai insan sosial dan warga negara yang baik. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Pembelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis untuk menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu
1
mengalami perubahan setiap saat di masa yang akan datang yang akan dihadapi oleh peserta didik. B. Analisis Praktek Pembelajaran IPS SD berdasarkan Pandangan Pedagogi kritis (critical pedagogy) 1. Epistimologi Pedagogi Kritis (critical pedagogy)
Pedagogi kritis dipahami sebagai teori dan praktik pendidikan yang didesain untuk membangun kesadaran kritis peserta didik. Pedagogi kritis muncul sebagai bentuk perlawanan akan praksis pendidikan yang telah telah didominasi oleh kekuasaan. kekuasaan. Sehingga pendidikan pendidikan telah direduksi hakikatnya. Pedagogi kritis pada dasarnya dapat dipahami dalam dua makna. Pertama, pedagogi kritis sebagai paradigma berpikir. Dalam hal ini pedagogi kritis dibangun atas dasar critical thingking untuk untuk selalu mempertanyakan dan mengkritisi pendidikan itu sendiri dalam hal-hal fundamental tentang pendidikan baik dalam tataran filosofis, teori, sistem, kebijakan maupun implementasi. Kedua, pedagogi kritis sebagai gerakan sosial. Tujuan akhir pedagogi kritis adalah melahirkan praksis pendidikan yang egaliter, humanis, demokratis berbasisikan critical thingking di
kalangan peserta didiknya. Gerakan sosial yang diusung
pedagogi kritis adalah membongkar praktik pendidikan yang membelenggu. Pedagogi kritis muncul karena adanya situasi sosial yang kemudian mempengaruhi praksis pendidikan. Pedagogi kritis berpandangan berpandangan bahwa pendidikan harus dikembalikan pada hakikatnya,
2
yakni mengembangkan potensi kemanusiaan peserta didik. Sehingga pendidikan tidak dapat diselenggara d iselenggarakan kan hanya untuk memenuhi kepala peserta didik dengan pengetahuan yang tanpa makna. Dalam hal ini pengetahuan pengetahuan yang terlepas dari dari dinamika kehidupan peserta didik. Salah Salah satu tokoh yang memberi pengaruh besar bagi perkembangan pedagogi kritis adalah Paulo Freire. Melalui pedagogi kritis Freire mengingatkan mengenai hakikat dari pendidikan itu sendiri, yang merupakan upaya memanusiakan manusia. Sehingga melalui pendidikan diharapkan manusia dapat berperan dalam dinamika kehidupan. Pendidikan merupakan sebuah upaya yang memungkinkan seseorang mengubah dinamika sosialnya. Pendidikan sebagai pintu pembuka bagi pengetahuan yang esensi. Seseorang yang belajar harus mampu membangun kesadaran kritisnya. Kesadaran kritis untuk peka terhadap dinamika masyarakatnya dan dengan pengetahuannya membawa perubahan bagi masyarakat. Freire membagi kesadaran dalam tiga tahapan, t ahapan, yakni: kesadaran magis, kesadaran naïf dan kesadaran kritis. Kesadaran magis merupakan kesadaran yang didasarkan pada nilai-nilai agama. Dalam memahami apa yang terjadi, manusia menggunakan penilaian berdasarkan agama. agama. Sehingga apabila terdapat masalah dalam dinamika kehidupan, maka penyelesaiannya dilakukan dengan melaksanakan ritual agama. Namun, pada akhirnya ritual agama ini bergeser menjadi tradisi. Kemudian kesadaran naïf, dipahami bahwa seseorang telah menyadari bahwa dirinya dalam keadaan tertindas atau dalam
3
ketidaknyamanan dan telah mampu melakukan pengajuan namun, pengajuan ini belum sepenuhnya sepenuhnya didasarkan pada apa yang sungguhsungguh dialaminya. Sedangkan kesadaran kritis, merupakan kesadaran yang dimiliki seseorang atau masyarakat bahwa dirinya berada dalam posisi yang tidak menyenangkan menyenangkan dan mampu membentuk kondisi yang memungkinkannya melakukan perubahan atas ketidaknyamanan tersebut. Dalam pengertian lain, kesadaran kritis merupakan kesadaran untuk merubah realitas. Untuk
mencapai
kesadaran
kritis
maka
penyelenggaraan penyelenggaraan pendidikan pada realitas masyarakat yang terjadi sesungguhnya, kemudian mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dari masyarakat. Sehingga seseorang yang telah belajar akan mampu memahami realitas sosialnya secara kritis dan dengan pengetahuan yang mendasar tersebut diharapkan akan mampu terbentuk solusi untuk memperbaiki dinamika masyarakat agar lebih berdaya. Dengan demikian penyelenggaraan penyelenggaraan pendidikan tidak dapat lepas dari dinamika masyarakat, karena secara hakikat pedagogi kritis memandang sekolah sebagai lembaga sosial yang memiliki fungsi dalam dinamika masyarakat. Sekolah dipahami sebagai bentukan masyarakat yang dapat berfungsi mentransformasikan pengetahuan dan kebudayaan pada peseta didik. Sehingga apa yang dipelajari oleh peserta
didik
tidak
terlepas
dari
pengembangang pengembangang
dinamika
masyarakatnya.
4
Secara bahasa, pedagogi berasal pedagogi berasal dari bahasa yunani kuno terdiri dari dua kata yaitu Pais yang berarti anak ( child ) dan Ag i yang berarti memimpin (lead ), ), jadi pedagogi berarti lead the child atau atau memimpin anak. Dalam perkembangannya pedagogi sering dimaknai sebagai pendidikan/ilmu mendidik (ilmu mendidik anak yang belum dewasa), sedangkan mendidik/ilmu mendidik orang dewasa disebut andragogi. Meskipun demikian penggunaan istilah pedagogi sering dimaksudkan sebagai pendidikan dalam arti umum/luas ( education) tanpa membedakan membedakan tingkatan tin gkatan usia kematangan seseorang. 2. Hakikat Pedagogi dalam Praktek Pembelajaran IPS SD
Pedagogi merupakan ilmu yang menjelaskan tentang kriteria ideal seorang guru profesional yang mampu mengaplikasikan pengetahuan, pengetahuan, keterampilan dan dan sikap, serta dapat dapat meningkatkan kualitas kualitas proses pembelajaran pembelajaran para siswa, dengan mempertimbangkan mempertimbangkan kesesuaian kesesuaian dan ketepatan aktifitas para siswa untuk memaksimalkan hasil belajar. Pengertian ini menyimpan makna substantif yang lebih luas dari sekedar pelaksanaan proses pembelajaran yang hanya mencakup perencanaan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi proses dan hasil belajar. Oleh karena itu dituntut keterampilan guru untuk melakukan pengelolaan kelas agar bisa memberikan dukungan efektif terhadap pelaksanaan proses pembelajaran, kemampuan memanfaatkan teknologi informasi untuk mendukung proses pembelajaran baik dalam konteks sebagai sarana pembelajaran maupun sebagai sumber belajar. Kemudian, guru
5
profesional juga dituntut mampu berkomunikasi berkomunikasi dengan baik terhadap siswa, orang tua atau keluarga para siswa, termasuk komunikasi dengan masyarakat, baik sebagai user maupun maupun stakeholder sekolah. sekolah. Sejalan dengan itu, Irina & Liliana (2011) menjelaskan bahwa kompetensi pedagogi adalah kemampuan individual guru untuk mengkoordinasikan dan mengkombinasikan antara sumber-sumber yang tampak (seperti materi pelajaran dalam bentuk buku, makalah, kasus-kasus dan teknologi seperti software dan hardware), dengan sumber-sumber yang tidak tampak (seperti pengetahuan, keterampilan dan pengalaman), dalam rangka mencapai efisiensi dan efektifitas dari sebuah proses pendidikan dan pembelajaran. Kompetensi pedagogi merupakan kemampuan mengkombinasikan dan mengkoordinasikan dua sumber belajar siswa, yakni sumber-sumber yang tampak dan terukur dengan sumber-sumber tidak tampak yang dimiliki guru. Upaya-upaya koordinasi dan kombinasi tersebut menuntut skill dan keahlian guru, baik manajerial, komunikasi, pengembangan konten bahan ajar melalui penelitian, dan berbagai keahlian lain yang mendukung peningkatan hasil belajar siswa. Pedagogi yang sering dipahami sebagai ilmu tentang pembelajaran memiliki kontek yang lebih luas dari teaching skill . Pedagogi tidak hanya merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses dan hasil belajar siswa, melainkan juga mencakup aspek-aspek lain pembelajaran yang mendukung peningkatan kualitas hasil pembelajaran.
