ACUAN DAN PERANCAH
Disusun Oleh :
Maharani Pangestu (1115050038) MANAJEMEN KONSTRUKSI TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang diberikan- Nya Nya sehingga tugas Makalah yang berjudul ber judul “Acuan dan Perancah” ini dapat saya selesaikan. Makalah ini saya buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas. Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan terimakasih yang dalam kepada semua pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran mereka demi terwujudnya makalah ini. Akhirnya saran da n kritik pembaca yang dimaksud untuk mewujudkan kesempurnaan makalah ini penulis sangat hargai.
Jakarta, 5 Januari 2017
Penulis
II
DAFTAR ISI
Kata pengantar ….................................................................................................II Daftar isi................................................................................................................III Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang...........................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah......................................................................................1 1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................1 Bab II Pembahasan 2.1 Acuan dan Perancah……………...............................................................2 2.1.1
Syarat-syarat Acuan dan Perancah……………………………….2
2.1.2
Bagian – bagian Acuan dan Perancah……………………………3
2.1.3
Alat dan Bahan…………………………………………………...5
2.1.4
Metode yang digunakan Dalam Acuan dan Perancah………........8
2.2 Langkah Kerja Pembuatan Acuan dan Perancah………………………...9 2.2.1
Papan Duga (Bouwplank)………………………………………..9
2.2.2
Cetakan Pondasi………………………………………………….10
2.2.3
Cetakan Kolom…………………………………………………..12
2.2.4
Cetakan Balok …………………………………………………...15
2.2.5
Cetakan lantai…………………………………………………....17
2.2.6
Cetakan tangga…………………………………………………..19
Bab III Kesimpulan 3.1 Kesimpulan................................................................................................21 Daftar Pustaka........................................................................................................22
III
BAB I PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Saat ini struktur bangunan gedung lebih didominasi oleh beton. Berbeda dengan strukturkayu dan baja, beton memiliki keunggukan tersendiri yaitu mudah untuk di bentuk. Beton mudah dibentuk karena keplastisan beton segar yang dapat di cetak sesuai bentuk yang direncanakan. Cetakan beton tersebut lebih di kenal dengan nama bekisting (cetakan) untuk mendapatkan bentuk yang di rencanakan dan pengerasan beton itu sendiri. Acuan
dan
perancah (bekisting) merupakan suatu konstruksi sementara, dikatakan sementara karena konstruksi acuan dan perancah akan dibongkar kembali apabila beton sudah
cukup
umur.
Dengan
demikian,
dalam
perencanaannya harus memenuhi persyaratan-persyaratan seperti, biaya, kekuatan, kemudahan dalam pemasangan dan pembongkaran. Kualitas bekisting dapat menentukan bentuk dan rupa bekisting. Oleh karena itu, bekisting harus dibuat dari bahan yang bermutu dan perencanaan pembuatannya pun harus diperhatikan dengan baik, agar beton tidak mengalami lendutan saat pengecoran.
2.
Rumusan Masalah
1. Apa itu acuan dan perancah ? 2. Apa saja bagian-bagian acuan dan perancah ? 3. Bagaimana langkah kerja pembuatan acuan dan perancah ?
3.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini selain untuk memenuhi salah satu tugas praktik acuan dan perancah, adalah untuk mengetahui bagaimana cara membuat acuan dan perancah itu sendiri.
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Acuan dan Perancah
Acuan dan perancah adalah suatu konstruksi yang bersifat sementara yang berupa mal / cetakan pada bagian kedua sisi atas dan bawah dari bentuk beton yang dikehendaki. Acuan berfungsi sebagai konstruksi yang diinginkan, Sedangkan Perancah berfungsi sebagai pembantu memperkuat bentuk konstruksi. Acuan perancah memiliki beberapa fungsi, yaitu : 1.
Memberikan bentuk kepada konstruksi beton
2.
Dapat mendapatkan permukaan struktur yang diharapkan
3.
Menopang beton sebelum sampai kepada konstruksi yang cukup keras dan mampu memikul beban sendiri maupun beban luar
4.
Mencegah hilangnya air semen ( air pencampur ) pada saat pengecoran
5.
Sebagai isolasi panas pada beton
2.1.1 Syarat-syarat Acuan dan Perancah
1.
Kuat Diperlukan suatu acuan perancah yang kuat untuk dapat memikul beban baik beban yang diterima maupun beban lain.
2.
Berat Hidup Cetakan harus sanggup menahan beban hidup, yaitu : baik orang yang sedang mengerjakan beton tersebut, vibrator, dan adanya kemungkinan terjadinya suatu gempa atau retakan.
3.
Mudah Dibongkar Acuan dan perancah harus mudah dibongkar karena acuan hanya bersifat sementara dan yaitu tidak merusak beton.
4.
Ekonomis dan Efesien Acuan dan perancah harus dibuat sehemat mungkin agar ramah lingkungan dengan tidak mengurangi mutu dari bekisting dan
2
didalam pembongkarannya acuan dapat digunakan kembali sehingga menghemat biaya. 5.
Rapat Kerapatan suatu bekisting sangat mempengaruhi didalam proses pengecoran. Karena apabila bekisting yang kita pakai tidak rapat maka adukan yang kita pakai tadi akan keluar dan mengakibatkan berkurangnya mutu beton.
6.
Rapi Rapi dalam penyusunan sehingga bisa enak dilihat dengan kasat mata dan mudah dalam penyusunan dan pembongkaran.
7.
Bersih Untuk mendapatkan hasil yang baik cetakan harus bersih apabila cetakan tidak bersih, maka dalam proses pengecoran kotoran mungkin akan naik dan masuk ke dalam adukan beton sehingga akan mengurangi mutu beton dan apabila kotoran tidak naik maka kotoran tersebut akan melekat pada bagian bawah beton sehingga sulit untuk dibersihkan.
2.1.2 Bagian – bagian Acuan dan Perancah
1.
Papan Cetakan Dapat digunakan papan sebagai dinding acuan. Apabila digunakan papan maka penyambungan dapat dilakukan dalam arah melebar ataupun memanjang, perlu diiperhatikan dalam penyanbungan papan harus benar-benar rapat agar tidak ada air yang keluar.
2.
Klem Perangkai Klem merupakan unsur acuan dan perancah yang mempunyai dua fungsi yaitu : a. Sebagai bahan penyambung papan acuan pada arah memanjang maupun melebar b. Sebagai bahan pengaku acuan pada arah melebar.
3
klam dapat terbuat dari papan seperti papan acuan, namun perlu dipotong potong sesuai ukuran yang dikehendaki atau cukup menggunakan papan sisa yang masih cukup panjang dengan lebar papan yang disambung. 3.
Tiang Acuan / Tiang Penyangga Tiang acuan biasanya digunakan kasau, kayu gelam, ataupun berbahan besi. Umumnya jumlah tiang kolom 4 buah dan diletakkan diluar sudut kolom. Jarak pemasangan tiang penyangga tergantung dari : a. Beban yang ditopang b. Ukuran balok c. Ukuran penampang tiang penyangga itu sendiri d. Skur / pengaku.
4.
Gelagar Gelagar berfungsi sebagai penopang langsung dari acuan yang ada serta dapat berfungsi untuk mengatur elevasi yang diinginkan dari acuan. Gelagar terbuat dari bahan kayu berukuran balok maupun papan. Penggunaan bahan gelagar dari kayu berukuran balok maupun berukuran papan tergantung dari perencanaan pemakaian bahan, tetapi yang pasti gelagar yang berpenampang 8 x 12 cm akan digunakan untuk menopang beban yang lebih berat jika dibandingkan balok kasau berukuran 4 x 6 cm maupun papan 2 x 20 cm. Gelagar dipasang pada tiang bagian atas sesuai dengan ketinggian yang dibutuhkan. Pemasangan ini dimulai dari gelagargelagar bagian tepi, dan kemudian gelagar bagian tengah. Gelagar bagian tepi dianggap sebagai papan duga terhadap gelagar bagian tengah. Jarak pemasangan gelagar tergantung dari ; a. Ukuran penampang bahan gelagar b. Beban yang dipikul c. Ketebalan papan acuan
4
5.
Skur Skur merupakan bagian dari acuan perancah yang berfungsi untuk memperkokoh atau memperkaku dari sistem acuan perancah yang ada. Agar didapat suatu sistem acuan perancah yang memenuhi persyaratan kekakuan, maka skur dipasang pada dua posisi : a. Skur horizontal merupakan skur yang mempunyai fungsi untuk mempersatukan tiang penyangga yang ada, sehingga tiang-tiang tersebut akan bekerja bersamaan pada saat mendapatkan gaya b. Skur diagonal merupakan skur yang dipasang miring pada arah vertikal, yang mempunyai fungsi utama untuk melawan gaya-gaya horizontal ( goyangan ) yang timbul pada tiang penyangga.
6.
Landasan Landasan berfungsi untuk menahan tiang penyangga agar tidak bergerak-gerak. Landasan yang digunakan biasanya berupa balok kayu, baja atau beton.
7.
Penyokong Setelah papan landasan siap, maka tiang-tiang yang sudah dipotong diletakkan diatas papan tersebut dan dipasangkan penyokong agar tiang – tiang tersebut dapat berdiri dengan tegak dan kokoh.
2.1.3 Alat dan Bahan
a. Alat Alat yang digunakan untuk membuat acuan dan perancah antara lain : 1.
Meteran Baja (kecil) Berfungsi untuk mengukur pekerjaan untuk tebal, lebar, panjang, dan tinggi.
5
2.
Unting-unting Berfungsi untuk mengukur ketegakkan.
3.
Waterpass Berfungsi
untuk
mengukur
kedataran
dan
ketegakkan pasangan. 4.
Gergaji Mesin Digunakan untuk memotong dan membelah kayu sama seperti Gergaji manual, namun gergaji ini menggunakan daya listrik sehingga kerjanya lebih cepat, rapi, dan mudah digunakan.
5.
Roll Kabel Digunakan untuk menyambungkan listrik dengan alat kerja yang menggunakan listrik.
6.
Palu Cakar Umumnya digunakan untuk memukul benda-benda dari besi/baja seperti paku dan digunakan juga untuk mencabut paku.
7.
Gergaji Tangan Digunakan untuk memotong dan membelah kayu dengan cara manual.
8.
Rapid Klam Berfungsi sebagai pengunci atau pengikat dari cetakan yang kita buat. Terbuat dari kuningan atau baja.
9.
Kunci Rapid Clamp Sebagai alat yang mempermudah mengunci atau mengikat rapid clamp.
10. Linggis. Linggis digunakan untuk membuka sambungan paku dan kayu.
6
11. Tangga Berfungsi sebagai alat bantu naik jika tempatnya tinggi 12. Kapur/Pensil Kapur/Pensil digunakan sebagai penanda, ataupun sebagai untuk membuat gambaran antride optride tangga. 13. Helm Helm digunakan sebagai pelindung kepala agar benda yang jatuh tidak langsung terbentur kepala pada saat melakukan pembongkaran. 14. Selang Selang digunakan sebagai penyama elevasi. 15. Scaffolding Alat Perancah ini selain sebagai alat perancah juga memiliki fungsi lain yaitu sebagai tempat orang bekerja yang dialasnya dapat dipasang roda. 16. Pipa Penyambung Scaffolding Pipa Penyambung ini digunakan jika kita ingin menyambung dengan scaffolding yang lainnya. b. Bahan 1.
Kayu Kayu yang biasa dipakai untuk acuan dan perancah adalah kayu kelas III dan kelas IV.
2.
Plywood / multiplex Multiplex digunakan sebagai bahan papan acuan da n dipakai untuk pekerjaan yang cukup besar serta untuk permukaan beton yang tidak diplester lagi atau tidak memerlukan finishing.
7
3.
Paku Paku memiliki fungsi sebagai penguat dan alat penyambung.
4.
Benang Benang berfungsi sebagai patokan garis As dan juga sebagai benang unting-unting.
2.1.4 Metode yang digunakan Dalam Acuan dan Perancah
1.
Sistem Tradisional Yaitu suatu metode yang masih menggunakan material lokal, sedangkan konstruksinya konvensional. Penggunaan terbatas ha nya sampai pada beberapa kali penggunaan untuk bentuk yang rumit akan banyak memakan waktu dan tenaga.
2.
Semi System Yaitu suatu metode dimana material dan konstruksinya sudah merupakan campuran antara material lokal dan buatan pabrik akan bisa kita pakai terus-menerus, oleh karena itu penggunaan metode ini hanya untuk pekerjaan yang mengalami beberapa kali pembuatan terus-menerus.
3.
Full System Yaitu suatu metode dimana semua materialnya merupakan buatan pabrik dan konstruksinya tidak lagi konstruksi konvensional. Materialnya
bisa
digunakan
secara
terus-menerus
dan
penggunaannya sangat mudah dan sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuatannya. Untuk menginvestasikannya memerlukan banyak pertimbangan karena harga bekisting ini cukup mahal. Sebelum pekerjaan dimulai kita harus menghitung terlebih dahulu beban-beban yang akan diterima.
8
2.2 Langkah Kerja Pembuatan Acuan dan Perancah
2.2.1
Papan Duga (Bouwplank) Papan duga merupakan acuan sementara yang berfungsi untuk menentukan as bangunan, letak bangunan, dan elevasi ba ngunan. Langkah kerja pembuatan bouwplank antara lain : 1.
Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2.
Tancapkan patok kecil pada titik A, B dan C masing – masing dengan jarak ….m dari batas tanah (sesuai garis sepadan bangunan) dilanjutkan dengan menancapkan patok D, E dan F.
3.
Dirikan tiang – tiang papan duga dengan jarak …m dari as bangunan paling tepi dengan jarak masing – masing tiang 2 m.
4. Tentukan ketinggian piel lantai ( 0.00 ). Dan pindahkan ketinggian tersebut ke salah satu tiang papan duga dengan menggunakan selang. Catatan : dalam memasang patok diusahakan harus lurus dan siku memakai rumus phytagoras c = akar ( a2+b2 )
9
2.2.2
Cetakan Pondasi Diantara jenis pondasi adalah pondasi menerus, di mana pondasi ini langsung bersatu dengan sloof. Pemasangan papan acuan hanya untuk sisi tegaknya saja, sedangkan sisi miringnya, bila tidak terla lu curam tidak perlu dipasang. Pemasangan cetakan dilakukan setelah pekerjaan pemasangan tulangan selesai.
Langkah kerja pembuatan cetakan podasi antara lain : 1. Pelajari gambar kerja dan hitung kebutuhan bahan. 2. Buat papan duga untuk menentukan letak pondasi, meliputi benang as maupun benang batas kiri – kanan. 3. Disamping mengerjakan papan duga, dalam waktu bersamaan dapat pula dilakukan pekerjaan pabrikasi tulangan. 4. Setelah ditentukan letak pondasi / as pondasi, dilakukan pekerjaan merangkai tulangan di tempatnya. 5. Tancapkan tiang D berpatokan pada benang, dengan jarak antar tiang arah panjang….cm. 6. Membuat cetakan A dan B dengan lebar dan panjang sesuai gambar. 7. Memasang papan C pada tiang D setinggi 105 cm dari dasar tanah. Cek kedataran dengan waterpass. 8. Membuat papan siku E kemudian memasangkan dengan ketinggian 38 cm dari dasar tanah, dipakukan pada papan C dan
10
tiang D. antara kiri dan kanan dilevelkan ketinggiannya. Cek ketegakkan siku dengan waterpass.
9. Memasang papan B dengan ketinggian 5 cm dari dasar tanah dan dilevelkan ketinggiannya antara yang kiri dan kanan 10. Memasang cetakan A pada siku E dengan cara dipakukan.
11
2.2.3
Cetakan Kolom a. Papan cetakan Cetakan kolom bisa terbuat dari papan maupun multipleks. Untuk kolom berpenampang luas, apabila acuannya menggunakan papan maka perlu menyambung papan cetakan tersebut dengan beberapa klam perangkai. Yang perlu diperhatikan adalah kerapatan dari sambungan – sambungan yang dibuat, sehingga air semen tidak keluar melalui celah – celah sambungan. Pemasangan cetakan kolom dilakukan setelah tulangan kolom terpasang di tempatnya dengan bantuan penjaga jarak atau beton deking . Kemudian dilakukan pengecekan ketegakan bekisting kolom
dengan
menggunakan
unting
– unting.
menstabilkan kedudukan, ketegakan kolom
Untuk
dan kelurusan
terhadap kolom yang lain, dipasang skor.
b. Klam perangkai Klam perangkai dibuat dengan memanfaatkan sisa / potongan kayu yang tidak terpakai, asalkan panjangnya masih cukup panjang selebar cetakan yang akan disambung dan lebar klam perangkai 10 cm. Jarak klam tergantung dari besar kecilnya kolom yang dibuat, semakin besar kolom yang dibuat, semakin rapat jaraknya, begitu pula sebaliknya. Biasanya dibuat berkisar antara 40 – 60 cm.
12
Bagian lebar cetakan = b + ( 2 x ½ d ) Bagian panjang cetakan= l
+ ( 2x ½d )
b = lebar kolom l
= panjang kolom
d = tebal papan
c. Papan Penjepit Cetakan Fungsi penjepit ini adalah untuk menahan cetakan agar tidak pecah ketika beton dicor. Penjepit ini dipasang sesuai dengan jarak klam perangkai yang dibuat. Panjang penjepi tergantung dari ukuran kolom yang dibuat.
Langkah kerja pembuatan cetakan kolom antara lain: 1. Menyiapkan peralatan, bahan dan lokasi kerja yang akan digunakan. 2. Rangkaikan papan – papan sebagai cetakan kolom dengan menggunakan klam perangkai, sesuai dengan ukuran yang tercantum di gambar kerja.. 3. Pasang tulangan beserta penjaga jarak ( tebal selimut beton ) pada tempatnya. 4. Letakkan cetakan pada tempatnya. 13
5. Dirikan tiang perancah dengan jarak antara tiang perancah adalah lebar kolom ditambah 2 kali 35 cm. 6. Rangkaikan tiang acuan dengan papan gelagar. Jarak gelagar sama dengan jarak klam perangkai, tetapi diukur dari as klam perangkai. 7. Memasang papan penjepit untuk bagian atas dan bawah terlebih dahulu, bagian tengah menyusul setelah cetakan kolom benar – benar telah tegak. 8. Untuk menegakkan kolom dipakai unting – unting. 9. Kedudukan kolom harus benar – benar tegak dan siku / lurus terhadap kedudukan kolom yang lain.
14
2.2.4
Cetakan Balok Balok adalah salah satu elemen konstruksi bangunan yang digunakan untuk meneruskan beban dari lantai atau dinding ke kolom.
a. Papan cetakan Cetakan balok bisa terbuat dari papan maupun multipleks. Apabila acuannya menggunakan papan maka perlu menyambung papan cetakan tersebut dengan beberapa klam perangkai. Untuk mencegah bagian bawah bekisting terbuka saat beton dicor, harus dibuatkan klam penjepit, dapat berupa papan ataupun balok kayu ukuran 5/7. Sedangkan untuk balok yang tingginya lebih dari 55 cm, pada cetakan samping perlu ditahan untuk menahan lentur dan dibuatkan skor. b. Tiang Perancah Acuan dapat menumpu pada satu tiang ataupun dua tiang, sesuai keperluannya. Apabila menggunakan satu tiang maka peletakan tiang dipasang di tengah, dan bila menggunakan dua tiang maka peletakannya pada bagian tepi. Jarak antar tiang arah memanjang dibuat sama dengan jarak klam perangkai, sedang jarak antar tiang arah lebarnya tergantung dari lebar balok.
15
Langkah kerja pembuatan cetakan balok antara lain: 1. Mempelajari gambar kerja dan hitung kebutuhan bahan. 2. Menyiapkan peralatan, bahan dan lokasi kerja yang akan digunakan. 3. Rangkaikan papan – papan sebagai cetakan balok dengan menggunakan klam perangkai, sesuai dengan ukuran yang tercantum di gambar kerja. 4. Dirikan tiang perancah dengan jarak antara tiang perancah sama dengan jarak klam perangkai. 5. Tiang perancah dikakukan ke arah panjangnya dengan skor. 6. Menimbang dan memasang gelagar. 7. Letakkan cetakan pada tempatnya di atas gelagar. 8. Pasang klam penjepit dan skor atas. 9. Pasang tulangan beserta penjaga jarak ( tebal selimut beton ) pada tempatnya 10. Periksa kesikuan balok dan sambungan antara balok dan kolom.
16
2.2.5
Cetakan lantai a. Tiang perancah Tiang perancah dipasang di atas landasan papan yang berada di atas tanah dengan tujuan agar tiang perancah amblas masuk ke dalam tanah. Tiang – tiang tersebut diperkuat dengan skor, dan jika terlalu tinggi dipasang papan pencegah tekuk. b. Gelagar Gelagar dipakukan pada tiang bagian atas sesuai dengan ketinggian yang ditentukan dengan bantuan benang. Untuk menentukan menggunakan
ketinggian batas
tepi
gelagar, cetakan
dipasang balok
profil, bagian
atau dalam.
Pemasangan dimulai dari tepi ke bagian tengah. c. Acuan lantai
Pada pembuatan acuan lantai, yang perlu diperhatikan adalah ketinggian dari lantai, di samping konstruksi cetakan yang harus kuat, kokoh dan stabil karena cetakan lantai merupakan cetakan yang luas dan menahan beban yang berat.Bahan yang digunakan sebaiknya multipleks, karena permukaannya yang luas dan rata.
17
2 – 4 cm
Langkah kerja pembuatan cetakan lantai antara lain: 1. Mempelajari gambar kerja dan hitung kebutuhan bahan. 2. Menyiapkan peralatan, bahan dan lokasi kerja yang akan digunakan.. 3. Dirikan tiang perancah yang akan digunakan untuk menimbang gelagar. 4. Menimbang gelagar 5. Dirikan tiang perancah yang lain. 6. Tiang perancah dikakukan ke arah panjangnya dengan skor. 7. Memasang gelagar 8. Memasang cetakan lantai di atas gelagar yang sudah terpasang.
18
2.2.6
Cetakan tangga Acuan dan perancah tangga pada dasarnya sama dengan acuan dan perancah dari balok, hanya saja untuk tangga lebih lebar dan miring ke bawah. Jika letak tangga menumpu pada balok, maka cetakan balok dibuatkan coakan selebar tangga + dua kali lebar cetakan tangga.Penulangan dipasang setelah cetakan tangga dan klos untuk cetakan optride dibuat. Setelah penulangan selesai kemudian dipasang cetakan optride. Langkah kerja pembuatan cetakan tangga antara lain: 1. Mempelajari gambar kerja dan hitung kebutuhan bahan. 2. Menyiapkan peralatan, bahan dan lokasi kerja yang akan digunakan. 3. Dengan bantuan benang tentukan kemiringan tangga. 4. Mendirikan tiang perancah, jangan lupa diskor. 5. Menimbang gelagar 6. Memasang gelagar. 7. Memasang cetakan bawah dan cetakan samping. 8. Memasang perkuatan dari cetakan tangga, yaitu papan penjepit dan skor atas. Sebelumnya dicek ketegakan dan kesikuan cetakan. 9. Melukis antride dan optride pada cetakan samping. 10. Memasang klos untuk optride. 11. Memasang dan merangkai tulangan. 12. Memasang cetakan optride 13. Memasang penguat cetakan optride.
19
Catatan :
Bagian atas gelagar diserut miring mengikuti kemiringan tangga.
Pemakuan pada multipleks jangan terlalu banyak.
Penggambaran optride dan antride dengan bantuan waterpass dan siku.
Tiang perancah harus diberi alas dari papan
20
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Acuan dan perancah adalah bagian pekerjaan konstruksi yang tidak dapat di pisahkan, karena keduanya saling memerlukan. Pada konstruksi memiliki bagian-bagiannya sendiri baik pada acuan maupun bagian perancah. Bagian pada acuan terdiri dari papan cetakan dan pengaku cetakan, sedangkan pada bagian perancah terdiri dari tiang acuan, pengaku atau penyokong, gelagar, pasak atau baji. Acuan dan perancah merupakan suatu konstruksi yang bersifat sementara pada praktik kerja beton. Beton yang bersifat plastis atau dapat dibentuk pada saat pengadukan dapat dibuat untuk menyesuaikan dengan bentuk yang diinginkan. Jadi tingkat keberhasilannya sangat tergantung pada acuan dan perancah yang dibuat. Bagian-bagian acuan dan perancah antara lain ; 1) Papan Cetakan berfungsi sebagai dinding cetakan; 2) Klem Perangkai berfungsi sebagai bahan penyambung papan acuan pada arah memanjang maupun melebar dan sebagai bahan pengaku acuan pada arah melebar; 3) Tiang Acuan / Tiang Penyangga; 4) Gelagar berfungsi sebagai penopang langsung dari acuan yang ada serta dapat berfungsi untuk mengatur elevasi yang diinginkan dari acuan; 5) Skur berfungsi untuk memperkokoh atau memperkaku dari sistem acuan perancah yang ada; 6) Landasan berfungsi untuk menahan tiang penyangga agar tidak bergerak- gerak; 7) penyokong. Dalam pembuatan acuan dan perancah pada setiap pekerjaan (bouwplank,cetakan kolom,balok,lantai dan tangga) harus diperhatikan ketegakkannya dan kerapatannya karena hal ini sangat penting nantinya pada saat pengecoran beton.
21
DAFTAR ISI
http://cyrilengineering.blogspot.co.id/2014/06/acuan-perancah.html
http://taufikhurohman.blogspot.co.id/2012/12/bekisting.html https://www.scribd.com/document/248983437/Acuan-Dan-Perancah
http://metodebangunan.blogspot.co.id/2016/02/metode-pemasangan-perancah bekisting.html http://www.bangunrumah.name/pengertian-dan-jenis-bekisting/
22