1
BAB I PENDAHULUAN
Semua umat Islam telah sepakat dengan bulat bahwa Hadits Rasul adalah sumber dan dasar hukum Islam setelah Al – Qur’an, dan umat Islam diwajibkan meng mengik ikut utii dan dan menga mengama malk lkan an hadi hadits ts seba sebagai gaima mana na diwaj diwajib ibka kan n mengi mengiku kuti ti dan dan mengamalkan Al – Qur’an. Al – Qur’an dan hadits merupakan dua sumber hukum pokok syariat Islam yang tetap, dan orang Islam tidak akan mungkin, bisa memahami syariat Islam secara mendalam dan lengkap tanpa kembali kepada kedua sumber Islam tersebut. Seorang mujtah mujtahid id dan seoran seorang g ulama ulama pun tidak tidak diperb diperbole olehka hkan n hanya hanya mencuku mencukupkan pkan diri diri dengan mengambil salah satu keduanya. Bany Banyak ak kita kita jump jumpai ai ayat ayat – ayat ayat Al – Qur’ Qur’an an dan Hadits Hadits – hadi hadits ts yang yang memberikan pengertian bahwa hadits merupakan sumber hukum islam selain Al – Qur’an Qur’an yang yang wajib wajib diikut diikuti, i, dan diamal diamalkan kan baik baik dalam dalam bentuk bentuk perint perintah ah maupun maupun larangannya. Hadits itu sendiri secara istilah adalah segala peristiwa yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik perkataan, perkataan, segala keadaan, atau perilakunya.
1
1
2
BAB II PENGGOLONGAN DAN KLASIFIKASI HADITS
Secara konsepsional bahwa hadits itu dari satu segimdapat dibagi menjadi dua, dua, yait yaitu u kuant kuantit itas as dan dan kual kualit itas as.. Yang Yang dima dimaks ksud ud segi segi kuan kuanti tita tasn snya ya adal adalah ah penggo penggolon longan gan hadits hadits ditinj ditinjau au dari dari banyak banyaknya nya rowi rowi yang yang meriwa meriwayat yatkan kan hadits. hadits. Sedangkan hadits berdasarkan kualitasnya adalah penggolongan hadits dilihat dari aspek diterimanya atau ditolaknya. 2.1 Penggolongan Hadits Berdasarkan Banyaknya Rawi
Para sahabat dalam menerima hadits dari Nabi Muhammad SAW. Terkadang berhadapan langsung dengan sahabat yang jumlahnya sangat banyak karena pada saat nabi sedang memberikan khutbah di hadapan kaum muslimin, kadang hanya beberapa sahabat bahkan juga bisa terjadi hanya satu atau dua orang sahabat saja. Demikian itu terus terjadi dari sahabat ke tabi’in sampai pada generasi yang menghimpun hadits dalam berbagai kitab. Dan sudah barang tentu informasi yang dibawa oleh banyak rowi lebih meyakinkan apabila dibandingkan dengan informasi yang dibawa oleh satu atau dua orang rowi saja. Dari sinilah para ahli hadits membagi hadits menurut jumlah rowinya 1. 2.1.1. Hadits Mutawatir
Kata mutawatir Menurut lughat ialah mutatabi yang berarti beriring-iringan atau berturut-turut antara satu dengan yang lain 2. Hadits mutawatir merupakan hadits yang diriwayatkan oleh banyak orang dalam setiap generasi, sejak generasi shahabat sampai generasi akhir (penulis kitab), orang banyak tersebut layaknya mustahil untuk berbohong 3. Tentang seberapa banyak orang yang dimaksud dalam setiap generasi belum terdapat sebuah ketentuan yang jelas. 2
3