6
Proses pembelajaran merupakan bagian integral dari kompetensi pedagogi yang harus dimiliki setiap pendidik, guru dan dosen. Sudah merupakan keyakinan umum, bahwa pengelolaan proses pembelajaran harus dilakukan dan bahkan dikembangkan berbasis pengetahuan dan keterampilan karena tidak mungkin proses pembelajaran berhasil tanpa didukung pengelolaan yang cerdas. Karena itu, setiap guru harus mengenal, memahami, dan meyakini pentingnya ilmu mengajar dan ilmu membelajarkan peserta didik, termasuk mengapresiasinya dengan melatih diri masing-masing bagaimana membelajarkan para peserta didik dengan efektif, baik sebelum masuk kelas, selama di dalam kelas, maupun di luar kelas. Memang tingkat urgensinya berubah seiring meningkatnya kedewasaan dan integritas belajar para pembelajar sendiri. Untuk siswa sekolah dasar, keterampilan mengajar guru sangat penting melebihi pentingnya perluasan penguasaan penguasaan bahan ajar, karena siswa tidak memerlukan muatan pembelajaran yang banyak, tapi memerlukan pembiasaan diri belajar. Oleh sebab itu, guru harus kreatif mengembangkan teknik membelajarkan para siswanya. Kompetensi guru profesional harus mampu mengembangkan mengembangkan proses pembelajaran di dalam kelas dan sejalan dengan cara pandang regulasi nasional yang mereformulasi standar pedagogi dengan standar proses. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah mencatat, bahwa standar proses itu mengatur, silabus, rencana
7
pelaksanaan pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi proses serta hasil belajar siswa. Hasil belajar dirumuskan sangat ideal dan komprehensif, yang melahirkan prinsip pembelajaran yang sangat ideal. Permendikbud menyebutkan bahwa pembelajaran di sekolah dasar dan menengah harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) Dari diberitahu menjadi mencari tahu; 2) Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi aneka sumber belajar; 3) Dari pendekatan tekstual menjadi pendekatan ilmiah; 4) Dari pembelajaran berbasis konten menjadi pembelajaran berbasis kompetensi; 5) Dari pembelajaran parsial menjadi terpadu; 6) dari pembelajaran yang menuntut jawaban tunggal menjadi pembelajaran multi multi dimensi; 7) Dari pembelajaran verbalisme menjadi pembelajaran aplikatif; 8) Peningkatan kesimbangan antara hardskill dengan dengan softskill ; 9) Pembelajaran mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik untuk untuk menjadi pembelajarn pembelajarn sepanjang hayat; 10) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai keteladanan ( Ing Ngarso Sung Tulodo ),
pembelajaran yang membangun kemauan ( Ing
Madyo Mangun Karso ), dan kreatifitas (Tut Wuri Handayani );
11) Pembelajaran yang berlangsung di rumah, sekolah dan masyarakat; 12) Pembelajaran yang menerapkan prinsip siapa saja adalah peserta didik, siapa saja saja adalah guru, dan dan di mana saja adalah adalah kelas;
8
13) Menggunakan Teknologi Informasi (TI) untuk efisiensi dan efektifitas pembelajaran; dan, 14) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar bekang budaya peserta didik. 3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Menuju Pedagogi Ktitis Dalam tataran praktek pembelajaran terdapat beberapa konsep penting yang menjadi bagian dari pedagogi kritis antara lain Constructivisme, Banking concept of edecation, Problem posing education, Dialogical method. Pedagogi bukan semata menyiapkan rencana pembelajaran, pengembangan pengembangan strategi pembelajaran, dan melakukan evaluasi proses dan hasil belajar siswa, tapi juga mencakup berbagai aspek yang mendukung suksesnya proses pembelajaran. Pembelajaran akan menjadi sebuah proses terbaik jika memenuhi enam prinsip sebagai berikut: 1) Lingkungan pembelajaran mendukung dan produktif. Untuk itu, seorang guru harus mampu mempersiapkan lingkungan sekolah yang mampu: a. Mengembangkan hubungan positif antara guru dengan siswa melalui pemahaman yang baik untuk semua siswanya, b. Mengembangkan budaya yang saling menghargai satu sama lain, antara siswa dengan siswa dan antara guru dengan siswanya,
9
c. Mengembangkan strategi pembelajaran yang membuat para siswa percaya diri dan berani mencoba dalam belajarnya. d. Menjamin sukses para siswanya melalui pengembangan kegiatan belajar yang mampu mendorong usaha para siswa untuk belajar dan memberikan pengakuan atas capaian belajar mereka. 2) Lingkungan pembelajaran harus mendorong kebebasan siswa, interdependensi antar siswa dan antara siswa dengan guru, serta mampu mendorong motivasi siswa untuk belajar. Untuk itu, para guru harus mampu: a. Mmendorong
dan
mendukung
para
siswanya
untuk
bertanggung jawab terhadap proses proses belajar. b. Menggunakan
strategi
pembelajaran
yang
mampu
mengembangkan mengembangkan keterampilan dan kerjasama. 3) Kebutuhan psikologis dan latar belakang sosiologis, perspektif dan ketertarikan para siswa harus terefleksi dalam program pembelajaran. Untuk itu, guru harus harus mampu: a. Menggunakan strategi pembelajaran yang fleksibel dan responsif terhadap kebutuhan dan interest para para siswa. b. Menggunakan strategi pembelajaran yang memberikan dukungan para siswa untuk belajar dengan cara berbeda. c. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berbasis pengetahuan pengetahuan dan pengalaman pengalaman sebelumnya, sebelumnya,
10
d. Memperkuat pengalaman, kemampuan dan penguasaan para siswa terhadap teknologi. 4) Para siswa harus ditantang dan didukung untuk memiliki kemampuan berfikir dengan level yang tinggi dan mampu mengaplikasikan ilmunya dalam kehidupan nyata. Untuk itu, para guru harus mampu: a. Mengembangkan Mengembangkan program pembelajaran dengan sekuensi yang mampu mendorong mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat, dan mampu mengembangkan koneksitas antara ide dengan ide, koneksitas teori yang akan membentuk konsep prilaku yang komprehensif. komprehensif. b. Mendorong diskusi ide-ide substantif. c. Mendorong peningkatan kualitas proses pembelajaran serta memperoleh capaian prestasi belajar yang baik. d. Menggunakan strategi pembelajaran yang mendorong siswa untuk bertanya dan melakukan refleksi. e. Menggunakan strategi pembelajaran yang mendorong siswa untuk melakukan penelitian dan mampu melakukan problem solving .
f. Mampu mengembangkan strategi pembelajaran yang dapat mempercepat siswa untuk mampu berfikir imaginatif dan kreatif. 5) Penilaian merupakan bagian integral dalam proses pembelajaran. Untuk itu, guru harus mampu:
11
a. Mendesain evaluasi dan penilaian yang mencakup seluruh tujuan pembelajaran. b. Memastikan bahwa para siswa selalu memperoleh feed back melalui
hasil tes mereka, dan mendorong untuk aktif
belajar lebih lanjut. lanjut. c. Mampu mengembangkan mengembangkan kriteria penilaian secara eksplisit. d. Mengembangkan penilaian yang mendorong para siswa untuk melakukan refleksi dan self assessment . e. Menggunakan
data
penilaian
sebagai
bahan
rencana
pembelajaran yang yang berikutnya. 6) Belajar itu berkaitan kuat dengan kehidupan masyarakat di luar kelas. Untuk itu, guru harus mampu: a. mendorong para siswa untuk selalu terlibat dengan kemajuan ilmu pengetahuan pengetahuan dan teknologi teknologi kontemporer, b. mendorong siswa untuk bisa berinteraksi dengan masyarakat, lokal, nasional dan mancanegara, c. memanfaatkan teknologi dengan cara-cara yang merefleksikan sebagai masyarakat masyarakat modern yang mengikuti kemajuan teknologi. Pedagogi bukan hanya sekedar pembelajaran di dalam kelas, namun merupakan dimensi yang luas. Sejalan dengan semakin kompleksnya persoalan pendidikan untuk menghantarkan para siswa memasuki dunia yang semakin kompetitif. Seorang guru juga harus mampu mengontrol lingkungan sekolah dan lingkungan kelas agar menjadi arena belajar yang sangat kondusif sehingga memungkinkan
12
para siswa menjadi anak-anak yang independen dan dapat mengembangkan komunikasi sosial antar siswa sehingga menghargai keberadaaan orang lain. Kemudian, guru juga harus bisa mengelola kelasnya sebagai arena pembelajar sehingga para siswa menjadi pembelajar yang yang baik dan mampu menjadi menjadi pembelajar sepanjang sepanjang hayat. Inti kompetensi pedagogik adalah setiap guru harus mampu menyusun kurikulum operasional, merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang lebih banyak mendorong aktifitas belajar siswa, dapat menyusun instruen evaluasi dengan baik, dan dapat mendorong motivasi para siswa untuk belajar dengan serius sehingga menjadi siswa-siswa berprestasi. Kini
perhatian
dunia
pendidikan
terhadap
pedagogi
berkembang sangat baik, seiring dengan persaingan yang terus meluas dalam dunia profesi dan menuntut setiap anak mampu mengimbangi kompetensi sejawatnya, agar mampu melakukan kolaborasi bisnis, jasa, atau beragam aktifitas profesi yang tidak dibatasi kendala geografis, tapi sudah terbuka dalam sebuah kawasan besar, regional dan juga global. Dengan demikian, kesempurnaan mengajar bukan dipancarkan oleh kehebatan penguasaan materi yang mengabaikan keterampilan mengajar, dan juga bukan oleh kehebatan teaching skill dengan dengan mengabaikan penguasaan materi, tapi oleh keunggulan hasil belajar siswa yang mampu mengoptimalkan pemanfaatan potensi siswa dengan teknik dan cara yang sesuai. Oleh sebab itu, perimbangan
13
penguasaan penguasaan materi menjadi sangat penting sepenting penguasaan penguasaan teknik dan strategi membelajarkan para siswa, sehingga mereka terlahir sebagai anak-anak cerdas dan berdaya saing. Guru, walaupun memiliki keterampilan luar biasa tentang pembelajaran dalam kelas, dan terlatih melalui berbagai training, serta memiliki keterampilan penggunaan teknologi informasi sebagai media dan sumber belajar, jika dia bersikap negatif terhadap profesi guru, tidak
memiliki passion untuk
terus
meningkatkan meningkatkan
kualitas
pembelajaran, dan juga tidak memiliki kebanggaan kebanggaan sebagai pendidik, maka skil, keterampilan dan keahlian tersebut tidak akan bermanfaat banyak untuk peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran. pembelajaran. Dengan demikian, sikap positif terhadap profesi, menjadi faktor utama yang dapat menggerakan semua potensi yang dimiliki setiap guru untuk mendorong peningkatan mutu pembelajaran dan pendidikan. Demikian pula dengan dengan knowledge dan ability. Dua faktor ini penting sekali bagi setiap guru profesional. Dia harus memiliki pengetahuan yang cukup untuk diajarkan, sebagaimana juga harus memiliki pengetahuan bagaimana mengajar yang baik. Kemudian,
dia
juga
harus
memiliki ability atau
kemampuan
mengimplementasikan semua pengetahuan, skill dan keahliannya mengajar dalam praktik di dalam kelas. Implementasi, aplikasi dan penerapan semua metode, teknik, dan berbagai kompetensi pedagogik, menjadi bagian yang sangat penting untuk peningkatan kulaitas proses serta hasil pendidikan dan pembelajaran. Dengan demikian,
14
kompetensi pedagogik harus menekankan kesiapan, keseriusan dan kemampuan para guru dalam mengaplikasikan semua pengetahuan, pengalaman, pengalaman, skil dan keterampilan mengajar dalam pelaksanaan pelaksanaan tugasnya sebagai guru profesional, serta mampu mengadaptasikan implementasi pengetahuan dan keterampilannya itu dalam berbagai situasi, termasuk keragaman kultur siswa.
15
BAB III PENUTUP KESIMPULAN
Pedagogi kritis didefinisikan sebagai teori dan praktik pendidikan yang didesain untuk membangun kesadaran kritis terhadap fenomena atau realitas sosial yang menindas. Menurut Monchinski pedagogi kritis merupakan pendekatan pembelajaran yang berupaya membantu murid mempertanyakan dan menentang dominasi serta keyakinan dan praktik praktik yang mendominasi. Artinya secara hakikat pedagogi kritis mempunyai tujuan untuk memposisikan pendidikan sebagai alat pembebasan pembebasan siswa. Dalam tataran praktek pendidikan/pembelajaran terdapat beberapa konsep penting yang menjadi bagian dari pedagogi kritis antara lain Constructivisme, Banking concept of edecation, Problem posing education, Dialogical method. Meskipun Konsep-konsep tersebut terkait dengan
seluruh
dimensi
dari
pedagogi
kritis,
namun
dalam
implementasinya dapat terjadi meskipun mengacu pada kepentingan praktis pragmatis tanpa mengaitkannya mengaitkannya dengan dimensi ideologi politis, sehingga pelaksanaan tersebut dapat dipandang sebagai bagian yang menyerap pedagogi kritis, baik karena kesadaran ideologis, maupun kesadaran akan pentingnya hal tersebut dalam meningkatkan mutu pendidikan guna mempu dalam menghadapi menghadapi tantangan perubahan yang cepat.
16
Daftar Pustaka
Gardner, Howard, Howard, and Thomas Thomas Hatch, Multiple Intelligences Go to School Educational Implications of the Theory of of Multiple Intelligences , American Educational Research Association, Journal of Educational Researcher, Vol. 18, No. 8 (Nov., 1989) https://akhmadsudrajat.wordpress.c https://akhmadsudra jat.wordpress.com/2010/07/22/pen om/2010/07/22/pendidikan-kritis/ didikan-kritis/ Irina, Andreia, and Liliana, 2011. Pedagogical Competence, The Key to Efficient Education.
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 22 tahun 2016, tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, 2016 Demokratis, Sebuah Model pelibatan Rosyada, Dede, Paradigma Pendidikan Demokratis, Masyarakat dalam Pendidikan,Prenada Media, jakarta, 2013
17