10
8
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN HIRSPRUNG
DISUSUN OLEH :
MIRA RIZKY YULIANTY P17320312040
NI WAYAN TROPI ANTARI P17320312048
PRASETYA EKA PUTRA P17320312055
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat limpahan rahmat, karunia-Nya dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah " Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Hirsprung". Selain bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Anak. Makalah ini juga disusun dengan maksud agar teman-teman mahasiswa dapat memperluas ilmu dan pengetahuan tentang Hirsprung.
Pembahasan makalah ini dilakukan secara lugas dan sederhana sehingga akan mudah dipahami, dalam pembuatannya kami mendapatkan informasi dari berbagai literature, yang berhubungan dan sesuai dengan apa yang sudah disarankan demi untuk memperoleh hasil yang optimal walaupun masih banyak ada kekurangan.
Semoga makalah mengenai bermanfaat bagi semua pihak khususnya teman-teman mahasiswa, Terimakasih.
Bogor, Maret 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar belakang 1
B. Rumusan masalah 1
C. Tujuan penulisan 2
BAB II TINJAUAN TEORI 3
A. Pengertian 3
B. Etiologi 3
C. Patofisiologi 4
D. Manifestasi klinik 4
E. Pemeriksaan penunjang 5
F. Penatalaksanaan 6
G. Prognosis 7
H. Komplikasi 8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 9
A. Pengkajian 9
B. Diagnosa keperawatan 11
C. Intervensi 11
D. Implementasi 21
E. Evaluasi 21
BAB IV PENUTUP 22
A. Kesimpulan 22
B. Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 23
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal dengan panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Penyakit hisprung adalah penyebab obstruksi usus bagian bawah yang dapat muncul pada semua usia akan tetapi yang paling sering pada neonatus.
Penyakit hisprung juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital dimana tidak terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon, keadaan abnormal tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi usus secara spontan, spingter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak mampu mencegah keluarnya feses secara spontan, kemudian dapat menyebabkan isi usus terdorong ke bagian segmen yang tidak adalion dan akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat menyebabkan dilatasi usus proksimal.
Pasien dengan penyakit hisprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick Ruysch pada tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald Hirschsprung yang mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun 1863. Namun patofisiologi terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara jelas. Hingga tahun 1938, dimana Robertson dan Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang dijumpai pada kelainan ini disebabkan oleh gangguan peristaltik dibagian distal usus defisiensi ganglion.
Rumusan masalah
Apa pengertian dari hirsprung?
Apakah etiologi dari Hirsprung?
Apa factor resika atau factor pencetus dari hirsprung?
Bagaimana patofisiologi dari hirsprung ?
Bagaimana manifestasi klinis dari hirsprung?
Bagaimana pemeriksaan penunjang dari hirsprung?
Bagaimana penatalaksanaan dari hirsprung?
Bagaimana prognosis dari hirsprung?
Bagaimana Komplikasi dari hirsprung?
Bagiamana asuhan keperawatan pada anak dengan hirsprung?
Tujuan penulisan
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan dan mengembangkan pola fikir secara ilmiah kedalam proses asuhan keperawatan nyata serta mendapatkan pengalaman dalam memecahkan masalah pada gangguan Hisprung.
Tujuan Khusus
Mendeskripsikan pengertian hirsprung
Mendeskripsikan etiologi hirsprung
Mendeskripsikan Faktor resiko atau factor pencetus
Mendeskripsikan patofisiologi hirsprung
Mendeskripsikn manifestasi klinis hirsprung
Mendeskripsikan pemeriksaan penunjang hirsprung
Mendeskripsikan penatalaksanaan hirsprung
Mendeskripsikan prognosis hirsprung
Mendeskripsikan komplikasi hirsprung
Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan hirsprung
BAB II
TINJAUAN TEORI
Pengertian
Hisprung atau mega kolon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel ganglion dalam rectum atau bagian rectosigmoid colon. Dan ketidak adaan ini menimbulkan abnormal atau tidak adanya evakuasi usus spontan (Betz, Cecily &Sowden : 2000)
Etiologi
Mungkin karena adanya kegagalan sel-sel "Neural Crest" ambrional yang berimigrasi ke dalam dinding usus atau kegagalan pleksus mencenterikus dan submukoisa untuk berkembang ke arah kranio kaudal di dalam dinding usus. Disebabkan oleh tidak adanya sel ganglion para simpatis dari pleksus Auerbach di kolon.
Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri adalah diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak dengan Down syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus
Patofisiologi
Penyakit HIrschsprung, atau megakolon konginetal, adalah tidak adanya sel-sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid kolon. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristalsis serta tidak adanya evakuasi usus spontan. Selain itu, sfingter rectum tidak dapat berelaksasi, mencegah keluarnya feses secara normal. Isi usus terdorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan dilatasinya bagian usus yang proximal terhadap daerah itu. Penyakit Hirschsprung diduga terjadi karena factor-faktor genetic dan factor lingkungan, nmaun etiologi sebenarnya tidak diketahui. Penyakit hirschsprung dapat muncul pada sembarang usia, walaupun paling sering terjadi pada neonatus. (Buku Saku, Keperawatan Pediatri, Cecily L. Betz dan Linda A. Sowden, EGC : 2002)
Manifestasi klinik
Menurut (Buku Saku, Keperawatan Pediatri, Cecily L. Betz dan Linda A. Sowden, EGC : 2002) :
Masa Neonatal
Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir
Muntah berisi empedu
Enggan minum
Distensi abdomen
Masa Bayi dan Kanak-Kanak
Konstipasi
Diare berulang
Tinja seperti pita, berbau busuk
Distensi Abdomen
Gagal tumbuh.
Pemeriksaan penunjang
Biopsi isap, yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat penghisap and mencari sel ganglion pada daerah submukosa.
Biopsy otot rectum, yakni pengambilan lapisan otot rectum, dilakukan dibawah narkos. Pemeriksaan ini bersifat traumatic.
Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin dari hasil biopsy asap. Pada penyakit ini klhas terdapat peningkatan aktivitas enzim asetikolin enterase.
Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsy usus.
(Ngatsiyah, 1997 : 139)
Foto abdomen (telentang,tegak,telungkup,dekubitus lateral)diagnostik; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
Enema barium (diagnostic) ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
Biopsi rectal ; untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion.
Manometri anorektal ; untuk mencatat respons refluks sfingter interna dan eksterna.
(Betz, 2002 : 197).
Penatalaksanaan
Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahap pembedahan pertama dengan kolostomi loop atau double barrel dimana diharapkan tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertropi dapat kembali menjadi normal dalam waktu 3-4 bulan . Terdapat prosedur dalampembedahan diantaranya:
Prosedur duhanel biasanya dilakukan terhadap bayi kurang dari 1 tahun dengan cara penarikan kolon normal kearah bawah dan menganastomosiskannya dibelakang usus aganglionik, membuat dinding ganda yaitu selubung aganglionik dan bagian posterior kolon normal yang telah ditarik.
Prosedur Swenson membuang bagian aganglionik kemudian menganastomosiskan end to end pada kolon yang berganglion dengan saluran anal yang dilatasi dan pemotongan sfingter dilakukan pada bagian posterior.
Prosedur soave dilakukan pada anak-anak yang lebih besar dengan cara membiarkan dinding otot dari segmen rectum tetap utuh kemudian kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus tempat dilakukannya anastomosis antara kolon normal dan jaringan otot rektosigmoid yang tersisa.
Keperawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain :
Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak secara dini
Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )
Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang.
Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak – anak dengan malnutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya meningkat. Hal ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema. Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta situasi dapat digunakan nutrisi parenteral total ( NPT )
Perencanaan pulang dan perawatan dirumah :
Ajarkan pada orang tua untuk memantau adanya tanda dan gejala komplikasi jangka panjan berikut ini.