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hadits mutawatir adalah laporan dari orangorang-ora orang ng yang yang jumlah jumlahnya nya tidak tidak ditent ditentuka ukan n (la yusha yusha ‘adaduh ‘adaduhum) um) yang yang tidak tidak mungkin mereka bersepakat untuk berbuat dusta mengingat jumlah mereka yang besar (‘adalah) dan tempat tinggal mereka yang beragam 4. Seba Sebagi gian an besa besarr ulam ulamaa sepa sepaka katt bahw bahwaa hadi hadist st muta mutawa wati tirr meni menimb mbul ulkan kan kons konsek ekue uens nsii huku hukum m dan dan peng penget etah ahua uan n yang yang posi positi tiff (yaq (yaqin in)) dan dan oran orang g yang yang meny menyan angka gkaln lnya ya dian diangga ggap p berb berbel elit it akal akalny nyaa dan tida tidak k berm bermor oral al 5. Ulam Ulamaa tela telah h menyep menyepakti akti bahwa bahwa hadits hadits ini dapat dapat dijadi dijadikan kan hujjah hujjah baik baik dalam dalam bidang bidang aqidah aqidah maupun dalam bidang syari’ah 6. Hadits Hadits mutawatir mutawatir memberikan memberikan faedah ilmu daruri, daruri, yakni keharusan keharusan untuk menerimanya secara bulat sesuatu yang diberitahukan mutawatir karena ia membawa keyakinan keyakinan yang qath’i (pasti), (pasti), dengan seyakin-y seyakin-yakinny akinnyaa bahwa Nabi Muhammad Muhammad SAW benar-benar menyabdakan atau mengerjakan sesuatu seperti yang diriwayatkan oleh rawi-rawi mutawatir 7. Dapat Dapat dikata dikatakan kan bahwa bahwa peneli penelitia tian n terhad terhadap ap rawi-r rawi-rawi awiii hadits hadits mutawa mutawatir tir tentan tentang g keadil keadilan an dan kedlab kedlabit itanny annyaa tidak tidak diperl diperlukan ukan lagi, lagi, karena karena kuanti kuantitas tas rawirawirawinya mencapai ketentuan yang dapat menjamin untuk tidak bersepakat dusta. Oleh karena karenanya nya wajib wajib bagi setiap setiap muslim muslim meneri menerima ma dan mengam mengamalk alkan an semua semua hadits hadits mutawatir. Umat Islam telah sepakat tentang faedah hadits mutawatir seperti tersebut di atas dan bahkan orang yang mengingkari hasil ilmu daruri dari hadits mutawatir sama halnya dengan mengingkari hasil ilmu daruri yang berdasarkan musyahailat (pelibatan pancaindera). Sebu Sebuah ah hadi hadits ts dapa dapatt digo digolo long ngka kan n ke dala dalam m hadi hadits ts muta mutawa wati tirr apabi apabila la memenuhi beberapa syarat. Adapun persyaratan tersebut antara lain adalah sebagai berikut 8 :
4
1. Hadits Hadits (khabar) (khabar) yang diberit diberitakan akan oleh rawi rawi – rawi tersebu tersebutt harus berdasark berdasarkan an tanggapan (daya tangkap) pancaindera. Artinya bahwa berita yang disampaikan itu itu bena benarr – bena benarr meru merupa paka kan n hasi hasill pemi pemiki kira ran n sema semata ta atau atau rangk rangkum uman an dari dari per peris isti tiwa wa – peris peristi tiwa wa yang yang lain lain dan dan yang yang sema semacam camny nya, a, dala dalam m arti arti tida tidak k merupakan hasil tanggapan pancaindera (tidak didengar atau dilihat) sendiri oleh pemberitanya, maka tidak dapat disebut hadits mutawatir walaupun rawi yang memberikan itu mencapai jumlah yang banyak. 2.
Bilangan para perawi mencapai suatu jumlah yang menurut adat mustahil
untuk untuk berdus berdusta. ta. Dalam Dalam hal ini para para ulama ulama berbeda berbeda pendapa pendapatt tentan tentang g batasa batasan n jumlah untuk tidak memungkinkan bersepakat dusta Abu Thayib menentukan sekurang – kurangnya 4 orang. Hal tersebut diqiyaskan dengan jumlah saksi yang diperl diperlukan ukan oleh oleh hakim hakim 9. Ashabu Ashabuss Syafii Syafii menent menentukan ukan minima minimall 5 orang. orang. Hal tersebut diqiyaskan dengan jumlah para Nabi yang mendapatkan gelar Ulul Azmi. Seba Sebagi gian an ulam ulamaa menet menetap apkan kan seku sekura rang ng – kuran kurangny gnyaa 20 oran orang. g. Hal Hal ters tersebu ebutt berdasarkan ketentuan yang telah difirmankan Allah SWT tentang orang – orang mukmin yang tahan uji, yang dapat mengalahkan orang – orang kafir sejumlah 200 orang. 3. Seim Seimban bang g juma jumala lah h para para pera perawi wi,, seja sejak k dala dalam m taba tabaqa qatt (lapi (lapisa san/ n/ tingk tingkat atan) an) pertama maupun tabaqat berikutnya. Hadits mutawatir yang memenuhi syaratsyarat seperti ini tidak banyak jumlahnya, bahkan Ibnu Hibban dan Al – Hazimi menyatakan bahwa hadits mutawatir tidak mungkin terdapat karena persyaratan yang demikian ketatnya 10. DR. Syamssuddin Arif menyimpulkan bahwa sebuah khabar dapat disebut mutawatir apabila memenuhi syarat sebagai berikut 11: 1.
Nara sumbernya harus benar-benar mengetahui apa yang mereka katakannya,
sampaikan dan laporkan. Jadi tidak boleh menduga-duga atau apalagi merabaraba.
5
2.
Mere Mereka ka haru haruss
meng menget etah ahui ui seca secara ra past pastii
dala dalam m
arti arti pern pernah ah meli meliha hat, t,
menyak menyaksik sikan,m an,menga engalam lami, i, dan mendeng mendengarn arnya ya secara secara langsu langsung ng tanpa tanpa disert disertai ai distorsi, ilusi, dan semacamnya. 3. Juml Jumlah ah nara nara sumb sumber erny nyaa cuku cukup p bany banyak ak sehi sehing ngga ga tida tidak k mung mungki kin n suat suatu u kekeliruan atau kesalahan dibiarkan atau lolos tanpa koreksi. Hadits Mutawatir ada 2 yaitu : 1. Mutawatir Mutawatir Lafdzi yaitu yaitu mutawat mutawatir ir redaksinya. redaksinya. Contoh Hadits Mutawatir Lafzi : “Rasulull “Rasulullah ah SAW berkata, “Barangsiapa “Barangsiapa yang sengaja berdusta berdusta atas namaku, maka hendaklah ia bersedia menduduki tempat duduk di neraka.” Menurut Abu Bakar Al-Bazzar, hadits tersebut diatas diriwayatkan oleh 40 orang saha sahaba bat, t,
kemu kemudi dian an
Imam Imam
Nawa Nawawi wi
dala dalam m
kita kita
Minh Minhaj aju u
al-M al-Muh uhad addi dits tsin in
menyatakan bahwa hadits itu diterima 200 sahabat 12. 2. Mutawa Mutawatir tir Ma’nawi Ma’nawi yaitu yaitu hadits hadits yang isi serta serta kandungann kandungannyad yadir iriwa iwayat yatkan kan secara mutawatir dengan redaksi yang berbeda-beda 13. Contoh hadits mutawatir maknawi adalah : “Rasul “Rasulull ullah ah SAW SAW tidak tidak mengan mengangkat gkat kedua kedua tangan tangan beliau beliau dalam dalam doa-doa doa-doanya nya selain dalam doa salat istiqa’ dan beliau mengangkat tangannya, sehingga nampak putih-putih kedua ketiaknya.” (HR. Bukhari Muslim) Hadis yang semakna dengan hadis tersebut di atas ada banyak, yaitu tidak kurang dari 30 buah dengan redaksi yang berbeda-beda. Antara lain hadis-hadis yang ditakrijkan oleh Imam ahmad, Al-Hakim dan Abu Daud yang berbunyi : “Rasulullah SAW mengangkat tangan sejajar dengan kedua pundak beliau.”
