UROLITHIASIS
1. Definisi Urolithiasis
Urolithiasis adalah terbentuknya butiran-butiran dari senyawa kalsium dan penimbunan penimbunan asam urat, sehingga membantuk CaCO3 (kalsium karbonat) pada ginjal atau saluran urin yang da pat pat menyebabkan kesulitan pengeluaran urin. Bisa terda pat pat satu atau lebih batu lebih batu di dalam pelvis dalam pelvis atau calyces dari ginjal atau di dalam saluran ureter.
2.
Insiden
Urolithiasis
Urolithiasis
da pat pat menyerang penduduk di seluruh dunia tidak terkecuali
penduduk penduduk di negara kita. Angka kejadian penyakit ini tidak sama di berbagai belahan bumi. Di negara-negara berkembang banyak dijum pai pai pasien batu buli buli sedangkan di negara maju lebih banyak lebih banyak dijum pai pai penyakit batu enyakit batu saluran kemih bagian atas; hal ini karena adanya pengaruh status gizi dan aktivitas pasien seha se har ihari. Di Amerika Serikat 5-10% penduduknya penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia rata-rata terda pat pat 1-12% penduduk penduduk menderita menderita batu saluran kemih. Penyakit batu ginjal yang diderita 0,5% penduduk Indonesia ini lebih banyak menyerang kaum pria dibandingkan wanita. Bila 1-2% dari po pulasi pulasi di periksa periksa kadar kalsium air seninya akan meninggi, teta pi pi hanya 10% yang terkena penyakit batu enyakit batu ginjal.
3. Klasifikasi Urolithiasis
om posisi posisi K om
yang menyusun batu ginjal adalah batu kalsium (80%) (80%) dengan
terbesar bentuk kalsium
salat ok
dan terkecil kalsium f o sfat. Ada pun pun macam-
macam batu macam batu ginjal dan proses terbentuknya, antara lain: a. Batu Oksalat/K alsium alsium Oksalat Asam
salat di ok
dalam tubuh berasal dari metabolisme asam amino dan
asam askorbat (vitamin C). Asam askorbat meru pakan pakan p pr ekur sor
salat ok
yang cuku p besar, sejumlah 30%, 30%, 50% yang lain dikeluarkan sebagai oksalat urine. Manusia tidak da pat pat melakukan metabolisme
salat , ok
sehingga dikeluarkan melalui ginjal. Jika terjadi gangguan f ungsi ungsi ginjal dan
1
asu pan pan
salat berlebih salat berlebih ok
di tubuh (misalkan banyak mengkonsumsi nenas),
maka terjadi akumulasi okalat yang memicu terbentuknya batu ok salat di ginjal/kandung kemih. b. Batu Struvit Batu st ru ruvit terdiri dari
magnesi um
ammonium f o sfat ( st ru ruvit ) dan
kalsium karbonat. Batu tersebut terbentuk di pelvis dan k ali alik ginjal bila produksi produksi ammonia bertambah dan pH urin tinggi, sehingga kelarutan f osf osf at at berkurang. Hal ini terjadi akibat inf inf eksi eksi bakteri pemecah urea (yang terbanyak dari s pesies pesies Proteu s dan Providencia, P eud omo atia , semua omonas er atia, s pesies pesies Klebsiella,
taphyl ococu s, H emo phil u s, S taphyl
dan
yne Cor
bacter ium)
pada pada saluran urin. Enzim
ease ur ease
yang dihasikan bakteri di atas menguraikan urin menjadi
amonia dan karbonat. Amonia bergabung dengan air membentuk amonium sehingga pH urine makin tinggi.
arbon K arbon
dioksida yang terbentuk dalam
suasana pH basa/tinggi akan menjadi ion karbonat membentuk kalsium karbonat. Batu struvit (cam puran puran dari magnesium, amoniak dan f osf osf at) at) juga disebut batu inf inf eksi eksi karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang terinf terinf eksi. eksi. Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak da pat pat dilihat dengan mata telanjang sam pai pai yang sebesar 2.5 sentimeter atau lebih. Batu yang besar disebut k al al ku pir keseluruhan kul u s staghor n. Batu ini mengisi ham pir pelvis pelvis renalis dan kalises renalis. c. Batu Urat Batu urat terjadi pada penderita g ou pat out (sejenis rematik). Batu urat da pat juga terbentuk karena terbentuk karena pemakaian ur iko sur ik (misal p misal probenesid atau benesid atau as pirin). pirin). Penderita diare kronis (karena kehilangan cairan, dan peningkatan konsentrasi urine) serta asidosis (pH urin menjadi asam sehingga terjadi pengenda pengenda pan pan asam urat) da pat pat juga juga menjadi pemicu terbentuknya batu urat. d. Batu Sistina Sistin meru pakan pakan asam amino yang kelarutannya paling kecil. elarutannya K elarutannya
semakin kecil jika pH urin turun/asam. Bila sistin tak larut
2
asu pan pan
salat berlebih salat berlebih ok
di tubuh (misalkan banyak mengkonsumsi nenas),
maka terjadi akumulasi okalat yang memicu terbentuknya batu ok salat di ginjal/kandung kemih. b. Batu Struvit Batu st ru ruvit terdiri dari
magnesi um
ammonium f o sfat ( st ru ruvit ) dan
kalsium karbonat. Batu tersebut terbentuk di pelvis dan k ali alik ginjal bila produksi produksi ammonia bertambah dan pH urin tinggi, sehingga kelarutan f osf osf at at berkurang. Hal ini terjadi akibat inf inf eksi eksi bakteri pemecah urea (yang terbanyak dari s pesies pesies Proteu s dan Providencia, P eud omo atia , semua omonas er atia, s pesies pesies Klebsiella,
taphyl ococu s, H emo phil u s, S taphyl
dan
yne Cor
bacter ium)
pada pada saluran urin. Enzim
ease ur ease
yang dihasikan bakteri di atas menguraikan urin menjadi
amonia dan karbonat. Amonia bergabung dengan air membentuk amonium sehingga pH urine makin tinggi.
arbon K arbon
dioksida yang terbentuk dalam
suasana pH basa/tinggi akan menjadi ion karbonat membentuk kalsium karbonat. Batu struvit (cam puran puran dari magnesium, amoniak dan f osf osf at) at) juga disebut batu inf inf eksi eksi karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang terinf terinf eksi. eksi. Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak da pat pat dilihat dengan mata telanjang sam pai pai yang sebesar 2.5 sentimeter atau lebih. Batu yang besar disebut k al al ku pir keseluruhan kul u s staghor n. Batu ini mengisi ham pir pelvis pelvis renalis dan kalises renalis. c. Batu Urat Batu urat terjadi pada penderita g ou pat out (sejenis rematik). Batu urat da pat juga terbentuk karena terbentuk karena pemakaian ur iko sur ik (misal p misal probenesid atau benesid atau as pirin). pirin). Penderita diare kronis (karena kehilangan cairan, dan peningkatan konsentrasi urine) serta asidosis (pH urin menjadi asam sehingga terjadi pengenda pengenda pan pan asam urat) da pat pat juga juga menjadi pemicu terbentuknya batu urat. d. Batu Sistina Sistin meru pakan pakan asam amino yang kelarutannya paling kecil. elarutannya K elarutannya
semakin kecil jika pH urin turun/asam. Bila sistin tak larut
2
akan ber presi presi pitasi pitasi (mengenda p) p) dalam bentuk kristal yang tumbuh dalam sel ginjal/saluran kemih membentuk batu. batu. e. Batu K alium alium Fosf osf at at Batu ginjal berbentuk batu berbentuk batu kalium f osf osf at at da pat pat terjadi pada penderita hiperk alsi alsi ur ik (kadar kalsium dalam urine tinggi). Batu kalium f osf osf at at juga da pat pat terjadi karena asu pan pan kalsium berlebih kalsium berlebih (misal susu dan keju) ke dalam tubuh. Hal ini dikarenakan adanya enda pan pan kalium di dalam tubuh yang akan menyebabkan timbulnya batu timbulnya batu ginjal.
4.