Stenosis dan kontriksi
Inkontinensia
Pengosongan usus yang tidak adekkuat
Ajarkan tentang perawatan kolostomi pada orang tua dan anak.
Persiapan kulit
Penggunaan alat kolostomi
Komplikasi stoma (perdarahan, gagal defekasi, diare meningkat , prolaps, feses seperti pita )
Perawatan dan pembersihan alat kolostomi
Irigasi kolostomi
Beri dan kuatkan informasi-informasi tentang penatalaksanaan diet.
Makanan rendah sisa
Masukan cairan tanpa batas
Tanda-tanda ketidakseimbangan elektrolot dan dehidrasi.
Dorong orang tua dan anak untuk mengekspresikan perasaannya tentang kolostomi.
Tampilan
Bau
Ketidaksesuaian antara anak mereka dengan anak "ideal"
Rujuk ke prosedur institusi spesifik untuk informasi yang dapat diberikan pada orang tua tentang perawatan dirumah.
Kolaboratif
Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat penyumbatan usus, segera dilakukan kolostomi sementara. Kolostomi adalah pembuatan lubang pada dinding perut yang disambungkan dengan ujung usus besar. Pengangkatan bagian usus yang terkena dan penyambungan kembali usus besar biasanya dilakukan pada saat anak berusia 6 bulan atau lebih. Jika terjadi perforasi (perlubangan usus) atau enterokolitis, diberikan antibiotik.
Prognosis
Secara umum prognosisnya baik, 90% pasien dengan penyakit hirschprung yang mendapat tindakan pembedahan mengalami penyembuhan dan hanya sekitar 10% pasien yang masih mempunyai masalah dengan saluran cernanya sehingga harus dilakukan kolostomi permanen. Angka kematian akibat komplikasi dari tindakan pembedahan pada bayi sekitar 20%.
Komplikasi
Gawat pernapasan (akut)
Enterokolitis (akut)
Striktura ani (pascabedah)
Inkotinensia (jangka panjang)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, tanggal pengkajian, pemberi informasi. Antara lain :
Anamnesis
Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis medis.Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen, kembung, muntah.
Keluhan utama Klien
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen, kembung, muntah.
Riwayat kesehatan sekarang
Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah lahir, distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal.
Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan bagaimana upaya klien mengatasi masalah tersebut.
Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan, persalinan dan kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.
Riwayat Nutrisi
Meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak
Riwayat psikologis
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada perasaan rendah diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.
Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang menderita Hirschsprung.
Riwayat social
Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam mempertahankan hubungan dengan orang lain.
Riwayat tumbuh kembang
Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.
Riwayat kebiasaan sehari-hari
Meliputi – kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas.
Pemeriksaan Fisik
Sistem integument
Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat dilihat capilary refil, warna kulit, edema kulit.
Sistem respirasi
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
Sistem kardiovaskuler
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi apikal, frekuensi denyut nadi / apikal.
Sistem penglihatan
Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata
Sistem Gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus, adanya kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi dan karakteristik muntah) adanya keram, tendernes.
Pre Operasi
Kaji status klinik anak (tanda-tanda vital, asupan dan keluaran)
Kaji adanya tanda-tanda perforasi usus.
Kaji adanya tanda-tanda enterokolitis
Kaji kemampuan anak dan keluarga untuk melakukan koping terhadap pembedahan yang akan datang
Kaji tingkat nyeri yang dialami anak
Post Operasi
Kaji status pascabedah anak (tanda-tanda vital, bising usus, distensi abdomen)
Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan
Kaji adanya komplikasi
Kaji adanya tanda-tanda infeksi
Kaji tingkat nyeri yang dialami anak
Kaji kemampuan anak dan keluarga untuk melakukan koping terhadap pengalamannya di rumah sakit dan pembedahan.
Kaji kemampuan orang tua dalam menatalaksanakan pengobatan dan perawatan yang berkelanjutan.
Diagnosa keperawatan
Pre operasi
Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak adanya daya dorong.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang inadekuat.
Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.
Post operasi
Gangguan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan
Nyeri b/d insisi pembedahan
Kurangnya pengetahuan b/d kebutuhan irigasi, pembedahan dan perawatan kolostomi.
Intervensi
Pre operasi
No
Dx
Tujuan
Intervensi
1.
Konstipasi berhubungan dengan mekanik : megakollon
BAB lancar, dengan
kriteria :
- Faeses lunak
- Anak tidak kesakitan saat
BAB.
- Tindakan operasi colostomi
1. Bowel management
- Catat BAB terakhir
- Monitor tanda konstipasi
- Anjurkan keluarga untuk mencatat warna, jumlah, frekuensi BAB.
- Berikan supositoria jika perlu.
2. Bowel irrigation
- Jelaskan tujuan dari irigasi rektum.
- Check order terapi.
- Jelaskan prosedur pada orangtua pasien.
- Berikan posisi yang sesuai.
- Cek suhu cairan sesuai suhu tubuh.
- Berikan jelly sebelum rektal dimasukkan.
- Monitor effect dari irigasi.
3. Persiapan preoperatif
- Jelaskan persiapan yang harus dilakukan.
- lakukan pemeriksaan laboratorium: darah rutin, elektrolit, AGD.
- transfusi darah bila perlu.
2.
Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan anak
Cemas keluarga pasien tertangani dengan kriteria:
- Ibu terlihat lebih tenang
- Ibu dapat bertoleransi dengan keadaan anak.
1. Anxiety reduction
- jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan.
- kaji pemahaman orangtua terhadap kondisi anak, tindakan yang akan dilakukan pada anak.
- anjurkan orang tua untuk berada dekat dengan anak.
- bantu pasien mengungkapkan ketegangan dan kecemasan.
3.
Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal dengan sumber informasi
Orang tua tahu mengenai perawatan anak dengan kriteria:
- Mampu menjelaskan penyakit, prosedur operasi
- mampu menyebutkan tindakan keperawatan yang harus dilakukan.
- Mampu menyebutkan cara perawatan.
1. teaching: proses penyakit
- Kaji pengetahuan pasien tentang penyakit.
- Jelaskan tentang penyakit, prosedur tindakan dan cara perawatan bersama dengan dokter.
- Informasikan jadwal rencana operasi: waktu, tanggal, dan tempat operasi, lama operasi.
- Jelaskan kegiatan praoperasi : anestesi, diet, pemeriksaan lab, pemasangan infus, tempat tunggu keluarga.
- Jelaskan medikasi yang diberikan sebelum operasi: tujuan, efek samping.
2. health education:
- jelaskan tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
- Jelaskan mengenai penyakit,prosedur tindakandancara perawatan dengan dokter.
- Lakukan diskusi dengan keluarga pasien dengan penyakit yang sama.
- Jelaskan cara perawatan post operatif.
4.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan absorbsi usus.
Status nutrisi baik, dengan kriteria:
- Diet seimbang, intake adekuat.
- BB normal.
- Nilai lab darah normal: HB, Albumin, GDR.
- Kaji nafsu makan, lakukanpemeriksaan abdomen,adanya distensi, hipoperistaltik.
- Ukur intake dan output, berikan per oral / cairan intravenasesuai program (hidrasi adalah masalah yang paling penting selama masa anak-anak).
- Sajikan makanan favorit anak, dan berikan sedikit tapi sering.
- Atur anak pada posisi yang nyaman (fowler)
- Timbang BB tiap hari pada skala yang sama.
5.
Gangguan koping keluarga berhubungan dengan krisis situasional, ancaman fungsi peran, perubahan lingkungan.
Meknisme koping keluarga efektif, dengan kriteria:
- Keluarga menunjukkan bisa menyesuaikan dengan lingkungan rumah sakit.
- Anggota keluarga aktif bertanya.
- Kenalkan keluarga untuk mengenal staf/perawat yang merawat
- Gambarkan kegiatan rutin di RS yang mempengaruhi anak.
- Anjurkan keluarga untuk menyesuaikan dengan lingkungan yang baru dan asing.
- Informasikan tentang area di luar unit yang mungkinmereka perlukan.
- Ciptakan kondisi yang mendukunguntuk bertanya, mengungkapkan kekecewaan dan perasaannya.
- Hadirkan keluarga terdekat dengan pasien.
- Jaga privasi, awasi tanda-tanda ketegangan keluarga.
6.
Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume caian secara aktif
Status hidrasi:
Kriteria:
- menunjukkan urine output normal
- menunjukkan TD, nadi dan suhu dbn
- turgor kulit, kelembaban mukosa dbn.
- Mampu menjelaskan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kehilangan cairan
1. manajemen cairan
timbang berat badan tiap hari
kelola catatan intake dan output
monitor status hidrasi (membran mukosa, nadi adekuat, ortostatik TD)
monitor hasil laboratorium yang menunjukkan retensi cairan
monitor keadaan hemodinamik
monitor vital sign
monitor tanda-tanda kelebihan atau kekurangan volume cairan
administrasi terapi Intra vena
monitor status nutrisi
berikan cairan dan intake oral.
2. monitor cairan
- kaji jumlah dan jenis intake cairan dan kebiasaan eliminasi
- kaji faktor resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan
- monitor intake dan output
- monitor serum, dan elektrolit
- jaga keakurtan pencatatan intake dan output
- administrasi pemberian cairan
3. managemen hipovolemi
- monitor status cairan termasuk intake dan output
- jaga kepatenan terpi intra vena
- monitor kehilangan cairan
- monitor hasil laboratorium
- hitung kebutuhan cairan
- administrasi pemberian cairan hipotonik/isotonik
- observasi indikasi dehidrasi
- kelola pemberian intake oral
- monitor tanda dan gejala over hidration
Post Operasi
No
Dx
Tujuan dan Kriteria hasil
Intervesi
1.
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
Level nyeri berkurang dengan kriteria :
- anak tidak rewel
- ekspresi wajah dan sikap tubuh rileks
- tanda vital dbn
1. Management nyeri
- Kaji nyeri meliputi karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi.
- Observasi ketidaknyamanan non verbal
- Berikan posisi yang nyaman
- Anjurkan ortu untuk memberikan pelukan agar anak merasa nyaman dan tenang.
- Tingkatkan istirahat
2 Teaching
- Jelaskan pada ortu tentang proses terjadinya nyeri
- Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit
- Evaluasi keluhan nyeri atau ketidaknyamanan
- Perhatikan lokasi nyeri.
3. Administrasi analgetik
- Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian obat.
- Cek program medis tentang jenis obat, dosis dan frekuensi pemberian
- Ikuti 5 benar sebelum memberikan obat
- Cek riwayat alergi
- Monitor tanda vital sebelum dan sesudah pemberian obat
- Dokumentasikan pemberian obat
2.
Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
Resiko infeksi terkontrol dengan kriteria :
- bebas dari tanda-tanda infeksi
- tanda vital dalam batas normal
- hasil lab dbn
1. Infektion control
- Terapkan kewaspadaan universal cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan.
- Gunakan sarung tangan setiap melakukan tindakan.
- Berikan personal hygiene yang baik.
2. Proteksi infeksi
- monitor tanda-tanda infeksi lokal maupun sistemik.
- Monitor hasil lab: wbc, granulosit dan hasi lab yang lain.
- Batasi pengunjung
- Inspeksi kondisi luka insisi operasi.
3. Ostomy care
- bantu dan ajarkan keluarga pasien untuk melakukan perawatan kolostomi
- Monitor insisi stoma.
- Pantau dan dampinggi keluarga saat merawat kolostomi
- Irigasi stoma sesuai indikasi.
- Monitor produk stoma
- Ganti kantong kolostomi setiap kotor.
4. Medikasi terapi
- Beri antibiotik sesuai program
- Tingkatkan nutrisi
- Monitor keefektifan terapi.
