MAKALAH
AL-ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN IV
(ISLAM dan DAKWAH)
Nama Kelompok :
Salis Muchtar Fadhilah (201310130311044)
Pavelza Syafiul Khalim (201310130311060)
Muhammad Yusuf (201310130311065)
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dakwah merupakan suatu bentuk proses penyampaian ajaran Islam. Dakwah Islam adalah dakwah ke arah kualitas puncak dari nilai-nilai kemanusiaan, dan peradaban manusia. Dengan tujuan utama mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhai oleh Allah SWT, yakni dengan menyampaikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan yang diridhai oleh Allah SWT sesuai dengan segi atau bidangnya masing-masing.
Lain halnya dengan kenyataan yang ada saat ini, kegiatan dakwah sering kali diartikan di tengah-tengah masyarakat hanya berupa ceramah agama yakni ulama sebagai pendakwah menyampaikan pesannya di hadapan khalayak. Sejatinya, dakwah bukan hanya kewenangan ulama atau tokoh agama, karena dakwah Islam memiliki wilayah yang luas dalam semua aspek kehidupan. Ia memiliki ragam bentuk, metode, media, pesan, pelaku dan mitra dakwah. Kita sendiri tidak bisa terlepas dari kegiatan dakwah. Apapun yang berkaitan dengan Islam, kita pastikan ada unsur dakwahnya.
Salah satu dari unsur dakwah adalah materi dakwah. Materi dakwah adalah isi pesan yang disampaikan kepada mitra dakwah. Dalam hal ini pesan dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri. Inti ajaran agama Islam adalah meliputi akidah, syariah dan akhlak. Akidah merupakan pondasi utama dalam beragama, yang didalamnya memuat sistem keyakinan atau iman. Syariah meliputi sistem peribadatan makhluk dengan khaliqnya, sedangkan akhlak meliputi sistem relasi antar makhluk.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Dakwah dalam Islam
Secara etimologis, kata "dakwah" berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti: panggilan, ajakan, dan seruan. Sedangkan dalam ilmu tata bahasa Arab, kata dakwah adalah bentuk dari isim masdar yang berasal dari kata kerja : دعا, يدعو, دعوة artinya : menyeru, memanggil, mengajak.
Dalam pengertian yang integralistik dakwah merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ek jalan Allah, dan secara bertahab menuju perikehidupan yang islami.
Sedangkan ditinjau dari segi terminologi, banyak sekali perbedaan tentang definisi dakwah di kalangan para ahli, antara lain :
Menurut A. Hasmy dalam bukunya Dustur Dakwah menurut Al-Quran, mendifinisikan dakwah yaitu : mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan akidah dan syariat Islam yang terlebih dahulu telah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah itu sendiri.
Menurut Syekh Ali Mahfud. Dahwah adalah memotivasi manusia agar melakukan kebaikan menurut petunjuk, menyuruh mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka berbuat kemungkaran, agar mereka mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.
Menurut Amrullah Ahmad .ed., dahwah Islami merupakan aktualisasi Imani (Teologis) yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap, dan bertindak manusia pada tataran kegiatan individual dan sosio kultural dalam rangka mengesahkan terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan cara tertentu.
Menurut Amin Rais, dakwah adalah gerakan simultan dalam berbagai bidan kehidupan untuk mengubah status quo agar nilai-nilai Islam memperoleh kesempatan untuk tumbuh subur demi kebahagiaan seluruh umat manusia.
Menurut Farid Ma'ruf Noor, dakwah merupakan suatu perjuangan hidup untuk menegakkan dan menjunjung tinggi undang-undang Ilahi dalam seluruh aspek kehidupan manusia dan masyarakat sehingga ajaran Islam menjadi shibghah yang mendasari, menjiwai, dan mewarnai seluruh sikap dan tingkah laku dalam hidup dan kehidupannya.
Menurut Abu Bakar Atjeh, dakwah adalah seruan kepada semua manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah yang benar, yang dilakukan dengan penuh kebijaksanaan dan nasehat yang baik.
Menurut Toha Yahya Umar, dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana ke jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat.
2.2 Tujuan Dakwah dalam Islam
Proses penyelenggaraan dakwah dilaksanakan dalam rangka mencapai nilai tertentu. Nilai tertentu yang diharapkan dapat diperoleh dengan jalan melakukan aktifitas dan realisasi dakwah itu disebut tujuan dakwah. Tujuan dakwah merupakan salah satu tujuan umum dakwah, sehingga bisa dikatakan apabila unsur ini tidak ada maka penyelenggaraan dakwah tidak akan membuahkan hasil seperti yang diharapkan atau semua usaha akan sia-sia.
Dalam hal tujuan dakwah Asmuni Syukii membagi tujuan dakwah ke dalam dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan Umum (mayor objektif)
Tujuan umum dakwah adalah mengajak ummat manusia meliputi orang mukmin maupun orang kafir atau musyrik kepada jalan yang benar dan diredhai Allah Swt. agar mau menerima ajaran Islam dan mengamalkannya dalam dataran kenyataan kehidupan sehari-hari, baik yang bersangkutan dengan masalah pribadi, maupun sosial kemasyarakatan agar mendapat kehidupan di dunia dan di akherat.
Tujuan Khusus (minor objektif)
Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan sebagai perincian dari tujuan umum dakwah. Tujuan ini di maksudkan agar dalam pelaksanaan aktifitas dakwah dapat di ketahui arahnya secara jelas, maupun jenis kegiatan apa yang hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah dan media apa yang dipergunakan agar tidak terjadi miss komunikasi antara pelaksana dakwah dengan audience (penerima dakwah) yang hanya di sebabkan karena masih umumnya tujuan yang hendak dicapai.
Olehnya itu tujuan umum masih perlu diterjemahkan atau di klasifikasi lagi menjadi tujuan khusus, sehingga lebih memperjelas maksud kandungan tujuan khusus tersebut adalah :
Mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama Islam untuk selalu meningkatkan taqwanya kepada Allah Swt. Artinya mereka diharapkan agar senantiasa mengerjakan segala perintah Allah Swt, dan selalu mencegah atau meninggalkan perkara yang dilarangnya seperti yang terkandung dalam al-Qur'an surat al- Maidah (5) ayat 2 ;
Terjemahnya :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar Allah dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya dan binatang-binatang qalaa-id dan jangan (pula) mengganggu orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka lekaslah berburu. Janganlah sekali kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang halangi kamu dari masjidil haram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
Membina mental agama Islam bagi mereka yang masih mengkwatirkan tentang keislaman dan keimanannya (orang mukallaf), seperi yang terdapat dalam Q.S. (2) : ayat 286 ;
Terjemahnya :
Allah tidak membebani seorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang di usahakannya dan ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang di usahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya, (mereka berdoa): Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa dan kami bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.
Mengajar dan mendidik anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya. Tujuan ini didasarkan pada al-Qur'an surat ar-Ruum (30) ayat 30
Terjemahnya :
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.
2.3 Strategi Dakwah Rasulullah SAW
Rasulullah Saw adalah contoh terbaik, dalam menggerakkan dan mengelola dakwah. Keberhasilannya dalam mengajak manusia kepada agama Allah, terhitung spektakuler. Bagaimana tidak, hanya dalam waktu 23 tahun beliau berhasil mengajak seluruh bangsa Arab dalam pelukan Islam, yang imbasnya secara alamiah dari generasi ke generasi Islam telah menyebar ke seantero jagad. Jumlah populasi muslim dunia ,kini yang mencapai kurang lebih 1.5 milyar tak lepas dari kiprah beliau selama 23 tahun tersebut.