6
2.1. 2.1.2. 2. Hadit aditss Aha Ahad d
Hadits Ahad adalah hadits yang diriwayatkan oleh satu, dua, atau sedikit orang yang tidak mencapai derajat masyhur, apalagi mutawatir. Keterikatan manusi manusiaa terhada terhadap p substan substansi si hadits hadits ini sangat sangat dipeng dipengaru aruhi hi oleh oleh kualita kualitass periwayatannya dan kualitas kesinambungan sanadnya 14. Imam Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad asy- Syaukani menyatakan bahwa kabar wahid atau hadits ahada barau dapat diterima jika sumbernya memenuhi lima syarat sebagai berikut 15: 1.
Sumbernya harus seorang mukallaf, yaitu orang yang telah kena kewajiban melaksanaka melaksanakan n perintah perintah agama dan dapat dipertanggun dipertanggungjawab gjawabkan. kan. Oleh karena itu ucapan anak dibawah umur tidak dapat diterima.
2. Sumber Sumbernya nya harus beragama beragama Islam Islam.. Konsek Konsekuen uensin sinya, ya, tidak dapat diteri diterima ma khabar atau cerita dari orang kafir. 3.
Nara sumber harus memiliki integritas moral pribadi yang menunjukkan ktakwaan dan kewibawaan diri (muru’ah) sehingga timbul kepercayaan orang lain kepadanya, termasuk dalam hal ini meninggalkan dosa-dosa kecil. Atas dasar ini orang fasiq secara otomatis tidak mempunyai adalah dan ucapan mereka ditolak.
4.
Nara sumber harus memiliki kecermatan dan ketelitian, tidak sembrono dan asal jadi.
5. Nara Nara sumber sumber diharusk diharuskan an jujur dan terus terang, terang, tidak tidak menyem menyembuny bunyika ikan n sumber sumber rujukan rujukan dengan cara cara apa pun, sengaj sengajaa maupun maupun tidak tidak sengaj sengaja. a.
7
Di kalangan para ulama ahli hadits terjadi perbedaan pendapat mengenai kedu keduduk dukan an hadit haditss ahad ahad untu untuk k digu diguna nakan kan seba sebaga gaii land landas asan an hukum hukum.. Sebagian ulama ahli hadits berkeyakinan bahwa hadits ahad tidak bisa dijadikan dijadikan landasan hukum untuk masalah aqidah. Sebab, menurut mereka hadits ahad bukanlah qat’i as-tsubut (pasti ketetapannya). Namun menurut para ahli hadits yang lain dan mayoritas ulama, bahwa hadits ahad wajib diam diamal alkan kan jika jika tela telah h meme memenu nuhi hi syar syarat at kesa kesahi hiha han n hadit haditss yang yang tela telah h disepakati. Hadits ahad dibagi menjadi tiga macam, yaitu hadits masyhur, hadits aziz, dan hadits garib. Hadits Aziz, bila terdapat dua jalur sanad (dua penutur pada salah satu lapisan) 16. Hadits Mashur, bila terdapat lebih dari dua jalur sanad (tiga atau lebih penutur pada salah satu lapisan) namun tidak mencapai derajat mutawatir. Hadits Gharib, bila hanya terdapat satu jalur sanad (pada salah satu lapisan terdapa terdapatt hanya hanya satu satu penutur penutur,, meski meski pada lapisa lapisan n lain lain terdapa terdapatt banyak banyak penutur). Hadits Garib juga biasa disebut hadits fardun yang artinya sendirian. Ibnu Hajar menganggap bahwa antara garib dan fardun adalah sinonim, baik secara istilah, tetapi kebanyakan para ahli hadits membedakan antara garib garib dan fardun, fardun, yakni yakni istil istilah ah fardun fardun meruju merujuk k kepada kepada garib garib mutlak mutlak,, sedangkan istilah garib dipakai pada garib nisbi. Hal ini sesuai dengan pengklasifikasian hadits garib yang memang menjadi dua bagian, yaitu: Hadits Hadits Garib Garib Mutlak Mutlak (fardu (fardun) n) Hadits Hadits garib garib mutlak mutlak yaitu yaitu hadits hadits yang yang diriwayatkan oleh satu rowi secara sendirian. Kesendirian rowi itu terdapat pada generasi tabi’in atau pada generasi setelah tabi’in, dan bisa juga terjadi pada setiap tingkatan sanadnya. Hadits Garib Nisbi Yang termasuk
8
sebagai hadits garib nisbi yaitu rowi hadits tersebut sendirian dalam hal sifat ataupun keadaan tertentu. Kesendirian dalam hal sifat atau keadaan rawi mempunyai tiga kemungkinan yaitu, sendirian dalam hal keadilan dan kedabitan, sendirian dalam hal tempat tinggal, sendirian dalam hal rawi 17.
2.2 Klasifikasi Hadits Berdasarkan Diterima dan Ditolaknya (Kualitas)
Kategorisasi tingkat keaslian hadits adalah klasifikasi yang paling penting dan merupakan merupakan kesimpulan kesimpulan terhadap tingkat tingkat penerimaan penerimaan atau penolakan terhadap terhadap hadits hadits tersebut. Tingkatan hadits pada klasifikasi ini terbagi menjadi 4 tingkat yakni shahih, hasan, da’if dan maudu’. 1. Hadits Hadits Shahih, yakni tingkata tingkatan n tertinggi tertinggi penerimaan penerimaan pada suatu hadits. Hadits Hadits shah shahih ih meme memenu nuhi hi pers persya yara rata tan n
seba sebaga gaii
beri beriku kutt
:
Sana Sanadn dnya ya bers bersam ambu bung ng;;
Diriwayatkan oleh penutur/perawi yg adil, memiliki sifat istiqomah, berakhlak bai baik, k, tida tidak k fasi fasik, k, terj terjag agaa muru muruah ah(k (keh ehor orma mata tan) n)-n -nya ya,, dan dan kuat kuat inga ingata tanny nnya; a; Hadi Hadits tsny nyaa musn musnad ad,, maks maksud udny nyaa hadi hadits ts ters tersebu ebutt disa disand ndar arka kan n kepad kepadaa Nabi Nabi Muhamm Muhammad ad SAW; SAW; Matanny Matannyaa tidak tidak mengand mengandung ung kejang kejanggal galan/ an/ber berten tentan tangan gan (syadz) serta tidak ada sebab tersembunyi atau tidak nyata yang mencacatkan hadits (tidak ada ‘illah). 2. Hadits Hasan, bila bila hadits yang tersebut tersebut sanadnya bersambung, diriwayatkan diriwayatkan oleh rawi yg adil namun tidak sempurna ingatannya, serta matannya tidak syadz serta cacat. 3. Hadits Dhaif (lemah), (lemah), ialah hadits yang sanadnya sanadnya tidak bersambung (dapat berupa mursal, mu’allaq, mudallas, munqati’ atau mu’dal) dan diriwayatkan oleh orang yang tidak adil atau tidak kuat ingatannya, mengandung kejanggalan atau cacat.