5. Health education
o Ajarkan pada orang tua tentang tanda-tanda infeksi.
o Ajarkan cara mencegah infeksi.
o Ajarkan cara perawatan colostomi
3.
Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume caian secara aktif
Status hidrasi:
Kriteria:
- menunjukkan urine output normal
- menunjukkan TD, nadi dan suhu dbn
- turgor kulit, kelembaban mukosa dbn.
- Mampu menjelaskan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kehilangan cairan
manajemen cairan
timbang berat badan tiap hari
kelola catatan intake dan output
monitor status hidrasi (membran mukosa, nadi adekuat, ortostatik TD)
monitor hasil laboratorium yang menunjukkan retensi cairan
monitor keadaan hemodinamik
monitor vital sign
monitor tanda-tanda kelebihan atau kekurangan volume cairan
administrasi terapi Intra vena
monitor status nutrisi
berikan cairan dan intake oral.
5. monitor cairan
- kaji jumlah dan jenis intake cairan dan kebiasaan eliminasi
- kaji faktor resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan
- monitor intake dan output
- monitor serum, dan elektrolit
- jaga keakurtan pencatatan intake dan output
- administrasi pemberian cairan
6. managemen hipovolemi
- monitor status cairan termasuk intake dan output
- jaga kepatenan terpi intra vena
- monitor kehilangan cairan
- monitor hasil laboratorium
- hitung kebutuhan cairan
- administrasi pemberian cairan hipotonik/isotonik
- observasi indikasi dehidrasi
- kelola pemberian intake oral
- monitor tanda dan gejala over hidration
Implementasi
Merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien.
Pelaksanaan keperawatan/implementasi harus sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya dan pelaksanaan ini disesuaikan dengan masalah yang terjadi. Dalam pelaksanaan keperawatan ada 4 tindakan yang dilakukan yaitu :
Tindakan mandiri
Tindakan observasi
Tindakan health education
Tindakan kolaborasi
Evaluasi
Pre operasi Hirschsprung
Pola eliminasi berfungsi normal
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kebutuhan cairan dapat terpenuhi
Nyeri pada abdomen teratasi
Post operasi Hirschsprung
Integritas kulit lebih baik
Nyeri berkurang atau hilang
Pengetahuan meningkat tentang perawatan pembedahan terutama pembedahan kolon
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan masalah. Baik masalah fisik, psikologis maupun psikososial. Masalah pertumbuhan dan perkembangan anak dengan penyakit hisprung yaitu terletak pada kebiasaan buang air besar. Orang tua yang mengusahakan agar anaknya bisa buang air besar dengan cara yang awam akan menimbulkan masalah baru bagi bayi/anak. Penatalaksanaan yang benar mengenai penyakit hisprung harus difahami dengan benar oleh seluruh pihak. Baik tenaga medis maupun keluarga. Untuk tecapainya tujuan yang diharapkan perlu terjalin hubungan kerja sama yang baik antara pasien, keluarga, dokter, perawat maupun tenaga medis lainnya dalam mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.
Saran
Kami berharap setiap mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang penyakit hsaprung. Walaupun dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Sowden, 2002, Keperawatan Pediatric Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Carpenito, 1998, Diagnosis Keperawatan, Editor Yasmin Asih, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi ke-3. Jakarta : EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Kartono, Darmawan. 2004. Penyakit Hirschsprung. Jakarta : Sagung Seto.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Sri Kurnianingsih (Fd), Monica Ester (Alih bahasa) edisi – 4 Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa : Brahm U Pendit. Jakarta : EGC.
Carpenito , Lynda juall. 1997 . Buku saku Diagnosa Keperawatan.Edisi ke -^. Jakarta : EGC
Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak . 1991. Ilmu Kesehatan Anak . Edisi Ke-2 . Jakarta : FKUI .
Mansjoer , Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran .Edisi Ke-3 . Jakarta : Media Aesulapius FKUI