Bahasan di seputar keberhasilan dakwah, tak ada rujukan yang paling pantas kecuali merujuk pada warisan sunnah yang telah ditinggalkan manusia paling agung, yakni Muhammad Saw. Allah berfirman :
"Serulah kepada Allah atas dasar basyiroh, aku dan orang-orang yang mengikutiku. Maha suci Allah, aku tiada termasuk orang-orang musyrik " ( Yusuf ;108 )"
Beberapa mufassir memberikan keterangan , yang dimaksud 'ala basyiroh pada ayat diatas adalah 'ala sunnah atau ala ilmin , maknanya ; dakawah kepada Allah hendaklah berdasar sunnah rasul-Nya. Perintah ini sangatlah logis, sebab telah terbukti dalam lembar sejarah Muhammad Saw sebagai rasul terakhir benar-benar telah berhasil dengan gemilang menjadikn Islam sebagai rahmatan lil alamin. Dan tak berlebihan kalau kemudian seorang peneliti barat Michael Hurt, menempatkan Muhammad Saw pada urutan pertama dari 100 tokoh dunia yang paling berpengaruh. Pada season ini, akan disajikan secara garis besar bagaimana rasulullah Saw dalam meletakkan strategi dakwah, hingga pengaruhnya semakin meluas sepanjang zaman.
Fasa Dakwah Rasulullah
Dalam catatan para sejarawan, disepakati fase dakwah rasulullah secara global ada dua tahapan, dakwah sirriyah dan dakwah jahriyyah. Dakwah sirriyah dijalaninya selama kurang lebih 3 tahun di awal masa kenabian, sementara dakwah jahriyyah diawali setelah Allah memerintahkan beliau dengan turunnya surat Al-Hijr ayat ; 92. Keberhasilan dakwah rasulullah yang paling menonjol pada masa dakwah sirriyah, dapat diringkas ada 3 strategi penting dan sangat mendasar, antara lain :
Dakwah dengan cara rekruitment ( ad-da'wah 'alal isthifa' )
Dari sekian banyak masyarakat quraisy, yang dibidik pertama rasulullah pada masa ini meliputi ; dari kalangan wanita istrinya sendiri Khadijah, dari kalangan remaja Ali bin Abi Thalib, dan dari kalangan pemuka dan tokoh masyarakat adalah Abu Bakar As-shidiq. Ketiga tokoh ini , memang menjdi titik strategis dalam menentukan perjalanan dakwah rasulullah berikutnya, terutama peran Khadijah yang mendukung total dakwah beliau dengan pertaruhan total seluruh harta dan jiwanya, dan peran Abu Bakar yang mampu melebarkan dakwah ke kalangan para elit quraisy. Menurut keterangan seorang sejarawan yang bernama Ibnu Ishak, masuk Islamnya Abu Bakar ( Ibnu Qohafah ) tak lama kemudian berhasil digandeng pemuka-pemuka quraisy ke dalam barisan dakwah rasulullah, antara lain ; Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam , Saad bin Abi Waqas dan Thalhah bin Ubaidillah. Keenam sahabat inilah yang memiliki peran penting dalam membentuk generasi assabiquunal awwalun (generasi pertama Islam).
Dakwah dengan memberdayakan kaum wanita
Wanita di masa awal dakwah terus diberdayakan oleh rasulullah, karena kaum wanita sesungguhnya memiliki kekuatan dahsyat, bila ini diperdayakan untuk gerakan dakawah akan menghasilkan hasil yang sangat pesat. Pada konteks ini, yang menjadi titik sentral adalah peran Khadijah yang berhasil mendidik putri-putri Rasulullah, mendukung dakwah beliau. Peran kedua dijalankan oleh Asma binti Abu Bakar, yang menjadi pahlawan pada perjalanan hijrah beliau ke Madinah. Dari kedua wanita iilah secara bertahap wanita-wanita terkemuka quraisy , masuk Islam diantaranya bibi Rasulullah dari jalur bapaknya.