Etiologi Urolithiasis
Bebera pa pa f aktor aktor yang menjadi etiologi pembentukan batu, antara lain meli puti: puti: a. Hi perkalsiuria perkalsiuria elainan K elainan
ini da pat pat menyebabkan hematuria tan pa pa ditemukan
pembentukan pembentukan batu. kejadian hematuria diduga disebabkan kerusakan jaringan lokal yang di pengaruhi pengaruhi oleh ekskresi kalsium dalam air kemih dengan atau tan pa pa f aktor aktor risiko lainnya, ditemukan pada setengah dari pembentukan pembentukan batu batu kalsium idio patik. patik. b. Hi posituria posituria Suatu penurunan ekskresi inhibitor perbentukan kristal dalam air kemih, khususnya sitrat meru pakan pakan suatu mekanisme lain untuk timbulnya batu ginjal. c. Hi perurikosuria perurikosuria Hi perurikosuria perurikosuria meru pakan pakan suatu peningkatan asam urat air kemih yang da pat pat memacu pembentukan batu embentukan batu kalsium. d. Penurunan jumlah enurunan jumlah air kemih eadaan K eadaan
ini biasanya disebabkan masukan cairan yang sedikit.
selanjutnya da pat pat menimbulkan pembentukan batu dengan peningkatan reaktan dan pengurangan aliran air kemih. e. Hi peroksaluria peroksaluria Meru pakan pakan kenaikan ekskresi oksalat di atas normal. ekskresi oksalat air kemih air kemih normal di bawah di bawah 45 mg/hari (0, (0,5 mmol/hari).
3
f . ISK Inf eksi saluran kemih oleh mikroorganisme pemecah urea (Proteus mirabilis). g. Dehidrasi K urangnya
cairan tubuh yang menyebabkan produksi air seni sedikit
dan pekat. Pada mereka yang setia p hari bekerja di udara terbuka (petani, pekerja la pangan) atau di ruang mesin yang panas, terutama yang kurang minum, akan ce pat menimbulkan ef ek perubahan keasaman atau kebasaan air seni. Masalahnya, di sini f aktor penghambat pembentukan batu jadi berkurang atau hilang sama sekali.
Bebera pa f aktor presi pitasi yang da pat menyebabkan terjadinya batu ginjal antara lain: a. Gaya hidu p Penyakit gagal ginjal juga banyak di pengaruhi makanan. Semakin makmur suatu masyarakat, semakin banyak terjadi enda pan batu pada ginjal, dibandingkan pada kandung kemih.
K onsumsi
minuman dan
makanan yang kurang higienis memicu terjadinya air seni pekat, sehingga memudahkan terbentuknya inf eksi atau kristal batu pada kandung kemih. Sebaliknya pola makan masyarakat maju yang cenderung memilih makanan berkadar kalsium-oksalat (misalnya makanan dengan olahan bahan susu, minuman cola, makanan bergaram tinggi, makanan manis, vitamin C dosis tinggi, ko pi, teh kental, dll.) serta asam urat (tinggi protein), memudahkan terbentuknya enda pan pada piala ginjal karena konsentrasi air seni ce pat meningkat. K onsumsi
vitamin C dan D dosis tinggi pada seseorang yang secara
genetik berbakat, akan memudahkannya terserang penyakit ini. Pada orang berbakat batu, mengkonsumsi 100-300 mg vitamin C setia p hari, memudahkan terbentuknya batu. Hal ini disebabkan vitamin C mengandung kalsium oksalat tinggi. Vitamin D dosis tinggi juga da pat menyebabkan absorbsi kalsium ke dalam usus meningkat. O bat sitostatik untuk penyakit
4
kanker pun memudahkan pembentukan batu karena meningkatkan asam urat. Jenis
minuman
yang
dikonsumsi
juga
ber pengaruh
dalam
pembentukan batu ginjal. minuman sof t drink lebih dari 1 liter per minggu menyebabkan pengasaman dengan asam f osf or da pat meningkatkan risiko penyakit batu. kejadian ini tidak jelas, teta pi sedikit beban asam da pat meningkatkan ekskresi kalsium dan ekskresi asam urat dalam air kemih serta mengurangi kadar sitrat air kemih. Jus a pel dan jus anggur juga dihubungkan dengan peningkatan risiko pembentukan batu. b. Lingkungan Faktor lingkungan yang paling ber pengaruh adalah suhu. Penduduk yang tinggal di wilayah yang suhunya dingin akan cenderung sedikit minum, sehingga produksi urin menjadi pekat dan sedikit. c. Imobilitas Terjadi peningkatan kalsium dalam urine karena mobilisasi kalsium tulang akibat seseorang tidak lagi bisa bergerak karena sakit lum puh.
5. Patofisiologi
Urolithiasis
Banyak teori yang menerangkan proses pembentukan batu di saluran kemih; teta pi hingga kini masih belum jelas teori mana yang paling benar. Bebera pa teori pembentukan batu adalah : a. Teori Nukleasi Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu sabuk batu (nukleus). Partikel- partikel yang berada dalam larutan yang terlalu jenuh (su persaturated) akan mengenda p di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti batu da pat beru pa kristal atau benda asing di saluran kemih. b. Teori Matriks Matriks organik terdiri atas serum/ protein urine (albumin, globulin, dan muko protein) meru pakan kerangka tem pat dienda pkannya kristalkristal batu. c. Penghambatan kristalisasi
5
Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal, antara lain: magnesium, sitrat, pirof osf at, muko protein dan bebera pa pe ptida. Jika kadar salah satu atau bebera pa zat itu berkurang, akan memudahkan terbentuknya batu di dalam saluran kemih.
Batu ginjal di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras se perti batu yang terbentuk di se panjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau inf eksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal ( batu ginjal) mau pun di dalam kandung kemih ( batu kandung kemih). Terbentuknya batu bisa terjadi karena air kemih jenuh dengan garamgaram yang da pat membentuk batu atau karena air kemih kekurangan penghambat pembentukan batu yang normal. Sekitar 80% batu terdiri dari kalsium, sisanya mengandung berbagai bahan, termasuk asam urat, sistin dan mineral struvit. Batu (kalkulus) ginjal da pat juga terbentuk dari timbunan kristal pada air seni pada ginjal atau pelvis ginjal. Seringkali batu ini tersusun atas kalsium oksalat.
Terjadinya
inf eksi
atau buang air kecil
mem pengaruhi pembentukan batu ginjal.
K adang
kurang teratur da pat
munculnya batu ginjal terjadi
pada saat kadar kalsium dalam darah meninggi secara tidak normal, juga jika kelenjar paratiroid kelebihan mem produksi air seni. Terkadang batu tersebut da pat terbentuk ketika tingkat asam urat dalam darah terlalu tinggi, biasanya karena terlalu banyak makan daging. Terlalu banyak mengkonsumsi kalsium dan oksalat serta kurang minum sering diasosiasikan dengan pembentukan batu ginjal ini. Pada banyak kasus yang ada, penyebabnya tidak diketahui secara pasti. Batu ginjal da pat menyebabkan peradangan atau inf eksi, pendarahan, sakit pada saat buang air kecil, atau kencing tidak lancar. Namun batu yang kecil cenderung mengalir. Selain batu kalsium oksalat (60-80%), ada lagi cam puran kalsium oksalatf osf at yang sif atnya lebih keras. Pada pemeriksaan radiologi, batu ini tam pak putih se perti tulang karena kandungan kalsiumnya lebih tinggi. Ada lagi batu tri pel f osf at (10-15%) yang tersusun dari kalsium-magnesium-ammonium f osf at ( st ruvite). Batu ini terbentuk akibat inf eksi saluran kemih karena kuman golongan
6
seud omonas, Klebsicla, Pror eou s, P
atau S tafil ok . Bentuk batu menyeru pai tanduk
rusa karena mengisi saluran kemih yang berbentuk se perti tanduk rusa. Lalu ada batu sistin yang terjadi akibat f aktor genetik. Namun cam puran f osf at dan sistin ini jarang terjadi. Pembentukan batu ginjal da pat terjadi di bagian mana saja dari saluran kencing, teta pi biasanya terbentuk pada dua bagian terbanyak pada ginjal, yaitu di pasu ginjal (r enal pelvis) dan calix r enalis. Batu da pat terbentuk dari kalsium, f osf at, atau kombinasi asam urat yang biasanya larut di dalam urine. Batu ginjal bervariasi ukurannya, da pat bersif at tunggal atau ganda. Batu-batu tinggal dalam pasu ginjal atau da pat masuk ke dalam ureter dan da pat merusak jaringan ginjal. Batu yang besar akan merusak jaringan dengan tekanan atau mengakibatkan obstruksi, sehingga terjadi aliran kembali cairan.
K ebanyakan
batu ginjal da pat
terjadi berulang-ulang. Batu bisa menyebabkan inf eksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih, bakteri akan ter perangka p di dalam air kemih yang terkum pul diatas penyumbatan, sehingga terjadilah inf eksi. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan mengakibatkan pembengkakan ginjal (hidronef rosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal.
6.
Manifestasi Klinis
Urolithiasis
Batu, terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis mau pun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung atau
kolik r enalis
(nyeri kolik yang hebat). K olik
r enalis
ditandai
dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah dalam. Gejala yang lebih nyata se perti sakit atau pegal pinggang bawah yang kadang-kadang terasa sam pai ke perut de pan bawah, terjadi kolik (sumbatan mendadak pada saluran atau ureter yang mengakibatkan sakit luar biasa karena
7
batu tajam yang turun ke saluran menyebabkan mengembangnya saluran) yang sering diiringi muntah dan berkeringat banyak. Gejala lainnya adalah perut membesar, demam, menggigil dan darah di dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering berkemih, terutama ketika batu melewati ureter. Bila batu menyangkut di kandung kemih, da pat timbul nyeri pada daerah atas kemaluan saat buang air kecil, buang air kecil tidak tuntas dan pancaran air seni tidak kuat.
7.
Pemeriksaan Diagnostik Urolithiasis
Dokter akan menanyakan bebera pa gejala yang da pat dialami penderita urolitiasis, se perti gejala
kolik r enalis,
disertai dengan adanya nyeri tekan di
punggung dan selangkangan atau nyeri di daerah kemaluan tan pa penyebab yang jelas, kemudian melakukan bebera pa tes sebagai berikut: a. Urinalisis Warna urin mungkin kuning, coklat gela p, berdarah. Secara umum menunjukkan SDM, SDP, kristal (sistin, asam urat, kalsium oksalat), ser pihan mineral, bakteri, pus. pH mungkin asam (meningkatkan sistin, dan batu asam urat) atau alkalin (meningkatkan magnesium, f osf at amonium, atau batu kalsium f osf at). b. Urine (24 jam) Urine 24 jam da pat menunjukkan peningkatan kreatinin, asam urat, kalsium, f osf at, oksalat, atau sistin. c.
K ultur Urine K ultur
urine mungkin da pat menunjukkan ISK (Sta philococcus
aureus, Proteus, K lebsiela, atau Pseudomonas). d. Survei Biokimia Untuk mengetahui adanya peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, f osf at, protein, dan elektrolit. e. BU N/kreatinin serum dan urin K eadaan
yang abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urin)
sekunder terhada p tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia / nekrosis.
8
f .
K adar K lorida
dan Bikarbonat Serum
Peninggian
kadar klorida
dan
penurunan
kadar bikarbonat
menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal. g. Hitung Darah Lengka p SDP mungkin meningkat yang menunnjukkan inf eksi / se ptisemia. SDM biasanya normal. H b/Ht da pat menjadi abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi (mendorong presi pitasi pemadatan) atau anemia (perdarahan, disf ungsi/gagal ginjal). h. Hormon Paratiroid Hormon paratiroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang reabsor psi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urin). i.
Foto R onsen K UB Da pat menunjukkan adanya kalkuli dan/atau perubahan anatomik pada area ginjal dan se panjang ureter.
j.
IVP Da pat memberikan konf irmasi ce pat urolitiasis se perti penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter) dan garis bentuk kalkuli.
k. Sistoureteroko pi Meru pakan visualisasi langsung kandung kemih dan ureter yang da pat menunjukkan batu dan/atau ef ek obstruksi. l.
Ultrasound Ginjal Da pat untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.
8.
Penatalaksanaan
Urolithiasis
Cara penatalaksanaan batu ginjal dan kemih memang bervariasi. Yang utama dicari kasusnya, letak dan ukuran batunya.
K emudian
baru ditentukan
diatasi dengan cara mana yang paling te pat atau kombinasi berbagai cara. Apabila letak batu sulit dijangkau atau terlalu besar, jalan satu-satunya dengan pembedahan. Apabila ginjal yang ditumbuhi batu mulai rusak, harus diangkat, agar ginjal yang masih sehat tidak ikut rusak. Adakalanya khusus dibuat jalan
9
pintas aliran air seni bila sumbatan batu sulit atau tidak bisa dihilangkan, agar ginjal yang masih sehat tidak ikut rusak. K emungkinan
kambuh memang bisa terjadi a pabila penderita kurang
mem perhatikan kesehatannya. Pada umumnya batu kandung kemih tidak kambuh lagi, ta pi tidak demikian dengan dengan batu pada ginjal. Namun, setia p tindakan seharusnya da pat mengenyahkan batu sam pai bersih. Setelah dikeluarkan batu dianalisa kembali jenisnya, penyebab terjadinya batu, bagaimana terbentuknya, dan seterusnya. Yang secara teknis sulit dihancurkan atau dibersihkan a pabila letak batu jauh dari pusat saluran kemih, atau jumlahnya banyak dan tersebar. Paling re pot kalau tidak mungkin dilakukan o perasi besar pada diri pasien karena kondisinya lemah atau mem punyai penyakit lain. Dalam kasus se perti itu tentu sebelum tindakan dilakukan perlu di pelajari secara saksama kadar zat pembentuk batu dengan memeriksa kadar zat pembentuk dalam urine(ditam pung selama 24 jam) kemudian bisa dianalisis konsentrasi adanya zat-zat tersebut. Baru kemudian tindakan a pa yang paling te pat dan aman bisa dilakukan. Batu bukan organik (kalsium oksalat dan f osf at) biasanya tidak bisa larut hanya dengan obat-obatan, jadi harus dilakukan tindakan se perti di atas tadi. a. Mengatasi Gejala (Medikamentosa) Ditujukan untuk batu ginjal yang ukurannya <5 mm, karena batu dihara pkan
da pat
keluar s pontan.
Tera pi
yang
diberikan bertujuan
mengurangi nyeri, mem perlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum, dan banyak minum su paya da pat mendorong batu keluar. Batu saluran kemih da pat menimbulkan keadaan darurat bila batu turun dalam kolektivus dan da pat menyebabkan kelainan sebagai kolik ginjal atau inf eksi di dalam sumbatan saluran kemih. nyeri akibat batu saluran kemih da pat dijelaskan melalui dua mekanisme, yaitu: dilatasi sistem sumbatan dengan peregangan rese ptor sakit dan iritasi lokal dinding ureter atau dinding pelvis ginjal disertai edema dan pele pasan mediator sakit. O bat-obatan yang biasa digunakan antara lain: anti s pasmodik bila ada kolik, anti mikroba bila ada inf eksi, batu kalsium-kalium sitrat, dan batu asam urat dengan alo purinol
10
b. Pengambilan Batu 1) Endourologi Endourologi adalah tindakan di bidang urologi secara invasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran kencing dengan menghancurkan batu dengan alat khusus yang dimasukkan melalui uretra atau melalui irisan kecil pada kulit.
K euntungannya,
tidak nyeri, penyembuhan lebih
ce pat dan waktu rawat ina p lebih singkat. Endourologi meli puti litotri psi, Percutaneous nephrolet om y, dan Ureterorenosco pic. a) Litotri psi Litotri psi yaitu memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat pemecah batu (litotri ptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik. Litotri psi ada bebera pa macam antara lain ESWL dan Percutaneous Lithot ri psy. y
ESWL (Extracor poreal Shockwave Lithotri psi) Alat ESWL adalah pemecah batu yang di perkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini da pat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu buli-buli tan pa melalui tindakan invasif atau pembiusan. Batu di pecah menjadi f ragmen-f ragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Sebelum batu ditembak, dilakukan f oto rontgen untuk mengetahui posisi batu.
K emudian
melalui layar monitor, dicari
lagi sasaran yang te pat. Di sini pasien tidak harus dibius. Posisi pasien telentang atau telungku p tergantung letak batu. Setelah tembakan berulang kali te pat sasaran, pecahan batu akan keluar bersama air seni (kencing bercam pur darah selama 12 jam). Agar pasien tidak kesakitan tentu proses penembakan tidak boleh dengan tekanan tinggi. y
Percutaneous Lithot ri psy (tusukan pada kulit) Metode percutaneous lithotri psi beru pa alat nef rosko p (alat tero pong miri p bor kecil) yang dilengka pi alat penghantar gelombang getar ultrasosonik, dimasukkan ke dalam ginjal
11
melalui lubang sayatan di panggul. Dengan gelombang getar ultrasonik tersebut, batu da pat di pecahkan dan disingkirkan, kemudian pecahan juga keluar bersama air seni. Mungkin penderita akan merasa nyeri sewaktu kencing keluar melalui kateter karena saluran kencing agak terhalang oleh pecahan batu tadi. Pemecahan batu dengan kedua alat tersebut mengharuskan pasien tinggal di rumah sakit selama 2 - 3 hari sam pai kencing jernih kembali. Setelah seminggu pasien bisa kembali aktif . b) Perkutaneus nef rolitomi Perkutaneus nef rolitomi yaitu prosedur untuk mengeluarkan batu yang berada di saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endosko pi ke sistem kaliks melalui insisi kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau di pecah terlebih dahulu. c) URS (Ureterorenosco pic) Memasukkan alat ureterosko pi per uretram guna melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter mau pun sistem pelvikalises da pat di pecah melalui tuntunan ureterosko pi atau uretero-renosko pi ini.
2) Sinar laser Ti pe laser yang digunakan semula adalah ti pe pulse dye. Belakangan sejak Agustus 1997 RS PGI Cikini menggunakan laser ti pe Ho:Y ag
atau
Hol mium
asal AS. Caranya, melalui saluran ureta
dimasukkan selang f iber mini, yang langsung da pat mengenai batu sasaran. Apabila ti pe pulse dye hanya untuk batu ginjal atau kemih saja, ti pe Holmium ini lebih multiguna. Misalnya juga untuk pengobatan pembesaran atau inf eksi prostat serta tumor jinak kandung kemih. Holmium ini pandai mengatur f rekuensi tembakan agar batu tidak terdorong ke atas. Jarak antara selang f iber dengan batu paling- paling hanya 1 mm. Dengan sistem gelombang pulsasi batu dengan segera bisa
12
di punahkan. Tindakan dengan mesin canggih ini dinilai lebih ce pat (1,5 jam untuk batu besar), risiko perdarahan atau kerusakan jaringan sekitarnya ham pir tidak ada serta nyeri pascao perasi dan risiko kom plikasi ham pir tidak terasa. Penderita tidak perlu mengina p di rumah sakit, bisa langsung pulang begitu kesadaran sudah pulih. K om plikasi
beru pa terasa sedikit demam dan nyeri setelah
tindakan, yang bisa diatasi dengan obat antibiotika. Sedangkan terci ptanya semacam ke pulan debu (per f orasi) akibat sistem pulsasi tadi, bisa diatasi dengan mengalirkan terus menerus cairan NaCl f isiologis. Untuk menangani batu pada kantung kemih misalnya, di perlukan pulsasi rata-rata 10-20 kali per detik. Untuk batu saluran kemih (ureter) hanya 5-10 kali per detik. Di sini pasien perlu dibius dan kondisi jantung, paru- paru dan ginjal harus baik agar sasaran terca pai dengan sukses.
3) Pembedahan a) Bedah La parosko pi Pembedahan la parosko pi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang berkembang.
Cara ini banyak di pakai untuk
mengambil batu ureter. b) Bedah terbuka Bedah terbuka meli puti bebera pa klasif ikasi, antara lain:
Pielolitotomi atau nef rolitotomi : mengambil batu berukuran besar ( batu staghorn).
Ureterolitotomi : mengambil batu di ureter.
Vesikolitotomi : mengambil batu di vesica urinaria.
Ureterolitotomi : mengambil batu di uretra.
9. Pencegahan
Urolithiasis
Pengobatan serta pencegahan agar tidak kambuh banyak ditentukan oleh jenis batunya. Misalnya batu kalsium akibat ekskresi kalsium yang meningkat di air seni da pat dicegah atau dikurangi dengan mengurangi asu pan kalsium dalam
13
makanan se perti makanan olahan dari susu sa pi, tinggi kedelai misalnya. Atau, dokter memberikan obat yang berkhasiat mengurangi ekskresi kalsium. Untuk jenis batu ekskresi asam urat biasanya diberikan obat alu purinol yang da pat mengurangi batu kambuhan dari asam urat.
K arena
batu asam urat
mudah terbentuk dalam suasana asam maka perlu juga pengubahan suasana keasaman misalnya dengan garam natrium bikarbonat di sam ping obat alu purinol tadi. Sedangkan batu yang tidak disertai adanya ekskresi kalsium atau asam urat tinggi, dicoba dengan minum banyak dulu, belum perlu obat. Bagi seseorang yang berbakat penyakit batu ginjal atau batu kemih, hendaknya selalu mem perhatikan konsumsi makanan sehari-hari. Minum air putih paling tidak 5-8 gelas sehari. Soto jerohan sa pi, es krim, keju, milk shake, ko pi, cola yang terlalu banyak akan memudahkan pembentukan batu dalam ginjal. Agar terhindar dari penyakit batu ginjal, bebera pa cara yang disarankan antara lain : a) Minum banyak air (8-10 gelas sehari), dengan demikian urin menjadi lebih encer sehingga mengurangi kemungkinan zat-zat pembentuk batu untuk saling menyatu. Dengan minum banyak, air seni biasanya berwarna bening, tidak kuning lagi. b) Minum air putih ketika bangun tidur di subuh hari. Hal ini akan segera merangsang kita untuk berkemih, sehingga air seni yang telah mengenda p semalamam tergantikan dengan yang baru. c) Jangan menahan kencing; kencing yang tertahan da pat menyebabkan urin menjadi lebih pekat, atau inf eksi saluran kemih. Urin yang pekat dan inf eksi saluran kemih meru pakan f aktor pendukung terbentuknya batu. d) Pola makan seimbang, berolahraga, dan menjaga berat badan teta p ideal e) Banyak makan buah al pukat dengan cara: Minum air seduhan tujuh helai daun al pukat dengan ½ gelas air panas setia p pagi dan sore.
10. Prognosis
Urolithiasis
Prognosis batu ginjal sering menimbulkan gejala rasa sakit yang hebat, ta pi biasanya setelah dikeluarkan tidak menimbulkan kerusakan permanen.
14
Memang sering terjadi kambuh lagi, terutama bila tidak dida patkan penyebabnya dan diobati.
11. Komplikasi
Urolithiasis
Bebera pa kom plikasi yang sering terjadi, antara lain: a) Timbul kembali batu ginjal. b) Inf eksi saluran urine. c) Penyumbatan pada ureter. d)
K erusakan
sebagian jaringan ginjal.
e) Menurunnya atau hilangnya f ungsi ginjal yang terkena.
15
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN UROLITHIASIS
1. Pengkajian Aktivitas
Gejala
: Pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien ter pajan pada lingkungan bersuhu tinggi K eterbatasan
aktivitas/imobilisasi
sehubungan
dengan
kondisi
sebelumnya (contoh penyakit tak sembuh, cedera medula s pinalis) Sirkulasi
Tanda
: Peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal K ulit
hangat dan kemerahan, pucat
Eliminasi
Gejala
: R iwayat adanya/ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalkulus) Penurunan haluaran urin, kandung kemih penuh R asa terbakar, dorongan berkemih Diare
Tanda
: Oliguria, hematuria, piuria Perubahan pola berkemih
Makanan/cairan
Gejala
: Mual/muntah, nyeri tekan abdomen Diet tinggi purin, kalsium okasalat, dan/atau f osf at K etidakcuku pan
Tanda
pemasukan cairan, tidak minum air dengan cuku p
: Distensi abdominal, penurunan/tidak adanya bising usus Muntah
Nyeri/kenyamanan
Gejala
: Episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada lokasi batu, contoh pada panggul di regio sudut kostovertebral, da pat menyebar ke punggung, abdomen, dan turun ke li pat pah/genetalia. Nyeri dangkal konstan menunjukkan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal
16
Nyeri da pat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain Tanda
: Melindungi, perilaku distraksi Nyeri tekan pada area ginjal pada pal pasi
Keamanan
: Penggunaan alkohol, Demam, menggigil
Gejala
Integritas Ego
: Perasaan cemas, takut marah, a pati
Gejala
Faktor-f aktor stress multi ple, misalnya f inansial, hubungan, gaya hidu p Tanda
: Tidak da pat beristirahat, peningkatan ketegangan/ peka rangsang. Stimulasi sim patis
2.
Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan. b) Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral, obstruksi mekanik, inf lamasi. c) R esiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah (iritasi saraf abdominal dan pelvik umum dari ginjal atau kolik uretral), diuresis pascaobstruksi. d) R esiko tinggi inf eksi berhubungan dengan prosedur invasif /alat (contoh kateter urin) e)
K urang
pengetahuan
tentang
kondisi,
prognosis,
dan
kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang ter pajan / mengingat, salah inter pretasi inf ormasi, tidak mengenal sumber inf ormasi.
3. Rencana Intervensi Keperawatan
Dx. Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi ureteral, trauma jaringan, pembentukan edema, iskemia seluler.
Hasil: 1. Mela porkan nyeri hilang dengan s pasme terkontrol 2. Tam pak rileks, mam pu tidur/istirahat dengan te pat K riteria
17
No
Intervensi
Rasional
Mandiri
1
Catat lokasi, lamanya intensitas (skala 0-10) dan penyebaran.
Membantu mengevaluasi tem pat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus. Nyeri
Perhatikan tanda non-verbal, contoh panggul sering menyebar ke punggung, li pat peningkatan TD dan nadi, gelisah, paha, genetalia sehubungan dengan merintih, menggele par proksimitas saraf pleksus dan pembuluh darah yang menyu plai area lain. Nyeri tibatiba dan hebat da pat da pat mencetuskan ketakutan, gelisah, ansietas berat.
2
Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya mela porkan ke staf
Memberikan kesem patan untuk pemberian analgesik sesuai dengan waktu (membantu
terhada p perubahan kejadian/ karakteristik nyeri.
dalam meningkatkan kemam puan ko ping pasien dan da pat menurunkan ansietas) dan mewas padakan staf akan kemungkinan lewatnya batu/terjadi kom plikasi. Penghentian tiba-tiba nyeri biasanya menunjukkan lewatnya batu.
3
Berikan tindakan nyaman, contoh
Meningkatkan relaksasi, menurunkan
pijatan punggung, lingkungan
tegangan otot, dan meningkatkan ko ping
istirahat
4
Bantu atau dorong penggunaan naf as ber fo kus, bimbingan
Mengarahkan kembali pehatian dan membantu dalam relaksasi otot
imajinasi, dan aktivitas tera peutik
5
Dorong/bantu dengan ambulasi sering sesuai indikasi dan
Hidrasi kuat meningktkan lewatnya batu, mencegah stasis urine, dan membantu
tingkatkan pemasukan cairan
mencegah pembentukan batu selanjutnya
sedikitnya 3-4 L/hari dalam toleransi jantung. 6
Perhatikan keluhan peningkatan/ meneta pnya nyeri abdomen
O bstruksi lengka p ureter da pat menyebabkan per fo rasi dan ekstravasasi urine ke dalam area perineal. Ini membutuhkan kedaruratan bedah akut.
Kolaborasi 7
Berikan obat sesuai indikasi: Narkotik, contoh me peridin (demerol), mor fi n
Biasanya diberikan selama e pisode akut untuk menurunkan kolik uretral dan meningkatkan relaksasi otot/mental.
Antis pasmodik, contoh f lavoksat (uri pas), oksibutin (ditro pan)
Menurunkan ref leks s pasme, da pat menurunkan kolik dan nyeri
K ortikosteroid
Mungkin digunakan untuk menurunkan edema jaringan untuk membantu gerakan batu.
18
8 9
Berikan kom pres hangat pada
Menghilangkan tegangan otot dan da pat
punggung
menurunkan ref leks s pasme
Pertahankan patensi kateter bila digunakan
Mencegah stasis / retensi urine, menurunkan resiko peningkatan tekanan ginjal dan inf eksi
Dx.
Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral, obstruksi mekanik, inflamasi. K riteria Hasil: 1. Berkemih dengan jumlah normal dan pola biasanya 2. tidak mengalami obstruksi No
Intervensi
Rasional
Mandiri 1
Awasi pemasukan dan
Memberikan inf ormasi tentang f ungsi ginjal
pengeluaran serta karakteristik urin.
dan adanya kom plikasi contoh inf eksi dan perdarahan. Perdarahan da pat mngindikasikan peningkatan obstruksi atau iritasi ureter. Catatan: perdarahan sehubungan dengan ulserasi ureter jarang.
2
Tentukan pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasi
K alkulus
da pat menyebabkan eksitabilitas saraf , yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera. Biasanya f rekuensi dan urgensi meningkt bila kalkulus mendekati pertemuan uterovesikal.
3 4
5
Dorong meningkatkan pemasukan
Peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah,
cairan
dan debris dan da pat membantu lewatnya batu.
Periksa semua urine. Catat adanya
Penemuan batu memungkinkan identif ikai ti pe
keluaran batu dan kirim ke laboratorium untuk analisa.
batu dan mem pengaruhi pilihan tera pi.
Selidiki keluhan kandung kemih penuh, pal pasi untuk distensi
R etensi urine da pat terjadi, menyebabkan distensi jaringan (kandung kemih/ginjal) dan
su pra pubik. Perhatikan penurunan keluaran urine, adanya edema
potensial risiko inf eksi, gagal ginjal.
periorbital/tergantung. 6
O bservasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat
Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit da pat menjadi toksik pada SSP.
kesadaran. Kolaborasi 7
Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit, BU N, kreatinin.
Peninggian BU N, kreatinin dan elektrolit mengindikasikan disf ungsi ginjal.
8
Ambil urine untuk kultur dan sensitivitas
Menetukan adanya ISK
19
9
Berikan obat sesuai dengan indikasi: Asetazolamid (Diamox), alu purinol (Zilo prim)
Meningkatkan pH urine (alkalinitas) untuk menurunkan pembentukan batu asam
Hidroklorotiazid (Esidrix, Hidroiuril), klortalidon (Higroton)
Mungkin digunakan untuk mencegah stasis urine dan menurunkan pembentukan batu kalsium bila tidak berhubungan dengan proses penyakit dasar se perti hi pertiroidisme primer
Amonium klorida, kalium atau natrium f osf at (Sal-He patika)
Menurunkan pembentukan batu f osf at
Agen antigout, contoh alu purinol (Zilo prim)
Menurunkan produksi asam urat/ potensial pembentukan batu
Antibiotic
Adanya ISK /alkalin urine potensial pembentukan batu
Natrium Bikarbonat
Mengganti kehilangan yang tak da pat teraasi selama pembuangan bikarbonat dan/atau alkalinisasi urine da pat menurunkan / mencegah pembentukan bebera pa kalkuli
Asam askorbat
Mengasamkan urine untuk mencegah berulangnya pembentukan batu alkalin
10
Pertahankan patensi kateter tak meneta p (ureteral, uretral, atau nef rostomi) bila menggunakan
Mungkin di perlukan unuk membantu aliran urine/mencegah retensi dan kom plikasi. Catatan: selang mungkin terhambat oleh f ragmen batu.
11
Irigasi dengan asam atau larutan
Mengubah pH urine da pat membantu pelarutan
alkalin sesuai indikasi.
batu dan mencegah pembentuan batu selanjutnya
12
Sia pkan pasien/bantu untuk prosedur endosko pi, contoh Prosedur Basket
K alkulus
pada ureter distal dan tengah
mungkin digerakkan oleh sistosko p endosko pi dengan penangka pan batu dalam kantung kateter Stents Ureteral
K ateter di posisikan
di atas batu untuk meningkatkan dilatasi uretra/lewatnya batu. Irigasi kontinyu atau intermitten da pat dilakukan untuk membilas ureter dan mem pertahankan pH urine
13
14
Pielolitotomi terbuka atau
Pembedahan mungkin perlu untuk membuang
perkutaneus, nef rolitotomi, ureterolitotomi.
batu yang terlalu besar untuk melewati ureter
Litotri psi ultrasonik perkuaneus
Tindakan gelombang syok invasif untuk batu pelvik/kaliks ginjal atau ureter atas
20
15
Litotri psi gelombang syok
Prosedur non-invasif di mana batu ginjal
ekstrakor poreal (extracor poreal
dihancurkan dengan syok gelombang dari luar
shockwave lithotri psi [ESWL])
tubuh.
Dx. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah (iritasi saraf abdominal dan pelvik umum dari ginjal atau kolik uretral), diuresis pascaobstruksi. K riteria
Hasil: mem pertahankan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil dan berat badan dalam rentang normal, nadi perif er normal, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.
No
Intervensi
Rasional
Awasi pemasukan dan pengeluaran
Membandingkan keluaran aktual dan yang diantisi pasi membantu dalam evaluasi adanya
Mandiri 1
/ derajat stasis / kerusakan ginjal. 2
Catat insiden muntah, diare. Perhatikan karakteristik dan f rekuensi muntah dan diare, juga kejadian yang menyertai atau
Mual/muntah dan diare secara umum berhubungan dengan kolik ginjal karena saraf ganglion seliaka pada kedua ginjal dan lambung. Pencatatan da pat membantu
mencetuskan.
mengesam pingkan kejadian abdominal lain yang menyebabkan nyeri atau menunjukkan kalkulus.
3
Tingkatkan pemasukan cairan
Mem pertahankan keseimbangan cairan utnuk
sam pai 3-4 liter perhari dalam toleransi jantung.
homeostasis juga tindakan ´mencuci´ yang da pat membilas batu keluar. Dehidrasi dan keidakseimbangan elektrolit da pat terjadi sekunder terhada p kehilangan cairan berlebihan (muntah dan diare).
4
Awasi tanda vital. Evaluasi nadi,
Indikator hidrasi/volume sirkulasi dan
pengisian ka piler, turgor kulit, dan
kebutuhan intervensi. Catatan: penurunan
membran mukosa.
LFG merangsang produksi renin, yang bekerja unuk meningkatkan TD dalam u paya untuk meningkatkan aliran darah ginjal
5
Timbang berat badan tia p hari
Peningkatan berat badan yang ce pat mungkin berhubungan dengan retensi.
Kolaborasi 6
Awasi H b/Ht, elektrolit
Mengkaji hidrasi dan keef ektif an / kebutuhan intervensi.
7
Berikan cairan intravena
Mem pertahankan volume sirkulasi ( bila pemasukan oral tidakcuku p) meningkatkan f ungsi ginjal.
8
Berikan diet te pat, cairan jernih,
Makanan mudah cerna menurunkan aktivitas
21
makanan lembut sesuai toleransi.
GI/iritasi dan membantu mem pertahankan cairan dan keseimbangan nutrisi.
9
Berikan obat sesuai indikasi, antiemetik, contoh proklor perazin (com pazin).
Menurunkan mual/muntah
Dx. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif/alat (contoh kateter urin) K riteria
Hasil : tidak mengalami tanda/gejala inf eksi
No
Intervensi
Rasional
1
Tingkatkan cuci tangan yang baik pada pasien dan staf
Menurunkan risiko kontaminasi silang
2
Hindari prosedur invasif , instrumen, dan mani pulasi kateter tak meneta p, ka pan pun mungkin, gunakan teknik
Membatasi introduksi bakteri ke dalam tubuh. Deteksi dini / pengobatan terjadinya inf eksi da pat mencegah
ase ptik bila merawat / memani pulasi
se psis.
Mandiri
IV/area inf asif . Ubah sisi/balutan per protokol. Perhatikan edema, drainase purulen 3
4
Berikan perawatan kateter rutin dan
Menurunkan kolonisasi bakteri dan
tingkatkan perawatan perianal. Pertahankan sistem drainase urine tertutu p dan le paskan kateter tak meneta p sesegera mungkin
resiko ISK asenden
Dorong na pas dalam, batuk dan pengubahan posisi sering
Mencegah atelektasis dan memobilisasi sekret untuk menurunkan risiko inf eksi paru.
5
K aji
6
Awasi tanda vital
integritas kulit
Ekskoriasi akibat gesekan da pat menjadi inf eksi sekunder Demam dengan peningkatan nadi dan perna pasan adalah tanda peningkatan laju metabolik dari proses inf lamasi meski pun se psis da pat terjadi tan pa res pons demam
Kolaborasi 7
Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh SDP dengan dif erensial
Peningkatan SDP da pat mengindikasikan inf eksi umum
8
Ambil s pesimen untuk kultur dan
Memastikan inf eksi dan identif ikasi
sensitivitas dan berikan antibiotik te pat sesuai idikasi
organisme khusus membantu pemilihan pengobatan inf eksi paling ef ektif .
22
Dx. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan / mengingat, salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi K riteria
hasil:
1. Menyatakan pemahaman proses penyakit 2. Menghubungkan gejala dan f aktor penyebab 3. Melakukan perubahan perilaku yang perlu dan ber partisi pasi dalam program pengobatan No
Intervensi
Rasional
Mandiri 1
2
K aji
ulang proses penyakit dan hara pan
Memberikan pengetahuan dasar dimana
masa datang
pasien da pat membuat pilihan berdasarkan inf ormasi
Tekankan pentingnya peningkatan
Pembilasan sistem ginjal menurunkan
pemasukan cairan, contoh 3-4 L/hari
kesem patan stasis ginjal dan
atau 6-8 L/hari. Dorong pasien untuk mela porkan mulut kering, diuresis berlebihan / berkeringat dan untuk meningkatkan pemasukan cairan baik
pembentukan batu. Peningkatan kehilangan cairan / dehidrasi memerlukan pemasukan tambahan dalam kebutuhan sehari-hari.
bila haus atau tidak 3
ulang program diet, sesuai individual K aji
Diet tergantung pada ti pe batu. Pemahaman alasan pembatasan memberikan kesem patan pada pasien membuat pilihan inf ormasi, meningkatkan kerja sama dalam program dan da pat mencegah kekambuhan.
4
Diet rendah purin, contoh membatasi daging berlemak, kalkun, tumbuhan polong, gandum. Alkohol.
Menurunkan pemasukan oral terhada p prekursor asam urat.
5
Diet rendah kalsium, contoh membatasi
Menurunkan risiko pembentukan batu
keju, susu, sayur berdaun hijau, yoghurt.
kalsium
Diet rendah oksalat, contoh pembatasan
Menurunkan pembentukan batu
coklat, minuman mengandung kaf ein, bit, bayam
kalsium oksalat
Diet rendah kalsium/f osf at dengan jeli
Mencegah kalkulus f osf at dengan
karbonat alumunium 30-40 mL, 30
membentuk presi pitat yang tak larut
menit pc/jam
dalam traktus GI, mengurangi beban nef ron ginjal. Juga ef ektif melawan
6
7
bentuk kalkulus kalsium lain. Catatan: da pat menyebabkan konsti pasi.
23
8
Diskusikan program obat-obatan,
O bat-obatan diberikan untuk
hindari obat bebas dan membaca semua
mengasamkan atau mengalkalikan
label produk / kandungan dalam makanan
urine, tergantung pada penyebab dasar pembentukan batu. Makan produk yang mengandung bahan yang dikontraindikasikan secara individu (contoh kalsium, f osf at) potensial pembentukan obat ulang.
9
Mendengar dengan aktif tentang program tera pi / perubahan pola hidu p
Membantu pasien bekerja melalui perasaan dan meningkatkan rasa kontrol terhada p a pa yang terjadi.
10
Identif ikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh nyeri berulang, hematuria, oliguria
Dengan peningkatan kemungkinan berulangnya batu, intervensi segera da pat mencegah kom plikasi serius
11
Tunjukkan perawatan yang te pat terhada p insisi / kateter bila ada
Meningkatkan kemam puan perawatan diri dan kemandirian
PRE-OPERATIF Diagnosa Keperawatan
a)
K urang
pengetahuan mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, salah inter pretasi inf ormasi b)
K etakutan/ansietas berhubungan
dengan
lingkungan,
ancaman
dengan krisis situasional, ketidakakraban kematian, ber pisah
dengan
sistem
pendukung yang biasa
Rencana Intervensi Keperawatan
Dx. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, salah interpretasi informasi
Hasil a) K lien da pat mengutarakan pemahaman proses penyakit / proses pra o perasi dan hara pan pasca o perasi b) K lien akan melakukan prosedur yang di perlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan c) K lien memulai perubahan gaya hidu p yang di perlukan dan ikut serta dalam regimen ke perawatan
K riteria
24
No
Intervensi Keperawatan
Rasional
Mandiri 1
K aji
tingkat pemahaman klien
Berikan f asilitas perencanaan program pengajaran pasca o perasi
2
Tinjau ulang patologi khusus dan
Sediakan pengetahuan berdasarkan hal
antisi pasi prosedur pembedahan
dimana pasien da pat membuat pilihan tera pi berdasarkan inf ormasi, dan setuju untuk mengikuti prosedur, dan adanya kesem patan untuk menjelaskan kesalahan konse p
3
Gunakan sumber-sumber bahan pengajaran, audiovisual sesuai keadaan
Bahan yang dibuat secara khusus akan da pat memenuhi kebutuhan belajar untuk pasien
4
Melaksanakan program pengajaran
Meningkatkan pemahaman / kontrol pasien
pra o perasi individual. Pembatasan dan prosedur prao perasi/ pascao perasi, misalnya perubahan urinarius dan usus,
dan memungkinkan partisi pasi dalam perawatan pasca o perasi. Penjelasan dari selang dan jalur IV yang diantisi pasi (misal selang NG, drain, kateter) da pat mengurangi
pertimbangan diet, tingkat/ perubahan stress yang berhubungan dengan hal-hal yang aktivitas, latihan perna pasan dan tidak diketahui/dihara pkan. Peningkatan kardiovaskular, kontrol rasa sakit pemahaman akan pentingnya aktivitas penam pilan dan kerja sama dengan restriksi akan mengurangi kemungkinan kom plikasi pasca o perasi dan meningkatkan pengembalian secara ce pat ke arah f ungsi tubuh normal. 5
Sediakan kesem patan untuk melatih batuk, na pas dalam, dan latihan otot
Meningkatkan pengajaran dan aktivitas pasca o perasi
6
Inf ormasikan pasien/orang terdekat
Inf ormasi logistik mengenai jadwal dan
mengenai rencana perjalanan,
kamar o perasi (misalnya ruang pemulihan,
komunikasi dokter/orang terdekat
peneta pan ruang pasca o perasi) dan juga dimana dan ka pan ahli bedah akan berkomunikasi dengan orang terdekat untuk mrngurangi stress dan menjelaskan kesalahan konse p, mencegah kebingungan dan keraguan akan kesehatan pasien.
Dx. Ketakutan/ansietas berhubungan dengan krisis situasional, ketidakakraban dengan lingkungan, ancaman kematian, berpisah dengan sistem pendukung yang biasa
Hasil a) K lien da pat menunjukkan perasaan dan mengidentif ikasi cara yang sehat dalam berhada pan dengan mereka.
K riteria
25
b) K lien da pat tam pil santai c) Mela porkan penurunan rasa takut dan cemas yang berkurang ke tingkat yang da pat diatasi No 1
2
3
Intervensi Keperawatan Mandiri Sediakan waktu kunjungan oleh personel kamar o perasi sebelum pembedahan jika memungkinkan. Diskusikan hal-hal yang harus diantisi pasi yang da pat menakutkan/menjadi perhatian pasien
Inf ormasikan pasien/orang terdekat tentang peran advokat perawat intrao perasi Identif ikasi tingkat rasa takut yang megharuskan dilakukannya penundaan prosedur pembedahan.
Rasional Da pat menjamin dan meredakan keresahan pasien dan juga menyediakan inf ormasi untuk perawatan intrao perasi f ormulatif . Mengetahui bahwa lingkungan yang asing da pat menakutkan, dan menghilangkan rasa takut yang berhubungan dengan hal tersebut. K embangkan rasa percaya/hubungan, turunkan rasa takut akan kehilangan kontrol pada lingkungan yang asing. R asa takut yang berlebihan atau terusmenerus akan mengakibatkan reaksi stress yang berlebihan, resiko potensial dari pembalikan reaksi terhada p prosedur / zat-zat anestesi
4
Validasi sumber rasa takut. Sediakan inf ormasi yang akurat dan f aktual
Mengidentif ikasi rasa takut yang s pesif ik akan membantu pasien untuk menghada pinya secara realistis
5
Catat eks presi yang berbahaya/ perasaan tidak tertolong, preoku pasi dengan antisi pasi perubahan/kehilangan, perasaan tercekik Beritahu pasien bahwa akan dilakukan general anestesi
Pasien mungkin telah berduka terhada p kehilangan yang ditunjukkan dengan antisi pasi prosedur pembedahan
7
Perkenalkan staf pada waktu pergantian ke ruang o perasi
Menci ptakan hubungan dan kenyamanan psikologis
8
Bandingkan jadwal o perasi, graf ik, gelang, identif ikasi pasien dan tanda tangan persetujuan o perasi Cegah pemajanan tubuh yang tidak di perlukan selama pemindahan atau pun pada ruang o perasi
Memberikan identif ikasi positif , mengurangi rasa takut bahwa mungkin terjadi prosedur yang salah. Pasien akan mem perhatikan masalah kehilangan harga diri dan ketidakmam puan untuk melatih kontrol
Berikan petunjuk/ penjelasan sederhana pada pasien. Tinjau lingkungan sesuai kebutuhan
dari proses pemikiran akan membuat pasien menemui kesulitan untuk memahami petunjuk- petunjuk yang panjang dan berbelit-belit. Suara gaduh dan keributan akan meningkatkan ansietas
6
9
10
11
K ontrol
stimuli eksternal
Mengurangi ansietas bahwa pasien akan melihat prosedur
K etidakseimbangan
26
12
13
14
Kolaborasi K onseling prof esional mungkin R ujuk pada perawatan oleh kerohanian/s piritual, s pesialis klinis dibutuhkan pasien untuk mengatasi rasa perawat psikiatri, konseling psikiatri jika takut di perlukan Diskusikan penundaan pembedahan Mungkin di perlukan jika rasa takut yang dengan dokter, anestesiologi, pasien, dan berlebihan tidak berkurang/teratasi keluarga sesuai kebutuhan Berikan obat sesuai indikasi, misal Untuk meningkatkan tidur malam hari sedatif sebelum pembedahan, meningkatkan kemam puan ko ping.
INTRA OPERASI Diagnosa Keperawatan
a) R esiko tinggi cedera berhubungan dengan kondisi interaktif antara individu dengan lingkungan, lingkungan eksternal (struktur f isik dan lingkungan, pemajanan peralatan, instrumentasi, posisi, penggunaan zatzat anestesi), dan lingkungan internal (f aktor pembekuan darah, kerusakan kulit) b) R esiko tinggi inf eksi berhubungan dengan kulit yang rusak, trauma jaringan, stasis jaringan tubuh, munculnya zat patogen.
Rencana Intervensi Keperawatan
Dx. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kondisi interaktif antara individu dengan lingkungan, lingkungan eksternal (struktur fisik dan lingkungan, pemajanan peralatan, instrumentasi, posisi, penggunaan zat-zat anestesi), dan lingkungan internal (faktor pembekuan darah, kerusakan kulit)
Hasil a) Mengidentif ikasi f aktor-f aktor resiko individu b) Memodif ikasi lingkungan sesuai petunjuk untuk meningkatkan keamanan dan menggunakan sumber-sumber secara te pat
K riteria
No
Intervensi Keperawatan
Rasional
Mandiri 1
Le paskan gigi palsu atau kawat gigi sesuai protokol pra o perasi.
Benda asing dalam tubuh da pat teras pirasi selama intubasi/ekstubasi selang
Inf ormasikan ahli anestesi akan gigi yang telah dile paskan
endotrakhea
27
2
Singkirkan alat buatan pada prao perasi
Lensa kontak da pat menyebabkan abrasi
atau setelah induksi, tergantung pada
kornea pada waktu pasien berada dalam
perubahan sensori/ perse psi dan ketidakseimbangan mobilitas
anestesi, kacamata dan alat pendengaran bersif at obstruktif dan da pat pecah. Bagaimana pun juga pasien akan merasa lebih da pat mengontrol lingkungan jika alat bantu dengan dan penglihatan dibiarkan selama mungkin
3
Le paskan perhiasan pada masa prao perasi
Benda-benda yang terbuat dari logam akan berkonduksi dengan alat-alat elektrik dan membahayakan tubuh terhada p pemakaian elektrokauter
4
Periksa identitas pasien dan jadwalkan prosedur o perasi dengan
Memastikan pasien dan prosedur yang te pat
membandingkan graf ik pada pasien dan jadwal pembedahan. Pastikan secara verbal nama, prosedur, dan dokter yang te pat. 5
Stabilkan kereta pasien dan meja o perasi pada waktu memindahkan pasien ke dan dari meja o perasi.
yang tidak stabil da pat ter pisah, menyebabkan pasien terjatuh. K edua sisi rel harus berada pada posisi di K ereta/meja
bawah agar pemberi perawatan da pat membantu pasien memindahkan dan mencegah kehilangan keseimbangan. 6
7
8
9
Antisi pasi gerakan, jalur, dan selang yang tidak berhubungan selama
Mencegah terjadinya tegangan dan dislokasi, jalur IV, selang NG, kateter, dan
melakukan pemindahan dan
selang dada. Pertahankan gravitasi jika
mengamankan atau mendukung mereka pada posisi yang te pat.
di perlukan.
Amankan pasien pada meja o perasi dengan sabuk pengaman pada paha
Meja di ruang o perasi dan pa pan lengan sangat sem pit dan pasien atau pun lengan
sesuai kebutuhan. Menjelaskan
dan kaki da pat terjatuh yang akan
perlunya restrain.
menyebabkan perlukaan.
Sia pkan peralatan dan bantalan untuk Alat dan bantalan yang dibutuhkan ini posisi yang dibutuhkan sesuai prosedur sesuai dengan berat, ukuran, dan kondisi o perasi dan kebutuhan s pesif ik pasien. pasien. Ekstremitas diletakkan sedemikian
Mencegah terjadinya trauma.
ru pa sehingga tim o perasi da pat secara periodik memeriksa keselamatan, sirkulasi, tekanan saraf , dan posisi tubuh. 10
Pastikan keamanan elektrikal dari alatalat yang digunakan selama prosedur
f ungsi alat da pat terjadi selama prosedur o perasi. K egagalan
28
o perasi. 11
12
Pantau pemasukan dan pengeluaran
K emungkinan
terjadi kekurangan cairan
cairan selama prosedur o perasi dilakukan.
yang mem pengaruhi keselamatan pemakai obat anestesi, f ungsi organ, dan kondisi pasien.
Pastikan dan catat jumlah pemakaian
Benda asing yang tertinggal dalam rongga
kassa, alat, jarum, dan mata pisau dengan benar.
badan yang telah dijahit akan menyebabkan peradangan, inf eksi, per fo rasi, dan pembentukan abses.
Dx. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kulit yang rusak, trauma jaringan, stasis jaringan tubuh, munculnya zat patogen, prosedur invasif K riteria Hasil a) Mengidentif ikasi f aktor-f aktor resiko individu dan intervensi untuk mengurangi potensial inf eksi. b) Pertahankan lingkungan ase ptik yang aman No
Intervensi Keperawatan
Rasional
Mandiri 1
Teta p pada f asilitas kontrol inf eksi,
Teta pkan mekanisme yang dirancang untuk
sterilisasi, dan prosedur/kebijakan
mencegah inf eksi.
ase ptik 2
Uji kesterilan semua peralatan
Benda-benda yang di paket mungkin tam pak steril, meski pun demikian, setia p benda harus secara teliti di periksa kesterilannya.
3
Sia pkan lokasi o perasi menurut prosedur
Minimalkan jumlah bakteri pada lokasi o perasi
4
Periksa kulit untuk memeriksa
Gangguang pada integritas kulit atau dekat
adanya inf eksi yang terjadi
dengan lokasi o perasi adalah sumber kontaminasi luka.
Identif ikasi gangguan pada teknik ase ptik dan atasi dengan segera pada
K ontaminasi
waktu terjadi.
yang steril menjadi tidak steril sehingga
5
dengan lingkungan atau kontak personal akan menyebabkan daerah da pat meningkatkan resiko inf eksi.
6
Tam pung cairan dan sisa yang
Penam pungan akan mencegah penyebaran
terkontaminasi pada tem pat-tem pat tertentu di dalam ruang o perasi dan kemudian dibuang sesuai dengan metode pembuangan yang telah
inf eksi pada lingkungan / pasien lainnya dan personel
diteta pkan rumah sakit. Kolaborasi 7
Berikan antibiotik sesuai indikasi
Da pat diberikan bila dicurigai terjadinya inf eksi atau kontaminasi.
29
POST OPERATIF
Diagnosa Keperawatan
a) Bersihan jalan na pas inef ektif berhubungan dengan akumulasi sekret, general anestesi, ketidakmam puan mengontrol bersihan jalan na pas. b) Nyeri (akut) berhubungan dengan gangguan pada kulit (insisi), munculnya saluran/selang c)
K erusakan
integritas kulit berhubungan dengan perlukaan mekanik pada
kulit d) Perubahan perse psi sensori berhubungan dengan stress f isiologis, ef ek anestesi
Rencana Intervensi Keperawatan Dx. Bersihan jalan napas inefektif berhubungan dengan akumulasi sekret, general anestesi, ketidakmampuan mengontrol bersihan jalan napas K riteria Hasil a) K lien akan mem pertahankan patensi jalan na pas b) Bunyi na pas jelas, tidak ada bising No
Intervensi Keperawatan
Rasional
Mandiri 1
O bservasi f rekuensi/irama perna pasan. Perhatikan suara stridor
Da pat mengindikasikan terjadinya gagal na pas
2
Periksa mulut terhada p akumulasi sekret
Mengindikasikan penyebab ketidakef ektif an jalan na pas
3
Awasi TTV dan perubahan mental
Takikardi/ peningkatan gelisah da pat mengindikasikan terjadinya hi poksia / pengaruh terhada p perna pasan.
4
Berikan posisi jawthrust
Da pat membuka jalan na pas
5
Lakukan penghisa pan/suction terhada p sekret jika di perlukan
Pengeluaran sekret da pat membuka jalan na pas
Dx. Nyeri (akut) berhubungan dengan gangguan pada kulit (insisi), munculnya saluran/selang K riteria Hasil a) K lien mengatakan bahwa rasa sakit telah berkurang b) K lien tam pak santai, da pat beristirahat/tidur dan ikut serta dalam aktivitas sesuai kemam puan
30
No
Intervensi Keperawatan
Rasional
Mandiri 1
TTV, perhatikan takikardia, hi pertensi, dan peningkatan perna pasan K aji
2
K aji
3
Berikan pasien posisi yang nyaman
tingkat nyeri
Da pat mengindikasikan rasa sakit akut dan ketidaknyamanan Untuk mengetahui kedalaman nyeri Posisi yang nyaman da pat mengurangi tingkat kedalaman nyeri
4
Dorong penggunaan teknik relasasi,
Le paskan tegangan emosional dan otot.
misalnya latihan na pas dalam
Tingkatkan perasaan kontrol yang mungkin da pat meningkatkan kemam puan ko ping
Kolaborasi 5
Berikan analgesik sesuai indikasi
Da pat menurunkan rasa nyeri
Dx. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perlukaan mekanik pada kulit K riteria Hasil a) K lien akan menca pai penyembuhan luka b) Mendemonstrasikan tingkah laku/teknik untuk meningkatkan kesembuhan dan untuk mencegah kom plikasi No
Intervensi Keperawatan
Rasional
Mandiri 1
Beri penguatan pada balutan awal/ penggantian sesuai indikasi. Gunakan teknik ase ptik yang ketat
Lindungi luka dari kontaminasi
2
Gunakan barier kulit sebelum perekat jika di perlukan.
Mengurangi resiko terjadinya trauma
3
Periksa luka secara teratur. Catat
Pengenalan akan adanya kegagalan proses
karakteristik dan integritas kulit.
penyembuhan luka / berkembangnya kom plikasi secara dini da pat mencegah terjadinya kondisi yang lebih serius
4
K aji jumlah
dan karakteristik cairan
luka
Menurunnya cairan menandakan proses penyembuhan. Apabila pengeluaran cairan terus-menerus atau adanya eksudat yg bau menunjukkan terjadinya kom plikasi
5
Ingatkan pasien untuk tidak menyentuh daerah luka
Mencegah kontaminasi luka
Dx. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan stress fisiologis, efek anestesi
31
Hasil a) K lien akan meningkatkan tingkat kesadaran b) Mengenali keterbatasan diri dan mencari sumber bantuan sesuai bantuan
K riteria
No
Intervensi Keperawatan
Rasional
Mandiri 1
Orientasikan kembali pasien secara terus-menerus setelah keluar dari
Dukungan da pat membantu menghilangkan ansietas
pengaruh anestesi. Nyatakan bahwa o perasi telah selesai dilakukan 2
Pertahankan lingkungan yang tenang dan nyaman
Stimulus eksternal se perti suara bising, cahaya da pat menyebabkan abrasi psikis akibat pengaruh obat anestesi
3
K aji
kembali pengembalian kemam puan sensorik dan proses
Pasien yang mengalami pembedahan dan telah melakukan ambulasi harus da pat
ber pikir sesuai indikasi
merawat dirinya sendiri dengan bantuan orang dekat/keluarga.
32