9
3. Hadits Hadits Maudu’, bila hadits hadits dicurigai dicurigai palsu atau buatan buatan karena dalam sanadnya sanadnya dijumpai penutur yang memiliki kemungkinan berdusta. 2.3 Klasifikasi Hadits Dari Segi Kedudukan Dalam Hujjah 2.3.1 Hadits Maqbul
Maqb Maqbul ul menur menurut ut baha bahasa sa berar berarti ti yang yang diam diambi bil; l; yang yang dite diteri rima ma;; yang yang dibenarkan. Sedangkan menurut urf Muhaditsin. Hadits Maqbul ialah hadits yang yang menu menunj njuk ukii suat suatu u kete ketera rang ngan an bahw bahwaa Nabi Nabi Muha Muhamm mmad ad SAW SAW menyabdakannya. Jumhur Jumhur Ulama Ulama berpen berpendapa dapatt bahwa bahwa hadits hadits maqbul maqbul ini wajib wajib diteri diterima. ma. Sedangkan yang termasuk dalam kategori hadits maqbul adalah : Hadits sahih, baik yang lizatihu maupun yang ligairihi. Hadits hasan, baik yang lizatihi lizatihi maupun yang ligairihi. ligairihi. Apabila Apabila ditinjau ditinjau dari segi kemakmuranny kemakmurannya, a, maka hadits maqbul dapat dibagi menjadi 2 yakni hadits maqbulun bihi dan hadits gairu ma’mulin bihi. 2.3.2 Hadits Mardud
Mard Mardud ud menu menuru rutt bahas bahasaa bera berart rtii yang yang dito ditola lak; k; yang yang tidak tidak dite diteri rima ma.. Sedangkan menurut urf Muhaditsin, Hadits Mardud ialah hadits yang tidak menun menunju juki ki kete ketera ranga ngan n yang yang kuat kuat akan akan adan adanya ya dan dan tidak tidak menu menunj njuki uki kete ketera rang ngan an yang yang kuat kuat atas atas keti ketida daka kadaa daann nnya ya,, teta tetapi pi adan adanya ya denga dengan n ketida ketidakad kadaann aannya ya bersam bersamaan. aan. Maka, Maka, Jumhur Jumhur Ulama Ulama mewaji mewajibkan bkan untuk untuk menerima hadits – hadits maqbul, dan sebaliknya setiap hadits yang mardud tidak boleh diterima dan tidak boleh diamalkan (harus ditolak). Jadi, hadits mardud adalah semua hadits yang telah dihukumi dhaif. 2.4 Klasifikasi Hadits Dari Segi Perkembangan Sanadnya 2.4.1 Hadits Muttasil
10
Hadits Muttasil adalah hadits yang didengar oleh masing – masing rawinya dari dari rawi rawi yang yang di atasny atasnyaa sampai sampai kepada kepada ujung ujung sanadny sanadnya, a, baik baik hadits hadits marfu’ maupun hadits mauquf.
2.4.2 Hadits Munqati’
Hadits Munqati’ adalah setiap hadits yang tidak bersambung sanadnya, baik yang yang disanda disandarka rkan n kepada kepada Nabi Nabi Muhamm Muhammad ad SAW SAW maupun maupun disand disandark arkan an kepada yang lain 18.
11
BAB III KESIMPULAN
Hadits merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Al – Qur’an. Di dalam Hadits itu sendiri terpata klasifikasi atau penggolongan baik dari segi banyaknya rowi yaitu ada hadits mutawatir dan hadits ahad; dari segi kualitas hadits ada hadits sahih, hadits hasan, hadits daif , dan hadits maudu’ ; dari segi kedudukan dalam hujjah ada hadits hadits maqbul maqbul dan hadits hadits mardud mardud;; dari dari segi segi perkem perkembang bangan an sanadn sanadnya ya ada hadits hadits muttasil dan munqati’.
12
DAFTAR PUSTAKA 11
Kusnanto, Najib (2006). Qur’an Hadits Madrasah Aliyah. Aliyah. Sragen : Akik Pustaka. Zuhri Muh (2003). Hadits Nabi : Telaah Historis dan Metodologis. Metodologis. Yogyakarta : Tiara Wacana. Aghn Aghnid ides es,, Ahma Ahmad, d,
Nico Nicola lass Muha Muhamm mmad ad
(196 (1968) 8).. (199 (1998) 8)..
Penganta ntar Ulum Ulumul ul
Ilmu
Hadi Hadits ts..
Hukum Bandung
Isl Islam . :
Sura Suraka kart rta. a.
Pustaka
Setia.
Juanda, Asep (2007). Intisari (2007). Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia. Indonesia. Bandung : Pustaka Setia.
13
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum, wr. Wb. Puji dan syukur syukur Alhamdul Alhamdulill illah ah penulis penulis panjatkan panjatkan kehadirat kehadirat Allah SWT. Berkat Berkat rahma rahmatt dan ridho ridhony nyaa penul penulis is dapat dapat meny menyele elesa saika ikan n makal makalah ah ini deng dengan an mengamb mengambil il judul Macam-m Macam-macam acam Ilmu Ilmu Hadits Hadits
sebagai sebagai syarat syarat Pengajuan Kenaikan Kenaikan
Pangkat dengan waktu yang yang telah di tentukan. Dalam penyusunan makalah ini penulis sangat menyadari bahwa, masih banyak terdapat terdapat kekurangan kekurangan dan kekeliru kekeliruan an baik isi maupun cara penulisan penulisan yang di karenakan karenakan keterbatasan ilmu pengatahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi sempurnanya penyusunan makalah ini di masa yang akan datang. Semoga Allah SWT. Membalas dan Melimpahkan rahmat dan hidayahnya atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan makalah ini.
Akhirn Akhirnya ya,, semoga semoga Makala Makalah h ini ini dapat dapat berman bermanfaa faatt bagi bagi saya saya serta serta bagi bagi pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum, wr. Wb.
14
Palembang, Desember 2009
Penulis
ii DAFTAR ISI
Halaman HALA HALAMA MAN N JUDU JUDUL L ....... .......... ....... ....... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ..... ..
i
KATA KATA PENG PENGAN ANTA TAR R ....... .......... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ....... ....... ...... ....... ....... ........ .......... .......... ......... ....
ii
DAFT DAFTAR AR ISI ISI .... ........ ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ....... ......... .......... .......... .......
iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PENGGOLONGAN DAN KLASIFIKASI HADITS 2.1 Pengg Penggol olong ongan an Had Hadit itss Ber Berda dasa sark rkan an Ban Banya yak k Rawi Rawi .... ....... ..... .... .... ..... ...... ...... ...... ...... ...
2
2.1.1 2.1.1 Hadits Hadits Mutawa Mutawatti ttirr ...... .......... ....... ...... ....... ....... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ........ ........ ...
2
2.1.2 2.1.2 Hadits Hadits Ahad Ahad ...... .......... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ......... .......... .....
6
2.2 Kladifikasi Hadits Berdasarkan diterima dan ditolaknya Kuali Kualitas tas ....... .......... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ......
8
2.3 Klas Klasif ifik ikas asii Hadi Hadits ts dari dari segi segi Kedud Keduduka ukan n dal dalam am Hujj Hujjah ah... ...... ...... ...... ...... ........ .......
8
2.3.1 2.3.1 Hadits Hadits Maqbul Maqbul ...... .......... ....... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ....... ........ .......... ........... ......... ....
8
2.3.2 2.3.2 Hadits Hadits Mardud Mardud ....... .......... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ......... ......... ....
9
2.4 Klas Klasif ifik ikas asii dar darii seg segii per perke kemb mban anga gan n sana sanadny dnyaa .... ....... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ..... ..
9
2.4.1 2.4.1 Hadits Hadits Muttas Muttasil il ...... .......... ....... ...... ....... ....... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ....... ......... .......... .......... ........ ...
9
2.4.2 2.4.2 Hadits Hadits Munqat Munqati’ i’ ....... .......... ....... ....... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ....... ....... ...... ....... ....... ...
10
iii
15
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA