1
Ilmu Mantiq Hasna Muftiyah
A. Mafhum dan Mashadaq
Setiap lafazh kulli selalu memberi dua dilalah (petunjuk): dilalah (petunjuk): Pertama, Pertama, dilalah yang dilalah yang menunjuk kepada makna, konsep atau pengertian. Seperti lafazh insan, insan, yang memberi dilalah bahwa dilalah bahwa manusia adalah hayawanun-nathiq. hayawanun-nathiq. Kedua, dilalah yang tercakup pada makna tersebut, yaitu yang terkena/dikenai konsep atau pengertian di atas. Seperti anak kecil k ecil dan orang gila, itu tercakup pada makna insan, insan, karena masih disebut sebagai seorang manusia.
)
( makna
yang dinamakan Mafhum atau atau disebut juga
)
yang ditunjukkan oleh lafazh kulli, itulah
atau
.
) sedangkan afrad (bagian-bagian) yang tercakup
atau dikenai oleh makna itu adalah Mashadaq .1 Adapun beberapa contoh lain di bawah ini, yaitu:
Jika Anda menyebutkan lafazh nahr (sungai), maka mafhum-nya mafhum-nya adalah air yang mengalir di permukaan tanah sejak dari hulunya di gunung sampai ke muaranya di laut luas. Sedang mashadaq-nya mashadaq-nya adalah setiap yang bernama sungai di permukaan bumi, contohnya seperti sungai Nil.
Jika kita memerhatikan mafhum mafhum dari lafazh kulli, misalnya samak (ikan) maka akan terlihat bahwa mashadaq-nya mashadaq-nya adalah semua ikan, baik di laut maupun di sungai dan di kolam. Tetapi, bila Anda menambahkan konsep bahri kepada bahri kepada samak sehingga menjadi samak bahri bahri (ikan laut) maka mashadaq-nya mashadaq-nya hanyalah ikan laut. Ikan sungai dan ikan kolam tidak tergabung lagi ke dalamnya. Lebih-lebih lagi, mashadaq-nya akan semakin sedikit, jika Anda menambahkan konsep yang lainnya lagi, misalnya samak bahri mulawwan (ikan mulawwan (ikan laut yang berwarna). 2 Maka, dari uraian di atas, dapat dipahami, bahwa:
Apabila mafhum kulli bertambah, bertambah, maka mashadaq akan berkurang . berkurang . 1
-Mantiq (Garut: Pesantren Persatuan Islam, 1999) cet. I, hal. 14-15. A. Zakaria, ‘Ilmu al -Mantiq Baihaqi A.K , Ilmu Mantik Teknik Dasar Berpikir Logik (Bandung: (Bandung: Darul Ulum Press, 1996) Cet. I, hal. 29.
2
2
Kaidah yang semakna dengan kaidah tersebut dalam bentuk redaksi lainnya adalah:
Banyaknya ikatan mafhum mafhum akan menyempitkan mashadaq-nya. mashadaq-nya.
B. Taqabul al-Alfazh (Perlawanan Kata)
Dalam Ilmu Mantik, lafazh-lafazh (kata-kata) yang berlawanan diistilahkan dengan taqabul al-alfazh.
Yang dimaksudkan dengan kata-kata berlawanan adalah bahwa dua kata tidak dapat berkumpul pada satu benda/objek, dan dalam satu waktu. Seperti: Ada dan tidak ada, Hitam dan Putih, Hidup dan Mati. Dua lafazh ini dinamai dengan Mutaqabilain. dengan Mutaqabilain.3 Taqabul ini ini terbagi menjadi tiga bagian: 1) Taqabul as-Salab wal Ijab (Negatif dan Positif)
Lafazh yang berlawanan secara ijab dan ijab dan salab salab (positif (positif dan negatif) adalah dua lafazh (kata) yang tidak bisa dikumpulkan sekaligus pada satu benda dan tidak bisa pula dipisahkan sekaligus dari benda itu, mesti ada salah satunya. Dan disebut juga dua taqabul ini dengan Naqidhaen dengan Naqidhaen,, atau Mani‟ah atau Mani‟ah al- Jama‟ Jama‟ wal Khuluw. Khuluw. Contoh: a) Manusia dan bukan manusia. Tidak mungkin kita mengatakan kepada orang lain: Anda adalah manusia dan bukan manusia (ijab). Atau, tidaklah Anda manusia dan bukan manusia (salab). b) Hewan dan bukan hewan. Tidak mungkin kita mengatakan kepada sesuatu, bahwa: Dia itu hewan dan dia bukan hewan (ijab). Atau, tidaklah dia itu hewan dan bukan hewan (salab). c) Laptop dan bukan laptop. Tidak mungkin kita mengatakan pada suatu barang, bahwa: Barang itu adalah laptop dan bukan laptop (ijab). Atau, tidaklah barang itu laptop la ptop dan bukan laptop (salab). 3
-Mantiq (Garut: Pesantren Persatuan Islam, 1999) cet. I, hal. 15. A. Zakaria, ‘Ilmu al -Mantiq
3
2) Taqabul Dhiddain
Yaitu dua lafazh yang keduanya tidak bisa bersatu, berkumpul dalam satu objek dan satu waktu. Tapi terkadang bisa menghilang keduanya bersama-sama. Contoh: a)
Hitam dan putih Tidak bisa putih itu berkumpul dengan hitam dalam satu waktu, tapi dapat menghilang keduanya bersamaan, dengan artian keadaan suatu benda itu misalnya berwarna merah. Masing-masing dari lafazh berlawanan itu tidak bisa dikumpulkan sekaligus dalam satu waktu pada satu benda. Kita tidak bisa mengatakan: Perempuan itu hitam dan putih (ijab); Pernyataan itu tidak bisa dibenarkan, tetapi, bisa saja ditidakkan, dengan mengatakan: Perempuan itu tidak hitam dan tidak putih (salab); Pernyataan itu menjadi benar karena mungkin sekali perempuan yang dimaksud tidak hitam dan tidak putih, tetapi kuning langsat.
b) Tinggi dan rendah Kayu itu tinggi dan rendah. rendah. Kalimat tersebut merupakan pernyataan yang tidak mungkin bisa terjadi. Namun pernyataan itu akan menjadi benar, jika diucapkan dalam bentuk bentuk negatif, seperti: Kayu itu tidak tinggi dan tidak rendah (pertengahan). c) Besar dan kecil. Anak itu besar dan kecil (ijab). Kalimat tersebut merupakan pernyataan yang tidak mungkin bisa terjadi. Namun pernyataan itu akan menjadi benar, jika diucapkan dalam dalam bentuk negatif, seperti: Anak itu tidak besar dan tidak kecil kecil (pertengahan). d) Pahit dan manis. Makanan itu manis dan pahit. Kalimat tersebut merupakan pernyataan yang tidak mungkin bisa terjadi. Namun pernyataan itu akan menjadi benar, jika diucapkan dalam dalam bentuk negatif, seperti: Makanan itu tidak manis dan dan tidak pahit; bisa jadi asam, asin, asin, ataupun pedas.
3) Taqabul Mutadhayifain
Berlawanan tapi terikat, yaitu dua kata berlawanan yang tidak bisa dikumpulkan pada sesuatu di satu waktu, tetapi yang satu terikat dengan yang lainnya. Dengan kata lain,
4
dikatakan bahwa perlawanan dua kata yang tidak mungkin dapat dipahami salah satunya tanpa adanya yang lain. Contoh: a) Ayah dan anak b) Suami dan istri c) Guru dan murid Contoh itu menampilkan tiga pasang kata yang berlawanan, tetapi yang satu terikat dengan lawannya. Seseorang tidak terterima oleh akal sebagai suami, jika ia tidak memiliki seorang istri. Tetapi dikumpulkan suami dan istri sekaligus dalam satu waktu pada seseorang adalah hal tidak mungkin. Demikian Demikian juga dengan contoh yang lainnya. 4 C. Nisbah baina Kulliyain (Hubungan antara Dua Lafazh Kulli)
Dilihat dari segi hubungan (nisbah ( nisbah)) antara satu makna lafazh kulli dan makna kulli lainnya, terdapat lima macam; 1) Mutaradifain/Sinonim
Yaitu dua lafazh kulli yang sama mafhum mafhum dan mashadaqnya mashadaqnya (dalam pengertian dan bukti). Contoh:
Asadun dan Asadun dan ghadhanfarun ghadhanfarun (binatang (binatang buas)
Insanun dan basyarun (hewan basyarun (hewan berpikir)
Baitun dan Baitun dan manzilun (bahasa Arab: rumah)
Nar dan dan Sa‟ir (bahasa Arab: neraka)
Jannah dan Jannah dan „ adn (bahasa adn (bahasa Arab: surga)
2) Mutasawiyain
Dua lafazh yang satu dalam buktinya (mashadaq), (mashadaq), tetapi tidak satu dalam pengertiannya (mafhum). Contoh: (mafhum). Contoh: “nathiq” “nathiq” dengan “qabil li al -ta‟lim al-raqi”. al-raqi”. Mashadaqnya satu, yaitu manusia. Akan tetapi, pengertian “nathiq” berbeda “nathiq” berbeda dengan pengertian “qabil li al -ta‟lim al -raqi”. -raqi”. Yang pertama artinya „berpikir‟, dan yang kedua artinya dapat „dididik‟, „dididik‟ , mampu menerima pengajaran tinggi.5 3) Mutabayinain
Perbandingan tabayun, tabayun, adalah perbandingan dua lafazh kulli yang berbeda, baik mafhum maupun mashadaq-nya. mashadaq-nya. Atau yang berbeda dalam pengertian dan buktinya;
4
Baihaqi A.K , Ilmu Mantik Teknik Dasar Berpikir Logik (Bandung: (Bandung: Darul Ulum Press, 1996) Cet. I, hal. 30-32. Syukriadi Sambas, Mantik Kaidah Berpikir Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009) cet. V, hal. 54.
5
5
bukti yang satu sat u tidak sama dengan bukti yang lainnya. 6 Perbandingan yang semacam ini adalah yang terbanyak. Contoh:
Gunung dan laut,
Rumah dan sungai,
Anjing dan merpati,
Kuda dengan pohon,
Insan dan jin,
Sunnah dan bid‟ah, dan sebagainya.
4) Umum Khusus Mutlak
Dua kata yang salah satu dari keduanya lebih umum dan mencakup individu yang lainnya. Contoh;
Buku-kertas7 Ma‟dan (barang Ma‟dan (barang tambang) dengan nuhas (perunggu). nuhas (perunggu). Barang tambang itu lebih umum daripada perunggu, sebab emas dan perak pun termasuk barang tambang. 8
Ibadah dan shalat
Tumbuh-tumbuhan dan jeruk
Bunga-bungaan dan mawar, dan yang semacamnya. 9
5) Umum Khusus Wajhi
Sebagian bukti dan salah satu bukti terdapat pada bukti individu yang lain. Keduanya dapat berkumpul pada satu benda, tetapi keduanya dapat pula berpisah pada benda yang lain. Contoh: Contoh:
6
Antara “manusia” dan “putih” bisa ada pada benda lain; seperti “kapur” juga putih. 10
Bunga dan merah
Obat dan pahit
Api dan panas
Lapangan dan luas
Pengantar Praktis Menuju Berpikir Islam (Tasikmalaya, 2011) hal. 24. Imas Masaroh Amien, Ilmu Mantiq Pengantar Praktis Ibid., hal. 24. 8 Syukriadi Sambas, Mantik Kaidah Berpikir Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009) cet. V, hal. 55. 9 Baihaqi A.K , Ilmu Mantik Teknik Dasar Berpikir Logik (Bandung: (Bandung: Darul Ulum Press, 1996) Cet. I, hal. 34. 10 Syukriadi Sambas, Mantik Kaidah Berpikir Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009) cet. V, hal. 55-56. 7
6
D. Perbandingan antara Lafazh Kulli dengan Artinya
Dilihat dari segi artinya lafazh lafaz h kulli terbagi ke dalam 5 macam, yaitu; 1. Lafazh Mutawathi’
Adalah lafazh kulli yang mempunyai makna banyak; mafhumnya mafhumnya satu dan mashadaqnya mashadaqnya banyak. Contoh: Insan, hewan, tumbuh-tumbuhan. Lafazh insan mempunyai makna: Hindun, Fatimah, Umar, dan lain-lain. Hakikat dari nama-nama itu sama dalam hal manusianya. Mereka hanya berbeda dalam jenis dan sifat-sifat saja. Demikian pula lafazh hewan, dapat mengandung arti kucing, babi, anjing, monyet, dan lain-lain. 2. Lafazh Musyakkik
Lafazh musyakkik adalah lafazh kulli kulli yang kualitas artinya berbeda. Artinya, lafazh musyakkik itu itu satu, tetapi kualitasnya berbeda. Contoh: Putih, Contoh: Putih, tinggi, besar Lafazh putih mempunyai arti bisa sangat putih, kurang putih, sedikit putih, atau putih sedang. Lafazh tinggi bisa sangat tinggi, kurang tinggi dan seterusnya. Demikian juga halnya dengan lafazh besar, bisa sangat besar, kurang besar, dan seterusnya. 3. Lafazh Mutabayin
Lafazh mutabayin (sama mutabayin (sama dengan perbandingan mutabayinain) mutabayinain) adalah dua lafazh yang bacaannya berbeda dan artinya pun berlainan. Contoh: Insan, ardh, sama‟ (bahasan (bahasan Arab: manusia, bumi, langit) Kuda, kambing, dan dan rambutan, kelapa (bahasa kelapa (bahasa Indonesia) Lafazh-lafazh itu memperlihatkan perbedaan dari segi mafhum dan mashadaqnya. Dengan kata lain lafazhnya berbeda dan artinya pun berlainan. Lafazh jenis ini adalah yang terbanyak. 4. Lafazh Mutaradif
Lafazh mutaradif (sama dengan perbandingan taraduf) adalah dua atau lebih lafazh yang berbeda, tetapi mengandung arti sama. Contoh: Nar dengan sa‟ir dengan sa‟ir (neraka) (neraka) Jannah dengan Jannah dengan „adn (surga) „adn (surga) Arloji dengan jam tangan, dan lain sebagainya. 5. Lafazh Musytarak
7
Lafazh musytarak adalah adalah lafazh kulli yang kulli yang mempunyai lebih dari satu arti. Contoh: „Ain, nar, jannah (bahasa jannah (bahasa Arab) Lagu, saran, rebut (bahasa Indonesia)
„Ain (bahasa „Ain (bahasa Arab) bisa mengandung arti mata dan mata air. Nar bisa mengandung arti api dan neraka. neraka. Jannah bisa Jannah bisa mengandung arti kebun dan surga. Lagu (bahasa Indonesia) bisa mengandung arti ragam suara nyanyi, tingkah laku. Saran (bahasa Indonesia) bisa mengandung arti pendapat pendapat, anjuran, propaganda. Ribut (bahasa Indonesia) bisa mengandung arti sibuk, gaduh, kencang. 11
E. Aqsam al-Kulli (Pembagian Lafazh Kulli)
Kelima macam bagian ini, disebut dengan Kulliyat al-Khams. al-Khams. Yang merupakan bahan pembentukan takrif atau pengertian, selain merupakan bagian dari objek objek berpikir. 1) Dzati
Dzati Dzati (lafazh kulli dzati), secara lughawi, adalah lafazh yang bermakna zat (benda, materi, substansi). Dzati dapat juga disebut lawan dari „irdhi (sifat). „irdhi (sifat). 12 Oleh karena itu, kata-kata seperti manusia, hewan, rumah, tanah, kayu, batu dan yang semacamnya terkategori ke dalam lafazh kulli dzati. Secara terminologi, yaitu lafazh kulli yang menunjuk kepada mahiyah mahiyah (hakikat) sepenuhnya yang kepadanya dapat diajukan pertanyaan: apa dia? Contoh: hayawan dan hayawan dan nathiq (berpikir), nathiq (berpikir), merupakan hakikat dari lafazh insan.
11
Baihaqi A.K , Ilmu Mantik Teknik Dasar Berpikir Logik (Bandung: (Bandung: Darul Ulum Press, 1996) Cet. I, hal. 35-37. Ibid., hal. 39.
12
8
Klasifikasi Kulli Dzati: 1. Jinsi/General
Jinsi Jinsi (jenis) adalah lafazh kulli yang mashadaqnya mashadaqnya terdiri dari substansisubstansi (hakikat) yang berbeda, atau dengan kata lain, yaitu lafazh kulli yang di bawahnya terdapat lafazh-lafazh kulli yang mempunyai makna lebih khusus. Contoh: o
Hayawan. Lafazh hayawan mengandung makna manusia dan hewan-hewan lainnya, seperti kambing, kerbau dan sebagainya. 13
o
o
rempah-rempah, rempah-rempah, mempunyai jenis merica, pala, ketumbar, dll. Kendaraan, mempunyai jenis mobil, kereta api, pedati, kapal terbang, dll. 14
Klasifikasi Jinsi 1) Jinsi Qarib/Safil
Sesuatu yang di bawahnya tidak terdapat jenis lagi, tetapi di atasnya terdapat banyak jenis. Atau dengan kata lain, jenis yang di bawah jenis itu tidak terdapat jenis lagi, yang ada hanyalah “nau” (bagian dar i kulli) misalnya, perkataan “hayawan”, di bawah hewan, sudah tidak ada jenis lagi, yang ada hanyalah “nau” seperti manusia, kambing, kambing, kerbau, dan sebagiannya, yang kesemuanya itu hanyalah bagian dari hewan (nau‟ minal hayawan). Sedangkan di atas lafazh kulli hayawan terdapat beberapa jinsi, yaitu nami (yang tumbuh), jism (fisik yang bergerak, tidak bergerak), dan jauhar dan jauhar (substansi). (substansi). 2) Jinsi Mutawasith
Jenis yang di bawah jenis itu masih ada jenis lagi, demikian pula di atasnya masih terdapat jenis yang lain, seperti: “an“an-nami” (yang berkembang). Di bawah nami ada jenis yaitu hewan, dan di atasnya ada pula j enis yaitu Jism. 15 3) Jinsi Ba’id (‘Ali)
Sesuatu yang di atasnya tidak terdapat lagi jenis, tetapi di bawahnya terdapat banyak jenis. Contoh: Jauhar Contoh: Jauhar Di atas lafazh kulli kulli jauhar tidak ada lahi jinsi, tetapi di bawahnya terdapat beberapa jinsi, yaitu jism, yaitu jism, nami, nami, dan hayawan. 13
Ibid ., ., hal. 40. Cholil Bisri Mustofa , Ilmu Mantiq Tarjamahan assulamul munauroq (Rembang: PT. Al- Ma’arif. Penerbit. Percetakan. Offset, 1987) cet. III, hal. 20. 15 Ibid., hal. 22. 14
9
2. Nau’/Spesial
Nau‟ secara lughawi, lughawi, adalah macam. Secara mantiki nau‟ adalah adalah lafazh kulli yang mashadaqnya terdiri dari hakikat-hakikat yang sama, seperti lafazh insan yang mashadaqnya Mustafa, Ibrahim, Ali, dan lainnya. Yang semuanya mempunyai hakikat yang sama. 16 Klasifikasi Nau‟ Klasifikasi Nau‟ : 1) Nau’ Hakiki
Lafazh kulli yang ada di bawah cakupan jinsi sedang mashadaq sedang mashadaq-nya -nya merupakan hakikat yang sama. Nau‟ hakiki ini tidak ada lagi di bawahnya kecuali juz‟i juz‟inya.17 Contoh: “Manusia “Manusia‟‟; sebab afrad -nya -nya sama dalam hakikatnya; ia ada di bawah cakupan kata “hayawan” hayawan”. 2) Nau’ Idhafy
Lafazh kulli yang berada di bawah jinsi, baik hakikatnya sama maupun tidak. Contoh: “Hayawan” ketika berada di bawah cakupan “nami”. “nami” . Begitu pula nami akan menjadi “nau‟ idhafi ketika berada di bawah cakupan “jismi”, dan seterusnya. Dengan memerhatikan contoh tersebut, maka “Nau‟ Idhafi” ini terbagi lagi menjadi tiga macam. (1) Nau’ Idhafi Nau’ Idhafi Safil
Lafazh kulli yang tidak ada lagi di bawahnya kecuali substansi juz‟i-nya. juz‟i -nya. Contoh: Insan Contoh: Insan (2) Nau’ Idhafi Mutawasith
Lafazh kulli yang di bawahnya terdapat nau‟ dan di atasnya pun terdapat nau‟ . Contoh: Hayawan Contoh: Hayawan dan dan an- Nami. (3) Nau’ Idhafi Nau’ Idhafi ‘Ali
Lafazh yang tidak terdapat jenis lagi di atasnya atas nya kecuali jins kecuali jins „ali. Contoh: Jismi. Contoh: Jismi.18
16
Baihaqi A.K , Ilmu Mantik Teknik Dasar Berpikir Logik (Bandung: (Bandung: Darul Ulum Press, 1996) Cet. I, hal. 42. Ibid ., ., hal. 43. 18 Syukriadi Sambas, Mantik Kaidah Berpikir Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009) cet. V, hal. 63. 17
10
:
-
Jauhar (materi) = Jinas Ba‟id
-
Jism
= Jinas Mutawasith
(Nau‟ Idhafi) „Ali
-
Nami
= Jinas Mutawasith
(Nau‟ Idhafi) Mutawasith
-
Hayawan
= Jinas Qarib
(Nau‟ Idhafi) Mutawasith
-
Insan
= Nau‟
(Nau‟ Hakiki) Safil
-
„Umar
= Farad19
3. Fashal/Differential
Fashl mengandung mengandung arti pemisah atau pembeda. Dalam terminologi mantik, fashl mantik, fashl adalah ciri atau sejumlah ciri dari hakikat (benda, diri, orang) yang dengannya berbeda substansi-substansi atau hakikat-hakikat yang berada dalam satu jinsi antara yang satu dengan yang lainnya. Contoh: Insan Contoh: Insan dan dan hayawan, hayawan, dikaitkan dengan nathiq. 19
-Mantiq (Garut: Pesantren Persatuan Islam, 1999) cet. I, hal. 25. A. Zakaria, ‘Ilmu al -Mantiq
11
Pembagian Fashal: (1) Fashal Qarib
Sesuatu yang dapat membedakan hakikat dari suatu suat u objek yang berserikat dalam jenisnya yang dekat. Contoh: Dapat Berpikir Kata dapat berpikir adalah fashal adalah fashal qarib bagi qarib bagi manusia yang membedakannya dari yang menyamainya dalam satu jenis, yaitu hayawan hayawan (kambing, kerbau dan sebagainya). (2) Fashal Ba’id
Sesuatu yang dapat membedakan hakikat dari suatu suat u objek yang berserikat dalam jenisnya yang jauh. Contoh: Merasakan (berperasaan) Adalah fashal Adalah fashal ba‟id bagi bagi manusia yang membedakannya dengan hewan. 20
Dapat disimpulkan dengan contoh: Manusia
> Nau‟/Specia
Hewan
> Jenis/Genera
Berbicara
> Fashal/Defferentia
2) ‘Aradhi ‘Aradh i
Adalah sesuatu yang berada di luar hakikat. 21 Contoh: tertawa, putih, cantik, menangis besar, dan yang semacamnya (kata selain zat). Klasifikasi Kulli „Aradhi: „Aradhi: 1) Khas
Satu sifat atau kumpulan sifat-sifat di luar hakikat yang terdapat dalam satu hakikat individu. Contoh: Manusia hewan yang mampu belajar bahasa: bahasa : (sifat khusus) bagi manusia.
20
Baihaqi A.K , Ilmu Mantik Teknik Dasar Berpikir Logik (Bandung: (Bandung: Darul Ulum Press, 1996) Cet. I, hal. 46. -Mantiq (Garut: Pesantren Persatuan Islam, 1999) cet. I, hal. 19. A. Zakaria, ‘Ilmu al -Mantiq
21
12
2) ‘Am
Satu sifat atau beberapa sifat di luar hakikat yang terdapat pada individu yang hakikatnya berbeda. Contoh: Hitam atau putih atau putih Tinggi atau rendah atau rendah Sifat-sifat tersebut tidak hanya dimiliki oleh manusia, teatapi yang lainnya juga.
22
Daftar Pustaka 22
Ibid., hal. 24.
13
Aceng Zakaria. 1999. „Ilmu al -Mantiq. -Mantiq. Garut Baihaqi, A. K. 1996. Ilmu 1996. Ilmu Mantik Teknik Dasar Berpikir Logik. Bandung: Darul Ulum Press Cholil Bisri Mustofa. 1987. Ilmu Mantiq Tarjamahan assulamul munauroq. Rembang: PT. Al-Ma‟arif. Al-Ma‟arif. Penerbit. Percetakan. Offset Imas Masaroh. 2011. Ilmu 2011. Ilmu Mantiq Pengantar Praktis Praktis Menuju Berpikir Islam. Tasikmalaya Syukriadi Sambas. 2009. Mantik 2009. Mantik Kaidah Berpikir Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya