Lontara 2 Bawah Depan (Bedah Urologi)
LAPORAN PENDAHULUAN STRIKTUR URETHRA
OLEH : NURSAKTIANI C12112026
CI. INSTITUSI
CI. LAHAN
(........................................) (........................................)
(........................................) (........................................)
PROGRAM PROFESI NERS PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN F A K U L T A S K E D O K T E R AN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015
BAB I KONSEP MEDIS A. DEF DEFINIS INISII Striktur uretra adalah penyempitan lumen uretra akibat adanya jaringan parut dan
kontraksi. Penyakit ini lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita karena adanya perbedaan panjang uretra. uretr a. Uretra pria dewasa berkisar antara 23-25 cm, sedangkan uretra wanita sekitar 3-5 cm. !arena itulah uretra pria lebih rentan terserang in"eksi atau terkena trauma dibanding wanita. Selain itu, striktur uretra dapat disebabkan oleh trauma #kecela #kecelakaa kaan, n, intrum intrumenta entasi$, si$, in"eksi, in"eksi, dan tekana tekanan n tumor tumor
#%idy #% idya, a, &ka, &ka, !awiya !awiyana, na, '
(aliawan, 2)3$ #*aradero ' +ayrit, 2))$. Sesuai dengan derajat penyempitan lumennya, striktur urethra dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu . ingan, ingan, jika oklusi oklusi yang yang terjadi terjadi kurang kurang dari /3 /3 diameter diameter lumen urethra. urethra. 2. Sedang, Sedang, jika terdapa terdapatt oklusi oklusi /3 sampai sampai dengan dengan 0 diameter diameter lumen lumen urethra. urethra. 3. *era *erat, t, jika jika terd terdap apat at oklu oklusi si lebi lebih h besa besarr dari dari 0 diam diamet eter er lum lumen uret urethr hra. a. Pada Pada penyempitan derajat berat, kadang kala teraba jaringan keras di korpus spongiosum yang dikenal dengan spongio"ibrosis.
Tingkatan Striktur Urethra
B. ETI ETIOL OLOG OGII *erdasarkan etiologinya, striktur urethra dibagi menjadi 3 jenis
. Strikt Striktur ur ureth urethra ra konge kongenit nital al Stri Strikt ktur ur uret urethr hraa yang yang diseb disebab abka kan n karen karenaa bawa bawaan an.. (isal (isalny nyaa kong kongen enit ital al meatu meatuss stenosis #penyempitan lubang uretra$ dan klep urethra posterior. 2. Stri Strikt ktur ur ureth urethra ra trau trauma mati ticc
Striktur uretra yang disebabkan karena kecelakaan 1rauma langsung
dan tidak
langsung #sekunder$ . 1rauma langsung yang menyebabkan luka #lesi$ pada urethra anterior atau posterior seperti instrumentasi transurethra yang kurang hati-hati #pemasangan kateter yang kasar, "iksasi kateter yang salah$ serta post operasi #operasi prostat dan operasi dengan alat endoskopi$. 1rauma sekunder seperti kecelakaan yang menyebabkan trauma tumpul pada selangkangan atau "raktur pada pelis, spasme otot dan tekanan dari luar atau tekanan oleh pertumbuhan tumor dari luar. 3. Striktur akibat in"eksi n"eksi dari urethra adalah penyebab tersering dari striktur urethra, misalnya in"eksi akibat transmisi seksual seperti uretritis gonorrhoika atau non gonorrhoika. +apat juga disebabkan oleh in"eksi sebagai komplikasi pemasangan kateter dan penggunaan kateter dalam jangka waktu lama. C. MANIFESTASI KLINIS . Urine terputus #aliran urine tersumbat$ 2. Pancaran urine berkurang/ mengecil dan bercabang4 3. Urine menetes . Urgency #keinginan kuat untuk berkemih$ 5. 6esitancy #kelambatan yang abnormal atau kesulitan untuk memulai berkemih yang
menunjukkan kompresi urethra 7neurogenik kandung kemih8, obstruksi saluran kemih$ 9. !encing tidak puas #dribbling$ :. &er distensi bladder #esica urinaria$ ;.
>edera dan in"eksi menyebabkan pertumbuhan jaringan "ibrin pada permukaan saluran kemih #meatus uretra$ bagian dalam. (ukosa meatus uretra yang terdiri dari sel otot polos akhirnya tergantikan oleh jaringan sikatriks yang mengakibatkan penyempitan lumen uretra. &bstruksi ini menyebabkan aliran urine melalui uretra tidak e"ekti". Sedangkan striktur uretra yang timbul sebagai kelainan congenital terjadi karena ketidaksempurnaan saat pembentukan organ. E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK . ?namesis yang lengkap +engan anamnesis yang baik, diagnosis striktur urethra mudah ditegakkan,
apabila ada riwayat in"eksi 7eneral atau straddle injury8 seperti uretritis, trauma
dengan kerusakan pada pinggul straddle injury, instrumentasi pada urethra, pemasangan kateter, dan kelainan sejak lahir. 2. nspeksi (eatus, ekstermus yang sempit, pembengkakan serta "istula #e$ didaerah penis, skrotum, perineum dan suprapubik. 3. Palpasi 1eraba jaringan parut sepanjang perjalalanan urethra, anterior pada bagian entral dari penis, muara "istula #e$ bila dipijat mengeluarkan getah / nanah. . >olok dubur 5. !alibari dengan kateter lunak #lateks$ akan ditemukan adanya hambatan 9. Untuk !epastian diagnosis dapat ditegakkan dan dipastikan dengan uretrosistogra"i, uretoskopi kedalam lumen urethra dimasukkan dimana kedalam urethra dimasukkan dengan kontras kemudian di"oto sehingga dapat terlihat seluruh saluran urethra dan buli-buli. dan dari "oto tersebut dapat ditentukan a. @okalisasi striktur ?pakah terletak pada proksimal atau distal dari s"ingter sebab ini penting untuk tindakan operasi. b. *esarnya kecilnya striktur c. Panjangnya striktur d. Aenis striktur :. *ila sudah dilakukan sistomi bipolar-sistogra"i dapat ditunjang dengan "lowmetri ;. Pada kasus-kasus tertentu dapat dilakukan BP, US=, #pada striktura yang lama dapat terjadi perubahan sekunder pada kelenjar prostat,/batu/perkapuran/abses prostat, C"ididimis / "ibrosis die"ididimis. F. PEMERIKSAAN PENUNANG 1. @aboratorium
a$ Pemeriksaan urin, diindikasikan untuk semua pasien yang ada gejala atau tanda gangguan S!. $ (akroskopis -
warna urin
-
penampakan urin
-
berat jenis urine
-
tes kimiawi #p6, glukosa, protein, bakteri, leukosit$
2$ (ikroskopis
-
bakteri
-
leukosit
-
erythrosit
-
sel epitel
-
kultur
!) 1es "ungsi ginjal
$ berat jenis urin 2$ ureum 3$ kreatinin 2. adiology
a$ *D& #"oto polos abdomen$ 1ujuan $ untuk mendeteksi batu radiopaEue dalam saluran kemih. 2$ untuk mengetahui kontur ginjal. b$ BP #intra venous pyelography) 1ujuan $ untuk mengetahui "ungsi kedua ginjal 2$ untuk mengetahui letak obstruksi 3$ untuk mengetahui indentasi prostat ke dalam buli-buli $ dapat mendeteksi batu dan diertikel buli-buli.
c$ P= #retrograde pyelography) $
untuk melihat keadaan pyelum ginjal dan ureter
2$
kontras dimasukkan melalui kateter ureter
d$ Urethro-cystography $ kontras dimasukkan melalui urethtra 2$ untuk mengetahui keadaan urethra dan buli-buli ". Ultra Sonography #US=$
a$ dapat mendeteksi batu pada saluran ginjal dan buli-buli b$ dapat mendeteksi kelainan pada ginjal dan buli-buli c$ dapat mengetahui pembesaran prostat #. Cystoscopy $) untuk melihat langsung keadaan atau kelainan dalam buli-buli !) dapat dilakukan biopsi kelainan dalam buli-buli 5. CT-Scan G. PENATALAKSANAAN 1ujuan dari pengobatan striktur uretra adalah kesembuhan permanen, tidak hanya
sembuh sementara. Pengobatan terhadap striktur uretra tergantung pada lokasi striktur, panjang/pendek striktur, dan kedaruratannya. *eberapa pilihan terapi untuk striktur uretra adalah sebagai berikut . +ilatasi uretra >ara yang paling lama dan paling sederhana dalam penanganan striktur uretra. +irekomendasikan pada pasien yang tingkat keparahan striktur masih rendah atau pasien yang kontra indikasi dengan pembedahan. +ilatasi dilakukan dengan menggunakan balon kateter atau busi logam dimasukan hatihati ke dalam uretra untuk membuka daerah yang menyempit. Pendarahan selama proses dilatasi harus dihindari karena itu mengindikasikan terjadinya luka pada striktur yang
akhirnya menimbulkan striktur baru yang lebih berat. 6al inilah yang membuat angka kesuksesan terapi menjadi rendah dan sering terjadi kekambuhan 2. Uretrotomi interna. 1eknik bedah dengan derajat inasie minim, dimana dilakukan tindakan insisi pada jaringan radang untuk membuka striktur. nsisi menggunakan pisau otis atau sasche. &tis dikerjakan jika belum terjadi striktur total, sedangkan pada striktur lebih berat pemotongan dikerjakan secara isual menggunakan kamera "iberoptik dengan pisau sasche. 1ujuan uretrotomi interna adalah membuat jaringan epitel uretra yang tumbuh kembali di tempat yang sbelumnya terdapat jaringan parut. Aika tejadi proses epitelisasi sebelum kontraksi luka menyempitkan lumen, uretrotomi interna dikatakan berhasil. Damun jika kontraksi luka lebih dulu terjadi dari epitelisasi jaringan, maka striktur akan muncul kembali. ?ngka kesuksesan jangka pendek terapi ini cukup tinggi, namun dalam 5 tahun angka kekambuhannya mencapai ;)F. Selain timbulnya striktur baru, komplikasi uretrotomi interna adalah pendarahan yang berkaitan dengan ereksi, sesaat setelah prosedur dikerjakan, sepsis, inkontinensia urine, dan dis"ungsi ereksi.
3. Pemasangan stent Stent adalah benda kecil, elastis yang dimasukan pada daerah striktur. Stent biasanya dipasang setelah dilatasi atau uretrotomi interna. ?da dua jenis stent yang tersedia, stent sementara dan permanen. Stent permanen cocok untuk striktur uretra pars bulbosa dengan minimal spongio"ibrosis. *iasanya digunakan oleh orang tua, yang tidak "it menjalani prosedur operasi. Damun stent permanen juga memiliki kontra indikasi terhadap pasien yang sebelumnya menjalani uretroplasti substitusi dan pasien straddle injury dengan spongiosis yang dalam. ?ngka rekurensi striktur berariasi dari )F-;)F dalam satu tahun. !omplikasi sering terjadi adalah rasa tidak nyaman di daerah perineum, diikuti nyeri saat ereksi dan kekambuhan striktur. . Uretroplasti Uretroplasti merupakan standar dalam penanganan striktur uretra, namun masih jarang dikerjakan karena tidak banyak ahli medis yang menguasai teknik bedah ini. Sebuah studi memperlihatkan bahwa uretroplasti dipertimbangkan sebagai teknik bedah dengan tingkat inasi" minimal dan lebih e"isien daripada uretrotomi. Uretroplasti adalah rekonstruksi uretra terbuka berupa pemotongan jaringan "ibrosis.
?da dua jenis uretroplasti yaitu uretroplasti anastomosis dan substitusi. Uretroplasti anastomosis dilakukan dengan eksisi bagian striktur kemudian uretra diperbaiki dengan mencangkok jaringan atau "lap dari jaringan sekitar. 1eknik ini sangat tepat untuk striktur uretra pars bulbosa dengan panjang striktur -2 cm. Uretroplasti substitusi adalah mencangkok jaringan striktur yang dibedah dengan jaringan mukosa bibir, mukosa kelamin, atau preputium. ni dilakukan dengan gra"t, yaitu pemindahan organ atau jaringan ke bagian tubuh lain, dimana sangat bergantung dari suplai darah pasien untuk dapat bertahan. Proses gra"t terdiri dari dua tahap, yaitu imbibisi dan inoskulasi. mbibisi adalah tahap absorsi nutrisi dari pembuluh darah paien dalam ; jam pertama. Setelah itu diikuti tahap inoskulasi dimana terjadi askularisasi gra"t oleh pembuluh darah dan lim"e. Aenis jaringan yang bisa digunakan adalah buccal mucosal gra"t, "ull thickness skin gra"t, bladder epithelial gra"t, dan rectal mucosal gra"t. +ari semua gra"t diatas yang paling disukai adalah buccal mucosal gra"t atau jaringan mukosa bibir, karena jaringan tersebut memiliki epitel tebal elastis, resisten terhadp in"eksi, dan banyak terdapat pembuluh darah lamina propria. 1empat asal dari gra"t ini juga cepat sembuh dan jarang mengalami komplikasi. ?ngka kesuksesan sangat tinggi mencapai ;:F. Damun in"eksi saluran kemih, "istula uretrokutan, dan chordee bisa terjadi sebagai komplikasi pasca operasi. 5. Prosedur rekonstruksi multiple Suatu tindakan bedah dengan membuat saluran uretra di perineum. ndikasi prosedur ini adalah ketidakmampuan mencapai panjang uretra, bisa karena "ibrosis hasil operasi sebelumnya atau teknik substitusi tidak bisa dikerjakan. !etika terjadi in"eksi dan proses radang akti" sehingga teknik gra"t tidak bisa dikerjakan, prosedur ini bisa menjadi pilihan operasi. ekonstruksi multiple memang memerlukan anestesi yang lebih banyak dan menambah lama rawat inap pasien, namun berguna bila pasien kontra indikasi terhadap teknik lain. H. KOMPLIKASI Striktur mengakibatkan urin mengalir balik #re"luks$ dan mencetuskan sistitis #radang esica urinaria$, prostatitis #radang kelenjar prostate$, dan pyelone"ritis #suatu bentuk in"eksi ginjal yang menyebar ke luar dari dalam pelis renalis dan mengenai bagian korteks renal$. &bstruksi urethra yang lama akan menimbulkan stasis urine dan menimbulkan berbagai komplikasi sebagai berikut. . n"eksi #saluran kemih, prostat, ginjal$. 2. +iertikel urethra atau esica urinaria. 3. ?bses periurethra.
. *atu urethra. 5.
BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAIAN
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem perkemihan striktur uretra.meliputi pengumpulan data dan analisa data. +alam pengumpulan data, sumber data klien diperoleh dari diri klien sendiri, keluarga, perawat, dokter ataupun dari catatan medis. a. Pengumpulan data meliputi .$ *iodata klien dan penanggung jawab klien. *iodata klien terdiri dari nma, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status, agama, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, dan diagnose medik. *iodata penanggung jawab meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan keluarga. 2.$ !eluhan utama. (erupakan keluhan klien pada saat dikaji klien yang mengatakan tidak dapat *?! seperti biasa dan merasakan nyeri pada daerah post op striktur uretra #cystostomi$.
3.$ iwayat kesehatan masa lalu/lampau akan memberikan in"ormasi-in"ormasi tentang kesehatan atau penyakit masa lalu yang pernah diderita pada masa lalu. .$ Pemeriksaan "isik. +ilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi terhadap bagian sistem tubuh, (aka akan ditemuikan hal-hal sebagai berikut a$ !eadaan umum !lien post op striktur uretra perlu dilihat dalam hal keadaan umumnya meliputi penampilan, kesadaran, gaya bicara. Pada post op striktur uretra mengalami gangguan pola eliminasi *?! sehingga dilakukan pemasangan kateter tetap. b$ Sistem perna"asan Perlu dikaji mulai dari bentuk hidung, ada tidaknya sakit pada lubang hidung, pergerakan cuping hidung pada waktu berna"as, kesimetrisan gerakan dada pada saat berna"as, auskultasi bunyi na"as dan gangguan perna"asan yang timbul. ?pakah bersih atau ada ronchi, serta "rekuensi na"as. hal ini penting karena imobilisasi berpengaruh pada pengembangan paru dan mobilisasi secret pada jalan na"as. c$ Sistem kardioaskuler (ulai dikaji warna konjungtia, warna bibir, ada tidaknya peninggian ena jugularis dengan auskultasi dapat dikaji bunyi jantung pada dada dan pengukuran tekanan darah dengan palpasi dapat dihitung "rekuensi denyut nadi. d$ Sistem pencernaan Gang dikaji meliputi keadaan gigi, bibir, lidah, na"su makan, peristaltik usus, dan *?*. 1ujuan pengkajian ini untuk mengetahui secara dini penyimpangan pada sistem ini. e$ Sistem genitourinaria +apat dikaji dari ada tidaknya pembengkakan dan nyeri pada daerah pinggang, obserasi dan palpasi pada daerah abdomen bawah untuk mengetahui adanya retensi urine dan kaji tentang keadaan alat-alat genitourinaria bagian luar mengenai bentuknya ada tidaknya nyeri tekan dan benjolan serta bagaimana pengeluaran urinenya, lancar atau ada nyeri waktu miksi, serta bagaimana warna urine. "$ Sistem musculoskeletal
Gang perlu dikaji pada sistem ini adalah derajat ange o" (otion dari pergerakan sendi mulai dari kepala sampai anggota gerak bawah, ketidaknyamanan atau nyeri yang dilaporkan klien waktu bergerak, toleransi klien waktu bergerak dan obserasi adanya luka pada otot harus dikaji juga, karena klien imobilitas biasanya tonus dan kekuatan ototnya menurun. g$ Sistem integument Gang perlu dikaji adalah keadaan kulitnya, rambut dan kuku, pemeriksaan kulit meliputi tekstur, kelembaban, turgor, warna dan "ungsi perabaan. h$ Sistem neurosensori Sisten neurosensori yang dikaji adalah "ungsi serebral, "ungsi sara" cranial, "ungsi sensori serta "ungsi re"leks. 5.$ Pola aktiitas sehari-hari Pola aktiitas sehari-hari pada klien yang mengalami post op striktur uretra meliputi "rekuensi makan, jenis makanan, porsi makan, jenis dan kuantitas minum dan eliminasi yang meliputi *?* #
perubahan
tingkah
laku,
menurunnya
pemecahan masalah dan perubahan status tidur
kemampuan
dalam
:.$ +ata spiritual !lien dengan post op striktur uretra perlu dikaji tentang agama dan kepribadiannya, keyakinan harapan serta semangat yang terkandung dalam diri klien yang merupakan aspek penting untuk kesembuhan penyakitnya. b. !lasi"ikasi data !lasi"ikasi data dilakukan dengan mengelompokkan dalam data subyekti" dan obyekti".
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
. 2. 3. . 5.
=angguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi anatomik Dyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis isiko in"eksi berhubungan dengan prosedur inasi", truma jaringan #insisi bedah$ +is"ungsi seksual berhubungan dengan gangguan struktur tubuh +e"isiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang in"ormasi
C. PERENCANAAN
D &
+iagnosa !riteria 6asil =angguan • *erkemih eliminasi dalam jumlah urine normal tanpa berhubunga retensi. n dengan• (enunjukkan obstruksi perilaku yang anatomik meningkatkan
nterensi
asional
(andiri •
Kaji adanya kateter dan observasi aliran urine.
•
(empertahankan patensi kateter.
•
Penurunan
aliran
kontrol urinaria. •
Kaji urine.
urine tiba-tiba dapat mengindikasikan obstruksi.
haluaran
•
Urine
normal
berwarna kuning muda jernih. •
•
Observasi catat urine.
dan warna
Posisikan selang kantung sehingga memungkinkan tidak terhambatnya aliran urine.
•
•
•
(empertahankan hidrasi dan urine balik.
aliran
ndikator keseimbangan cairan. (enunjukkan tingkat hidrasi dan kee"ekti"an terapi penggantian cairan.
Dorong peningkatan cairan dan pertahankan pemasukan akurat. Awasi tanda vital. Kaji nadi perifer, turgor kulit, pengisian kapiler dan mukosa mulut.
aliran
memungkinkan terbentuknya tekanan dalam saluran perkemihan.
•
•
6ambatan
•
$embantu mempertahankan hidrasi%sirkulasi volume adekuat dan aliran urine.
&angguan fungsi ginjal Kolaborasi meningkatkan risiko beratnya !erikan cairan "# masalah elektrolit sesuai indikasi. dan masalah asidosis hiperkloremik. Peningkatan •
•
•
2
Dyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
•
(elaporkan
•
nyeri hilang atau terkontrol. 1ampak
•
rileks. (ampu untuk tidur/istiraha t dengan baik.
kadar kalsium meningkatkan risiko pembentukan kristal, mempengaruhi aliran urine dan integritas kulit.
Awasi elektrolit, &DA, Kalsium
(andiri • •
!aji
nyeri,
untuk membantu dalam menentukan pilihan/kee"ekti"an interensi.
perhatiak PHS1
•
•
Pertahankan
(emberikan in"ormasi
1irah baring mungkin diperlukan pada awal selama "ase retensi akut. Damun, ambulasi dini dapat memperbaiki pola berkemih normal dan menghilangkan rasa nyeri.
tirah
baring bila diindikasikan.
•
(eningkatkan relaksasi, mem"okuskan kembali perhatian dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
•
*erikan
tindakan
kenyamanan, seperti pijatan punggung, membantu klien melakukan posisi
yang nyaman, mendorong untuk penggunaan teknik • +iberikan relaksasi/latihan menghilangkan nyeri napas dalam. berat, memberikan relaksasi mental dan "isik. !olaborasi •
*erikan obat nyeri sesuai indikasi, seperti narkotik #epideprin$.
3
isiko in"eksi berhubungan dengan prosedur inasi", truma jaringan #insisi bedah$
•
(encapai
waktu penyembuha n. • 1idak
(andiri • •
Pertahankan sistem kateter steril, berikan perawatan kateter regular dengan sabun dan air. *erikan salep antiboiotik disekitar sisi kateter.
mengalami tanda in"eksi.
•
(encegah pemasukan bakteri dan in"eksi/sepsis lanjut.
?mbulasi dengan kantung drainase dependen.
•
•
(enghindari
re"luks
balik urine yang dapat memasukkan bakteri kedalam kandung kemih.
?wasi tanda ital, perhatikan demam ringan.
•
Peningkatan
suhu
mungkin merupakan indikator tanda
•
in"eksi.
&bserasi drainase dari luka sekitar kateter suprapubik. •
•
=anti
drain,
insisi
suprapubik meningkatkan risiko untuk in"eksi yang diindikasikan dengan eritema, drainase purulen.
balutan
dengan sering.
•
*alutan
basah
menyebabkan kulit iritasi dan memberikan media untuk pertumbuhan bakteri, peningkatan risiko in"eksi luka.
!olaborasi •
?danya
*erikan antibiotik sesuai indikasi.
•
(ungkin
diberikan
secara pro"ilaktik sehubungan dengan peningkatan risiko in"eksi.
+is"ungsi seksual berhubungan dengan gangguan struktur tubuh
•
1ampak rileks
dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi. • (enyatakan pemahaman situasi indiidual. • (enunjukkan keterampilan
(andiri • •
*erikan keterbukaan pada klien/keluarga untuk membicarakan masalah inkontinensia dan "ungsi seksual
•
*erikan
in"ormasi
akurat tentang harapan kembalinya "ungsi seksual
?nsietas
dapat
mempengaruhi kemampuan untuk menerima in"ormasi yang diberikan sebelumnya
pemecahan masalah.
•
•
nstruksikan
latihan
•
(eningkatkan peningkatan kontrol otot kontinensia urinaria dan "ungsi seksual.
!olaborasi ujuk
"isiologis
terjadi bila sara" perineal dipotong selama prosedur radikal. Pada pendekatan lain, aktiitas seksual dapat dilakukan seperti biasa dsalam 9-; minggu.
perineal dan interupsi/kontinu aliran urine
•
mpotensi
untuk
konsultasi ke ahli • (asalah menetap atau tidak teratasi seksualitas sesuai memerlukan indikasi interensi pro"esional. 5
+e"isiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang in"ormasi
•
*erpartisipasi
dalam program pengobatan. (enyatakan pemahaman prosedur. • (elakukan
(andiri • •
!aji
ulang
proses
dasar
pengetahuan di mana klien dapat membuat pilihan in"ormasi terapi.
penyakit, pengalaman klien.
perubahan menyatakan • +orong perilaku yang rasa takut/cemas perlu. dan perhatian.
(emberikan
•
(embantu
klien
mengalami perasaan yang enak dapat menjadi rehabilitaEsi ital.
•
(emiliki tentang kesehatan dialami
in"ormasi kondisi yang dapat
•
*erikan
in"ormasi
tentang kondisi yang dialami #pendidikan kesehatan$.
membantu memahami implikasi tindakan lanjut
D. IMPLEMENTASI
mplementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan dalam bentuk interensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah diterapkan. !emampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang e"ekti", kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan melakukan obserasi sistematis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan adokasi, dan kemampuan ealuasi #?smadi, 2));$.
E. EVALUASI
Caluasi dalam proses keperawatan adalah pernyataan kesimpulan yang menunjukkan tujuan dan memberikan indikator kualitas dan ketepatan perawatan yang menghasilkan hasil yang positi" #?sih, 2))5$
U(US?D +?=D&S? . 2. 3. . 5.
=angguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi anatomik Dyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis isiko in"eksi berhubungan dengan prosedur inasi", truma jaringan #insisi bedah$ +is"ungsi seksual berhubungan dengan gangguan struktur tubuh +e"isiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang in"ormasi
D%$&'$ =angguan eliminasi
berhubungan obstruksi anatomik
urine dengan
NIC (INTERVENTION) manajemen cairan • pemantauan cairan • manajemen pengobatan • esep obat • @atihan otot panggul • diminta berkemih • perawatan inkontinensia • •
urin perawatan inkontinensia
NOC (OUTCOME) •
!emampuan untuk melakukan eliminasi urine
•
urin enuresis perawatan retensi urin Pemberian analgetik anestesi pengurangan kecemasan stimulasi kulit pengelolaan lingkungan
•
kenyamanan pemberian obat oral, B,
•
Dyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
• • • •
• • • •
•
• •
isiko in"eksi berhubungan
•
dengan prosedur inasi", truma jaringan #insisi bedah$
• •
• •
• • • • • •
• •
• • •
•
nyeri dapa terkontrol klien merasa nyaman dapat melakukan
•
mobilitas klien dapat tidur
• •
dan ( kompres panas / dingin pemberian pengobatan manajemen nyeri bantuan Patient controlled analgesia #P>?$ manajemen prolaps rektum manajemen sedasi 1ranscutaneus Clectrical Dere Stimulation #1CDS$ tindakan pencegahan perdarahan pengurangan perdarahan akses ena manajemen perangkat sentralpemantauan elektrolit pengobatan demam cairan / manajemen elektrolit manajemen cairan pemantauan cairan peraturan hemodinamik manajemen hyperolemia pengendalian in"eksi perlindungan terhadap in"eksi terapi intraena pemantauan hemodinamik inasi" identi"ikasi risiko manajemen syok suraillance
•
pengendalian risiko
•
proses in"eksi pengendalian risiko
•
penyakit seksualitas menular deteksi risiko
• •
+is"ungsi seksual
•
berhubungan dengan gangguan struktur tubuh
• •
• • • •
• • • •
monitoring tanda ital perawatan luka *urns dukungan perlindungan penyalahgunaan pengurangan kecemasan manajemen perilaku
• •
"ungsi seksual kinerja peran pemulihan
seksual persiapan melahirkan manajemen pengobatan perawatan prenatal manajemen teknologi
•
penyalahgunaan pemulihan
•
penyalahgunaan emosional pemulihan
produkti" peningkatan peran konseling seksual mengajar seks aman mengajar seksualitas
•
penyalahgunaan "isik pemulihan pelecehan
•
• • • •
• • • •
+e"isiensi
pengetahuan
berhubungan dengan kurang in"ormasi
•
•
edukasi kesehatan bimbingan antisipati" peningkatan literatur
•
•
kesehatan bimbingan sistem
• •
•
kesehatan mengajarkan proses
• •
• •
penyakit •
• •
seksual adaptasi cacat "isik tingkat depresi tingkat kelelahan pengetahuan "ungsi seksual penuaan "isik keparahan cedera "isik kematangan "isik identitas seksual perilaku kepatuhan tingkat agitasi perilaku kepatuhan perilaku mencari kesehatan motiasi partisipasi dalam keputusan perawatan kesehatan kepuasan klien mengajar pengartian komunikasi resepti"
+?<1? PUS1?!? ?sih, G. #2))5$. Standar asuhan pasien: Proses keperawatan, diagnosis, dan evaluasi vol.4. Aakarta C=>. ?smadi. #2));$. onsep !asar eperawatan. Aakarta C=>. *aradero, (., ' +ayrit, (. #2))$. Seri "suhan eperawatan lien #angguan #in$al. Aakarta C=>. *ulechek, =., *utcher, 6., ' +ochterman, A. #2)3$. %ursing &ntervention Classi'ication (%&C), Sith *dition. (osby Clseier. >arpenito-(oyet, @. A. 2)):. *uku Saku +iagnosis !eperawatan. Aakarta C=>.
+oenges, (. C dkk. 2))). encana ?suhan !eperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Aakarta C=>. (oorhead, S., Aohnson, (., @. (aas, (., ' Swanson, C. #2)3$. %ursing outco+es clasi'ication (%C) easure+ent o' ealth utco+es. (osby Clseier. Danda nternational. #2)5$. %anda &nternational &nc. %ursing !iagnoses: !e'initions / Clasi'ications 0123-012. Aakarta C=>. Potter, P. ? ' Perry, ?. =. 2))9. *uku ?jar . SmeltIer, S. > ' *are, *. =. 2))2. *uku ?jar !eperawatan (edikal-*edah *runner ' Suddarth. Aakarta C=> %idya, ?. %., &ka, ?., !awiyana, !., ' (aliawan, S. #2)3$. +iagnosis dan penanganan striktur urethra. 5agian6S7 &l+u 5edah 7akultas edokteran Universitas Udayana6 8u+ah sakit u+u+ pusat Sanglah !enpasar , -.