Dakwah difokuskan pada pembinaan aqidah
Pembinaan aqidah pada masa awal risalah difokuskan di rumah salah seorang sahabat yang bernama Arqom bin Abil Arqom, di pinggiran kota Makkah. Inilah tempat pendadaran dan penggemblengan sejumlah sahabat utama rasulullah. Di rumah ini pulalah Umar bin Khattab diislamkan Rasulullah. Di rumah ini pullalah sahabat Mus'ab bin Umair dididik rasulullah, yang nantinya sahabat ini dipercaya rasullah membuka dakwah di kota Yastrib. Kemudian pada fase dakwah jahriyyah, point-point penting yang mendorong keberhasilan dakwah rasulullah, antara lain ;
Dakwah kepada kerabat ( da'watul aqrobin )
Media pertemuan-pertemuan keluarga dijadikan sarana rasulullah untuk mengajak kaum kerabatnya yang tergolong kelas pemimpin di mata masyarakat quraisy. Pada masa ini , berhasil direkrut dua paman rasulullah yang menjadi pembela dakwah beliau , pertama Abu Thalib , meski belum mau menerima ajaran Islam , namun inilah palang pintu utama rasulullah dalam menghadapi intimidasi kaum quraisy. Kedua , Hamzah bin Abdul Mutholib, selain telah menerima ajaran Islam , beliau inilah yang menjadi palang pintu kedua rasulullah dalam menghadapi intimidasi dari Abu Jahl dan Abu Lahab. Ketokohan Hamzah bin Abdul Mutholib dari sisi keparajuritan di mata masyarakat quraisy, jelas memperkuat posisi dakwah rasul di Makkah saat itu.
Dakwah dengan menggunakan media umum ( dakwah 'ammah )
Media –media umum yang bisa dipergunakan untuk dakwah tak luput dari perhatian rasulullah dalam menegakkan dakwah risalah. Pada masa ini yang perlu digaris bawahi adalah dipergunakannya momentum haji oleh rasulullah untuk dakwah, hingga berhasil bergabung dalam barisan dakwah beliau 12 orang dari suku Aus dan Khazroj dari Madinah pada musim haji. Pada musim haji berikutnya , 12 orang ini membawa 70 orang dari Madinah yang bersedia masuk Islam dan setia membela rasul dalam perjuangan dakwahnya. Peristiwa inilah yang dikenal dalam sejarah dengan sebutan Ba'aitul aqobah pertama dan Ba'aitul aqobah kedua.
Dakwah dengan tulisan ( surat )
Rasulullah tidak meninggalkan peran dunia tulis menulis dalam dakwahnya, meskipun beliau ditakdirkan sebagai seorarng yang buta huruf, lewat parea sahabatnya beliau menggunakan tulisan untuk menjangkau sasaran dakwah yang sangat jauh. Seperti beliau mengirim surat kepada para raja, untuk diajak beriman kepada Allah. Diantaranya yang berhasil masuk Islam adalah raja Najasi di Habasyah ( Ethiophia – Afrika ), yang dalam perjalanan dakwah Islam raja Najasyi kontribusinya tidak kecil. Kegiatan tulis menulis inilah yang dikemudian hari dikembangkan oleh para sahabat beliau dan para tabi'in untuk menyebarkan dakwah Islam ke seluruh pelosok dunia. Bahkan di kalangan sahabat dan tabi'in, hampir semua ulama meninggalkan karya yang bisa dibaca dan diwriskan pada generasi berikutnya.
2.4 Akhlak Berdakwah
Agar dakwah yang disampaikan dapat diterima oleh manusia hendaknya seorang da'i memperhatikan sifat dan akhlak yang ia miliki. Allah dan RasulNya telah menjelaskan sifat-sifat yang hendaknya dimiliki oleh seorang da'I, diantaranya :
Ikhlas
Hendaknya seorang da'i mengikhlaskan dakwahnya karena Allah semata bukan karena riya', atau mengharap pujian manusia atau yang lainnya. Selain itu hendaknya juga diniatkan untuk mengharap wajah Allah semata.
Berbekal Bashirah (ilmu)
Berilmu, ini juga tidak kalah pentingnya yang harus dimiliki seorang da'i. Dua hal ini adalah syarat utama yang harus dimiliki seorang da'I sebagaimana firmanNya,
قُلْ هَـذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَاْ وَمَنِ اتَّبَعَنِي
Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. (QS. Yusuf: 108).
Hati-hati dan Lemah-lembut dalam Berdakwah
Tidak diragukan lagi lemah –lembut adalah salah satu faktor diterimanya dakwah. Sebagaimana telah dicontohkan Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam. Allah berfirman,
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظّاً غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. (QS. Ali 'Imran: 159)
Maka hendaknya seorang da'i tidak bersikap keras atau kasar dalam berdakwah, tidak juga bersikap tergesa-gesa didalamnya. Lihatlah firman Allah dalam kisah Nabi Musa dan Harun saat Allah mengutus mereka berdua kepada Fir'aun,
فَقُولَا لَهُ قَوْلاً لَّيِّناً لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى
maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut. (QS. Thaha: 44)
Mengamalkan Apa yang Didakwahkan
Hendaknya seorang da'i mengamalkan apa yang ia dakwahkan dan menjadi teladan didalamnya. Jangan sampai ia sibuk mendakwahi manusia sedang ia lalai terhadap dirinya sendiri. Allah berfirman,
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ
Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab? Maka tidaklah kamu berpikir?
Hal ini sebagaimana dalam hadist dari Abi Zaid Usamah bin Zaid bin Haritsah radhiyallahu 'anhudia mendengar Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam bersabda,
يؤتى بالرجل يوم القيامة فيلقى في النار فتندلق أقتاب بطنه فيدور بها كما
يدور الحمار في الرحا فيجتمع إليه أهل النار فيقولون يا فلان ما لك ألم تكن
تأمر بالمعروف وتنهى عن المنكر فيقول بلى كنت آمر بالمعروف ولا آتيه
وأنهى عن المنكر وآتيه متفق عليه
Pada hari kiamat, didatangkan seorang pria kemudian ia dilemparkan ke dalam neraka hingga usus-ususnya keluar terburai dari perutnya, lalu ia berputar-putar di dalamnya sebagaimana seekor kedelai berputar mengitari penggilingan. Para penghuni neraka pun berkumpul dan berkata kepada orang itu : wahai Fulan, apa gerangan yang terjadi denganmu? Bukankah kamu dulu senantiasa beramar ma'ruf nahi munkar? Ia menjawab : betul, aku dulu memerintahkan kepada yang ma'ruf namun aku tidak melaksanakannya dan aku melarang dari yang munkar namun aku mengerjakannya.
2.5 Amar Ma'ruf Nahyi Munkar Sebagai Kewajiban Sosial Umat Islam
Menurut bahasa, amar ma'ruf nahi mungkar yaitu menyuruh kepada kebaikan, mencegah dari kejahatan, Amar: menyuruh, Ma'ruf : kebaikan, Nahi : mencegah, Mungkar : kejahatan. Ada beberapa pengertian mengenai amar ma'ruf nahi mungkar:
Abul A'la al-Maududi menjelaskan: bahwa tujuan yang utama dari syariat ialah untuk membangun kehidupan manusia di atas dasar ma'rifat (kebaikan-kebaikan) dan membersihkannya dari hal-hal yang maksiat dan kejahatan-kejahatan.
Dalam bukunya, Maududi memberikan pengertian tentang apa yang dimaksud dengan ma'ruf dan munkar adalah sebagai berikut:
Istilah ma'rufat (jamak dari makruf) itu menunjukkan semua kebaikan-kebaikan dan sifat-sifat yang baik sepanjang masa diterima oleh hati nurani manusia sebagai suatu yang baik, sebaliknya istilah munkarat (jamak dari munkar) menunjukkan semua dosa dan kejahatan-kejahatan yang sepanjang masa telah di kutuk oleh watak manusia sebagai suatu hal yang jahat.
Dijelaskan dalam firman Allah Surat Ali Imran: 104
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Ali Imran: 104)
2.6 Prinsip-prinsip Islam dalam Beramar Ma'ruf Nahi Munkar
Telah disebutkan bahwa Imam an-Nawawi menyatakan bahwa orang yang tidak mampu tidak boleh merubah kemungkaran kecuali dengan hatinya. Lantas, yang dimaksud mampu dalam hal ini mampu yang seperti apa?
Perlu diketahui, bahwa amar ma'ruf dan nahi mungkar ada berapa kaidah penting dan prinsip dasar yang harus diperhatikan, dan prinsip ini pun dapat dijadikan indikator seseorang yang dikatakan mampu. Jika prinsip ini tidak diindahkan, alih-alih mencegah kemungkaran tapi justru menimbulkan kemungkaran yang lebih besar dan banyak, diantaranya prinsip-prinsip tersebut adalah :
Pertama, dalam amar ma'ruf harus mempertimbangkan antara maslahat dan mafsadah. Ini adalah kaidah yang sangat penting dalam syari'at Islam secara umum dan dalam beramar ma'ruf dan nahi mungkar secara khusus, maksudnya ialah seseorang yang beramar ma'ruf dan nahi mungkar ia harus memperhatikan dan mempertimbangkan antara maslahat dan mafsadat dari perbuatannya tersebut, jika maslahat yang ditimbulkan lebih besar dari mafsadatnya maka ia boleh melakukannya, tetapi jika menyebabkan kejahatan dan kemungkaran yang lebih besar maka haram ia melakukannya, sebab yang demikian itu bukanlah sesuatu yang di perintahkan oleh Allah Ta'ala, sekalipun kemungkaran tersebut berbentuk suatu perbuatan yang meninggalkan kewajiban dan melakukan yang haram.
Kedua, Karakteristik orang yang beramar ma'ruf dan nahi mungkar. Sekalipun amar ma'ruf dan nahi mungkar merupakan kewajiban setiap orang yang mempunyai kemampuan untuk itu sesuai dengan maratib (tingkatan-tingkatan) di atas, akan tetapi orang yang melakukan hal itu harus memiliki kriteria-kriteria. Menurut Ibnu Taimiyah, kriteria-kriteria dalam amar ma'ruf nahi mungkar adalah berilmu, beramar ma'ruf nahi munkar berdasarkan jalan yang lurus, lemah lembut, dan penyantun serta sabar dalam menerima cobaan.
Mempunyai ilmu dan pemahaman
Umar bin Abdul Aziz ra: "Siapa yang mengabdi kepada Allah tanpa ilmu, maka kerusakannya akan lebih banyak dari kebaikan." Maksudnya, bahwa niat dan amal jika tanpa ilmu adalah kejahilan, sesat dan mempertuhankan hawa nafsu.
Diriwayatkan dari Mu'adz bin Jabal ra: "Ilmu di depan amal, dan amal mengikutinya." Di sinilah perbedaan antara orang jahiliah dan orang Islam dalam melakukan sesuatu. Seseorang Muslim dapat membedakan mana yang ma'ruf dan mana yang mungkar, sehingga dalam beramal pasti sesuai dengan perintah dan larangan Allah SWT.
Melakukan amar ma'ruf nahi munkar berdasarkan jalan yang lurus. Yang merupakan jalan terdekat untuk menuju titik sasaran. Jalan yang lurus menuju ridlo Allah SWT.
Dilakukan dengan lemah lembut. Sebagaiman pesan Nabi Muhammad SAW
مَا كَانَ الرِّفْقُ فِي شَيءٍ إلَّا زَانَهُ ولا كَانَ الْعُنُفُ فِي شَيْءٍ إلَّا شَانَهُ
Artinya:
"Tidak ada kelemahlembutan dalam sesuatu kecuali mengindahkannya, dan tidak ada kekerasan dalam sesuatu kecuali menodainya." (HR. Muslim)
BAB III
KESIMPULAN
Pengertian dakwah adalah proses mengubah seseorang untuk senantiasa berbuat baik dan meninggalkan yang buruk denga tujuan agar mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat dengan menggunakan metode dan media tertentu sebagai fasilitas penyampaian pesan
Tujuan yang ingin dicapai dalam proses pelaksanaan dakwah adalah keridhaan Allah SWT. Dimana obyek dakwah tidak hanya terbatas kepada umat Islam saja, tetapi semua manusia bahkan semua alam. Dari sudut manapun dakwah itu diarahkan, maka intinya adalah amar ma'ruf nahyi munkar yang bertujuan untuk merubah sesuatu yang negatif kepada yang positif, dari yang statis diatas kepada kedinamisan sebagai upaya merealisasikan kebahagiaan dunia dan akhirat
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Psikologi. Dakwah: Suatu Pengantar Studi. Jakarta: Bumi Aksara, 1994.
Achmad, Amrullah. Dakwah Islam dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: Prima Duta, 1983.
http://etikadakwah.blogspot.co.id/
http://artikelusang.blogspot.co.id/2015/05/ayat-ayat-tentang-amar-maruf-nahi-munkar.html